Sabtu, 21 Desember 2024

3L3W TMOPB - Extra 6 : Tahun Demi Tahun

Ten Miles of Peach Blossoms

3L3W TMOPB - Extra 6 : Tahun Demi Tahun


Kabar datang bahwa jiwa primordial Qing Cang telah binasa, dan ia sedang duduk di hutan persik di Gunung Xu Hou, Kun Lun. Saat itu bulan September, dan pohon persik tidak serimbun dulu, saat orang melihat ke atas, orang bisa melihat awan berkabut di kejauhan.

Anak laki-laki kecil di sebelahnya berkata dengan cemas: "Menurut dewa bangau tua, hal itu sudah dirumorkan kemana-mana, Dewi Agung Bai Qian mungkin sudah kehilangan akal sehatnya, dan duduk di bawah Lonceng Dong Huang sambil memegangi Ye Hua Jun yang sudah tak bernyawa untuk waktu yang lama, dan membangun medan pelindung abadi yang tebal di sekelilingnya. Omongan siapa pun tidak didengarnya. 

"Para dewa langit dan bumi berkumpul di tepi Ruo Shui tetapi mereka takut pada penghalang abadinya, dan tidak ada yang bisa mendekati mereka berdua. Bahkan Dewa Agung Zhe Yan dari Sepuluh Mil Kebun Persik saja tak bisa berbuat apa-apa, hanya mengatakan bahwa Dewi Agung Bai Qian adalah orang yang keras. Biarkan ia menenangkan diri. Ia bisa saja menghancurkan langit dan bumi beserta isinya untuk dimakamkan bersama Ye Hua Jun. 

"Sehingga mendesak si bangau tua untuk datang ke Kun Lun untuk dengan rendah hati mengundang Guru, agar tidak menimbulkan malapetaka. Tetapi ketika Guru memasuki pengasingan, beliau sudah memberi perintah bahwa tidak boleh mengganggu seenaknya. Jing Sheng telah memperdebatkannya selama setengah harian, dan masalah ini masih harus diputuskan oleh Anda, Dewa Agung Ling Yu ...."

Asap berangsur-angsur menghilang, memperlihatkan puncak gunung yang hijau. Ia mengusap kitab suci Tao di tangannya untuk waktu yang lama, dan berkata, "Raja Hantu Qing Cang, apakah ia meninggalkan beberapa patah kata sebelum ia mati?"

Si kecil Jing Sheng pun tercengang dan berkata: "Bangau tua itu tidak menyebutkan hal ini, tetapi aku mendengar bahwa Qing Cang mati dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Seluruh tubuhnya berlumuran darah, dan ia hampir ditusuk sampai menjadi polong teratai oleh pedang Qing Ming milik Ye Hua Jun ...."

Kitab suci Tao di tangannya tiba-tiba bergetar, dan ia tiba-tiba teringat hari ketika ia pertama kali bertemu Qing Cang.

Pada hari itu, angin sepoi-sepoi dan langitnya cerah. Ia direpotkan sekali oleh Adik Seperguruan Ketujuh Belas dan tak berdaya, sehingga ia pun membawanya ke Gunung Fa Jiu untuk menangkap burung Wei.

Mereka dua saudara seperguruan, diam-diam menyelinap ke sepanjang Sungai Zhang Shui, mengejar seekor anak burung, dan ketika sudah hampir mendapatkannya, seekor kuda merah kurma tiba-tiba melompat keluar dari kedalaman hutan. Burung Wei kecil itu terkejut, memekik, dan langsung terbang ke langit, tanpa meninggalkan bayangan.

Adik Seperguruan Ketujuh Belas menyingsingkan lengan bajunya dan hendak bertengkar dengan pemuda yang menunggang kuda itu. Ia pun buru-buru menghentikannya, tetapi tanpa diduga, pemuda beralis tebal itu hanya tersenyum ringan, dengan tali makhluk abadi di tangannya. Dalam sekejap mata, ia mengikat mereka bersaudara jadi sepasang. Mereka adalah sepasang saudara seperguruan, yang lebih muda dilempar ke belakang, dan yang lebih tua didekap ke dadanya. Ini adalah pertama kalinya sejak ia bergabung dengan sekte Mo Yuan, ia ditahan tanpa bisa bergerak, dan mau tak mau, ia merasa malu dan marah.

Pemuda itu berbisik di telinganya dan berkata, "Siapa namamu? Bolehkah aku menikahimu sebagai istriku?"

Saat pertama kali melihatnya, langit berwarna biru dan air berwarna hijau, ia mengenakan pakaian berkuda berwarna putih bulan, dan di belakangnya ada hutan yang hijau.

Lebih dari dua ratus tahun yang lalu, Dewa Bumi di Ruo Shui berkesempatan untuk minum-minum bersamanya.

Selama makan malam, ia minum dua gelas lagi. Menempel di telinganya dan berbisik, "Dewa kecil ini seharusnya tidak menyebarkan pesan ini untuknya, tetapi dewa kecil sudah menahannya bertahun-tahun, melihat ia telah dipenjara begitu lama dan masih memikirkan Dewa Agung, aku merasa ia agak malang."

Gelasnya miring dan dua tetes anggur pun tumpah.

Dewa Bumi Ruo Shui melanjutkan: "Kemudian Qing Cang pernah memecahkan loncengnya lebih dari dua ratus tahun yang lalu, yang mana merupakan suatu kebetulan. Untungnya, Dewi Agung Bai Qian melewati Ruo Shui dan ia dikurung kembali tepat waktu sehingga mencegah hal ini menjadi perkara besar. Kalau tidak, itu akan menjadi kelalaian tugasku ...."

Ia minum anggur di gelas dengan tenang.

Dewa Bumi Ruo Shui pun menyeka keringat di dahinya, dan berkata dengan susah payah: "Memberanikan diri untuk bertanya ... Memberanikan diri untuk bertanya, dua ratus enam puluh dua tahun yang lalu, apakah itu hari ulang tahun Dewa Agung yang ke 130.000 tahun?"

Gelas anggur itu jatuh ke tanah dengan bunyi "peng".

Dewa Bumi Ruo Shui menyeka keringat dari dahinya lagi, dan berkata seperti agas: "Mantan Raja Hantu, ketika ia dikurung kembali ke Lonceng Dong Huang oleh Dewi Agung Bai Qian, terus memanggil nama Dewa Agung, terus berkata, terus berkata, ingin melihat Anda lagi, untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada Anda yang berusia 130.000 tahun di depan Anda, dan mengajukan pertanyaan di hadapan Anda, apakah Anda masih ingat Qing Cang dari Istana Da Zi Ming 70.000 tahun yang lalu ...."

Ingatannya tidak pernah benar-benar baik, tetapi ia mengingat hal-hal ini dengan sangat mendalam.

Jing Sheng membantunya berdiri dari tanah, ia meluruskan pakaiannya dan berkata, "Kau kembalilah dulu, aku akan segera menyampaikannya kepada Guru."

Ada air mata di sudut matanya. Ia menyekanya, dan berjalan perlahan-lahan menuju area pengasingan Mo Yuan, hanya menyisakan hutan persik yang layu.

*

*

*

T/N: Ini ekstra terakhir ya manteman. Ekstra 5 mana? Ekstra 5 kalo dari RAWnya adalah tentang nama Ah Li, si Black Son itu. Kalo di buku ini, kan uda saya jadikan Epilog.

Oh iya, bagi yang lupa, Dewa Agung Ling Yu ini adalah kakak seperguruannya Bai Qian yang diculik bareng-bareng sama Qing Cang untuk dijadikan istri, yup istri yak. Qing Cang ini homoseksual ya, jadi dia naksir Ling Yu makanya ditangkeplah mereka waktu itu. Tapi di drama kan di'perhalus'. Dan kalo liat dari ekstra ini, sepertinya Qing Cang ga bertepuk sebelah tangan ya. Kayaknya Ling Yu juga ada sedikit 'rasa' sama Qing Cang—sungguh ku tak menyangka. Karena selama ini ngiranya Ling Yu dipaksa banget.

Btw, suka yang mana? Versi drama? Versi novel? Atau versi Manhua?

Kalo saya pribadi sih demen drama karena menurut saya, ini adaptasinya ga nganclong jauh dari novelnya, perkara diperluas cakupannya dalam drama, itu hal yang lumrah ya. Tetapi kalo novel tuh enaknya, masih ada serba-serbi yang ga ketauan, yang diselip-selipin pengarangnya buat pembaca, jadi seru aja gitu. Ga usah jauh-jauh deh, kayak ekstra-ekstra chapter begini nih wkwk.

Makasih uda baca hasil terjemahan saya, semoga suka dan enjoy bacanya :D


Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar