Selasa, 24 Desember 2024

RTMEML - Chapter 10

Chapter 10 : Marquis Kecil Xie


Rebirth of The Malicious Empress of Military Lineage: Chapter 10

Ujian akademi Guang Wen Tang diadakan tiap tahun selama bulan sepuluh.

Ujian akademi merupakan sebuah ujian untuk setiap murid di akademi, terutama bagi para murid yang akan menampilkan bakat mereka. Yang paling penting, hari itu akan ada banyak pejabat berpangkat tinggi yang menonton dan para pangeran yang melihat dari samping. Apabila ada murid yang bagus, mungkin peluang karir akan tersedia.

Singkatnya, seseorang akan memamerkan bakatnya untuk dilihat orang lain, supaya menjadi terkenal. Inilah kenapa, di setiap ujian akademi, semua orang akan menggunakan seluruh tenaga dan upaya mereka untuk mendapatkan gelar.

Di kelas dua, bakat Shen Yue adalah yang paling luas dan ia akan selalu berdiri di atas orang banyak selama ujian akademi. Walaupun Shen Qing tidak sebaik Shen Yue dalam hal puisi, keahlian berhitungnya ada di antara yang terbaik dan biasanya ia akan mendapatkan peringkat atas.

Jika seseorang membicarakan tentang mereka yang kurang prestasi, orang yang ada di bawah adalah Shen Miao. Ia tidak mengetahui keempat seni sastra, dan perhitungannya adalah yang terburuk. Pada setiap ujian akademi, ia akan selalu mempermalukan dirinya sendiri. Jangankan memamerkan bakatnya, akan sangat sulit bahkan hanya untuk lulus ujiannya.

Shen Miao dalam kehidupan yang lalu paling takut pada ujian tahunan akademi, karena ia dapat melihat Shen Yue dan Shen Qing yang bangga akan kesuksesan mereka, sementara ia hanya bisa merasa sangat iri dalam hatinya.

Sekarang, saat ia melihatnya, ia hanya merasa kalau itu kecemburuan antara anak-anak semata. Pertempuran macam apa yang belum pernah dilihatnya sebelumnya, ujian akademi sungguh bukan apa-apa di matanya.

Ia menatap Feng An Ning dan berkata, “Memangnya kenapa dengan ujian akademi? Aku tidak pernah berpikir untuk memperebutkan peringkat atas ataupun bawah. Apanya yang harus diperjuangkan?”

Feng An Ning agak kaget karena ia tidak mengira kalau Shen Miao akan begitu murah hati untuk mengucapkan kenyataan dari masalahnya.

Ia memandangi Shen Miao dengan cermat dan bertanya, “Kau pasti banyak terluka, kalau tidak, tidak mungkin ada perubahan watak sebesar ini, kan?”

Kepribadian Shen Miao sepertinya berubah dalam semalam, dari orang yang membosankan, menjadi orang yang murah hati dan percaya diri. Itu bukanlah sikap yang harusnya dimiliki seseorang seusia ini. Karena mereka duduk semeja, perubahan watak ini bahkan lebih jelas lagi.

“Iya.”

Shen Miao tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa lagi.

Barangkali, karena usia para gadis, insting mereka adalah entah untuk menghormati atau merasa iri pada orang lain yang lebih dewasa dari diri mereka sendiri. Gestur Shen Miao mengubah sikap Feng An Ning kepadanya, tanpa sadar jadi lebih baik.

***

Setelah pelajaran akuntansi selesai, murid-murid menuju ke taman di luar Guang Wen Tang untuk bermain. Para gadis semua berada di akademi, bermain catur atau mendiskusikan puisi baru hingga mereka mendengar suara kuda yang lewat.

“Apa itu?”

Yi Pei Lan menolehkan kepalanya ke sana.

“Ayo keluar dan lihat apa itu,” Jiang Cai Xuan mengusulkan selagi ia menarik Shen Yue bangun.

Shen Miao tidak berniat untuk ikut bersenang-senang.

Feng An Ning yang berbalik setelah mengambil dua langkah dan meraih tangan Shen Miao setelah berpikir sedikit, “Ayo pergi dan melihatnya!”

Shen Miao agak kaget karena biasanya Feng An Ning tidak menyukainya, jadi ia tidak akan menunjukkan gerakan intim semacam ini. Ia keheranan tetapi ia sudah diseret keluar akademi oleh Feng An Ning.

Ada banyak murid yang berdiri di luar dekat pintunya, mengobrol. Ketika mereka melihat Feng An Ning menarik Shen Miao kemari, mereka semua memasang ekspresi yang terkejut. Mata Shen Yue berkedip tanpa terlihat tetapi ia tidak bersuara. Shen Qing-lah yang melihatnya dan mengejek. Semenjak ia menyadari kalau Shen Miao juga jatuh cinta pada Pangeran Ding, ia tak lagi repot untuk menyembunyikan penghinaannya ataupun berpura-pura.

Tetapi, apa yang mengejutkan bukan ini.

Cai Lin baru saja menyempil keluar dari kerumunan dan berteriak, “Marquis Kecil Xie!”

Marquis Kecil Xie? Shen Miao melirik ke sana.

Di luar pintu berwarna merah cinnabar Guang Wen Tang, berdirilah di sana, seekor kuda merah. Mantel kudanya cerah dan halus, dan dengan sekali lihat, siapa saja dapat mengetahui itu adalah kuda yang bagus berharga ribuan emas. Kuda itu dengan angkuh menendang ke depan sementara tubuh anggunnya menarik perhatian semua orang.

Tetapi pada akhirnya, kuda itu tidak semempesona orang yang menunggangi kudanya.

Pemuda itu duduk di punggung kuda, mengenakan sebuah jubah hitam bersulam dengan mantel bulu ungu tua dipakai di atasnya. Tangan kanannya dengan malas memainkan cemeti kudanya. Fitur wajahnya tajam dan tampan, sudut bibirnya agak tersungging ke atas, seolah tersenyum tetapi tidak juga, dan tatapan di matanya sangat dingin.

Ada seorang gadis muda di kerumunan yang langsung tersipu dan, tak mempedulikan dimana ia berada, dengan beraninya melemparkan sehelai saputangan sutra yang dilipat menjadi bentuk bunga kepada si pemuda. Ming Qi adalah kerajaan yang liberal, jadi toleran terhadap aturan antara pemuda dan pemudinya.

Bunga sutra itu jatuh ke tangan si pemuda dan ia memilinnya di tangannya sementara sudut bibirnya melengkung ke atas membentuk senyuman. Gadis muda yang melemparkan saputangan itu langsung merona, sudah mabuk kepayang.

Di saat berikutnya, senyuman pemuda yang keras kepala dan ribut itu menghilang. Bunga sutra itu jatuh ke tanah dan mendarat di bawah tapak kaki kuda merah, menghancurkannya sampai hancur tak bisa dikenali.

Ia menegakkan tubuhnya malas-malasan, seolah ada penghindaran kuat yang alami, tetapi karena wajah tampannya, itu hanya memperbesar daya tariknya. Ia memiliki kemampuan bawaan untuk membuat orang tidak memalingkan mata mereka atas kehadirannya.

Benar-benar orang yang dingin dan menjijikkan.

Yi Pei Lan menggumam, “Itu adalah marquis kecil dari keluarga Xie.”

Shen Miao mengangkat alisnya. Marquis kecil dari keluarga Xie, Xie Jing Xing.

Sebagian besar keluarga aristokrat bawahan di Ming Qi, menemani mendiang Kaisar dalam mendirikan kerajaan dan mencapai prestasi yang berjasa. Setelah beberapa generasi, gelar aristokratnya hanyalah nama kosong. Namun, beberapa keluarga menjadi lebih makmur dan hidup dengan sangat baik.

Seperti keluarga Feng yang merupakan pejabat sastra, ada pula mereka yang seperti keluarga jenderal Shen. Jika seseorang akan mengatakan bahwa keluarga Shen memiliki garis keturunan militer, itu karena mereka semua memimpin pasukan untuk berperang dan diakui sebagai orang yang jujur. Kemudian, ada keluarga Xie yang memiliki kekuasaan militer dalam genggaman mereka, tetapi selalu hanyut. Bahkan Yang Mulia saja tidak berdaya terhadap keluarga Xie.

Kemungkinan besar, ada garis pemberontakan dalam tulang keluarga Xie. Semua perbuatan mereka benar-benar memalukan, seperti mengabaikan perintah ibu kota supaya mundur ribuan mil jauhnya dan sebaliknya, terus mengejar musuh yang mundur. Pada akhirnya, mereka tetap memuliakannya sebagai ‘seorang jenderal harus menilai dan bertindak sesuai dengan situasi sebenarnya di medan perang dan karenanya tidak perlu mematuhi segala perintah’. Tetapi keluarga kekaisaran tak berdaya terhadap keluarga Xie, karena mereka tak terkalahkan dalam pertempuran.

Keluarga Shen dan keluarga Xie memiliki hubungan yang berlawanan. Ini, tentu saja, sengaja dihasut oleh mendiang Kaisar, supaya akan ada pemeriksaan dan keseimbangan untuk menstabilkan mahkamah.

Pandangan Shen Xin dan Marquis Xie tidak pernah sejalan karena Shen Xin tidak menyetujui taktik aneh dan metode tidak biasa milik Xie Ding. Xie Ding tidak bisa mengerti kenapa Shen Xin masih mengandalkan buku-buku militer selama pertempuran dan begitu kolot hingga ia tidak fleksibel. Kedua keluarga tidak punya interaksi selain bertengkar di mahkamah, karenanya mendiang Kaisar merasa senang melihat pengaturan semacam itu.

Setelah istri Xie Ding meninggal dunia, ia tidak menikahi istri lain dan hanya selir di keluarga itu yang memiliki dua putra. Ini berarti bahwa Xie Jing Xing memiliki dua saudara Shu dari ayah yang sama. Mungkin Xie Ding tertekan karena ibu dari putra Di-nya mati muda, dan ingin menebusnya, sehingga ia memanjakan Xie Jing Xing sejak masih kecil, membuat Xie Jing Xing mengembangkan temperamen yang tidak disiplin dan di luar kendali.

Biar begitu, Xie Jing Xing adalah orang yang cerdas. Selain dari sifat acuh tak acuhnya, ia unggul dalam pelajarannya dan memiliki fitur berkedudukan tinggi yang terkenal di Ming Qi, kalau tidak, tak ada banyak wanita yang akan diam-diam mengaguminya.

Sangat disayangkan, hati Shen Miao mendesah. Pemuda seluar biasa ini, pada akhirnya, jantungnya ditembak dengan panah dan tubuhnya digantung setelah ia dikuliti, akhir yang tragis semacam itu.

Mungkin tatapan mengasihani Shen Miao terlampau jelas, menyebabkan pemuda itu tiba-tiba melihat ke sana dan matanya, yang sedalam bintang-bintang, berkedip seolah ia tidak memahami tatapannya.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar