Tampilkan postingan dengan label Yun Niang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yun Niang. Tampilkan semua postingan

Selasa, 15 Juli 2025

Yun Niang - Chapter 17 - 19 (END)

 17

Pada malam bulan purnama, seratus hantu datang menuntut balas.

Di saat jiwa Putri meninggalkan tubuhnya, sebuah kekuatan yang keras menarikku masuk.

Ketika aku membuka mataku lagi, tiga hari telah berlalu.

Di sekeliling terasa sunyi senyap. Tidak ada hantu, dan tidak ada tanda-tanda Putri.

Hanya Song Xu yang ada di sana.

Ia duduk di tepi tempat tidur, tersenyum padaku.

Sama seperti sebelumnya, senyumannya lebih indah, lebih lembut ketimbang senyuman siapa pun di dunia ini.

Aku mengulurkan tanganku, dengan hati-hati menjulurkannya ke wajahnya.

Sensasi hangat datang dari ujung jariku.

Tiba-tiba saja, air mata menggenangi mataku.

Aku sudah lama curiga, bahwa serangkaian kejadian di kediaman Putri, semuanya berhubungan dengan Song Xu, tetapi aku tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari, aku bisa hidup kembali.

Song Xu memberitahuku bahwa mimpi buruk yang dikatakannya dialami setiap malam di perbatasan adalah kebohongan, tetapi mengenal seorang penyihir dari Wilayah Barat itu benar.

Itu karena ia pernah menyelamatkan nyawa si penyihir dari musuh, makanya si penyihir mengajarinya semua yang diketahuinya.

Pada hari ia kembali ke kota, Song Xu telah mempermalukan Putri di istana, menebak bahwa ia akan membalas.

Namun, ia tidak pernah menyangka bahwa, Putri akan begitu kejamnya sampai membunuhku.

Ketika ia menguburku, ia meletakkan Jimat Pengunci Arwah di liontin giok yang tidak pernah berpisah darinya itu, dan menguburkannya bersamaku.

Dengan begini, ia bisa menjaga jiwaku di sisinya.

"Kau berencana untuk menukar jiwaku dengan jiwa Putri sejak awal?" Aku menanyainya.

Song Xu mengangguk. "Iya, tetapi Teknik Penukaran Jiwa ini ketat. Putri harus meminum Sup Pelepas Jiwa terus menerus selama lima belas hari dan membawa rambutmu bersamanya. Hanya saat kekuatan spiritualnya paling lemah, barulah jiwanya punya kesempatan untuk meninggalkan tubuhnya, dan kau bisa mengambil tempatnya."

Dengan itu, aku paham.

Bahan-bahan untuk Sup Pelepas Jiwa ada di pil hitam yang diam-diam dimasukkan Song Xu ke obat Putri. Song Xu sudah secara pribadi menyiapkan obat untuk Putri setiap hari, memastikannya meminumnya tanpa terlewat.

Selain Sup Pelepas Jiwa, Song Xu juga menambahkan bahan-bahan lain untuk menguatkan tubuh.

Menurutnya, karena tubuh ini pada akhirnya akan jadi milikku, segala penderitaannya harus ditanggung oleh Putri.

Tentu saja, si penyihir yang kerasukan juga merupakan bagian dari rencananya.

Ketika malam bulan purnama tiba, saat para hantu sedang kuat-kuatnya, Song Xu memecah penghalang Putri.

Satu ruangan penuh hantu menakuti Putri, dan jiwanya benar-benar hancur.

"Bagaimana dengan rambutnya? Bagaimana kau membuatnya membawa rambutku bersamanya?" tanyaku.

Song Xu menunjuk ke pinggangku.

Itu adalah si kantong wewangian sutra merah.

Oh, benar, pada malam pertama di Kediaman Putri, Song Xu sudah menghadiahkan Putri kantong wewangian ini.

Putri tidak akan pernah menyangka bahwa di dalam kantong wewangian pengusir hantu ini sebenarnya adalah rambutku.

"Dan Putri? Apa yang terjadi padanya?" Aku bertanya lagi.

Aku tidak benar-benar peduli soal Putri, tetapi tentang para hantu.

Mereka semua tak berdosa dalam hidupnya. Jika mereka menjadi hantu pendendam dan menuntut balas, dan tidak bisa reinkarnasi karenanya, itu sungguh tidak sepadan.

Mengungkit sang Putri, ekspresi Song Xu langsung menggelap.

"Usai pertukaran jiwa, jiwa Putri akan mengalami semua rasa sakit yang kau derita—dipenggal, dibakar dalam api—ia tidak akan lolos dari satu pun siksaan. Sedangkan para hantu, begitu mereka melihat Putri menerima ganjarannya, mereka menyerah untuk membalas dendam dan berpindah untuk reinkarnasi."

"Lalu, Putri? Apa ia reinkarnasi juga?"

Song Xu tersenyum. "Apa kau mau melihatnya?"

*

*

*

18

Cahaya biru pucat berputar-putar di sekitarku, berubah-ubah secara konstan. Saat berikutnya, aku melihat sosok semi transparan melayang di udara.

Itu Putri!

Tidak, aku harus bilang—itu arwahnya.

Seluruh tubuhnya hangus, dan ada noda darah mengerikan di lehernya. Ia hampir tak bisa dikenali sebagai manusia.

Menyadari aku yang memandanginya, ia bergegas ke arahku, memamerkan giginya dan mencakar gila-gilaan.

Song Xu melambaikan tangannya ringan, dan Putri menjerit kesakitan, terbang menjauh tiga kaki.

Ia merangkak, memelototiku dengan ganas, dan menggeram, "Yun Niang, jangan kira hanya karena kau telah mengambil alih tubuhku, semuanya akan baik-baik saja. Aku masih belum jadi hantu pendendam! Jika Song Xu membunuhku, ia sendiri akan menderita serangan baliknya! Aku sudah mengirimkan mimpi kepada Ayahandaku, dan ia pasti akan segera kemari untuk menemuiku. Saat itu, baik kau dan Song Xu akan mati!"

Aku mengabaikan Putri, dan dengan berkacak pinggang, aku menanyai Song Xu, "Song Xu, kenapa aku tidak bisa mengirimkan mimpi waktu aku jadi hantu?"

Song Xu mengangkat bahu. "Aku menggunakan Jimat Pengunci Arwah padamu. Kau tidak bisa melakukan apa-apa. Bahkan penghalang pengusir hantu saja tidak bisa mengenalimu."

"Wah, kau benar-benar mengatakannya dengan begitu jujur!"

Aku bergegas maju dan mencubit pipi Song Xu. Ia membiarkanku melakukannya, sementara Putri melayang-layang penuh amarah.

Tiba-tiba saja, seorang pengawal buru-buru masuk melapor bahwa Kaisar sudah datang.

Putri kegirangan. "Ayahanda sudah datang! Habislah kalian semua!"

Aku menyesuaikan ekspresiku dan meraih pergelangan tangan Song Xu. "Jika Ayahanda sudah datang, mari kita pergi menyambutnya bersama-sama."

Ketika Kaisar melihatku, kecemasan di wajahnya sedikit berkurang.

"Ayahanda, kenapa Anda datang?"

Aku berlari kecil menghampirinya, dengan lembut menggandeng tangannya dan berbicara manis.

"Aku bermimpi tadi malam, dimana kau mengatakan Song Xu ingin membunuhmu, dan kau menyuruhku datang untuk menyelamatkanmu."

Aku tersenyum. "Ayahanda, aku tahu Anda mencemaskanku, makanya Anda bermimpi seperti itu. Tetapi lihat, putri Anda berdiri di sini baik-baik saja."

Aku berputar-putar dua kali dengan main-main di samping Kaisar.

Ekspresinya lumayan melembut. "Barangkali, aku yang kebanyakan berpikir."

Merasakan kecurigaannya yang masih ada, aku menyandarkan kepalaku di pundaknya.

"Ayahanda, putri Anda akan segera menikah. Anda pasti tidak rela berpisah denganku, itulah mengapa, Anda bermimpi seperti itu. Aku ingat waktu aku masih kecil, Anda tidak membiarkanku makan manisan buah. Hari ini, bagaimana kalau Anda membiarkanku memakannya? Sekali ini saja, ya?"

Mendengarku mengungkit soal kenangan masa lalu, kecurigaan Kaisar pun sirna sepenuhnya.

Ia mengetuk keningku ringan. "Sejak kau masih kecil, kau sudah nakal dan suka makan makanan yang disantap orang miskin di luar sana. Tetapi, karena kau menyukainya, aku akan menyuruh dapur kekaisaran agar menyiapkannya dan mengirimkannya ke Kediaman Putri. Bagaimana?"

"Ayahanda, Anda yang terbaik!"

Aku mengusap-usapkan kepalaku di lengannya dengan penuh kasih sayang, dan Kaisar pun tertawa terbahak-bahak.

Membanggakan diri, aku menjulurkan lidahku ke arah Putri.

Aku juga sudah dimanjakan oleh orang tuaku semenjak kecil; siapa yang tidak tahu bagaimana caranya bertingkah manja?

Melihat bahwa Kaisar sudah terjebak trikku, Putri mengamuk. Ia menjerit dan menunjukkan wujudnya di udara.

Kaisar syok begitu melihatnya dan berulang kali berteriak, "Song Xu! Song Xu! Ada hantu! Singkirkan dia!"

Putri, tubuhnya sepenuhnya hangus, dan tidak dikenali oleh Kaisar.

Ketika Putri melihat bahwa Kaisar hendak membinasakannya, ia menjadi semakin marah dan, dalam amukannya, menerjang ke arahku dengan gila.

Aku sudah akan menghindar saat tiba-tiba saja, sebuah jubah besar melindungiku.

Itu adalah Kaisar.

Ia memposisikan dirinya di depanku tepat waktu, menerima cakaran mematikan dari Putri secara langsung.

Dengan jeritan yang memilukan, Kaisar ambruk ke bawah. Wajahnya memucat, dan ia berhenti bernapas.

Putri membeku sesaat, lalu, dipenuhi amarah, ia menerjangku lagi.

Tepat sewaktu ia hendak menyentuhku, Song Xu berlari dalam beberapa langkah cepat dan menyerang Putri yang kini jadi hantu pendendam, membinasakannya dengan satu serangan.

Wajahnya terpilin penuh kesengsaraan sebelum menghilang di udara dengan cepat, bahkan tanpa sempat mengucapkan kata-kata terakhir.

*

*

*

19

Setelah Kaisar mangkat, Putra Mahkota naik takhta.

Kaisar baru adalah penguasa yang bijaksana dan selalu membenci perilaku sombong sang Putri.

Di istana, panggilan untuk menggulingkan sang Putri jadi kian lantang dan sering.

Namun, di saat para pengawal kekaisaran milik Kaisar sampai di Kediaman Putri, itu sudah kosong.

Pada malam mangkatnya Kaisar, Song Xu dan aku diam-diam meninggalkan ibu kota, mengambil harta emas dan perak dari Kediaman Putri bersama kami.

Kami melakukan perjalanan ke selatan, menuju suatu tempat dimana selalu musim semi sepanjang tahunnya.

Di kota, kami membeli sebuah kediaman besar, berniat menjadikannya rumah baru kami.

Pada hari kami seharusnya menyelesaikan penyerahan properti, Song Xu tiba-tiba bilang, ada sesuatu yang harus diurusnya dan memintaku pergi sendiri duluan.

Sembari menggerutu, aku menaiki kereta menuju kediaman.

Di saat aku melangkah turun, aku membeku.

Di depan gerbang kayu yang berat, orang tuaku berdiri berdampingan, mengenakan pakaian yang indah, tersenyum hangat ke arahku.

"Yun'er kau sudah pulang," kata mereka.

Sambil menangis, aku melemparkan diriku ke dalam pelukan mereka.

Song Xu berjalan keluar dari dalam gerbang, tersenyum kepadaku.

Aku tiba-tiba mengingat apa yang pernah dikatakannya.

Ia bilang, ia akan membangun sebuah rumah baru dan membawa orang tuaku untuk hidup di kota.

Ia bilang, ia ingin aku menjalani kehidupan yang lebih baik.

Ia bilang, ia ingin menua bersamaku.

TAMAT

*

*

*

T/N: yup short story lainnya. Waktu pertama baca, wah langsung kecantol, ga sangka ML-nya model begini, jadi saya iseng terjemahin juga. Saya baru sadar, kalau ternyata, saya juga suka tipe bacaan begini. Semoga pembaca lain juga bisa enjoy bacanya meski ini hanya short story. Sampai jumpa di lain terjemahan. Babay~

Aling


Continue reading Yun Niang - Chapter 17 - 19 (END)

Yun Niang - Chapter 15 & 16

 15


Dua jam kemudian, Putri akhirnya mendapatkan kembali ketenangannya.

Song Xu memberitahu Putri bahwa meskipun hantu pendendam tidak bisa mendekati penghalang pengusir hantu, ia bisa merasuki tubuh manusia.

Hanya mereka yang berniat kotor yang lebih mungkin untuk dirasuki oleh hantu-hantu seperti itu.

Justru penyihir itu adalah orang berniat kotor yang seperti itu.

Putri, setelah diselamatkan dua kali oleh Song Xu, sepenuhnya memercayainya. Ia bahkan menurunkan perintah bahwa, mulai hari itu dan seterusnya, hanya Song Xu yang diizinkan memasuki kamarnya.

Saat senja, titah Kaisar datang.

Dinyatakan bahwa, karena insiden dengan si penyihir, yang mengejutkan Putri, pernikahannya akan diundur sekali lagi.

Putri, merasa lelah secara mental, tidak menolak.

Setelah makan malam, Song Xu pergi ke halaman untuk menyiapkan obat untuk Putri, dan aku mengikutinya.

Dulu, kapan pun ia menyiapkan obat, aku akan melayang ke atap untuk melihat awan.

Aku tidak mau melihatanya menyibukkan diri demi musuhku.

Namun,masalah dengan si penyihir benar-benar aneh. Aku curiga kalau Song Xu ada hubungannya dengan itu.

Akan tetapi, apabila ia sungguh hendak membunuh Putri, kenapa ia bergegas masuk untuk menyelamatkannya di saat-saat genting?

Tidak bisa menerkanya, aku memutuskan untuk tetap di sisinya dan mengamati kalau-kalau ia bertindak tidak biasa.

Pada saat itu, Song Xu dengan hati-hati menambahkan tanaman obat yang dikirimkan Biro Medis Kekaisaran ke panci obat.

Setelah menambahkan semua ramuan, ia tiba-tiba mengibaskan lengan jubahnya, dan dengan bunyi dentingan pelan, sebutir pil hitam jatuh ke dalam pancinya.

Aneh sekali. Itu bukan dari Biro Medis Kekaisaran.

Tepat saat aku sudah akan melayang mendekat untuk melihat lebih jelas, seorang pengawal bergegas masuk, mengatakan ada urusan mendesak untuk dilaporkan.

Tanpa mendongak, Song Xu berkata kalem, "Yang Mulia sudah memerintahkan bahwa tak seorang pun kecuali aku yang boleh memasuki kamarnya. Apapun itu, kau bisa memberitahuku."

Pengawal itu tergagap, "Yang Mulia memerintahkan hamba untuk mengeksekusi orang tua Yun Niang, tetapi hamba ... hamba ...."

"Kau apa?" Song Xu mengangkat matanya dan menatapnya dingin.

Tiba-tiba, pengawal itu berlutut dengan bunyi gedebuk, jidatnya membentur tanah dengan keras.

"Ketika hamba tiba di rumah Yun Niang, hanya ada rumah kosong yang tersisa! Hamba sudah mencari selama beberapa hari, tetapi tidak bisa menemukan keberadaan orang tuanya. Hamba tahu, gagal menyelesaikan perintah Yang Mulia adalah kejahatan besar. Hamba mohon pada Anda, Fuma, mohon ampun untuk hamba! Mohon minta Yang Mulia mengampuni nyawa hamba!"

Mendengar ini, aku kegirangan—orang tuaku tidak mati!

Tetapi, kenapa mereka mendadak pindah?

Song Xu tidak kelihatan terkejut sama sekali.

Setelah hening beberapa saat, ia berkata, "Yang Mulia tidak sehat; ia tidak perlu mengetahui tentang ini. Kau boleh pergi."

Pengawal itu membenturkan kepalanya ke tanah berulang kali. "Terima kasih Fuma, karena telah menyelamatkan hidupku! Terima kasih!"

Song Xu mengabaikannya dan lanjut menyiapkan obat untuk Putri.

Aku duduk di seberangnya, memandangi wajahnya yang fokus.

"Apa itu kau?" tanyaku. "Apa kau mengatur supaya orang tuaku pindah?"

Song Xu tidak menanggapi.

Ia mengipasi tungku obat kecil itu dengan hati-hati.

Tetapi, aku sudah mengetahui jawabannya.

Hari itu di depan Kediaman Song, apa yang diam-diam diinstruksikannya kepada para pelayan agar dilakukan, pasti soal ini.

"Terima kasih."

Aku sungguh-sungguh berterima kasih padanya, meskipun saat ini ia sedang merawat Putri.

Song Xu meneruskan kerjaannya, tetapi sudut bibirnya terangkat sedikit sekali, menjadi senyuman tipis.

*

*

*

16

Keesokan harinya, seorang tabib kekaisaran datang ke kediaman.

Ia diutus oleh Kaisar.

Dengan insiden yang menyangkut si penyihir, Kaisar jadi curiga.

Sayangnya, tubuh Putri tidak menunjukkan adanya keanehan, bahkan beberapa penyakit lama bawaannya sejak lahir, sudah membaik secara signifikan.

Di bawah perawatan Song Xu yang cermat, Putri menjadi makin sehat dan kuat.

Usai mendengar ini, Kaisar akhirnya melepaskan kecurigaannya dan memilih tanggal baik baru untuk pernikahan mereka.

Selama masa-masa menunggu pernikahan, Putri kadang-kadang membawa Song Xu keluar.

Aku mengikuti di belakang mereka, menyaksikan mereka berjalan-jalan dan menonton sandiwara seperti pasangan suami-istri biasa.

Temperamen Purtri tak bisa ditebak, dan kadang kala ia mendapat dorongan hati untuk membunuh, tetapi Song Xu selalu menghentikannya.

Secara bertahap, niat membunuh Putri berkurang, dan tampak seolah ia benar-benar telah berubah.

Pernah, seseorang menabraknya, dan ia tidak marah; ia bahkan memberi mereka perak.

Mengikuti mereka dari belakang, menyaksikan adegan harmonis dan berbahagia ini, aku tiba-tiba merasa lega.

Barangkali, Song Xu sungguh dapat mengubah Putri, dan bukankah itu hal yang baik?

Ke depannya, tak ada lagi warga sipil tak berdosa yang akan mati di tangan Putri.

Apabila inilah yang ingin dilakukan Song Xu, masa depan yang didambakannya, aku rela memberkatinya dengan tulus.

Aku tidak pernah menyangka bahwa, mengubah Putri bukanlah apa yang benar-benar diinginkan Song Xu.

Pada tanggal 15 bulan ini, seperti biasa, Song Xu selalu berjaga di kamar Putri.

Aku duduk di halaman, mengobrol dengan para hantu.

Beberapa dari mereka, setelah mendengar bahwa Putri tak lagi membunuh orang, merasa gembira, melepaskan dendam mereka, dan pergi bereinkarnasi.

Namun, masih ada yang memikirkan balas dendam, tetap berada di Kediaman Putri, menunggu kesempatan mereka.

Mereka bertanya padaku, apa rencanaku, dan aku menghela napas, "Aku juga mau reinkarnasi, tetapi aku tidak bisa pergi."

Mereka mulai memberikan teori berbeda-beda, ada yang bilang aku masih punya harapan yang belum terkabul, yang lain mengatakan, aku sangat amat mencintai Song Xu dan tidak bisa berpisah darinya.

Aku mengangkat bahu, membantah semuanya.

Tepat saat kami mengobrol dengan riang gembira, si hantu wanita tertua mendadak membelalakkan matanya, menatap ke arah kamar Putri.

"Ada apa?" Aku menanyainya.

"Aku bisa merasakannya," katanya. "Penghalang Putri sepertinya melemah."

Mendengar ini, hantu lainnya bergegas menggila ke arah kamar Putri.

Aku pun mengikuti dengan cepat.

Para hantu yang tetap tinggal semuanya menuntut balas dendam. Jika penghalang Putri benar-benar rusak, akan ada kekacauan.

Sedangkan Song Xu, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padanya; ia sudah membantu Putri selama ini, dan para hantu mungkin tidak akan mengampuninya juga.

Ketika aku memasuki kamar, aku melihat Putri bersandar di dada Song Xu, wajahnya penuh derita, mengatakan ia mimpi buruk.

"Penghalangnya masih ada," ucap si hantu wanita.

Aku menerobos kerumunan hantu dan pergi memeriksanya. Memang, masih ada cahaya biru di sekitar Putri.

Namun, cahaya biru itu tampak lebih tipis dari sebelumnya.

Aku mengulurkan tangan, hendak menyentuh cahaya itu, ketika tiba-tiba saja, Song Xu mendongak ke arahku.

"Yun'er."

Ia tiba-tiba bicara, memanggil namaku.

Aku membeku, tanganku menggantung di udara.

"Song Xu, kau bilang apa?"

Putri menatapnya, tercengang.

Song Xu menolehkan kepalanya, tersenyum tenang ke arah Putri.

"Yang Mulia, sudah waktunya."

Song Xu mengangkat tangannya dan dengan ringan mengetuk kening Putri.

Cahaya biru di sekitar Putri lenyap seketika, dan saat berikutnya, matanya membelalak ngeri.

"Ah—!"

Jeritan memekakkan telinga menembus langit malam.

"Penghalangnya tidak ada!" si hantu terkekeh menggila, bergegas ke arah Putri.

Putri dengan cepat dikerumuni oleh para hantu, dan dalam sekejap, ia tak lagi terlihat.

Hanya aku yang berdiri di sana, terperanjat.

Aku melihat selagi Song Xu berjalan melewati kerumunan hantu, mendatangiku.

Cahaya bulan purnama terpantul di mata jernihnya yang terang.

"Yun'er, bukankah kau bilang, kau ingin menjadi seorang putri di kehidupanmu selanjutnya?"


Continue reading Yun Niang - Chapter 15 & 16

Yun Niang - Chapter 13 & 14

 13


Saat aku terbangun lagi, aku tidak tahu berapa lama waktu telah berlalu.

Song Xu duduk di aula depan Kediaman Putri, sedangkan aku berbaring di lantai di sampingnya.

Aku duduk perlahan-lahan, pikiranku kacau balau.

Apa yang terjadi?

Aku ingat Putri mengatakan ia akan membunuh orang tuaku, dan Song Xu tidak membantuku.

Dalam ledakan kemarahan, aku sudah berencana untuk menjadi hantu pendendam, dan membunuh mereka berdua.

Namun tepat saat aku sudah akan menjadi hantu pendendam, aku tiba-tiba pingsan.

Bisakah hantu pingsan?

Aku mencoba menyentuh kepalaku, tetapi jari-jariku menembusnya.

Aku hanyalah serpihan jiwa; tubuhku bahkan tidak ada lagi, jadi mana mungkin aku masih punya kepala?

Tiba-tiba saja, suara langkah kaki terdengar dari luar pintu.

Putri berjalan masuk, bergandengan tangan dengan seorang pria paruh baya yang berekspresi tegas.

Sebelum aku bisa dengan jelas melihat wajah pria itu, Song Xu berlutut di lantai dengan mulus.

"Hamba memberi hormat pada Yang Mulia."

Jadi, inilah Kaisar yang hanya kudengar dari cerita-cerita.

Kenapa ia datang ke Kediaman Putri? Berapa lama aku tidak sadarkan diri?

Orang tuaku ... apakah mereka sudah dibunuh?

Dengan pertanyaan-pertanyaan ini dalam benakku, aku memutuskan untuk tetap diam saat ini dan melihat apa yang terjadi.

Kaisar duduk di tempat duduk utama di aula, sementara Putri duduk di sampingnya.

"Ayahanda, kesehatanku sudah meningkat pesat. Mohon berikan aku pernikahan yang Anda janjikan," kata Putri selagi ia bergelayut di lengan Kaisar, matanya berkaca-kaca, tampak kasihan.

Wajah Kaisar menggelap. "Apa kau benar-benar bersikeras menjadikannya sebagai Fuma-mu?"

Air mata mengalir menuruni wajah Putri. "Ayah, aku benar-benar mencintai Song Xu. Lihat, Song Xu-lah yang memecahkan masalah berhantu di Kediaman Putri, dan saat aku ketakutan, ia juga yang menjagaku."

"Apa yang dilakukannya, para penyihir di bawah perintahku juga bisa melakukannya," jawab Kaisar.

Penyihir? Jadi, Kaisar punya penyihir yang dapat diandalkannya?

Ini masuk akal. Putri memiliki penghalang pengusir hantu pada dirinya, yang mana bukanlah sesuatu yang muncul secara alami.

Karena Kaisar punya penyihir, kenapa ia tidak mengirimkan seseorang untuk memusnahkan hantu-hantu di Kediaman Putri?

Pertanyaan ini hanya bertahan sebentar sebelum aku mengetahuinya.

Putri sudah membunuh begitu banyak orang, sampai-sampai hantu adalah kemunculan yang biasa di kediamannya. Mustahil untuk membersihkan semuanya.

Memasang penghalang pengusir hantu padanya memang merupakan solusi yang paling mudah dan permanen.

Namun, bagi seseorang bekerja untuk Kaisar, penyihir itu pasti sangat kuat.

Kalau memang begitu, kenapa penghalang Putri rusak?

Aku tidak tahan untuk melirik Song Xu.

Mungkinkah dia?

Kaisar dan Putri dalam keadaan buntu, sedangkan Song Xu, dengan ekspresi yang dikendalikan, tetap diam.

Pada akhirnya, Kaisar tidak bisa melawan permohonan Putri dan meninggalkan sebuah titah kekaisaran yang menganugerahkan pernikahan tersebut.

Song Xu berlutut di samping Putri untuk mengungkapkan rasa syukurnya, wajahnya tetap tenang dan tak tergoyahkan.

Tiba-tiba saja, aku teringat bagaimana tampangnya ketika ia berlutut di luar rumahku, meminangku.

Dulu, ia berlutut tanpa makan atau minum sehari semalam.

Ketika orang tuaku akhirnya setuju, ia melompat kegirangan, tetapi karena kelaparan sekian lama, ia jadi pusing dan langsung jatuh dengan muka duluan, mengenai lumpur.

Melihat keadaannya yang berantakan, aku tidak pernah merasa lebih bahagia.

Song Xu, bahkan saat kau jatuh pun, kau tetap kelihatan tampan.

Orang serupawan ini, mulai hari itu dan seterusnya, menjadi milikku.

Tetapi kepemilikan ini terlalu singkat.

Putri menerima titah pernikahan dan menatap Song Xu penuh rasa gembira.

Song Xu tersenyum, tetapi aku tahu ia tidak senang. Bahkan ada sejejak kecemasan dalam ekspresinya.

Song Xu selalu menjadi pria yang percaya diri. Semenjak kami menikah, aku hanya pernah melihatnya khawatir dua kali.

Yang pertama kali adalah ketika ia mengetahui ia wajib militer. Yang kedua adalah malam saat ia kembali dari tugasnya di istana.

*

*

*

14

Tanggal pernikahan untuk Song Xu dan Putri ditetapkan tiga hari kemudian.

Selama tiga hari belakangan ini, Kediaman Putri jadi ramai orang, semuanya dikirim oleh Kaisar untuk membantu mempersiapkan pernikahan.

Meskipun kesehatan Putri membaik, ia masih sering merasa lelah.

Namun, menjadi seorang Putri, semuanya ditangani oleh para pelayannya, dan yang perlu dilakukannya adalah fokus istirahat dan memulihkan diri.

Sementara Putri tidur, Song Xu duduk dekat sisinya sembari membaca sebuah buku cerita.

Tetapi, aku tidak bisa fokus pada ceritanya.

Aku masih tidak tahu bagaimana kabar orang tuaku.

Selama dua hari terakhir, aku telah mencoba mengumpulkan kebencian untuk mengubah diriku menjadi hantu pendendam, tetapi entah kenapa, kapan pun aku mengumpulkan kebencian, akan cepat lenyap, membuatnya mustahil untuk dikumpulkan.

Sepertinya, aku tidak berguna, tidak mampu melindungi diriku sendiri, apalagi orang tuaku.

Aku bahkan tidak bisa menjadi hantu yang membalaskan dendam pada Putri.

Aku menghabiskan hariku dengan menghela napas, sedangkan Song Xu hidup dengan sangat nyaman.

Ia hanya membaca dua halaman buku cerita sebelum kehilangan minat, dan kemudian ia akan meninggalkan halaman Putri dari waktu ke waktu untuk berjalan-jalan di sekitar Kediaman.

Aku tidak mau sendirian bersama Putri, jadi aku melayang-layang di atas kepala Song Xu, mengikutinya bagaikan seutas layang-layang.

Selama jalan-jalan ini, aku melihat sesuatu yang benar-benar membuka mataku.

Aku adalah gadis desa, tetapi saat Song Xu dan aku menikah, skala dan kemewahan pernikahannya setara dengan para gadis bangsawan di ibu kota.

Waktu itu, aku kegirangan—bukan hanya aku mendapatkan seorang pria tampan secara gratis, tetapi ia juga rela menghabiskan uang.

Namun, melihat persiapan pernikahan di Kediaman Putri, aku akhirnya mengerti apa arti kemewahan yang sebenarnya.

Pada saat ini, Kediaman Putri tampak seperti rumah harta karun, bahkan pita merah yang menggantung di bawah atap pun bersulamkan benang emas.

Aku tidak sanggup mengalihkan pandanganku.

Jika semua harta berharga ini dibagi-bagikan di antara para penduduk desa yang bahkan tidak sanggup untuk makan, bukankah itu akan luar biasa?

Sewaktu aku melayang-layang, aku tiba-tiba menangkap sosok yang mengendap-endap.

Orang itu memakai jubah panjang abu-abu dan memegang benda panjang di tangannya, mengendap-endap menempel dinding menuju halaman Putri.

Kediaman itu penuh manusia, dan Song Xu tidak melihatnya.

Namun, dari sudut pandangku yang tinggi di udara, aku melihat segalanya dengan jelas.

Benda di tangan orang itu adalah pedang kayu berukir dengan pola-pola jimat.

Aku merinding, dan teringat apa yang dikatakan Kaisar soal para penyihirnya.

Mungkinkah orang ini penyihir yang membuatkan penghalang pengusir hantu untuk Putri?

Ini gawat—penyihir ini sepertinya kuat, dan apabila gangguan hantu di kediaman sungguh disebabkan oleh Song Xu, ia pasti akan ketahuan.

Tanpa sempat berpikir, aku buru-buru mengikutinya.

Halaman Putri biasanya tidak ada yang mengganggu, jadi penyihir itu masuk ke kamarnya dengan mudah.

Ia menghampiri tempat tidur Putri, mengangkat pedang kayu, memejamkan matanya, dan mulai merapalkan mantra.

Segera, cahaya biru menyelimuti Putri.

Itu adalah penghalang pengusir hantu yang sama persis seperti yang Song Xu pasangkan padanya malam itu.

Penyihir itu membuka matanya dan menatap Putri, ekspresinya berubah drastis.

Ia bergegas maju dan mengguncang Putri sampai bangun.

Putri, yang masih mengantuk, mengerutkan dahi saat ia melihatnya.

"Kenapa kau di sini? Dimana Song Xu?"

Penyihir itu segera berlutut di hadapan Putri. "Yang Mulia, atas perintah Kaisar, aku memasuki kediaman untuk menyelidiki gangguan hantu. Mohon, Yang Mulia, jangan berhubungan dengan Song Xu lagi. Penghalang yang dipasangkannya untuk Anda sebenarnya adalah ...."

"Cukup." Putri menyelanya dengan tidak sabaran. "Keterampilanmu lebih rendah, dan penghalangmu gagal, hampir membuatku kehilangan nyawaku gara-gara hantu-hantu itu. Aku sudah bermurah hati tidak menghukummu, dan kini kau berani memfitnah Song Xu? Jika bukan karena dirinya, aku bahkan tidak tahu bagaimana aku mati!"

Penyihir itu jadi gelisah. "Yang Mulia! Aku baru saja menyelidiki kediaman dengan saksama, dan Song Xu, ia ...."

Sebelum ia selesai, ada kabut hitam yang tiba-tiba melayang masuk melalui jendela, dan dengan secepat kilat, merasuk ke dalam tubuh penyihir itu.

Penyihir itu membeku seolah-olah seseorang sudah menekan titik akupunturnya.

Saat berikutnya, ia mendadak tampak kerasukan, mengacungkan pedang kayunya dan menerjang Putri.

Putri menjerit, menghambur dan merangkak ke pojok tempat tidur.

Penyihir itu melompat ke atas tempat tidur, menggumamkan suara-suara aneh dari mulutnya.

"Akan kubunuh kau! Akan kubunuh kau!"

Pedang kayu itu sudah hampir menusuk dada Putri ketika Song Xu mendadak bergegas masuk.

Ia membentuk segel tangan dan menyerang paksa si penyihir menggunakan telapak tangannya. Penyihir itu memuntahkan darah hitam dan ambruk di tempat tidur, tak bernyawa.

Kabut hitam itu menyelinap keluar dari tubuh si penyihir dan melarikan diri melalui jendela.

Song Xu tidak mengejarnya.

Malahan, ia buru-buru memeriksa Putri, yang wajahnya berlumur darah yang dimuntahkan oleh si penyihir.

"Yang Mulia, Anda baik-baik saja?"

Putri gemetar hebat, matanya linglung sewaktu ia memandangi mayat si penyihir di bawah. "Ia ... ia ingin membunuhku .... Seseorang ingin membunuhku ...."

Song Xu menggenggam tangan Putri. "Sudah tidak apa-apa sekarang, Yang Mulia. Ia sudah mati."

Putri melemparkan dirinya ke dalam pelukan Song Xu, terisak seperti bunga yang meratap.


Continue reading Yun Niang - Chapter 13 & 14

Yun Niang - Chapter 11 & 12

 11


Untuk menguji Song Xu, aku berteriak dan menjerit di sampingnya sepanjang malam.

Ia tidur nyenyak.

Aku menyimpulkan bahwa insiden tadi malam, ketika ia bicara padaku, murni kebetulan—ia tidak benar-benar bisa melihatku.

Aku juga menemukan bahwa aku berbeda dari hantu lainnya.

Hantu lainnya tidak bisa mendekati Putri atau Song Xu, tetapi aku bisa mendekati mereka tanpa masalah. Aku bahkan bisa menembus tubuh mereka.

Terlebih lagi, hantu lain bisa menjelajah melampaui kediaman Putri, tetapi aku ditarik paksa kembali jika aku berkeliaran terlalu jauh dari Song Xu.

Mungkinkah jiwaku juga sudah diutak-atik?

Saat siang hari tiba, energi spritiual hantu melemah, dan mereka semua mundur untuk istirahat di sudut-sudut gelap.

Hanya aku yang dipaksa untuk tetap berada beberapa puluh meter dari Song Xu, bagaikan seekor anjing yang diikat ke tiang.

Karena aku tidak bisa berkeliaran dengan bebas, aku langsung pergi ke kamar Putri.

Aku mau lihat, seperti apa sikap Song Xu terhadap Putri.

Lebih baik kalau aku tidak pernah melihatnya—apa yang kulihat nyaris membuatku mati penuh amarah.

Song Xu bangun pagi-pagi dan langsung ke pinggir tempat tidur Putri, menatapnya intens.

Benar-benar bejat.

Menjelang tengah hari, Putri akhirnya bangun.

Ketika ia melihat Song Xu, ia tertegun sejenak, kemudian berseri-seri ke arahnya dengan wajah penuh kegembiraan.

"Apa kau terus menjagaku sepanjang malam?"

Song Xu balas tersenyum, "Benar. Untungnya, tidak ada barang kotor yang mengganggu Yang Mulia semalam."

Aku memutar mataku.

Pria ini hanya duduk sebentar sebelum ketiduran, tetapi ia punya nyali untuk mengklaim ia sudah berjaga sepanjang malam.

Bagaimana bisa aku tidak menyadari betapa pandainya ia berbicara?

Namun, Putri tidak mengetahui itu.

Ia sungguh terharu, memandang Song Xu dengan kasih sayang seperti itu, hingga matanya yang indah seolah siap mengalirkan mata air yang jernih.

Kalau saja ia tidak membunuhku, aku mungkin akan mengira ia adalah orang yang cantik dan baik.

Semua orang tahu, tidak bijaksana untuk menilai berdasarkan penampilan, tetapi tak ada seorang pun yang bisa lolos dari itu.

Sama seperti aku tidak bisa lolos menilai Song Xu, dan Song Xu tidak bisa lolos menilai Putri.

Keduanya bertukar pandang sebentar, lalu Putri tiba-tiba menekan tangannya ke keningnya.

"Song Xu, aku tidak tahu kenapa, tetapi aku merasa lelah sekali. Aku tidak punya tenaga sama sekali."

Song Xu mengerutkan alisnya penuh perhatian. "Jika Yang Mulia tidak sehat, mungkin kita harus memanggil tabib kekaisaran dari istana?"

Putri mengangguk. "Bagus. Ayahanda pasti akan sangat tertekan saat ia mendengar aku tidak enak badan."

Sudah jadi rahasia umum bahwa Kaisar menyayangi putrinya, tetapi aku tidak pernah membayangkan bahwa kasih sayangnya meluas sampai memanjakannya membunuh orang-orang yang tak berdosa.

Siang harinya, tabib datang. Usai memeriksanya sebentar, ia tidak menemukan adanya penyakit dan hanya mengatakan Putri sudah ketakutan. Ia meresepkan beberapa obat penenang dan menyarankan istirahat total.

Setelah tabib pergi, Putri bangun untuk makan siang bersama Song Xu, kemudian kembali berbaring.

Song Xu secara pribadi merebuskan obat untuknya dan menyuapinya, membujuknya untuk tidur.

Menyaksikan Song Xu bersikap begitu perhatian, aku menghela napas.

"Ya Tuhan, kalau memang ada kehidupan selanjutnya, biarkan aku jadi putri juga."

Aku tidak yakin apakah ini hanya imajinasiku saja, tetapi aku melihat sosok Song Xu terdiam sejenak.

Tak lama, Putri tertidur, dan Song Xu bangkit dan pergi ke meja tulis.

Ia menjatuhkan diri tepat di atas kepalaku.

"Hei! Kau tidak lihat ada yang duduk di sini!"

Aku menggumam marah, bergeser untuk duduk di sebelahnya.

Song Xu mengeluarkan sebuah buku dari lengan jubahnya dan mulai membolak-balikkannya.

Aku mencondong mendekat untuk melihatnya. Hah, itu buku cerita yang kubaca belum lama ini!

Saat aku masih hidup, hobi favoritku adalah membaca buku cerita.

Setelah kami menikah, Song Xu sering menemaniku ke jalan untuk membeli buku-buku baru.

Ketika ia pergi berperang, aku membaca buku cerita kapan pun aku merindukannya.

Di hari kepulangannya, aku memberitahunya tentang buku cerita baru yang baru kubeli.

Sayangnya, aku baru sampai setengah jalan sebelum aku mati.

Aku tidak pernah menyangka, Song Xu akan membawa buku cerita ini ke Kediaman Putri.

Tak bisa dipercaya. Aku sudah mati, dan bukan hanya ia tidak membakarkan bukunya untukku, tetapi ia juga menyimpannya untuk dirinya sendiri!

Aku menonjok Song Xu tiga kali dengan marah.

Ia membuka buku itu, dan di dalamnya ada pembatas buku dari daun buatanku.

Song Xu memandangi pembatas buku itu sejenak, kemudian menariknya keluar.

Aku berpikir, ia akan membalik ke halaman pertama, tetapi ia malah mulai membaca tepat dari halaman yang diberi pembatas buku.

Aku kegirangan dan merapat padanya, menyandarkan kepalaku di bahunya selagi kami membaca bersama.

Ia membalikkan halamannya dengan lambat, dan cahaya senja jatuh mengenai jari-jari rampingnya.

Persis seperti ketika aku masih hidup.

*

*

*

12

Sepanjang hari, selain makan dan minum obat, Putri tetap tidur lelap.

Berkat dirinya, aku menghabiskan hari dengan membaca buku cerita.

Pagi-pagi keesokan harinya, Kediaman Putri menerima sebuah titah kekaisaran.

Dikatakan bahwa, Kaisar, karena mencemaskan kesehatan Putri, telah memutuskan untuk menunda pernikahan.

Ia juga menitahkan agar Song Xu harus lebih dulu kembali ke Kediaman Song dan baru kembali begitu Putri sembuh.

Setelah mendengar ini, Putri jadi gila, berteriak-teriak bahwa ia ingin menemui Kaisar dan bersikeras bahwa Song Xu harus tetap tinggal.

Song Xu dengan sabar membujuknya di sisinya, mendesaknya agar mendengarkan Ayahandanya.

Putri jadi semakin marah, berkata, "Kau tahu apa? Ayah paling mencintaiku; ia pasti akan setuju!"

Song Xu menghela napas dan membawakan semangkuk obat, berkata, "Yang Mulia, obatnya sudah dingin. Mohon minum obatnya dulu sebelum mencemaskan soal pertunangan."

Tanpa terduga, Putri meraih mangkuk obat itu dan melemparkannya ke arah Song Xu.

Song Xu tidak sempat mengelak. Mangkuk itu mengenainya persis di wajahnya.

Cairan obat berwarna hijau gelap perlahan-lahan menuruni wajahnya, dan garis tipis darah pun muncul di pipinya yang tampan.

Itu wajah favoritku!

Aku geram dan menuding Putri, berteriak, "Hei, ada apa denganmu? Ia melakukan ini demi dirimu, kenapa kau memukulnya!"

Tetapi Putri tidak bisa mendengarku.

Ia melotot marah ke arah Song Xu tanpa sejejak pun rasa bersalah di wajahnya.

Saat itu, aku mendadak menyadari—Putri mungkin tidak benar-benar mencintai Song Xu.

Barangkali, ia hanya merasa ia menarik dan ingin bermain-main dengannya. Tetapi ditolak di depan umum telah menggores egonya.

Ego—sesuatu yang dihargai bangsawan lebih dari apa pun juga.

Justru karena penolakan Song Xu itulah, makanya ia sekarang bertekad untuk mendapatkannya dengan cara apa pun.

Aku mulai mengkhawatirkan masa depan Song Xu.

Dengan istri seperti ini, kehidupannya pasti akan menyedihkan.

Namun, Song Xu, yang selalu sabar, mengusap wajahnya dan berkata, "Maafkan aku karena membuat Yang Mulia kesal. Obatnya sudah tidak ada; aku akan pergi menyiapkan semangkuk lagi."

Aku tidak tahan untuk tertawa sinis.

Pria ini, gampang sekali diinjak-injak—kenapa aku bahkan mencemaskannya?

Namun, ucapan Putri selanjutnya seketika menghapus senyuman dari wajahku.

"Aku tahu! Pasti Yun Niang-lah yang ada di balik ini! Semenjak aku membunuhnya, kediaman ini berhantu! Aku akan mengutus orang untuk mencari orang tua Yun Niang dan membunuh mereka semua!"

Aku melonjak syok. "Kediamanmu berhantu karena dosa-dosamu sendiri! Apa hubungannya itu denganku? Berani-beraninya kau mengancam membunuh orang tuaku!"

Putri tidak bisa mendengarku.

Ia benar-benar memanggil pengawal dan memerintahkan mereka agar membunuh orang tuaku.

Aku panik dan mencengkeram lengan jubah Song Xu. "Song Xu, tolong beri pengertian padanya!"

Aku tahu ia tidak bisa mendengarku, tetapi ia telah melindungi orang tuaku kemarin. Tentu saja, ia akan membantu mereka lagi hari ini.

Aku dipenuhi harapan.

Namun, yang membuatku tidak percaya, tak setitik pun emosi melintasi wajah Song Xu.

Dengan ekspresi dingin, ia berkata, "Asalkan itu membuat Yang Mulia senang, rakyat jelata itu—bunuh saja mereka jika Anda menginginkannya."

Aku berdiri di sana, membeku.

Jadi, kemarin, saat ia membela orang tuaku, itu tidak tulus.

Dan saat ia bilang aku sudah menderita, dan bahwa ia akan memberikanku kecantikannya, itu juga tidak tulus.

Song Xu, aku akan menjadi hantu pendendam dan membunuhmu dan Putri.

Segera setelah pemikiran ini melintasi benakku, seluruh tubuhku mulai terbakar.

Aku tahu bahwa inilah tanda bahwa aku sudah akan menjadi hantu pendendam.

Tidak masalah. Bahkan jika aku tidak bisa reinkarnasi, itu tidak jadi soal.

Biarpun hidupku singkat, menjadi putri orang tuaku merupakan berkah terbesar dalam hidup ini.

Tepat sewaktu aku hendak menyerang Putri, Song Xu tiba-tiba mengangkat tangannya dan dengan ringan melambaikannya di depan mataku.

Dalam sekejap, aku hilang kesadaran.


Continue reading Yun Niang - Chapter 11 & 12