Tampilkan postingan dengan label A Love Sparked by a Pair of Underwear. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label A Love Sparked by a Pair of Underwear. Tampilkan semua postingan

Senin, 14 Juli 2025

ALSAPU - Ekstra 1 - 3

Extra 1 : Mabuk


Setelah aku pacaran dengan Shen Qiao Wei, ia membawaku makan malam bersama beberapa teman-temannya (utamanya untuk memamerkan cinta kami).

Selama makan malam, beberapa dari mereka terlalu banyak minum dan ingin bermain escape room.

Alhasil, ketika escape room-nya selesai, gedung asrama pun terkunci.

Shen Qiao Wei berkata: "Pergi saja ke rumahku, orang tuaku dua-duanya dalam perjalanan bisnis."

Kemudian, rombongan kami pun pegi ke rumah Shen Qiao Wei.

Anak-anak lelaki itu semuanya tidur di kamar tamu, dan Shen Qiao Wei juga aku tertinggal di ruang keluarga.

Kami berduaan, dan ia mabuk, kalau terjadi apa-apa ....

Jadi, aku akan pergi tidur mencari kamar tamu lainnya sesegera mungkin.

Namun, Shen Qiao Wei tiba-tiba menanyaiku "Maukah kau mendengarkanku bermain piano?"

Aku tertegun, dan kemudian aku ingat bahwa ia berasal dari keluarga musisi.

Aku pun mengangguk.

Kemudian ia duduk di depan piano di ruang keluarga dan mulai bermain, ia bahkan menolehkan kepalanya ke arahku sembari ia bermain.

Aku bertepuk tangan untuknya secara kooperatif.

Tentu saja, ia bermain dengan sangat baik.

Aku tidak tahu apakah itu karena semangat dariku atau karena ia mabuk.

Setelah bermain piaon, Shen Qiao Wei mengeluarkan sebuah biola dari ruang keluarga dan mulai memainkan biola itu.

Jangan disebutkan, ia sebenarnya lumayan jago.

Apakah aku tanpa sengaja memungut seorang pangeran musik?

Aku terus memujinya.

Kemudian, Shen Qiao Wei mengeluarkan seruling, harmonika, dan lain sebagainya, seolah-olah ia akan memainkan semua yang bisa berbunyi di rumah ini.

Akhirnya, ia mulai bernyanyi.

Aku: ....

Tolong, kenapa orang ini bernyanyi tidak berirama?

Bukankah ayahnya adalah penyanyi bass terkenal?

Tetapi karena cinta, aku menahannya dan memberi tepukan tangan yang bertentangan dengan kehendakku sendiri.

Shen Qiao Wei berhenti mendadak dan berjalan ke arahku selangkah demi selangkah.

Tatapannya dalam sekali, aku merasa bahwa itu sedikit berbahaya, jadi aku tanpa sadar mulai mundur.

Lalu, ia memelukku tiba-tiba, menundukkan kepalanya dan mencium bibirku.

Ini bukan pertama kalinya kami berciuman, tetapi ini adalah ciuman yang paling bergairah dan sungguh-sungguh.

Aku dapat merasakan aroma anggur dari mulutnya dan aroma hormon muda yang hampir meledak di antara kami berdua.

Tepat sewaktu kami sudah akan melangkah lebih jauh, pintunya terbuka.

Si wanita paruh baya di luar pintu melihat kami yang saling menempel, dan menutup pintunya lagi.

Aku: ....

Pertanyaan: Apa yang harus kulakukan kalau ibu pacarku kebetulan masuk dan melihatku dan pacarku sudah hampir melakukannya?

Jawaban: Kau harusnya sih mau mati ....

Siapa yang akan mengira bahwa ibu Shen Qiao Wei akan mendadak pulang ke rumah di tengah malam?

Untungnya, Ibu Shen adalah orang yang sangat lembut. Setelah mengajukan beberapa pertanyaan sederhana padaku, ia tidak mengatakan apa-apa kecuali menunjukkan senyuman ramah di wajahnya.

Aku: ....

Bibi, dengarkan aku. Ini benar-benar pertama kalinya aku dan Shen Qiao Wei melakukan sesuatu seperti ini.

Jadi, setelah insiden itu, sampai aku pada tahapan membicarakan pernikahan dengan Shen Qiao Wei, aku tidak menginjakkan kaki di depan pintu rumahnya lagi.

Tentu saja, ini adalah hal-hal yang terjadi nanti.

*

*

*

[Extra 2: IQ]

Akhir-akhir ini aku menemukan satu hal.

Meskipun aku selalu menyebut Shen Qiao Wei mahasiswa top, hasil ujian masuk kuliahku sepertinya lebih tinggi darinya (tentu saja, hasil ujian masuk kuliah tidak akan disebutkan untuk sementara waktu ini).

Jadi, beberapa hari ini, aku selalu menyombongkan diri di samping Shen Qiao Wei.

Ia kesal karenaku dan tiba-tiba bertanya: "Oke, kalau begitu aku akan mengajukan satu pertanyaan untukmu."

Aku penuh percaya diri: "Katakan!"

Shen Qiao Wei: "Aku memenuhi bak mandi penuh dengan air, dan kemudian aku memberikanmu sendok dan baskom untuk menyuruhmu mengeringkan air di bak mandi itu. Apa yang akan kau lakukan?"

Aku berpikir sejenak, dan berpikir bahwa ini tidak bisa membingungkanku: "Tentu saja, aku akan menggunakan keduanya."

Shen Qiao Wei melengkungkan bibirnya dan tersenyum: "Tidak."

Aku: "Terus, apa?"

Shen Qiao Wei: "Cabut penyumbat bak mandinya."

Aku: ....

Tolong, pertanyaan macam apa pula ini!

*

*

*

[Extra 3: Pikiran Shen Qiao Wei]

Aku bertemu seorang gadis yang sangat menggemaskan.

Aku keluar dari perpustakaan hari itu dan mengetahui bahwa hari itu hujan.

Awalnya hujan rintik, jadi aku tidak peduli. Aku berjalan kembali ke asrama di tengah hujan. Setengah jalan dalam perjalanan, hujannya jadi semakin deras. Aku pun mempercepat langkahku dan tiba-tiba mendengar seseorang memanggilku dari belakang: "Tong xue, aku akan membantumu menghadang hujannya."

Lalu, sebuah payung putih dengan pola bunga kecil-kecil mendadak menutupi tetesan hujan deras di atas kepalaku.

Ketika aku berbalik, aku melihat seorang gadis yang berusaha berjinjit, mengangkat lengannya, memegangi payung itu untukku.

Ia mendongakkan kepalanya dan tersenyum dengan alisnya yang melengkung. Wajah bundar mungilnya dipenuhi tetesan air di hari hujan ini, begitu mengingatkanku akan seekor anak anjing kecil.

Aku hendak menolak, tetapi ia tiba-tiba menggandeng tanganku dan berlari maju: "Jangan berdiri bengong saja di sana, lari."

Hanya begini saja, seorang gadis asing dan aku pun berderap di dalam hujan.

Sebenarnya, hujannya deras sekali, kehadiran payung itu sudah lama tak ada gunanya, tetapi aku tetap berlari bersamanya.

Ia mengantarkanku sepanjang jalan ke asramaku dan melambai ke arahku: "Selamat tinggal, tong xue." Kemudian ia berbalik dan berlari ke dalam hujan tanpa menoleh ke belakang, sampai ia menghilang dari pandanganku.

Hingga hujannya berhenti barulah aku menyadari bahwa aku tidak menanyakan namanya.

Aku merasa sedikit menyesal.

Tetapi, aku segera bertemu lagi dengannya, di ruang kelas belajar mandiri Gedung Ming De.

Kami mendekati akhir semester, ia sedang menangis sambil membaca, menangis sampai-sampai kacamatanya berkabut, dan ia akan mengelapnya bersih dan kemudian lanjut menangis. Ia menangis tersedu-sedu sampai matanya berair dan ujung hidungnya memerah.

Tetapi aku tidak tahu kenapa ia menangis begitu pedihnya.

Apakah ia patah hati?

Selama beberapa hari berturut-turut, aku pergi ke ruang kelas itu dan menunggunya di sana.

Ia tetap akan menangis, ia sepertinya terluka parah, seolah-olah ia masih belum lepas dari kesedihannya.

Aku benar-benar menginginkan kontak infonya, tetapi aku menahan diri. Aku tidak mau mengambil keuntungan dari dirinya yang patah hati.

Tetapi, aku mengetahui namanya tanpa susah payah—Cui Ying Ying.

Nama yang seimut dirinya.

Pada liburan musim panas di penghujung tahun angkatan anak baruku, aku memelihara seekor anak anjing kecil.

Saat ia mengusapkan kepalanya ke telapak tanganku, mau tak mau aku pun teringat Cui Ying Ying.

Setelah tahun kedua mulai, aku pun mulai sengaja mendekatinya.

Setiap kali ia jadi sukarelawan, selama ia mendaftar, aku akan ikut.

Aku tidak tahu apakah itu karena ada terlalu banyak orang yang jadi sukarelawan, ia tidak pernah melihatku, hanya bekerja sendiri dengan giat. Ia begitu mungil dan pendek, tetapi ia kuat sekali.

Kuakui, aku bukanlah orang yang agresif, dan aku tidak yakin apakah ia sudah benar-benar melepaskan hubungannya yang lalu.

Tetapi, mataku tidak tahan untuk terus melihatnya di tengah keramaian.

Sepertinya ia menurunkan berat badan, ia olah raga setiap hari.

Tetapi ia sama sekali tidak gemuk, dasar si kecil yang bodoh.

Tetapi sebelum aku menyadarinya, lapangan olah raga menjadi tempat yang paling sering kukunjungi.

Pernah, ketika aku berpapasan dengannya dan beberapa gadis, aku sayup-sayup mendengar mereka membahas berenang.

Jantungku berdebar, dan secara pribadi, aku agak ... um ... penasaran, bagaimanakah penampilannya dalam pakaian renang.

Kebetulan sekali karena Ji Chao mengajakku pergi ke aula renang bersamanya.

Jadi aku pun pergi.

Namun, setelah berenang hampir seminggu, ia tidak datang.

Aku jelas mengingat bahwa itu hari Selasa, aku membuat keputusan untuk tidak pergi ke aula renang lagi setelah hari ini.

Setelah keluar dari kolam, Ji Chao mengejarku dan bertanya, "Qiao Wei, apa kau mau makan malam bersama malam ini?"

Aku menggelengkan kepalaku: "Tidak, aku masih ada kelas yang harus dipersiapkan."

Kemudian, aku berjalan masuk ke ruang ganti dan melihat Cui Ying Ying.

Aku merasa jantungku berdebar-debar.

Beberapa pemuda menyeretku keluar dan berulang kali memastikan, sebelum berdiri di pintu sembari berteriak: "Tong xue, kau salah masuk ruang ganti. Ini ruang ganti pria."

Ia bagaikan seekor anak anjing kecil yang ketakutan, ia berlari keluar dari ruang ganti, menundukkan kepalanya dan berulang kali meminta maaf.

Aku melihatnya kabur, dan tidak tahan untuk tertawa.

Sungguh si kecil yang konyol.

Namun, ketika aku berganti pakaianku, aku menemukan bahwa celana dalamku hilang.

Ji Chao melihat ekspresi terkejutku dan menyempil mendekat untuk menanyaiku, "Qiao Wei, ada apa?"

Aku pun tanpa sadar menjawab: "Celana dalamku hilang."

Tanpa diduga, Ji Chao langsung berpikir: "Apakah gadis barusan itu mengambilnya?"

Aku mengernyit: "Jangan bicara omong kosong."

Tetapi aku tidak menyangka Ji Chao akan mengungkap hal ini di dinding pengakuan.

Aku tidak tahu apa yang telah diperbuat Ji Chao sampai seseorang menambahkanku di WeChat dan mengatakan bahwa temannya sudah memungut celana dalamku.

Tetapi kurasa, aku harus berterimakasih pada Ji Chao, karena Cui Ying Ying, si bodoh kecil ini, tak berbakat dalam akting sama sekali.

Bagaimana aku harus mendekatinya?

Bagaimana kalau, aku akan berpura-pura aku baru bertemu dengannya.

Caranya yang berusaha menyembunyikan fakta bahwa ialah yang mengambil celana dalamku benar-benar imut.

Aku menyuruhnya agar bertemu di kelas umum wajib kami.

Setelah kelas, aku melihatnya mengeluarkan sebuah tas kain kecil dan buru-buru menyembunyikannya di bawah buku setelah temannya kembali untuk bicara dengannya.

Celana dalamku kemungkinan ada di sana.

Cui Ying Ying membawa temannya keluar dari ruang kelas melalui pintu depan.

Aku berdiri, berjalan perlahan ke arah tempat duduknya, dengan santai mengambil tas kain kecil itu, dan berjalan keluar melalui pintu belakang.

Kebetulan, seorang petugas kebersihan wanita sedang mendorong gerobak pembersihnya lewat.

Aku berjalan mendekat dan melemparkan barang itu ke dalamnya.

Si bibi menanyaiku: "Tong xue, benda ini tidak kelihatan seperti sampah, apakah penting?"

Aku menggelengkan kepalaku.

Bendanya tidak penting, tetapi yang penting adalah agar aku tidak memilikinya.

Akan kubuat si bodoh kecil itu berutang padaku.

Apa yang harus kulakukan, sepertinya aku memang sudah jatuh cinta padanya?

Akan kupasang perangkap.

Dan setelahnya, aku akan melangkah masuk ke dalam hatinya sedikit demi sedikit, mulai dari sekarang.

-Tamat-

(T/N: Yup dah kelar, santai banget kan ini, ga da konflik dan hanya romansa anak-anak muda hahaha. Makasih yang uda mampir kemari dan ninggalin jejaknya, dan mohon maaf kalau ada kekeliruan dalam penerjemahan baik dari segi tata bahasa, pilihan kata, dan penyusunan kalimatnya. Sampai jumpa di terjemahan lainnya, bye~)

Aling

Continue reading ALSAPU - Ekstra 1 - 3

ALSAPU - Chapter 38 - 46

Chapter 38


Aku akhirnya paham apa yang dikatakan Ji Chao waktu itu, "Kenapa kau begitu tidak peka!"

Ah! Aku memang tidak peka!

Bagaimana bisa aku jadi begitu tidak peka!

Aku pun bertanya dengan bodohnya, "Shen Qiao Wei, apakah hubungan antara kita hanya karena celana dalam?"

Shen Qiao Wei mengangkat tangannya dan menepuk kepalaku: "Lupakan soal celana dalamnya, itu tidak penting."

Aku: "Terus, apa yang penting?"

Shen Qiao Wei: "Kau yang lebih penting."

*

*

*

Chapter 39

Kurasa, perasaanku terhadap Shen Qiao Wei sudah berubah.

Ini adalah masalah yang sangat serius.

Shen Qiao Wei sudah pasti tidak tahu bahwa celana dalamnya "terbawa" olehku, bukannya "dipungut".

Aku bahkan mencucikannya untuknya ....

Jadi aku menanyai Ji Chao di WeChat: Ji Chao, apa kau memberitahu Shen Qiao Wei perihal insiden dimana aku salah masuk ruang ganti?

Ji Chao: Tidak.

Aku: Kenapa kau tidak memberitahukannya?

Ji Chao: Ia sudah lama mengetahuinya.

Aku memandangi kata-kata ini, aku pun tercengang.

Aku bertanya-tanya apakah pendidikan wajib sembilan tahun yang kuterima tidak efektif untukku. Kenapa aku tidak bisa mengenali kata-kata ini?

Aku: Ia sudah tahu?

Ji Chao: Iya.

Aku: Kapan ia mengetahuinya?

Ji Chao: Aku tidak tahu, mungkin ia tahu sejak awal.

Aku: ....

Bagaimana ia mengetahuinya sejak awal?!

Aku sungguh terperanjat.

Apakah Shen Qiao Wei menggodaku demi bersenang-senang selama ini?

*

*

*

Chapter 40

Aku tidak sempat memikirkan tentang perubahan perasaanku terhadap Shen Qiao Wei, karena aku marah.

Aku begitu marah sampai-sampai aku memblokir akun WeChat Shen Qiao Wei.

Humph, ayo kita lihat bagaimana kau bisa mempermainkanku sekarang!

Kemudian malam itu, aku benar-benar melupakannya dan mulai berbaring di ranjang dan dengan riang menonton drama sampai aku menerima sebuah panggilan telepon.

Siapa ini?

Aku: "Aku tidak perlu membeli rumah, aku tidak perlu pinjaman, aku tidak perlu belajar Bahasa Inggris, dan aku tidak punya anak, siapa kau?"

Orang di sisi lainnya: ....

Aku: "Akan kumatikan kalau kau tidak bicara."

"Coba saja kalau berani dimatikan."

Aku duduk tegak di ranjang seperti ikan mas, "Shen, Shen Qiao Wei?"

Shen Qiao Wei: "Kenapa kau memblokirku di WeChat?"

Aku: ....

Karena aku marah?

Karena kau membodohiku?

Aku: "Karena aku tidak mau bicara denganmu! Hmph!"

Setelah aku selesai bicara, aku tertegun. Suara ini, yang mirip dengan seorang gadis imut, benar-benar suaraku?

Shen Qiao Wei terdiam, suaranya agak serak, seolah-olah menahan sesuatu: "Kau turun dulu, aku ada di bawah, di depan asramamu."

Aku: ??

Aku langsung turun dari ranjangku dan berjalan ke balkon.

Melihat ke bawah, Shen Qiao Wei benar-benar sedang berdiri di bawah sana, dan banyak gadis yang memandanginya dari kejauhan.

Aku merasa kesal melihatnya yang tak kunjung membaik: "Bisa tidak kau berhenti berdiri di sana bagaikan seorang supermodel, kau itu sedang ditonton, kau tahu?"

Shen Qiao Wei: ....

Kemudian ia berbalik dan berjalan masuk ke dalam taman kecil di dekatnya.

Shen Qiao Wei: "Bisakah kau turun sekarang?"

Aku bahkan dapat mendengarnya menggertakkan giginya diam-diam selagi ia bicara.

Hei, asyik juga melihat ini.

Jadi, aku mengganti baju secara perlahan, menyisir rambutku pelan-pelan, dan turun ke bawah gedung asrama dengan santai.

Siapa suruh ia membodohiku, aku akan membuatnya menunggu dengan sabar.

Namun, ketika aku melihat Shen Qiao Wei di taman kecil itu, aku menyesalinya.

Ia duduk di bangku dengan patuh, mengangkat matanya ketika ia mendengar ada pergerakan. Mata itu, tampak jengkel dan dirugikan, matanya mendorongku agar merenungkan diriku di tempat.

Yang lebih parah, ada nyamuk di taman ini, dan ada bekas gigitan nyamuk di atas keningnya.

Aku mau tertawa tetapi tidak berani, aku merasa agak kasihan padanya.

Shen Qiao Wei: "Tertawa saja."

Aku: "Hahahahahahaha!"

Shen Qiao Wei: ....

Saat aku selesai, ia tampak marah, dan ia memalingkan wajahnya dariku.

Aku: "Apa kau marah?"

Shen Qiao Wei: "Tidak."

Aku: "Kenapa kau bilang kau tidak marah, kau bahkan tidak menatapku. Jangan marah, tolehkan kepalamu dan lihat aku ...."

Kemudian Shen Qiao Wei memalingkan wajahnya kembali dengan patuh, matanya berbinar dan cerah.

Aku mengangkat tanganku dan menyentuh benjolan di keningnya: "Lumayan besar, gatal?"

Tadinya hanya benjolan ini yang merah. Setelah aku menyentuhnya, seluruh wajahnya memerah.

Aku: "Shen Qiao Wei, apa kau alergi?"

Shen Qiao Wei memelototiku.

Apa aku salah bicara?

Jadi aku mengubah kata-kataku: "Shen Qiao Wei, kenapa wajahmu merah sekali?"

Lalu ....

Ia memelototiku semakin sengit!

Aku mau menangis tetapi tak ada air mata.

Shen Qiao Wei: "Kenapa kau memblokirku di WeChat?"

Aku: "Karena aku tidak mau bicara denganmu!"

Shen Qiao Wei pun membeku seketika.

Ia tiba-tiba jadi kecil hati, suaranya melembut, dan ia bertanya, "Kenapa?"

Mata indah itu menatapku, dan bulu mata tipisnya berkibar naik turun, jantungku berdebar-debar hanya dengan melihat ini.

Aku berpaling: "Karena kau berbohong padaku."

Shen Qiao Wei: "Aku berbohong padamu? Bagaimana aku berbohong padamu?"

Aku: "Kau sudah tahu bahwa akulah yang mengambil celana dalammu, dan kau berpura-pura tidak tahu, dan kau terus mempermainkanku."

Shen Qiao Wei: "Siapa yang memberitahumu itu?"

Aku: "Ji Chao."

Aku: ....

Ooops, aku tanpa sengaja mengatakannya.

Shen Qiao Wei: "Ia berbohong padamu."

Aku menunjukkan ekspresi tak percaya: "Benarkah? Aku tidak percaya padamu."

Shen Qiao Wei menatapku dengan sedih: "Apa kau akan lebih memercayainya ketimbang aku?"

Aku: ....

Shen Qiao Wei, apa kau tahu kalau bertingkah imut itu curang?

Ia menatapku dan berujar lembut, "Ying Ying."

Ah, apa kau tahu betapa mematikannya saat kau memanggilku Ying Ying?!

Pria ini terlalu jago bertingkah imut!

Aku mulai terengah-engah keras, dan setiap katanya berjeda: "Aku ... percaya padamu."

Tiba-tiba saja, Shen Qiao Wei memelukku.

Sekujur tubuhku membeku.

Ia terkekeh ringan, dan suaranya begitu lembut sampai-sampai itu membuatku jadi berantakan, "Ying Ying, kenapa kau begitu menggemaskan?"

Aku tersipu.

Otakku down.

Jantungku sudah akan melompat keluar dari dadaku.

Shen Qiao Wei masih memelukku, mengusap-usapkan dagunya ke puncak rambutku.

"Kau menggemaskan sekali, aku tidak bisa melepaskanmu."

Aku bersandar di dada Shen Qiao Wei, aku bisa mencium aroma samar di tubuhnya dan aku dapat mendengar detak jantungnya yang kuat.

Aku merasa pusing, seolah-olah ini hanyalah sebuah mimpi.

Sampai pada akhirnya Shen Qiao Wei berkata: "Cepat buka blokiranku, atau aku akan menciummu."

Aku: ?!!

Aku tersadar seketika!

*

*

*

Chapter 41

Aku menyesalinya.

Seharusnya aku tidak menghabiskan waktu selama itu di taman bersama Shen Qiao Wei.

Setelah kembali ke asrama, aku memandangi bekas gigitan nyamuk di kaki dan tanganku, menangis tanpa air mata.

Aku tidak akan pernah pergi ke taman kecil itu lagi!

Setelah membuka blokiran Shen Qiao Wei, aku menemukan bahwa ia telah memposting sebuah foto kakinya yang dipenuhi bekas gigitan nyamuk di WeChat Moments-nya, caption-nya "Simbol mengejar cinta".

Kemudian, Ji Chao meninggalkan sebuah komentar untuknya.

Ji Chao: Kalian benar-benar liar, saling memegangi pergelangan kaki dan meninggalkan begitu banyak cupang.

Shen Qiao Wei: Enyah.

*

*

*

Chapter 42

Menurutku, perasaan Shen Qiao Wei padaku juga mungkin telah berubah.

Karena orang ini terus menunjukkan perhatian besar untukku setiap hari, meskipun tidak menerima respons ....

Misalnya:

Shen Qiao Wei: Apa kau sudah menyelesaikan PR-mu? Kirimkan kemari untuk kuperiksa.

Aku: [Foto]

Sepuluh menit kemudian.

Shen Qiao Wei: Cui Ying Ying.

Aku: Ah?

Shen Qiao Wei: Kalau kau mencoba membolak-balikkan buku cetak saja, maka kau tidak akan sampai sesalah ini.

Aku: ....

Dan contoh lainnya, selama kelas umum kami yang diharuskan:

Shen Qiao Wei: Kau membolos lagi?

Aku: Tidak!

Shen Qiao Wei: Dimana kau?

Aku: Barisan terakhir.

Shen Qiao Wei menoleh ke belakang ke arahku.

Shen Qiao Wei: Kenapa kau jauh sekali?

Aku setengah jalan sedang membaca tentang drama online terbaru, dan kemudian aku dengan cepat menutup aplikasi Weibo.

Kenapa aku begitu jauh? Tentu saja aku takut kau akan mengawasiku!

Tetapi aku menjawab dengan balasan yang sangat ber-EQ tinggi: Karena aku ingin mengapresiasi bagian belakang kepala seorang pria tampan.

Shen Qiao Wei tidak membalas untuk waktu yang lama.

Aku melihat ke arahnya, dan dari kejauhan, aku melihat ujung telinganya ... memerah.

*

*

*

Chapter 43

Shen Qiao Wei mengajakku berenang.

Aku waspada sekali: "Kenapa?"

Shen Qiao Wei: "Tidak apa-apa, kau akan pergi atau tidak?"

Aku ragu-ragu.

Mungkinkah orang ini, ia ... ingin melihat penampilanku dalam pakaian renang?

Memikirkan ini, aku pun tanpa sadar merona.

Aku berujar malu-malu: "Tetapi ... aku tidak bisa berenang ...."

Shen Qiao Wei: "Oh, lupakan saja, kalau begitu aku akan mengajak Ji Chao pergi bersamaku."

Aku: ???

Tidak bisakah ia mengatakan sesuatu seperti "Aku akan mengajarimu"?

Tidak, bagaimana bisa ia bertemu pria lain dalam pakaian renang di saat ini?

Aku harus mengambil inisiatif!

Jadi ketika Shen Qiao Wei berbalik pergi, aku meraih tangannya.

Shen Qiao Wei: ?

Aku: "Tidak bisakah kau mengajariku?"

Mengucapkan kata-kata ini, aku menyesalinya seketika.

Nada bicara ini, postur ini, tak peduli bagaimana kau melihatnya, ini tampak seolah aku sedang bertingkah imut!

Sudah pasti, Shen Qiao Wei juga terperangah.

Ia melihat ke bawah ke arahku sekian lama sebelum mengangguk kosong: "Oke."

*

*

*

Chapter 44

Kemudian, aku pun kembali ke tempat penuh masalah, titik permulaan cerita ini, sumber dari segala kejahatan—aula renang.

Kali ini, akhirnya aku masuk ke ruang ganti yang benar.

Berurai air mata, ah.

Lalu, aku menyadari sebuah masalah.

Kau tidak bisa memakai lensa kontak sewaktu berenang, jadi ketika aku akan terjun ke kolam nanti, aku akan buta, dan aku tidak akan bisa melihat tubuh Shen Qiao Wei sama sekali.

Ah, aku benci itu ....

Akhirnya, aku melamun sambil keluar.

Baju renangku terpisah, ada atasan dan bawahannya, ada rumbai-rumbai di pinggangnya. Ada rok kecil di bagian bawahnya, cukup konseratif.

Tetapi aku tidak tahu kenapa, sewaktu aku melihat Shen Qiao Wei, aku tetap tersipu.

Shen Qiao Wei berdeham ringan, "Ayo turun dari sini, di sini area yang dangkal."

Kemudian ia memakaikan pelampung merah muda padaku.

Aku: ??

Aku: "Bukannya ini bagian yang cetek?"

Shen Qiao Wei: "Kau terlalu pendek, ada kemungkinan kalau kau akan tenggelam di air yang cetek."

Aku: ....

Kuharap orang ini tidak akan meninggalkan rumah dengan mulutnya lain kali, terima kasih.

Setelah masuk ke dalam air, aku tetap di sudut kolam renang sembari memegangi pelampung itu, menjaga jarak tiga meter jauhnya dari Shen Qiao Wei.

Minus 8 berarti aku tidak bisa melihat apa-apa dengan jelas, aku pun hanya bisa mengejapkan mataku dengan kosong.

Shen Qiao Wei: "Bukankah kau menyuruhku mengajarimu caranya berenang? Sini."

Aku: "Aku terlalu pendek, aku akan tenggelam dalam dua langkah."

Shen Qiao Wei: ....

Ia melangkah ke arahku, meraih pelampung dan menariknya kuat-kuat, menarikku ke depannya.

Dalam sekejap, otot-otot dadanya membesar dan terlihat jelas di depan mataku. Tetesan air menuruni dadanya sedikit demi sedikit, mengalir melalui lekukan jelas otot-otot perutnya, dan kemudian terus turun ke bawah.

Dampak visualnya sama hebatnya seperti ketika aku melihat celana dalam CK-nya.

Shen Qiao Wei menaruh satu tangan di atas pelampung, menatapku dengan mata yang bermain-main, dan tiba-tiba tersenyum, "Aku salah bicara, kau tidak pendek."

Kemudian ia melirik turun dengan sangat cepat: "Kau memiliki pinggang dan kaki yang bagus, kau memiliki semua yang harus kau miliki, sama sekali tidak ada yang kurang."

Setelah bicara, ia pun berenang menjauh.

Aku tertegun beberapa detik, dan kemudian aku memeluk dadaku.

Orang ini mesum!

*

*

*

Chapter 45

Hei, dengarkan nasihatku, jangan berenang bersama kalau kalian masih dalam tahap ambigu dalam hubungan kalian, ini terlalu menyiksa.

Sewaktu Shen Qiao Wei bersentuhan fisik denganku, aku merona; tetapi tanpa kontak fisik, aku takut kalau aku akan tenggelam.

Dan aku menemukan bahwa orang ini, setelah mengajari hanya selama beberapa menit, ia akan tersipu dan berenang mejauh. Akan butuh waktu sebelum ia kembali.

Itu membingungkan.

Setelah tersedak air beberapa kali, aku lelah.

Aku: "Shen Qiao Wei, aku tidak mau berenang lagi."

Shen Qiao Wei: "Kalau begitu naiklah."

Aku mengangguk dan sudah akan berbalik. Tiba-tiba saja, kakiku tergelincir dan aku hampir jatuh lagi ke belakang, ke dalam air. Shen Qiao Wei bermata jeli dan bertangan gesit, ia menarikku dengan cepat dan menstabilkan tubuhku.

Terkejut, aku pun mengembuskan napas lega. Kemudian, aku mencoba mendorongnya menjauh, tetapi ia bergeming.

Aku mendongak menatap kosong dan menemukan bahwa ia sedang menatapku, matanya jadi semakin dalam.

Atmosfernya tidak benar, jadi aku mencoba bicara: "Shen ...."

Sebelum aku selesai bicara, Shen Qiao Wei tiba-tiba menekanku ke dinding kolam di belakangnya.

Lalu, ia menundukkan kepalanya dan menciumku.

Ketika sentuhan hangat menempel di bibirku, aku dibuat tercengang.

Aku tanpa sadar hendak mendorongnya, tetapi tanganku jatuh ke dadanya, otot-ototnya kuat, basah, dan licin.

Sampai-sampai kepalaku terasa penuh—rasanya enak untuk disentuh.

Ciuman pertama, ciuman pertamaku terjadi di kolam renang?

Sialan, apakah ini percintaan antara orang dewasa?

Aku tidak tahu berapa lama itu berlangsung ketika akhirnya Shen Qiao Wei melepaskanku.

Ia menempelkan keningnya ke keningku dan bertanya lembut, "Ying Ying, jadilah pacarku, oke?"

Aku begitu pusing akibat ciuman itu, aku pun mengangguk kosong sebelum aku dapat mempertimbangkan apa yang dikatakannya.

Kemudian ia berenang menjauh.

Iya, iya, berenang menjauh.

Aku diliputi tanda tanya.

Aku: "Kau tidak naik?"

Shen Qiao Wei: "Kau naiklah duluan, aku akan menenangkan diri."

Aku: ??

Apa kau harus begitu syok setelah aku setuju untuk menjadi pacarmu? Kenapa kau harus menenangkan dirimu?

Aku berkata penuh teka-teki: "Jika kau menyesalinya, katakan saja. Masih belum terlambat."

Shen Qiao Wei melambai agar aku mendekat.

Aku pun berenang ke sana dengan enggan.

Shen Qiao Wei menempel dekat telingaku dan memelankan suaranya: "Benderanya sudah berdiri."

Aku tidak bereaksi untuk sesaat.

Ia melirik ke bawahnya dengan sangat cepat, suaranya mengandung tawa: "Maukah kau menyentuhnya?"

Brengsek!!!!

Aku berlari lebih cepat daripada lari 100 meter.

*

*

*

Chapter 46

Aku merasa, pengalaman legendarisku bisa ditulis jadi sebuah buku, seperti "Bagaimana si idola sekolah yang mendominasi jatuh cinta padaku" atau "Cinta yang tercipta oleh pakaian dalam".

Aku menjadi pacar Shen Qiao Wei hanya begini saja?

Aku terkejut dan tidak bereaksi sekian lama hingga Ji Chao datang mencariku.

Ia bertanya, "Ying Ying, sudahkah kau menanyai Qiao Wei kenapa ia menyukaimu?"

Aku menggelengkan kepalaku: "Tidak."

Ji Chao menepukku: "Kau benar-benar tidak peka, bagaimana bisa kau tidak menanyakan tentang hal semacam ini!"

Aku: ....

Jadi, aku pun berlari untuk menanyakannya.

Setelah mendengarkan pertanyaanku, Shen Qiao Wei menatapku, ada senyuman dalam suaranya: "Sebenarnya, aku sudah pernah melihatmu sebelumnya."

"Kapan?"

Shen Qiao Wei memelukku dengan lembut dan menceritakan sebuah kisah panjang padaku.

Ia mengatakan bahwa pertama kalinya ia melihatku adalah di penghujung tahun angkatan anak baru.

Waktu itu, ia pergi ke ruang kelas untuk belajar, dan melihat seorang gadis yang menangis sambil membaca.

Meskipun ia menangis, ia bersikap sangat serius.

Mau tak mau, ia pun memandangi si gadis selama beberapa saat.

Selama beberapa hari, ia terus melihat si gadis di dalam ruang kelas itu.

Tentu saja, ia masih membaca sambil menangis.

Aku: ....

Aku: "Jangan bilang kalau gadis itu aku?"

Shen Qiao Wei mengangguk.

Ia menanyaiku: "Apa kau patah hati waktu itu?"

Aku: ....

Aku: "Bukan, itu karena ketika aku membuka buku, aku menyadari bahwa aku bahkan tidak menuliskan namaku selama ujianku."

Shen Qiao Wei: ....

Shen Qiao Wei: "Apa kau gagal dalam kelas itu pada akhirnya?"

Aku lumayan bangga: "Tidak! Luar biasa, kan?"

Shen Qiao Wei melanjutkan.

Kemudian, saat ia mulai jadi sukarelawan, ia bertemu denganku lagi, sebenarnya ia bertemu denganku beberapa kali berturut-turut.

Ia bilang bahwa, setiap kali ia jadi sukarelawan, gadis-gadis lain pasti akan mengerumuninya, dan akulah satu-satunya yang bekerja dengan giat di sampingnya, membawa seember air ke lantai lima bahkan tanpa terengah-engah.

Aku: ....

Aku: "Jadi, kau jatuh hati karena kekuatanku?"

Shen Qiao Wei: "Mungkin saja."

Aku: ....

Aku: "Orang lain memuji pacar mereka karena imut, bagaimana bisa kau memujiku karena kekuatanku?"

Shen Qiao Wei semakin tersenyum.

Ia meremas pipiku dengan lembut: "Apa kau marah?"

Aku: "Hng, tidak!"

Shen Qiao Wei: "Keimutan hanyalah salah satu dari ribuan kelebihanmu."

Aku pun merona seketika.

Begitu orang ini mulai mengucapkan kata-kata romantis, akan berdatangan satu demi satu.

Aku: "Apa kelebihan lainnya? Apa kau ...."

Shen Qiao Wei dengan akurat menemukan bibirku dan menghadang sisa ucapanku.

"Mulai sekarang, akan kuberitahukan padamu secara perlahan."

-Tamat-

Continue reading ALSAPU - Chapter 38 - 46