Minggu, 03 Agustus 2025

RTMEML - Chapter 47

Chapter 47 : Melihat Warna Merah 

Rebirth of the MaliciousEmpress of Military Lineage: Chapter 47


“Seseorang tidak akan mendapat kepercayaan apabila orang itu tidak mengikuti apa yang telah ditetapkan. Peraturan ini ditentukan oleh Cai Lin, dan bagi Anda untuk keberatan sekarang, apakah itu berarti, Cai Da ren juga seperti ini di kalangan pejabat? Sekalinya situasinya tampak salah, Anda akan langsung mengubah aturannya?”

Sebelumnya, Cai Lin mengatakan, “Guang Wen Tang tidak memprioritaskan secara khusus terhadap siapa pun. Itu adalah kasusnya bagi peraturan sebelumnya, bagi si penantang untuk menetapkan aturan. Kenapa? Seorang putri Jenderal Agung yang bermartabat adalah generasi muda sepenakut ini?”

Kata-katanya seolah-olah itu ada di telinga seseorang dan kini Shen Miao mengembalikan mereka sebagaimana mereka terucap awalnya, secara langsung menampar wajah Cai Da ren dan membuat Cai Lin kehabisan kata-kata.

“Aturannya ditentukan olehmu dan sekarang kaulah yang mau berhenti. Itu semua datangnya tepat dari mulut seseorang, bagaimana bisa ditentukan seperti itu? Apakah semua Da ren di Ming Qi semuanya seperti itu?”

Ucapan Shen Miao tajam dan tanpa ampun sewaktu ia mengutarakan tentang gambaran yang lebih besar, membuat Cai Da ren berkeringat dingin.

Ada banyak sekali kolega dari kalangan pejabat di acara hari ini, sesama sekutu dan saingannya juga hadir. Ketika perkataan Shen Miao jatuh kepada seseorang yang punya tujuan, siapa yang tahu, artikel macam apa yang akan dituliskan dan belum lagi menyebutkan bahwa anggota keluarga kekaisaran juga hadir. Apabila itu memancing kecurigaan keluarga kekaisaran, jangankan Cai Lin, bahkan seluruh keluarga Cai juga akan menderita bersama.

“Kata-kata Nona Shen tidak salah.”

Tetapi orang yang berbicara adalah Pangeran Yu.

Ia tersenyum eksentrik ke arah Shen Miao dan berkata, “Cai Da ren, Tuan Muda Cai telah menentukan peraturannya sendiri dan tentu saja harus mengikuti mereka hingga akhir.”

Sejak kapan Pangeran Yu akan membantu menyelamatkan siapa saja dari kesulitan?

Begitu kata-kata itu terlontar, tiba-tiba saja tatapan semua orang tertuju pada Shen Miao, dipenuhi dengan berbagai macam ekspresi, beberapa mengerti dengan jelas, beberapa diliputi cemoohan.

Pangeran Zhou dan Pangeran Jing saling berpandangan.

Pangeran Jing menghela napas, “Bahkan Paman Kekaisaran saja sudah buka suara.”

“Barangkali, kita akan memiliki Sao Kekaisaran muda yang lainnya?”

Pangeran Zhou selesai bicara dan ia sendiri merasa itu menggelikan, jadi ia menggelengkan kepalanya dan tidak berbicara.

Karena Pangeran Yu sudah angkat bicara, bahkan jika Cai Da ren merasa tidak puas, ia tidak berani membantah.

Meskipun ia ketakutan dalam benaknya, ia hanya bisa menebalkan kulitnya, “Itu ... itu adalah pejabat ini yang tidak mempertimbangkan segalanya.”

Ia melotot marah pada Cai Lin sebelum berbalik untuk berjalan pergi.

Cai Lin menyaksikan sewaktu ayahnya pergi dan ia merasa terdesak. Awalnya, ia merasa bahwa Shen Miao kemungkinan besar hanya pandai bicara, tetapi ketika ia bertatapan dengan mata jernih Shen Miao, hatinya mau tak mau merasa dingin. Shen Miao seperti seekor binatang buas yang tidak bersuara. Ia jelas sekali tampak seperti seorang gadis kecil, tetapi bagaimana bisa perasaan itu begitu mengerikan?

Cai Lin menekan suaranya dan berkata, “Kalau kau melukaiku, keluarga Cai pasti tidak akan mengampunimu.”

Ini termasuk mengancam.

Cai Lin bak sedang menunggangi seekor harimau dan sulit untuk turun, dengan keterampilan memanah Shen Miao, kalau ia menembaknya sedikit, nyawa kecilnya ini akan sulit untuk dilindungi.

Saat ia pergi bersama teman-temannya selama berburu, ia sudah pernah melihat waktu ketika anak panahnya ditembakkan agak miring dan menusuk ke mata atau pantat mangsanya. Meskipun itu bukanlah tembakan yang membunuh, adegan dari seekor mangsa yang meronta-ronta benar-benar tragis. Mungkinkah kalau dirinya yang akan menjadi domba yang disembelih itu?

Cai Lin mengancam seperti itu, hanya berharap agar Shen Miao akan sedikit bersikap pantas, menarik busurnya dengan lembut dan hanya sedang berpura-pura melakukannya tetapi tidak sungguh-sungguh melakukannya.

Ia berbisik lagi, “Kalau kau peka kali ini, di masa depan ... di masa yang akan datang, aku tidak akan mencari masalah denganmu di Guang Wen Tang.”

Shen Miao mengangkat alisnya dengan lembut dan menatapnya.

Cai Lin merasa gelisah, takut kalau Shen Miao tidak akan menyetujuinya. Sayang sekali baginya, Shen Miao sudah pernah bertemu terlalu banyak orang sejenis itu di kehidupan lalunya. Mereka menindas yang lemah dan takut pada yang kuat.

Apabila dibiarkan lepas hari ini, setelah masalahnya berlalu, Cai Lin pasti akan seperti dirinya di masa lalu dan bahkan akan mencari kesempatan untuk membalaskan dendam karena kehilangan muka hari ini.

Persis seperti anjing yang baru saja meninggalkan sarangnya di dalam hutan. Anjing itu mengira bahwa ia telah mendominasi hutan tersebut dan ketika ia bertemu dengan seekor serigala yang ganas, anjing itu mengubah ekspresinya dan mengira bahwa akan ada kesempatan di masa yang akan datang bagi anjing ini untuk memikirkan cara mencobanya lagi.

Sayangnya, Shen Miao tidak pernah jadi seekor serigala. Ia adalah harimau. Entah itu untuk membuat anjing ini tidak pernah maju untuk memprovokasi lagi, atau itu akan jadi ...  mengigit dan mematahkan lehernya, sehingga ia tidak akan pernah lagi berani untuk memiliki provokasi dalam hatinya.

Shen Miao tersenyum tipis, “Sebelumnya aku bertanya kepadamu, ‘Aku di sini. Apa kau berani membunuh?’ dan panahanmu sudah menjawab pertanyaan itu untukmu. Sekarang karena pertanyaan ini ada di depanku, apa kau ingin mendengarkan jawabanku?”

Wajah mungil Shen Miao seterang giok dan ada sedikit kelembutan di dalamnya, seolah-olah itu adalah tunas muda manis yang tumbuh di musim semi, tetapi ucapannya begitu kejam hingga membuat jantung orang berdebar-debar.

“Aku berani.”

Setelah mengucapkan kalimat itu, ia berbalik dan berjalan ke arah panggung memanah.

Cai Lin berdiri tercengang di posisi itu hingga penguji memanggil namanya, membuatnya tersadar kembali. Barulah kemudian, ia menyadari bahwa para penonton semuanya menatapnya seolah-olah mereka sedang menonton pertunjukan yang menarik.

Matanya tertuju pada gadis berpakaian merah muda yang sedang duduk di kejauhan di sisi wanita dari perjamuannya. Shen Yue sedang mengobrol dengan orang di sebelahnya dan tidak sedang melihat ke panggung. Ia tiba-tiba merasa agak kecewa dan merasa bahwa tindakannya saat ini bahkan lebih menimbulkan kebencian.

Semula, dirinyalah yang memprovokasi duluan, dan bagaimana mungkin ada alasan untuk mundur sekarang. Apabila ia harus kalah melawan seorang wanita, ia takut kalau keluarga Cai akan jadi bahan tertawaan di ibu kota, belum lagi karena Shen Yue yang sedang melihat dari tempat orang banyak. Jika ia mempermalukan dirinya sendiri, bagaimana ia bisa menghadapi Shen Yue di masa yang akan datang?

Hanya seorang gadis kecil, berbicara seolah-olah ia semengerikan itu, mungkinkah ia benar-benar berani membunuh? Bahkan jika perjanjian hidup dan mati dibuat, tidak mudah untuk menjernihkan segalanya jika seseorang membunuh orang lain.

Menebak hingga titik ini, Cai Lin memberanikan dirinya dalam hatinya dan memasang topeng tenang sebelum berjalan ke area tiga zhang dan meletakkan buah itu di kepalanya.

Semua orang menatapnya sebelum melihat ke arah Shen Miao dan merasa sedikit aneh.

***

Dari kejauhan, Xie Jing Xing membuka belah bibirnya untuk berkata, “Tebaklah. Apakah itu akan mengenai sasarannya atau tidak?”

“Sudah pasti tidak.”

Su Ming Feng memandanginya, “Bukannya mengatakan ia tidak bernyali untuk melukai Cai Lin, bahkan jika ia berani, apa ia punya kemampuan? Hanya ada beberapa wanita yang belum menikah yang berlatih seni bela diri dan terlebih lagi, kau harus mengetahui bahwa di ibu kota Ding, Shen Miao tidak tahu soal apa-apa.”

Xie Jing Xing menundukkan kepalanya dan tersenyum, “Belum tentu.”

“Mungkinkah kau mau bertaruh sebabak lagi denganku?”

“Kenapa harus melakukan itu, aku sudah melihat hasilnya.”

Su Ming Feng terbiasa dengan betapa misteriusnya ucapan sahabat baiknya dan berkata, “Bagaimana hasilnya?”

Xie Jing Xing berujar malas-malasan, “Kau kalah.”

***

Shen Yue memandang Shen Miao yang ada di atas panggung dan tanpa alasan, hatinya mulai merasa tegang.

Ia bertanya pelan kepada Chen Ruo Qiu, “Ibu, apakah ia akan melukai Tuan Muda Cai?”

“Pasti tidak.”

Chen Ruo Qiu melihat ke arah putri kandungnya sendiri yang juga terpana oleh Shen Miao hari ini dan mau tak mau menghela napas. Berpikir bahwa Shen Yue masih muda dan tidak dapat menjaga ketenangannya.

Ia berkata, “Mana mungkin orang bisa mengenai sasarannya semudah itu? Aku dengar, Bo Tertuamu mengatakan sebelumnya, bahwa diperlukan kekuatan untuk menarik busurnya, dan Adik Kelimamu tidak pernah berlatih di hari-hari biasa di kediaman Shen, jadi aku takutnya, diperlukan banyak sekali tenaga baginya untuk menarik busurnya. Kau tidak boleh memuaskan diri dalam kemewahan, karena Adik Kelimamu hanya bercanda.”

Apakah Shen Miao benar-benar hanya bercanda?

Tentu saja tidak.

Shen Miao mengangkat tangannya, memasang anak panahnya dan menarik busurnya. Tindakannya semuanya diselesaikan dengan sekali jalan dan itu dilakukan dengan begitu mulusnya hingga seolah-olah ini telah dilatih selama ribuan kali. Tidak ada contoh tidak sanggup menarik busurnya yang disebabkan oleh tangannya yang lemah juga tak ada keraguan tentang tidak mengetahui apa yang perlu dilakukan. Tindakannya terstruktur dan teratur, membuat orang lain curiga bahwa ia adalah seorang pemanah yang handal.

Di saat berikutnya, anak panah yang lepas dari busurnya pun menuju ke arah Cai Lin dengan niat membunuh.

Seluruh arenanya jadi sunyi senyap, dan dalam keheningan yang mencekam, anak panah itu jatuh ke lantainya, membuat suara nyaring yang jelas.

Dan di ujung anak panahnya, ada sedikit warna merah di atasnya.

0 comments:

Posting Komentar