Chapter 47 : Melihat Warna Merah
Rebirth of the MaliciousEmpress of Military Lineage: Chapter 47
“Seseorang tidak akan
mendapat kepercayaan apabila orang itu tidak mengikuti apa yang telah
ditetapkan. Peraturan ini ditentukan oleh Cai Lin, dan bagi Anda untuk
keberatan sekarang, apakah itu berarti, Cai Da
ren juga seperti ini di kalangan pejabat? Sekalinya situasinya tampak
salah, Anda akan langsung mengubah aturannya?”
Sebelumnya, Cai Lin
mengatakan, “Guang Wen Tang tidak memprioritaskan secara khusus terhadap siapa
pun. Itu adalah kasusnya bagi peraturan sebelumnya, bagi si penantang untuk
menetapkan aturan. Kenapa? Seorang putri Jenderal Agung yang bermartabat adalah
generasi muda sepenakut ini?”
Kata-katanya
seolah-olah itu ada di telinga seseorang dan kini Shen Miao mengembalikan
mereka sebagaimana mereka terucap awalnya, secara langsung menampar wajah Cai Da ren dan membuat Cai Lin kehabisan
kata-kata.
“Aturannya ditentukan
olehmu dan sekarang kaulah yang mau berhenti. Itu semua datangnya tepat dari
mulut seseorang, bagaimana bisa ditentukan seperti itu? Apakah semua Da ren di Ming Qi semuanya seperti itu?”
Ucapan Shen Miao
tajam dan tanpa ampun sewaktu ia mengutarakan tentang gambaran yang lebih
besar, membuat Cai Da ren berkeringat
dingin.
Ada banyak sekali
kolega dari kalangan pejabat di acara hari ini, sesama sekutu dan saingannya
juga hadir. Ketika perkataan Shen Miao jatuh kepada seseorang yang punya
tujuan, siapa yang tahu, artikel macam apa yang akan dituliskan dan belum lagi
menyebutkan bahwa anggota keluarga kekaisaran juga hadir. Apabila itu memancing
kecurigaan keluarga kekaisaran, jangankan Cai Lin, bahkan seluruh keluarga Cai
juga akan menderita bersama.
“Kata-kata Nona Shen
tidak salah.”
Tetapi orang yang
berbicara adalah Pangeran Yu.
Ia tersenyum
eksentrik ke arah Shen Miao dan berkata, “Cai Da ren, Tuan Muda Cai telah menentukan peraturannya sendiri dan
tentu saja harus mengikuti mereka hingga akhir.”
Sejak kapan Pangeran
Yu akan membantu menyelamatkan siapa saja dari kesulitan?
Begitu kata-kata itu
terlontar, tiba-tiba saja tatapan semua orang tertuju pada Shen Miao, dipenuhi
dengan berbagai macam ekspresi, beberapa mengerti dengan jelas, beberapa
diliputi cemoohan.
Pangeran Zhou dan
Pangeran Jing saling berpandangan.
Pangeran Jing
menghela napas, “Bahkan Paman Kekaisaran saja sudah buka suara.”
“Barangkali, kita
akan memiliki Sao Kekaisaran muda yang
lainnya?”
Pangeran Zhou selesai
bicara dan ia sendiri merasa itu menggelikan, jadi ia menggelengkan kepalanya
dan tidak berbicara.
Karena Pangeran Yu
sudah angkat bicara, bahkan jika Cai Da
ren merasa tidak puas, ia tidak berani membantah.
Meskipun ia ketakutan
dalam benaknya, ia hanya bisa menebalkan kulitnya, “Itu ... itu adalah pejabat
ini yang tidak mempertimbangkan segalanya.”
Ia melotot marah pada
Cai Lin sebelum berbalik untuk berjalan pergi.
Cai Lin menyaksikan
sewaktu ayahnya pergi dan ia merasa terdesak. Awalnya, ia merasa bahwa Shen
Miao kemungkinan besar hanya pandai bicara, tetapi ketika ia bertatapan dengan
mata jernih Shen Miao, hatinya mau tak mau merasa dingin. Shen Miao seperti
seekor binatang buas yang tidak bersuara. Ia jelas sekali tampak seperti
seorang gadis kecil, tetapi bagaimana bisa perasaan itu begitu mengerikan?
Cai Lin menekan
suaranya dan berkata, “Kalau kau melukaiku, keluarga Cai pasti tidak akan
mengampunimu.”
Ini termasuk
mengancam.
Cai Lin bak sedang
menunggangi seekor harimau dan sulit untuk turun, dengan keterampilan memanah
Shen Miao, kalau ia menembaknya sedikit, nyawa kecilnya ini akan sulit untuk
dilindungi.
Saat ia pergi bersama
teman-temannya selama berburu, ia sudah pernah melihat waktu ketika anak
panahnya ditembakkan agak miring dan menusuk ke mata atau pantat mangsanya.
Meskipun itu bukanlah tembakan yang membunuh, adegan dari seekor mangsa yang
meronta-ronta benar-benar tragis. Mungkinkah kalau dirinya yang akan menjadi
domba yang disembelih itu?
Cai Lin mengancam
seperti itu, hanya berharap agar Shen Miao akan sedikit bersikap pantas,
menarik busurnya dengan lembut dan hanya sedang berpura-pura melakukannya
tetapi tidak sungguh-sungguh melakukannya.
Ia berbisik lagi,
“Kalau kau peka kali ini, di masa depan ... di masa yang akan datang, aku tidak
akan mencari masalah denganmu di Guang Wen Tang.”
Shen Miao mengangkat
alisnya dengan lembut dan menatapnya.
Cai Lin merasa
gelisah, takut kalau Shen Miao tidak akan menyetujuinya. Sayang sekali baginya,
Shen Miao sudah pernah bertemu terlalu banyak orang sejenis itu di kehidupan
lalunya. Mereka menindas yang lemah dan takut pada yang kuat.
Apabila dibiarkan
lepas hari ini, setelah masalahnya berlalu, Cai Lin pasti akan seperti dirinya
di masa lalu dan bahkan akan mencari kesempatan untuk membalaskan dendam karena
kehilangan muka hari ini.
Persis seperti anjing
yang baru saja meninggalkan sarangnya di dalam hutan. Anjing itu mengira bahwa
ia telah mendominasi hutan tersebut dan ketika ia bertemu dengan seekor
serigala yang ganas, anjing itu mengubah ekspresinya dan mengira bahwa akan ada
kesempatan di masa yang akan datang bagi anjing ini untuk memikirkan cara
mencobanya lagi.
Sayangnya, Shen Miao
tidak pernah jadi seekor serigala. Ia adalah harimau. Entah itu untuk membuat
anjing ini tidak pernah maju untuk memprovokasi lagi, atau itu akan jadi
... mengigit dan mematahkan lehernya,
sehingga ia tidak akan pernah lagi berani untuk memiliki provokasi dalam hatinya.
Shen Miao tersenyum
tipis, “Sebelumnya aku bertanya kepadamu, ‘Aku di sini. Apa kau berani
membunuh?’ dan panahanmu sudah menjawab pertanyaan itu untukmu. Sekarang karena
pertanyaan ini ada di depanku, apa kau ingin mendengarkan jawabanku?”
Wajah mungil Shen
Miao seterang giok dan ada sedikit kelembutan di dalamnya, seolah-olah itu
adalah tunas muda manis yang tumbuh di musim semi, tetapi ucapannya begitu
kejam hingga membuat jantung orang berdebar-debar.
“Aku berani.”
Setelah mengucapkan
kalimat itu, ia berbalik dan berjalan ke arah panggung memanah.
Cai Lin berdiri
tercengang di posisi itu hingga penguji memanggil namanya, membuatnya tersadar
kembali. Barulah kemudian, ia menyadari bahwa para penonton semuanya menatapnya
seolah-olah mereka sedang menonton pertunjukan yang menarik.
Matanya tertuju pada
gadis berpakaian merah muda yang sedang duduk di kejauhan di sisi wanita dari
perjamuannya. Shen Yue sedang mengobrol dengan orang di sebelahnya dan tidak
sedang melihat ke panggung. Ia tiba-tiba merasa agak kecewa dan merasa bahwa
tindakannya saat ini bahkan lebih menimbulkan kebencian.
Semula, dirinyalah
yang memprovokasi duluan, dan bagaimana mungkin ada alasan untuk mundur
sekarang. Apabila ia harus kalah melawan seorang wanita, ia takut kalau keluarga
Cai akan jadi bahan tertawaan di ibu kota, belum lagi karena Shen Yue yang
sedang melihat dari tempat orang banyak. Jika ia mempermalukan dirinya sendiri,
bagaimana ia bisa menghadapi Shen Yue di masa yang akan datang?
Hanya seorang gadis
kecil, berbicara seolah-olah ia semengerikan itu, mungkinkah ia benar-benar
berani membunuh? Bahkan jika perjanjian hidup dan mati dibuat, tidak mudah
untuk menjernihkan segalanya jika seseorang membunuh orang lain.
Menebak hingga titik
ini, Cai Lin memberanikan dirinya dalam hatinya dan memasang topeng tenang
sebelum berjalan ke area tiga zhang
dan meletakkan buah itu di kepalanya.
Semua orang
menatapnya sebelum melihat ke arah Shen Miao dan merasa sedikit aneh.
***
Dari kejauhan, Xie
Jing Xing membuka belah bibirnya untuk berkata, “Tebaklah. Apakah itu akan
mengenai sasarannya atau tidak?”
“Sudah pasti tidak.”
Su Ming Feng
memandanginya, “Bukannya mengatakan ia tidak bernyali untuk melukai Cai Lin,
bahkan jika ia berani, apa ia punya kemampuan? Hanya ada beberapa wanita yang
belum menikah yang berlatih seni bela diri dan terlebih lagi, kau harus
mengetahui bahwa di ibu kota Ding, Shen Miao tidak tahu soal apa-apa.”
Xie Jing Xing
menundukkan kepalanya dan tersenyum, “Belum tentu.”
“Mungkinkah kau mau
bertaruh sebabak lagi denganku?”
“Kenapa harus
melakukan itu, aku sudah melihat hasilnya.”
Su Ming Feng terbiasa
dengan betapa misteriusnya ucapan sahabat baiknya dan berkata, “Bagaimana
hasilnya?”
Xie Jing Xing berujar
malas-malasan, “Kau kalah.”
***
Shen Yue memandang
Shen Miao yang ada di atas panggung dan tanpa alasan, hatinya mulai merasa
tegang.
Ia bertanya pelan
kepada Chen Ruo Qiu, “Ibu, apakah ia akan melukai Tuan Muda Cai?”
“Pasti tidak.”
Chen Ruo Qiu melihat
ke arah putri kandungnya sendiri yang juga terpana oleh Shen Miao hari ini dan
mau tak mau menghela napas. Berpikir bahwa Shen Yue masih muda dan tidak dapat
menjaga ketenangannya.
Ia berkata, “Mana
mungkin orang bisa mengenai sasarannya semudah itu? Aku dengar, Bo Tertuamu mengatakan sebelumnya, bahwa
diperlukan kekuatan untuk menarik busurnya, dan Adik Kelimamu tidak pernah
berlatih di hari-hari biasa di kediaman Shen, jadi aku takutnya, diperlukan
banyak sekali tenaga baginya untuk menarik busurnya. Kau tidak boleh memuaskan
diri dalam kemewahan, karena Adik Kelimamu hanya bercanda.”
Apakah Shen Miao
benar-benar hanya bercanda?
Tentu saja tidak.
Shen Miao mengangkat
tangannya, memasang anak panahnya dan menarik busurnya. Tindakannya semuanya
diselesaikan dengan sekali jalan dan itu dilakukan dengan begitu mulusnya
hingga seolah-olah ini telah dilatih selama ribuan kali. Tidak ada contoh tidak
sanggup menarik busurnya yang disebabkan oleh tangannya yang lemah juga tak ada
keraguan tentang tidak mengetahui apa yang perlu dilakukan. Tindakannya
terstruktur dan teratur, membuat orang lain curiga bahwa ia adalah seorang
pemanah yang handal.
Di saat berikutnya,
anak panah yang lepas dari busurnya pun menuju ke arah Cai Lin dengan niat
membunuh.
Seluruh arenanya jadi
sunyi senyap, dan dalam keheningan yang mencekam, anak panah itu jatuh ke
lantainya, membuat suara nyaring yang jelas.
Dan di ujung anak panahnya, ada sedikit warna merah di atasnya.
0 comments:
Posting Komentar