Tampilkan postingan dengan label After Transmigrating into a Book My Father Emperor Could Hear My Inner Voice. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label After Transmigrating into a Book My Father Emperor Could Hear My Inner Voice. Tampilkan semua postingan

Senin, 14 Juli 2025

ATB - Chapter 22 - 27 (END)

 Chapter 22


Hadiah-hadiah yang dibawakan Kakak Ketiga untukku melimpah sekali, termasuk buah-buahan unik dari selatan.

Bisa dibayangkan bahwa demi membawakan yang segar untukku, ia pasti menghabiskan banyak upaya untuk membawanya kembali.

Kakak Ketiga juga menepati janjinya dan membawaku keluar dari istana untuk bermain gila-gilaan selama beberapa hari. Sampai Kaisar mendesak kami barulah akhirnya kami kembali ke istana.

*

*

*

Chapter 23

Selama masa ini, aku terus menciptakan kesempatan untuk memberikan sesuatu kepada ayahanda kaisarku, seperti kentang dan jagung, bagaimana membuat glasir berwarna, pembajak berporos ....

Hingga suatu hari, aku dimakzulkan.

Aku dibawa ke istana, dan tentu saja, itu adalah si perdana menteri, anjing pencuri itu.

"Yang Mulia, Putri Keenam pastilah seorang monster! Kaisar sudah dibuat kebingungan oleh monster itu! Putri Keenam harus dibakar sampai mati!"

Aku berjalan masuk ke istana dengan santai.

Wajah Ayahanda Kekaisaran sangat geram. Ia sedang menahan amarahnya.

"Paman ini ya, menurut pendapatmu, apakah orang-orang yang pintar itu monster? Kalau begitu kasusnya, memang kau bisa menghilangkan kemungkinan kalau kau adalah seorang monster dan Ayahanda Kaisarku bisa tenang." Aku menampar bibirku.

Jenderal Wei Wu tertawa terbahak-bahak dengan kuat, sementara wajah perdana menteri berubah jelek.

"Kau!"

"Kenapa denganku?"

"Kau!"

Kaisar menggebrak meja dan berkata, "Siapa yang mengizinkanmu untuk menuding putri zhen! Kau sungguh bernyali! Jika He Xiao-nya zhen adalah monster, zhen benar-benar berharap kalau semua pejabat sipil dan militer di mahkamah adalah monster juga. Monster macam apa yang akan memikirkan rakyat jelata dan kesejahteraan dunia zhen?! Apakah ia monster atau bukan, zhen tahu betul dalam hatiku! Kenapa kau memakzulkan He Xiao, zhen juga tahu persis!"

Si perdana menteri berlutut ngeri. Aku melihatnya dan Pangeran Kedua berkontak mata.

Aku tahu kalau mereka tidak tahan lagi. Dunia jadi semakin stabil di tangan Ayahanda Kaisar, dan kehidupan rakyat jadi semakin baik.

Apabila mereka masih tidak bertindak, tak akan ada lagi alasan untuk memberontak.

Kalau demikian, bahkan jika pemberontakannya berhasil, Pangeran Kedua akan dicap tidak punya integritas moral dan akan dibenci oleh dunia.

*

*

*

Chapter 24

Tebakanku benar. Suatu hari, sewaktu aku masih di tempat tidur, aku diangkat oleh Hong Yu dan bersama Bi Yu, kami bergegas menuju Istana Zi Chen.

Aku yang masih mengantuk tahu bahwa ini sudah dimulai.

Segera setelah kami mencapai istana itu, Pangeran Kedua memimpin masuk pasukannya.

Ayahanda Kaisar melindungiku di belakangnya, Kakak Ketiga melindungiku di depan Kaisar, dan Kakak Pertama melindungiku di sampingku.

[Tidak apa-apa, lagian aku juga sudah menggali sebuah lubang anjing di Istana Zi Chen.]

Punggung Ayahanda Kaisar bergetar.

Kukira ia ketakutan, jadi aku menepuk-nepuk pahanya untuk menghiburnya. Mau tak mau, karena aku terlalu pendek.

"Apa kau tahu apa yang sedang kau perbuat?"

Pangeran Kedua berujar lantang: "Tentu saja, Putra ini tahu. Rakyat dalam situasi sulit, Putra ini sakit hati. Kenapa Ayahanda Kaisar tidak biarkan Putra ini menduduki takhta, jadi Ayahanda Kaisar bisa menghadap leluhur kita saat kau sudah mati?!"

Aku tidak tahan untuk tertawa, sungguh tidak tahu malu!

Pangeran Kedua melemparkan lirikan membunuh padaku. Ayahanda Kaisar dan kedua kakakku melindungiku lebih ketat.

"Kakak Kekaisaran Kedua, kata-katamu benar-benar konyol. Saat ini, siapa yang tidak tahu kalau rakyat Kerajaan Tian Cheng kita hidup dan bekerja dengan damai dan puas hati, mereka bahkan tidak perlu menutup pintunya di malam hari. Jika kau ingin menjadi Kaisar, katakan saja secara langsung, aku akan sedikit mengagumimu. Membuat alasan yang lemah seperti itu, kau lihat saja apakah orang akan percaya padamu?! Lihat apakah para pejabat akan memercayaimu?!"

Aku tertawa keras sekali sampai-sampai mataku berair dan menunjuk ke Pangeran Kedua sembari berucap.

Mata Pangeran Kedua merah. Ia memelototiku dengan kejam. Mungkin karena aku mengutarakan persis apa yang ada di hatinya jadi ia mengubah rasa malu menjadi amarah. Ia mengarahkan tombaknya ke langit dan berkata, "Dasar monster! Seseorang, kemari! Karena Ayahanda Kaisar tidak menghargai kata-kataku, bunuh dia untukku! Tangkap Adik Keenamku itu hidup-hidup!"

Aku mencibir dalam hati.

Aku mengeluarkan panah lenganku dan sudah akan memberinya tembakan sekali mati.

Tetapi Ayahanda Kaisar menahan tanganku.

Aku mendongak ke arahnya. Ayahanda Kaisar menatapku dengan senyum penuh makna di matanya. Tatapannya lembut sekali.

"He Xiao, jangan kotori tanganmu."

Mataku membelalak kaget. Bagaimana Ayahanda Kaisar tahu?!

Aku melihat Ayahanda Kaisar melambaikan tangannya, dan sekelompok pengawal rahasia segera melompat turun dari atap. Mereka pun mulai bertarung.

Di luar istana, ada pula suara pertarungan satu demi satu.

Sial, Ayahanda Kaisar sudah bersiap.

Aku hanya tidak tahu bagaimana ia mengetahui soal itu. Bicara secara logika, Pangeran Kedua adalah pemeran utama pria yang dipilih oleh langit. Bahkan jika ia menempatkan pasukannya secara terbuka, tak akan ada yang menemukannya.

Tak peduli seberapa keras aku berpikir, aku tidak bisa memahaminya, dan aku juga merasa sedikit menyesal.

[Sayangnya, lubang anjing yang kugali sekian lama sekarang tak ada gunanya.]

Ayahanda Kaisar tiba-tiba saja tertawa. Ia mengangkatku dan berkata, "Kalau begitu, setelah semuanya selesai, apa kau akan membawa zhen untuk melihat lubang anjingmu?"

Sekonyong-konyong, aku begitu ketakutan hingga sekujur tubuhku jadi kaku.

*

*

*

Chapter 25

Ayahanda Kaisar menang, aku mati rasa.

Ternyata Ayahanda Kaisar selalu mendengarkan suara hatiku!

Aku merasa ingin menangis namun tak ada air mata. Hampir semua perkataan yang kuucapkan itu termasuk pengkhianatan.

Semenjak saat itu, aku menghindari Ayahanda Kaisar. Mengerikan sekali dia!

Aku bersiap-siap untuk melarikan diri, melarikan diri dari lubang anjing yang pernah kugali.

Aku tidak bisa menjadi putri ini lagi. Untungnya, aku menabung banyak uang selama bertahun-tahun melalui perencanaan yang hati-hati.

Pada hari ini, bulannya gelap dan anginnya kencang, yang mana merupakan hari yang baik untuk kabur.

Aku membawa barang bawaan kecilku di punggungku, dan berlari secepat yang kubisa dengan kaki pendekku.

Akhirnya, kemenangan di depan mata, sudah hampir sampai! Hampir sampai!

"Ah!!"

Tengkukku!

Aku diangkat dan dengan cepat mencium aroma cendana yang akrab. Aku tidak mau menolehkan kepalaku ke belakang.

Matilah aku, Ayahanda Kaisar menangkap basah diriku.

*

*

*

Chapter 26

Di istana, Ayahanda Kaisar, Permaisuri, Kakak Pertama, dan Kakak Ketiga, menatapku dengan wajah serius.

"Kau sudah besar, jadi kau belajar untuk melarikan diri dari rumah?!" Aku menatap ayahku dengan penuh keluhan.

[Bukannya karena kau?! Betapa mengerikannya kalau suara hatimu bisa didengar!]

Ayahanda Kaisar mengangkatku, membaringkanku di pangkuannya, dan kemudian tanpa ampun menampar pantatku dengan tangan besarnya.

"Hoowaa!!!"

[Aku mengabaikanmu!]

"Berani-beraninya kau mengabaikan zhen?!" Setelah mengatakan itu, ia melambai ke arah beberapa orang yang wajahnya diliputi kecemasan.

Hanya aku dan ayah murahanku yang tersisa di dalam ruangan itu.

"He Xiao, zhen benar-benar harus minta maaf padamu. Zhen sudah bersikap acuh padamu semenjak kau dilahirkan. Zhen membawamu ke Istana Zi Chen karena zhen mengetahui bahwa zhen bisa membaca pikiranmu. Zhen merasa itu sangat menarik. Zhen juga telah memanfaatkanmu. Zhen bersalah padamu, tetapi mulai dari sekarang, kasih sayang zhen padamu akan tulus. Tak ada lagi kepalsuan, juga memanfaatkanmu. Zhen bersumpah kepada Dewa atas nama kerajaan ini! Zhen benar-benar ingin menjadi ayah yang baik. Tolong maafkan zhen, ya?"

Aku menatapnya. Benakku dipenuhi pikiran.

Pada akhirnya.

[Baiklah.]

Bagaimanapun juga, ia menjadikan kerajaan sebagai sumpah kami.

*

*

*

Chapter 27

Sepuluh tahun kemudian, Kakak Kekaisaran Pertama naik takhta. Ayahanda Kaisar menjadi Kaisar Tertinggi, dan aku diberikan gelar Putri Zhen Guo peringkat pertama.

Suatu hari, Ayah akan membawaku ke tempat peristirahatan musim panas dan Kakak Kekaisaran Pertama mengantarkan kami secara pribadi.

Aku membantu Ayahku naik ke kereta. Setelah itu, aku menolehkan kepalaku menghadap Kakak Kekaisaran Pertama, tersenyum cerah, dan melambaikan tanganku.

[Ai, kejahatan apa yang Kakak Pertama lakukan di kehidupan lalunya? Posisi kaisar ini, bahkan anjing saja tidak akan menginginkannya.]

Tawa keras Ayah terdengar dari kereta. Aku sudah naik ke kereta, jadi aku tidak melihat tubuh mendadak kaku si kaisar baru dan wajah yang diliputi ketidakpercayaan.

"Xiao Duzi, apa kau mendengar apa yang dikatakan Adik Kekaisaran barusan ini?"

"Menjawab Kaisar, Putri tidak mengatakan apa-apa."

-TAMAT-

*

*

*

T/N: Yup, kelar. Btw, gimana kesannya sama short story ini?
Saya ambil novel ini karena asik pas dibaca, dan karena pendek! XD
Semoga kalian yang baca juga suka :D
See you guys di lain terjemahan, babay~

Aling

Continue reading ATB - Chapter 22 - 27 (END)

ATB - Chapter 16 - 21

 Chapter 16


Penobatanku menyebabkan kegemparan. Seperti yang diketahui semua orang, ayahku sangat pelit dalam hal penganugerahan pangkat.

Bahkan sang Permaisuri saja memanggilku beberapa kali dan membuat kaki pendekku lelah sekali.

Hari ini, Permaisuri memanggilku lagi.

Pandanganku pada Permaisuri lumayan bagus. Meskipun ia dulunya acuh tak acuh padaku, ia tidak pernah menghentikan kedua putranya untuk mengurusiku.

Itu benar, Kakak Kekaisaran Pertama dan Kakak Kekaisaran Ketiga, keduanya adalah putra dari Permaisuri.

Ketika aku memasuki Istana Ci Ning, Permaisuri sedang duduk di dipan sembari tersenyum.

Ternyata Kakak Pertama juga ada di sini hari ini.

Aku mengeluarkan produk perawatan kulit buatanku dan mempersembahkannya dengan tangan mungilku.

Harus dikatakan bahwa bumi zaman dahulu sangat bagus dan kaya sumber daya alam. Bahan-bahan untuk krim anti penuaan yang sulit untuk ditemukan di kehidupan laluku semuanya ada di sini.

"He Xiao, apa ini?"

Aku maju ke depan untuk memberi hormat dan berkata, "Ibunda Permaisuri, ini adalah produk perawatan kulit yang Putri ini buat sendiri."

Permaisuri tersenyum bahagia dan menyerahkan produk perawatan kulit itu kepada dayang pribadinya. Aku tahu bahwa sebelum Permaisuri bisa menggunakannya, dayang istana harus mencobanya lebih dahulu selama beberapa hari.

Aku juga mencantumkan daftar bahan-bahan di dalamnya untuk memfasilitasi pemeriksaannya oleh tabib kekaisaran.

"Kau benar-benar perhatian. Kakak Pertamamu-lah yang memintamu agar datang kemari hari ini."

Oh?

Aku benar-benar tidak menyangkanya.

Kakak Pertama menatapku sambil tersenyum, menyentuh kepalaku dengan lembut dan berkata, "Ayahanda Kaisar berkata aku kurang bersemangat dan menyuruhku untuk mengobrol dan bermain lebih banyak dengan Adik He Xiao, daripada selalu membaca buku."

Permaisuri juga mengangguk setuju. Orang yang paling ceria di seluruh istana adalah He Xiao.

Walaupun aku kaget, aku dengan cepat menerima fakta bahwa kini aku memiliki seorang "pengikut kecil".

"Kalau begitu Kakak Pertama, mari kita keluar istana!"

*

*

*

Chapter 17

Permintaan kami untuk meninggalkan istana pun dengan cepat disetujui. Selagi kami meninggalkan kota, Kakak Pertama pun tidak tahan untuk menanyaiku: "Adik, kenapa kita tidak bermain di dalam ibu kota saja?"

Tentu saja kita tidak akan bermain di dalam ibu kota. Kakak Pertamaku ini tidak pernah keluar dari zona nyamannya dan sangat amat dilindungi dengan baik.

"Kakak Pertama, hari ini Adik ini akan membawamu untuk memainkan sesuatu yang berbeda."

Aku tersenyum polos.

Kakak Pertama mengangguk sambil berpikir keras.

Keretanya bergoyang-goyang selama satu shichen sebelum kami akhirnya tiba di tujuan yang kusebutkan.

(T/N: 1 shichen = 2 jam.)

Di tempat ini, tinggallah seorang pria yang sejenius Zhuge Liang. Bukunya mengatakan bahwa, karena Kakak Kekaisaran Kedua gagal memenangkan hatinya beberapa kali, ia pun mengutus orang untuk menghancurkan seluruh keluarganya.

Keretanya pun sampai di desa itu, Desa Pelajar.

Karena pelajar Yu Tong Yan tinggal di sini, desanya pun dinamai kembali seperti dirinya.

Aku digandeng oleh Kakak Kekaisaran Pertama dan melangkah keluar dari kereta. Kemudian, kami langsung pergi ke rumah Yu Tong Yan.

Seorang bibi sedang mencuci pakaian di depan rumah itu.

Saat ia melihat sekelompok orang yang berpakaian mewah mendekat, ia dengan gugup mengusap-usap tangannya dan maju ke depan dengan hati-hati.

Aku buru-buru berkata sebelum Kakak Pertama bisa berbicara: "Bibi, aku sedang bermain di luar bersama Kakakku dan punggungku pegal sekali. Bisakah Bibi membiarkan kami tinggal di sini untuk semalam?"

Bibi itu tersenyum dan berkata, "Tentu saja bisa. Ada kamar kosong di rumah kami. Para bangsawan, silakan masuk."

Kemudian, ia menolehkan kepalanya menghadap ke rumah dan berteriak: "Nak, ada bangsawan yang menginap di rumah kita. Keluar dan sapalah bangsawan-bangsawan ini!"

Seorang pemuda pun membuka pintu dan berjalan keluar.

Itu dia, Yu Tong Yan.

*

*

*

Chapter 18

Malam harinya, aku tidur di kamar terpisah, sementara kakak lelakiku dan Yu Tong Yan sekamar.

Setelah Kakak Pertama dan aku selesai makan, aku berbisik secara diam-diam ke Kakak Pertamaku: "Pemuda ini adalah orang yang berbakat, Kakak Pertama, kau harus bisa menggenggamnya." Kakak Pertama menatapku dengan kaget. Aku meregangkan tubuhku dan kembali ke kamarku.

Setelah mengatakan itu, sisanya tergantung pada Kakak Pertamaku.

Malam itu, aku tidur nyenyak di tempat tidur rumah petani itu.

Pagi harinya, saat aku bangun, Kakak Pertamaku dan Yu Tong Yan sedang berdiskusi dengan sangat harmonis.

Aku juga puas sekali.

Segera setelah Bibi melihatku bangun, ia dengan cepat membuatkan sarapan.

Di meja makan, keduanya masih tidak bisa berhenti diskusi. Rasanya seolah mereka saling mengagumi satu sama lain.

Setelah sarapan, aku menyeret Kakak Pertamaku ke ladang Bibi.

Yu Tong Yan juga mengikuti.

Kakak Pertama menatapku kosong setelah aku menjejalkan cangkul ke tangannya.

Aku menghela napas panjang dan berkata, "Kakak Pertama, pernahkah kau mendengar kisah seorang kaisar yang bertanya 'kenapa kau tidak makan daging cincang'?" Yu Tong Yan juga mendengarkan.

Aku perlahan-lahan berkata: Pernah ada seorang Kaisar yang menanyai petugasnya: 'Orang-orang tidak punya jagung untuk menghilangkan rasa lapar mereka, jadi kenapa mereka tidak makan daging cincang saja?' Kebodohan semacam itu menunjukkan bahwa, tidak pantas untuk membuat penilaian tanpa kau yang mengalaminya sendiri. Sekarang Kakak Pertama juga harus pergi ke ladang sendiri dan merasakan kerja keras orang-orang saat bertani."

Sedangkan aku, tentu saja aku akan menontonnya melakukannya.

Mereka berdua mendadak sadar, dan Yu Tong Yan menatapku penuh kekaguman.

"Saudara Qi, meskipun adik perempuanmu baru berusia enam tahun, ia memiliki karakter yang sangat mengagumkan!"

Kakak Pertama juga berujar bangga: "Adik perempuanku selalu yang paling pintar."

Setelah itu, mereka berdua pergi bekerja di ladang bersama-sama, membuat si Bibi dan Paman sangat ketakutan.

Kakak Pertamaku juga adalah orang yang berkemauan kuat. Meskipun ia nyaris tidak bisa meluruskan punggungnya hanya setelah waktu beberapa batang dupa, ia tetap menyelesaikan tugas berladang itu dengan teguh hingga malam hari.

Ketika malamnya tiba, Kakak Pertama pun mau tak mau menghela napas: "Ternyata, orang biasa hidup seperti ini setiap harinya."

*

*

*

Chapter 19

Kakak Pertama berhasil menangkap Yu Tong Yan. Setelah mengungkapkan identitasnya, Yu Tong Yan kaget sekali. Menjadi teman sepemikiran dengan seorang pangeran, siapa yang tidak akan bingung?

"Kakak Pertama, kau harus menjaga punggung orang-orangmu dengan baik."

Kakak Pertama dengan cepat mengerti dan membawa ibu serta ayah Yu Tong Yan bersama-sama.

Yu Tong Yan sangat tersentuh.

Aku juga mengangguk puas.

Ada tiga orang lagi dalam perjalanan pulang kami.

*

*

*

Chapter 20

Waktu berlalu bagaikan anak panah. Tak lama setelah itu, salju lebat memenuhi langit.

Selama beberapa hari terakhir, wajah ayahku buruk sekali. Aku tahu itu disebabkan oleh Kakak Ketigaku.

Tidak ada kabar dari Kakak Ketigaku selama lebih dari seminggu. Aku juga sangat cemas. Aku hanya berharap kalau panah lengan yang kuberikan padanya bisa berguna.

Walaupun aku tidak percaya pada agama Buddha, aku tetap pergi berdoa untuk Kakak Ketigaku setiap harinya.

Ini membuat Permaisuri semakin menyayangiku.

Aku benar-benar tidak peduli soal itu. Aku hanya berharap agar Kakak Ketigaku yang bodoh itu, yang selalu membawakanku kue di taman kekaisaran, akan kembali dengan utuh dari ujung kaki hingga ujung kepala.

Hari ini, saljunya hampir sampai ke lututku.

Bi Yu berlari dengan bersemangat.

"Putri! Pangeran Ketiga sudah kembali!"

Aku pun bangkit berdiri dengan cepat.

Kakak Ketiga sudah kembali!

Setelah mendengar ini, aku menginjak salju tebal itu dan berlari menuju Istana Zi Chen, terlepas dari halangan para dayang istana dan kasim.

Kakak Ketiga yang paling memanjakanku sudah kembali dengan selamat!

Aku berlumur salju dan berlari masuk ke aula. Aku segera melihat sosok akrab itu dengan sepintas lihat; ia tampak sedikit lebih kekar dan lebih tinggi.

Aku bergegas mendekat dengan cepat, dan pihak lainnya pun langsung memelukku erat-erat.

Saat ini, air mata tak bisa berhenti berjatuhan.

Rupanya, aku sudah beradaptasi dengan era ini dan keluarga ini.

"Kakak Ketiga! Wuwuwu! Kenapa kau telat sekali kembalinya?!"

Kakak Ketiga menepuk-nepuk punggungku dengan panik, berbisik pelan, dan menghiburku dengan lembut: "Bukankah Kakak Ketiga sudah kembali dengan selamat sekarang? Baik-baik ya, jangan menangis. Kakak Ketiga akan merasa tertekan."

"He Xiao, datanglah ke zhen."

Ayahku berbicara, tetapi aku tidak mau melepaskannya dan menguburkan kepalaku di dada bidang Kakak Ketiga.

"Ayahanda Kaisar, Putra ini juga ingin memeluk Adik Perempuan."

*

*

*

Chapter 21

Dalam pelukan Kakak Ketiga, aku mendengarkan keseluruhan ceritanya.

Ternyata, dalam perjalanannya, Kakak Ketiga bertemu para pembunuh dan diculik. Berkat panah lenganku, Kakak Ketiga bisa lolos, tetapi tak ada prajurit yang tersisa di sekitarnya.

Ia hanya bisa mengintai sendirian dan diam-diam menghubungi Jenderal Ping Nan yang menjaga wilayah selatan. Begitu banyak perak dan perbekalan yang harus direbut kembali.

Setelah berbulan-bulan perencanaan, mereka akhirnya memberantas sarang para pembunuh itu, dan mengambil kembali perak dan perbekalannya, dan kemudian mengirimkannya ke daerah bencana.

Mereka bahkan menjarah 100.000 tael perak tambahan dari sarang tersebut!

Kakak Ketiga menyerahkan token dari sarang para pembunuh. Setelah aku melihatnya, 'Sungguh orang yang baik!'

[Aku tahu! Itu adalah Pangeran Kedua! Bukankah simbol berbentuk elang ini merupakan simbol dari pasukan pribadi Pangeran Kedua? Dasar orang yang layak dibenci! Aku benar-benar ingin membunuhnya, kemudian menguliitinya dan mematahkan tulangnya. Um, kenapa aku tidak benar-benar mencobanya saja?!]

Aku tidak tahu mengapa, Kaisar tiba-tiba memelototiku.

"Kau sudah bekerja keras. Kembali dan istirahatlah baik-baik."

"Baik!"

Setelah mengatakan itu, Kaisar melambai ke arah kami, menyuruh kami pergi.

Kakak Ketiga menggendongku keluar dari istana dan mencubit pipi gemukku seperti biasa.

"Kali ini, benar-benar berkat panah lengan yang diberikan Adik Perempuan padaku. Kakak Ketiga berterima kasih padamu!"

Melihat kalau air mataku sudah akan berjatuhan lagi, Kakak Ketiga buru-buru menepuk-nepukku.


Continue reading ATB - Chapter 16 - 21

ATB - Chapter 10 - 15

 Chapter 10


Aku pun berjalan kembali ke Istana Qin Zheng dengan ceria. Di belakangku, Bi Yu membuntutiku dengan kotak makanan.

Segera setelah aku memasuki istana, aku melihat Ayahanda Kaisar sedang memeriksa memorial.

[Pasti karena ia tidak melakukan hal yang baik di kehidupan sebelumnya, makanya ia menjadi Kaisar di kehidupan ini. Lihat saja, betapa sulit kehidupannya.]

Ada bunyi sobekan.

Chen Liangfu segera maju ke depan dan menggantikan kertasnya.

"Sudahkah kau memilih momo untuk mengajari etiket?"

"Menjawab Kaisar, hamba masih memilihnya."

"Pilih dengan cepat!"

[Wuwuwu, ayah murahan ini jahat sekali! Ia pasti iri denganku!]

*

*

*

Chapter 11

Kakak Ketiga pun berangkat. Sebelum pergi, ia tidak lupa menyuruh seorang pelayan untuk membawakanku beberapa potong kue yang baru dan sebuah pesan.

"'Tunggu Kakak Ketiga kembali dan membawamu keluar dari istana untuk bermain', itulah yang dikatakan Pangeran Ketiga."

Bi Yu memberitahuku apa yang dikatakan pelayan itu dan aku mengangguk.

Maka kau harus kembali dalam keadaan utuh, Kakak Ketigaku!

"Putri Keenam, kita harus terus belajar, kalau tidak, Anda tidak akan bisa memakan kue ini hari ini."

Aku berbalik dengan pahit. Itu adalah momo yang telah dipilihkan ayah untukku. Sheng momo.

Ia dulunya melayani Ibu Suri. Sedikit tua dan sangat lembut, tetapi ia benar-benar tahu bagaimana cara menanganiku.

Kaisar sudah secara pribadi mengatur seorang dayang untuk melayaniku, namanya adalah Hong Yu.

Bersama dengan Sheng momo, ia pasti akan mengajariku untuk menjadi seorang putri yang paling anggun.

Aku yakin bahwa setelah pengajaran ini, tak akan ada yang bisa mencari-cari kesalahan dariku di masa depan.

*

*

*

Chapter 12

Suatu hari, aku datang ke Taman Kekaisaran. Aku sedang duduk di ayunan yang Kaisar aturkan untukku secara pribadi dan memikirkan tentang Kakak Ketigaku ....

.... Hadiah-hadiah yang dijanjikannya padaku.

"Putri Kedua! Anda tidak boleh kemari!"

Aku menolehkan kepalaku dan melihat seorang wanita berpakaian cerah bergegas ke arahku. Sebelum aku bisa bereaksi, ia mendorongku jatuh dari ayunan.

Hisss, sakit.

Untungnya, aku tidak mendarat dengan wajahku.

Hong Yu, yang sedang memetikkan bunga untukku di kejauhan, segera berlari menghampiri dan membantuku bangun.

"Putri, apa Anda baik-baik saja?! Bi Yu! Cepat! Panggilkan Tabib Kekaisaran!"

Sesuatu yang serius terjadi. Aku merasakan sakit yang membakar di lututku.

Sakit sekali rasanya sampai-sampai aku tidak bisa bicara. Dayang Putri Kedua, Zhao Si Yue, berlutut dengan panik.

"Aiya, Adik Keenam, aku benar-benar minta maaf, aku bergegas terlalu buru-buru."

Hong Yu pun mengamuk.

"Siapa saja yang punya mata yang jeli bisa melihatnya, Putri Kedua-lah yang sengaja mendorong Putri kami!"

Hong Yu adalah pengawal pribadi ayahanda kaisarku. Aku mengetahuinya, tetapi yang lainnya tidak.

"Lancang! Siapa yang mengizinkanmu untuk berbicara seperti ini kepada putri ini?! Seseorang, kemari dan tampar mulutnya!"

Mata Hong Yu berubah dingin, ia sudah akan bertindak.

"Zhen yang mengizinkannya. Apa yang ingin kau lakukan?"

*

*

*

Chapter 13

Sejujurnya, dibandingkan dengan enam tahun terakhir sewaktu tak ada seorang pun yang memedulikanku, rasanya benar-benar menyenangkan untuk memiliki seorang ayah yang menyayangiku.

Setidaknya, ketika aku ditindas, seseorang akan membelaku.

Saat ini, aku sedang duduk di pangkuan ayaku. Tabib Kekaisaran sedang memberiku obat, sementara Putri Kedua berlutut di depanku.

Rasanya benar-benar menyenangkan.

"Tang Tang, apakah sakit?"

Aku langsung berpura-pura memasang mata berkaca-kaca.

"Ayahanda Kaisar, sakit ...."

[Tetapi, aku merasa senang dalam hatiku. Putri Kedua ini juga bukannya orang baik. Setelah ayah digulingkan, demi mendapatkan kasih sayang dari Pangeran Kedua, ia bahkan menendang abu Ayahanda Kaisar! Ini membuatnya menjadi putri yang paling disayangi di istana .... Ahhhh! Sakit! Apa yang sedang ayah lakukan?! Sakit sekali saat ia mencubitku!]

Untungnya, ayahku segera melepaskan pinggang gempal kecilku, kalau tidak, itu pasti akan patah.

Memang seorang kaisar!

Ada masalah dengan pikirannya!

Aku melirik ayahku dengan sedikit kebencian, hanya untuk melihat mata bak kolam dinginnya yang tengah menatap ke arah Putri Kedua yang berlutut di lantai.

"Berlututlah hingga tengah malam."

Para dayang istana dan kasim di belakangnya menarik napas dalam-dalam.

*

*

*

Chapter 14

"Apa kalian sudah dengar? Karena Putri Kedua melukai Putri Keenam, ia dihukum berlutut hingga tengah malam!"

"Ia sangat amat disayangi!"

"Putri Keenam kita hebat sekali, ia merayu Kaisar untuk memanjakannya sampai ke langit!"

"Iya, hebat sekali."

Aku bersembunyi di belakang sebuah pillar dan mengerutkan bibirku.

Lihatlah sekarang, ini menyebabkan kebakaran.

Tetapi tidak apa-apa, Ayah Murahan mungkin akan melindungiku!

Sudah pasti, segera setelah aku kembali ke Istana Qin Zheng, aku melihat Selir Xian sedang berlutut di pintu. Ia adalah ibu kandung Putri Kedua.

Tatapannya, setelah melihatku, setajam pedang.

Aku mencebikkan muka ke arahnya dan berlari masuk ke aula.

[Aku tidak takut bahkan jika kau memelototiku. Walaupun aku adalah ikan asin, aku masih punya banyak hal dalam benakku. Jika pengetahuan dalam benakku masih tidak bisa menandingi aura protagonis pria, setidaknya aku hanya akan membawa ayahku melarikan diri dari lubang anjing. Kalau ayahku menang, aku akan menjadi putri yang bebas dari kecemasan. Apabila ayahku kalah, aku akan menjadi taipan bisnis dan menjaganya! Oh, dan ada Kakak Pertama, Kakak Ketiga, dan Chen Liangfu juga.]

"Kemarilah."

Suara memikat Ayah membawa sejejak senyuman. Tampaknya ia dalam suasana hati yang baik.

Aku pun berjalan mendekat dengan gembira dan menerobos masuk ke dalam dekapannya.

[Bagaimana kalau kita mulai dari senjata?]

Sebuah pemikiran pun terlintas dalam benakku. Menoleh, aku mendongak ke arah ayahku: "Ayahanda Kaisar, Putri ini ingin menggambar."

*

*

*

Chapter 15

"Bisakah Tang Tang menjelaskan pada zhen, apa yang kau gambar?"

Aku berujar dengan bangga: "Putri ini memberikan Kakak Ketiga sepasang panah lengan buatan tangan sebelumnya. Ini adalah versi yang lebih besarnya, yang mana lebih mematikan. Panah Putri ini, biarpun terbuat dari kayu, juga mampu menembak menembus pohon."

Jangan macam-macam denganku, Putri ini adalah seorang pembuat senjata antarbintang di kehidupanku sebelumnya. Meskipun meriam laser tidak bisa dibuat di sini, sangat mudah untuk membuatkan senjata-senjata dingin yang kuat.

Mata Ayahanda Kaisar pun memancarkan sinar yang terang.

"Apakah Tang Tang membuat yang sudah jadi?"

[Oops, demi menekankan kelebihan senjata ini, aku mengekspos diriku sendiri. Apakah Ayahanda Kaisar akan menghukumku?! Membuat senjata secara diam-diam adalah kejahatan serius!]

"Zhen tidak akan menyalahkanmu, kau hanya bermain-main di istana karena bosan, kan?"

"Iya, iya!"

[Ayahku ini masih bisa membantuku membuat alasan. Lumayan juga.]

Aku merasa lega dan meminta Bi Yu mengeluarkan panah crossbow dari kotak penyimpananku.

Ayahku memegangnya dan memandanginya dengan saksama. Dapat dilihat bahwa, semakin ia memandanginya, semakin senang pula ia jadinya, dan semakin ia tidak bisa menurunkannya.

"Benda yang bagus sekali! Kecerdikan yang luar biasa! Pantas saja ... pantas saja bisa begitu kuat! Liangfu! Kemarilah dan lihat ini juga .... Panah ini benar-benar cerdik!"

[Bukankah begitu? Kuat tetapi ringan, cocok untuk medan tempur dan cocok juga untuk pembunuhan. Ahem ....]

Pantatku mendadak ditampar oleh satu tangan besar.

Kemudian, ayahku membawaku keluar dari istana, bahkan tanpa melihat ke arah Selir Xian yang sedang berlutut di pintu, kami datang ke lapangan latihan.

Setelah mengosongkan semuanya, Ayah melambaikan tangannya dan seorang pria berbaju hitam tiba-tiba muncul di hadapannya.

Seorang pengawal rahasia seperti Hong Yu.

"Cobalah kekuatan dari panah kayu ini."

"Baik!"

Dengan bunyi "whoossh", panahnya melesat lurus menuju target di kejauhan.

Melesat sepenuhnya!

Lalu ....

Targetnya jatuh berkeping-keping ....

Ayah melempar-lemparku ke atas dengan gembira.

Aku ketakutan sekali sampai-sampai aku menjerit!

"Tang Tang kesayangan zhen! Siapkan titah! Putri Keenam, Zhao Tang Tang, berpengetahuan luas dan berwawasan, mulia tetapi tidak berlebihan, mengikuti aturan tanpa bermalas-masalan, memberikan contoh yang baik, harmonis dan murah hati. Aku akan menganugerahkannya gelar Putri He Xiao peringkat ketiga!"

[Sial! Peringkat ketiga!]

"Nuo!" Cheng Liangfu merespons sembari tersenyum puas.

Continue reading ATB - Chapter 10 - 15

ATB - Chapter 7 - 9

Chapter 7

Keesokan harinya, aku tidur hingga matahari setinggi tiga tiang sebelum aku terbangun.

Apakah ibuku bersikap begitu baik dan tidak datang untuk menyiksaku hari ini?

Oh! Sekarang aku tinggal di istana Ayahanda Kaisarku!

Ketika Chen Liangfu melihat bahwa aku sudah bangun, ia pun tersenyum dan meminta seorang dayang untuk membawakan baskom air.

Aku membiarkan mereka melemparkanku kesana-kemari seperti sebuah boneka.

Setelah mandi, berganti pakaian.

Hari ini, para dayang menata rambutku jadi dua sanggulan dan mengikatnya dengan pita merah. Itu meriah sekali dan cocok dengan wajah bundarku.

Hei, kenapa aku tampak seperti boneka lukisan tahun baru?

Setelah itu, Chen Liangfu mengangkatku dan berjalan keluar.

Sewaktu aku melihat rute yang kami tempuh ... Bro!

Ini jalan untuk menuju mahkamah di Istana Zi Chen!

Aku melingkarkan tangan panikku di leher Chen Liangfu dan bertanya, "Kasim Chen, kemana kita akan pergi?"

Chen Liangfu menjawab sembari tersenyum: "Kaisar mengasihani Putri dan takut kalau Putri akan bosan saat ia bangun, jadi beliau memerintahkan hamba ini untuk membawa Putri ke mahkamah."

Oh Ya Tuhan! Sialan, setelah ini, aku pasti akan menjadi saingan dari seluruh harem!

Aku benar-benar tidak tahu, saraf Ayahanda Kekaisaran yang mana yang tidak terhubung dengan benar?!

*

*

*

Chapter 8

Di Istana Zi Chen, aku meringkuk dalam pelukan Kaisar dan disaksikan oleh semua pejabat sipil dan militer.

Tak lama kemudian, Perdana Menteri pun berbicara.

"Yang Mulia! Ini bertentangan dengan norma!"

Aku melengkungkan bibirku dan berpikir sendiri.

[Orang tua ini jahat sekali. Sebagian besar adalah salahnya makanya pangeran kedua memutuskan untuk memberontak! Wajar kalau ia tidak akan tahan melihatku disayangi!]

Kaisar memelukku dengan erat.

"Bukan giliranmu untuk mendikte apa yang ingin zhen lakukan. Jika ada sesuatu, katakan saja secara langsung, kalau tidak ada apa-apa, tinggalkan mahkamah."

Aku dan seluruh pejabat sipil dan militer di bawah memasang ekspresi ngeri yang sama.

[Hei, apakah ayah murahan ini kerasukan sesuatu? Bukankah ia selalu paling toleran terhadap Perdana Menteri?! Karena jasanya dalam menemani sang naga, kaisar tidak pernah menunjukkan wajah yang menghitam ke arahnya!]

Aku melirik sekilas dan melihat wajah Perdana Menteri yang sehitam arang.

"Yang Mulia, ratusan orang kini dalam kesulitan karena banjir bandang di wilayah selatan. Menteri ini memohon pada Yang Mulia agar mengalokasikan dana untuk bantuan bencana!"

Ini dia!

Tangan kecilku mengencang dan aku menarik jubah naga ayahku.

Ayahku menatapku dengan tatapan yang tidak jelas, dan kemudian menyuruh Perdana Menteri untuk melanjutkan perkataannya.

"Menteri ini meyakini bahwa Pangeran Pertama memegang status yang terhormat, jadi akan lebih pantas untuk mengutus pangeran lain untuk mengantarkan uang bantuan dan makanan ke daerah bencana."

[Oh, kata-kata berikutnya pasti, 'Menteri ini berpikir bahwa Pangeran Kedua bisa pergi dan mengasah kemampuannya!']

"Menteri ini berpikir bahwa Pangeran Kedua bisa pergi dan mengasah kemampuannya!"

[Lihat, lihat, lihat .... Kemudian pangeran kedua mengambil 300.000 tael uang bantuan bencana itu untuk merekrut pasukan, membeli kuda, dan membeli lahan di wilayah selatan, berbohong kepada ayah bodohku iini, dan setelahnya memberontak dengan alasan orang-orang yang kesusahan, kaisar tidak pantas akan takhtanya, dan dikutuk oleh Langit. Benar-benar menggelikan, mana bisa kau menyalahkan ayah bodohku ini atas bencana alam?]

Kaisar mengangkatku dan menepuk-nepuk punggungku, seolah membujukku untuk tidur.

"Zhen sudah punya rencana lain untuk Pangeran Kedua. Para menteri yang terhormat, siapa di antara Pangeran yang tersisa yang menurut kalian harus diutus?"

[Pangeran Kekaisaran Ketiga adalah yang terbaik pastinya. Ia sepenuh hati mengabdikan diri pada Kakak Pertama Kekaisaran dan kepada rakyat. Seni bela dirinya juga sangat bagus. Meskipun ia sedikit bodoh, ia sangat setia! Ketika Pangeran Kedua memberontak, ia bahkan berdiri di hadapan Kaisar dan Kakak Pertama Kekaisaran sendiri! Oh, dan di depanku juga! Kakak Kekaisaran Ketiga adalah penyesalan yang tak bisa kuhilangkan!!]

"Menteri ini berpikir bahwa Pangeran Ketiga cocok untuk tugas ini!" Jenderal Wei Wu melangkah maju dan berkata.

Jenderal Wei Wu adalah guru seni bela diri Pangeran Ketiga.

"Menteri ini berpikir Pangeran Kelima cocok! Walaupun ia masih muda, sudah waktunya baginya untuk mendapatkan pengalaman." Si pembicara adalah Menteri Keuangan.

Aku mendengus dalam hati dan berpikir.

[Lucu, kalau kau menganggap bantuan bencana sebagai bidang untuk mendapatkan pengalaman, bukankah itu artinya kau menganggap rakyat sebagai mainan?]

Bang! Memorial di meja ayah pun dilemparkan ke wajah si Menteri Keuangan.

Semua orang di aula berlutut ketakutan!

"Pangeran Ketiga, patuhi perintah!"

Pangeran Ketiga yang bingung pun melangkah maju dan berlutut.

"Putra ada di sini!"

"Terima perintah untuk membawa 300.000 tael perak dan seratus kereta berisi biji-bijian sebagai utusan kekaisaran ke wilayah selatan untuk bantuan bencana!"

"Putra ini mematuhi perintah."

*

*

*

Chapter 9

Urusan bantuan bencana sudah terpecahkan.

Setelah mahkamah, aku melepaskan diri dari pelukan ayahku dan meminta waktu untuk keluar dan bermain!

Setelah itu, aku menggosok-gosokkan tangan kecilku dan menunggu di Taman Kekaisaran.

Setiap kali Kakak Kekaisaran Ketiga melihatku, ia akan menemaniku bermain di Taman Kekaisaran, dan kemudian membawakan beberapa camilan dari kediamannya untukku.

Tetapi, pertemuan kami tidak terlalu sering. Bagaimanapun juga, Kakak Kekaisaran Ketiga lebih tua dan tidak nyaman baginya untuk keluar masuk harem.

Namun, ia melihatku di aula utama hari ini dan ia pasti akan datang!

Telingaku bergerak, dan sudah pasti, ia ada di sini!

"Adik Keenam!"

"Kakak Ketiga!"

Kakak Kekaisaran Ketiga mengangkatku dan menjawil hidungku.

"Adik Keenam bertambah lagi berat badannya, lumayan! Lihat, kue bunga pir yang Kakak Kekaisaran suruh pelayan bawakan untukmu ini enak sekali!"

Sebelum kotak makanan itu dibuka, aku sudah bisa mencium aroma yang tajam.

Aku pun dengan gembira menyuruh Bi Yu menerimanya!

Kali ini, Kakak Kekaisaran Ketiga akan bepergian jauh, dan aku punya sebuah hadiah untuknya.

Pangeran Kedua gagal mendapatkan tugas untuk bantuan bencana seperti yang diharapkannya, ia mungkin akan melakukan beberapa trik kotor.

Diam-diam aku menjejelkan crossbow lengan yang kubuat ke dalam lengan jubah Kakak Ketigaku. Aku mengumpulkan materialnya secara rahasia dan membuatnya untuk menyelamatkan nyawaku. Sekarang, karena Kaisar secara pribadi membesarkanku, ini sudah tidak perlu lagi.

"Kakak Ketiga, ini adalah senjata yang kubuatkan untukmu. Cocok sekali untuk menyelamatkan nyawa. Orang lain tidak akan bisa menemukannya dengan mudah."

Kakak Ketiga menyentuh senjata di lengan jubahnya, mencubit pipi gemukku dan berkata, "Aku memang tidak salah sudah memanjakanmu!"

Saat ini, aku tidak tahu bahwa crossbow lengan ini benar-benar akan menyelamatkan nyawa Kakak Ketiga.

Continue reading ATB - Chapter 7 - 9