Senin, 14 Juli 2025

ATB - Chapter 22 - 27 (END)

 Chapter 22


Hadiah-hadiah yang dibawakan Kakak Ketiga untukku melimpah sekali, termasuk buah-buahan unik dari selatan.

Bisa dibayangkan bahwa demi membawakan yang segar untukku, ia pasti menghabiskan banyak upaya untuk membawanya kembali.

Kakak Ketiga juga menepati janjinya dan membawaku keluar dari istana untuk bermain gila-gilaan selama beberapa hari. Sampai Kaisar mendesak kami barulah akhirnya kami kembali ke istana.

*

*

*

Chapter 23

Selama masa ini, aku terus menciptakan kesempatan untuk memberikan sesuatu kepada ayahanda kaisarku, seperti kentang dan jagung, bagaimana membuat glasir berwarna, pembajak berporos ....

Hingga suatu hari, aku dimakzulkan.

Aku dibawa ke istana, dan tentu saja, itu adalah si perdana menteri, anjing pencuri itu.

"Yang Mulia, Putri Keenam pastilah seorang monster! Kaisar sudah dibuat kebingungan oleh monster itu! Putri Keenam harus dibakar sampai mati!"

Aku berjalan masuk ke istana dengan santai.

Wajah Ayahanda Kekaisaran sangat geram. Ia sedang menahan amarahnya.

"Paman ini ya, menurut pendapatmu, apakah orang-orang yang pintar itu monster? Kalau begitu kasusnya, memang kau bisa menghilangkan kemungkinan kalau kau adalah seorang monster dan Ayahanda Kaisarku bisa tenang." Aku menampar bibirku.

Jenderal Wei Wu tertawa terbahak-bahak dengan kuat, sementara wajah perdana menteri berubah jelek.

"Kau!"

"Kenapa denganku?"

"Kau!"

Kaisar menggebrak meja dan berkata, "Siapa yang mengizinkanmu untuk menuding putri zhen! Kau sungguh bernyali! Jika He Xiao-nya zhen adalah monster, zhen benar-benar berharap kalau semua pejabat sipil dan militer di mahkamah adalah monster juga. Monster macam apa yang akan memikirkan rakyat jelata dan kesejahteraan dunia zhen?! Apakah ia monster atau bukan, zhen tahu betul dalam hatiku! Kenapa kau memakzulkan He Xiao, zhen juga tahu persis!"

Si perdana menteri berlutut ngeri. Aku melihatnya dan Pangeran Kedua berkontak mata.

Aku tahu kalau mereka tidak tahan lagi. Dunia jadi semakin stabil di tangan Ayahanda Kaisar, dan kehidupan rakyat jadi semakin baik.

Apabila mereka masih tidak bertindak, tak akan ada lagi alasan untuk memberontak.

Kalau demikian, bahkan jika pemberontakannya berhasil, Pangeran Kedua akan dicap tidak punya integritas moral dan akan dibenci oleh dunia.

*

*

*

Chapter 24

Tebakanku benar. Suatu hari, sewaktu aku masih di tempat tidur, aku diangkat oleh Hong Yu dan bersama Bi Yu, kami bergegas menuju Istana Zi Chen.

Aku yang masih mengantuk tahu bahwa ini sudah dimulai.

Segera setelah kami mencapai istana itu, Pangeran Kedua memimpin masuk pasukannya.

Ayahanda Kaisar melindungiku di belakangnya, Kakak Ketiga melindungiku di depan Kaisar, dan Kakak Pertama melindungiku di sampingku.

[Tidak apa-apa, lagian aku juga sudah menggali sebuah lubang anjing di Istana Zi Chen.]

Punggung Ayahanda Kaisar bergetar.

Kukira ia ketakutan, jadi aku menepuk-nepuk pahanya untuk menghiburnya. Mau tak mau, karena aku terlalu pendek.

"Apa kau tahu apa yang sedang kau perbuat?"

Pangeran Kedua berujar lantang: "Tentu saja, Putra ini tahu. Rakyat dalam situasi sulit, Putra ini sakit hati. Kenapa Ayahanda Kaisar tidak biarkan Putra ini menduduki takhta, jadi Ayahanda Kaisar bisa menghadap leluhur kita saat kau sudah mati?!"

Aku tidak tahan untuk tertawa, sungguh tidak tahu malu!

Pangeran Kedua melemparkan lirikan membunuh padaku. Ayahanda Kaisar dan kedua kakakku melindungiku lebih ketat.

"Kakak Kekaisaran Kedua, kata-katamu benar-benar konyol. Saat ini, siapa yang tidak tahu kalau rakyat Kerajaan Tian Cheng kita hidup dan bekerja dengan damai dan puas hati, mereka bahkan tidak perlu menutup pintunya di malam hari. Jika kau ingin menjadi Kaisar, katakan saja secara langsung, aku akan sedikit mengagumimu. Membuat alasan yang lemah seperti itu, kau lihat saja apakah orang akan percaya padamu?! Lihat apakah para pejabat akan memercayaimu?!"

Aku tertawa keras sekali sampai-sampai mataku berair dan menunjuk ke Pangeran Kedua sembari berucap.

Mata Pangeran Kedua merah. Ia memelototiku dengan kejam. Mungkin karena aku mengutarakan persis apa yang ada di hatinya jadi ia mengubah rasa malu menjadi amarah. Ia mengarahkan tombaknya ke langit dan berkata, "Dasar monster! Seseorang, kemari! Karena Ayahanda Kaisar tidak menghargai kata-kataku, bunuh dia untukku! Tangkap Adik Keenamku itu hidup-hidup!"

Aku mencibir dalam hati.

Aku mengeluarkan panah lenganku dan sudah akan memberinya tembakan sekali mati.

Tetapi Ayahanda Kaisar menahan tanganku.

Aku mendongak ke arahnya. Ayahanda Kaisar menatapku dengan senyum penuh makna di matanya. Tatapannya lembut sekali.

"He Xiao, jangan kotori tanganmu."

Mataku membelalak kaget. Bagaimana Ayahanda Kaisar tahu?!

Aku melihat Ayahanda Kaisar melambaikan tangannya, dan sekelompok pengawal rahasia segera melompat turun dari atap. Mereka pun mulai bertarung.

Di luar istana, ada pula suara pertarungan satu demi satu.

Sial, Ayahanda Kaisar sudah bersiap.

Aku hanya tidak tahu bagaimana ia mengetahui soal itu. Bicara secara logika, Pangeran Kedua adalah pemeran utama pria yang dipilih oleh langit. Bahkan jika ia menempatkan pasukannya secara terbuka, tak akan ada yang menemukannya.

Tak peduli seberapa keras aku berpikir, aku tidak bisa memahaminya, dan aku juga merasa sedikit menyesal.

[Sayangnya, lubang anjing yang kugali sekian lama sekarang tak ada gunanya.]

Ayahanda Kaisar tiba-tiba saja tertawa. Ia mengangkatku dan berkata, "Kalau begitu, setelah semuanya selesai, apa kau akan membawa zhen untuk melihat lubang anjingmu?"

Sekonyong-konyong, aku begitu ketakutan hingga sekujur tubuhku jadi kaku.

*

*

*

Chapter 25

Ayahanda Kaisar menang, aku mati rasa.

Ternyata Ayahanda Kaisar selalu mendengarkan suara hatiku!

Aku merasa ingin menangis namun tak ada air mata. Hampir semua perkataan yang kuucapkan itu termasuk pengkhianatan.

Semenjak saat itu, aku menghindari Ayahanda Kaisar. Mengerikan sekali dia!

Aku bersiap-siap untuk melarikan diri, melarikan diri dari lubang anjing yang pernah kugali.

Aku tidak bisa menjadi putri ini lagi. Untungnya, aku menabung banyak uang selama bertahun-tahun melalui perencanaan yang hati-hati.

Pada hari ini, bulannya gelap dan anginnya kencang, yang mana merupakan hari yang baik untuk kabur.

Aku membawa barang bawaan kecilku di punggungku, dan berlari secepat yang kubisa dengan kaki pendekku.

Akhirnya, kemenangan di depan mata, sudah hampir sampai! Hampir sampai!

"Ah!!"

Tengkukku!

Aku diangkat dan dengan cepat mencium aroma cendana yang akrab. Aku tidak mau menolehkan kepalaku ke belakang.

Matilah aku, Ayahanda Kaisar menangkap basah diriku.

*

*

*

Chapter 26

Di istana, Ayahanda Kaisar, Permaisuri, Kakak Pertama, dan Kakak Ketiga, menatapku dengan wajah serius.

"Kau sudah besar, jadi kau belajar untuk melarikan diri dari rumah?!" Aku menatap ayahku dengan penuh keluhan.

[Bukannya karena kau?! Betapa mengerikannya kalau suara hatimu bisa didengar!]

Ayahanda Kaisar mengangkatku, membaringkanku di pangkuannya, dan kemudian tanpa ampun menampar pantatku dengan tangan besarnya.

"Hoowaa!!!"

[Aku mengabaikanmu!]

"Berani-beraninya kau mengabaikan zhen?!" Setelah mengatakan itu, ia melambai ke arah beberapa orang yang wajahnya diliputi kecemasan.

Hanya aku dan ayah murahanku yang tersisa di dalam ruangan itu.

"He Xiao, zhen benar-benar harus minta maaf padamu. Zhen sudah bersikap acuh padamu semenjak kau dilahirkan. Zhen membawamu ke Istana Zi Chen karena zhen mengetahui bahwa zhen bisa membaca pikiranmu. Zhen merasa itu sangat menarik. Zhen juga telah memanfaatkanmu. Zhen bersalah padamu, tetapi mulai dari sekarang, kasih sayang zhen padamu akan tulus. Tak ada lagi kepalsuan, juga memanfaatkanmu. Zhen bersumpah kepada Dewa atas nama kerajaan ini! Zhen benar-benar ingin menjadi ayah yang baik. Tolong maafkan zhen, ya?"

Aku menatapnya. Benakku dipenuhi pikiran.

Pada akhirnya.

[Baiklah.]

Bagaimanapun juga, ia menjadikan kerajaan sebagai sumpah kami.

*

*

*

Chapter 27

Sepuluh tahun kemudian, Kakak Kekaisaran Pertama naik takhta. Ayahanda Kaisar menjadi Kaisar Tertinggi, dan aku diberikan gelar Putri Zhen Guo peringkat pertama.

Suatu hari, Ayah akan membawaku ke tempat peristirahatan musim panas dan Kakak Kekaisaran Pertama mengantarkan kami secara pribadi.

Aku membantu Ayahku naik ke kereta. Setelah itu, aku menolehkan kepalaku menghadap Kakak Kekaisaran Pertama, tersenyum cerah, dan melambaikan tanganku.

[Ai, kejahatan apa yang Kakak Pertama lakukan di kehidupan lalunya? Posisi kaisar ini, bahkan anjing saja tidak akan menginginkannya.]

Tawa keras Ayah terdengar dari kereta. Aku sudah naik ke kereta, jadi aku tidak melihat tubuh mendadak kaku si kaisar baru dan wajah yang diliputi ketidakpercayaan.

"Xiao Duzi, apa kau mendengar apa yang dikatakan Adik Kekaisaran barusan ini?"

"Menjawab Kaisar, Putri tidak mengatakan apa-apa."

-TAMAT-

*

*

*

T/N: Yup, kelar. Btw, gimana kesannya sama short story ini?
Saya ambil novel ini karena asik pas dibaca, dan karena pendek! XD
Semoga kalian yang baca juga suka :D
See you guys di lain terjemahan, babay~

Aling

0 comments:

Posting Komentar