Chapter 3
Sepertinya ia jadi lebih kurus, tetapi entah mengapa menjadi lebih cantik juga ... Berdiri di sana, Chen Ruo pun termenung. Jin Xiu hanya memanggil namanya, tetapi sepertinya itu bahkan lebih lembut daripada biasanya.
Ia berjalan mendekatinya secara perlahan. Jin Xiu mengulurkan tangannya ke arahnya, memeluknya.
Aku tidak punya cara lain, jika aku tidak menikahi putri dari menteri kiri, bahkan hidup pun akan jadi sulit bagiku waktu itu. Chen Ruo menggumamkan ini, tetapi merasa itu konyol.
Mengapa ia harus menjelaskannya? Siapa Jin Xiu baginya? Namun, tetap saja, ia merasa seolah ia tidak bisa tanpa menjelaskannya.
Karenanya, setelah ia menyelesaikan kalimat itu, Chen Ruo mendadak berhenti.
Namun, Jin Xiu sepertinya tidak tampak terganggu oleh itu. Ia memegang salah satu tangan Chen Ruo dan dengan sepenuh hati menuliskan sesuatu pada telapak tangannya.
Ini adalah sebuah permainan yang mulai mereka mainkan di masa kecil mereka.
Mata Jin Xiu buta. Tahun itu, Kaisar Long Qing menghabiskan upaya besar untuk membantu Jin Xiu mengumpulkan sejumlah besar balok cetak untuk mengajari Jin Xiu bagaimana caranya membaca braille. Namun, hatinya merasa sakit ketika ia melihat kapalan yang terbentuk di ujung jari Jin Xiu, dan pada akhirnya, ia hanya menyuruh dayang-dayang istana untuk membacakan dengan lantang untuk Jin Xiu. Tetapi, beberapa kalimat terlalu memalukan untuk dibaca kuat-kuat dan Jin Xiu akan secara diam-diam membawa buku-buku itu ke sana dan dengan kekanakannya meminta Chen Ruo untuk membacakan itu untuknya.
Chen Ruo menerima buku darinya, tetapi Jin Xiu merasa malu lagi. Chen Ruo tidak tahu apa-apa dan hanya memegangi tangannya, sebelum menuliskan mereka secara perlahan di telapak tangan Jin Xiu, kata demi kata.
Jin Xiu pemalu dan penakut, perawakannya yang mungil itu meringkuk jadi bola. Tetapi, ia tidak melepaskan diri dan membiarkan Chen Ruo memegangi tangannya sementara ia secara perlahan menelusuri telapak tangannya.
Setelah sekian lama, Chen Ruo menyadari bahwa ada sesuatu yang keliru. Di masa lalu, garis-garis mengejutkan dan tertinggal itu berulang kali terukir di atas telapak tangan Jin Xiu menggunakan jarinya, meninggalkan bekas yang abadi pada darah dan daging satu sama lain.
Tetapi sekarang, Jin Xiu menuliskan di telapak tangannya—menuliskan pepatah kuno.
Seorang gadis menyerahkan nyawanya kepada orang yang dicintainya. Biarpun suatu hari datang pengabaian yang tak berperasaan, tak akan ada penyesalan.
Hati Chen Ruo melembut, tetapi di waktu yang sama, perasaannya dendamnya yang hampir tak tertekan perlahan meluap juga.
Lihat, sekarang ia ada di tangannya. Tidak ada tempat yang bisa ditujunya, dan tidak ada yang bisa diandalkannya. Jin Xiu hanya memiliki dirinya, ia adalah seluruh dunianya.
Kepuasan dan rasa sakit.
Saat ini, di tempat ini. Bukankah menghancurkan Jin Xiu akan jadi tugas yang gampang?
Setelah sekian lama, Chen Ruo tertawa diam-diam. Saat itu, di bawah sinar redup dari cahaya lilin, pemuda pucat dengan tanda merah di keningnya, mirip seperti seekor bangau terluka yang kepalanya menengadah ke langit.
Ia memeluk gadis itu dengan dalam, erat, dan kuat. Baginya, gadis itu hanyalah kehangatan yang nyaris tidak ada.
Jin Xiu hanya memiliki dirinya.
***
Di hari kelima setelah pernikahan Chen Ruo, Jin Xiu disambut ke kediaman putra mahkota. Di wilayah bagian timur, putri berharga dari kerajaan paling kuat ini, masuk melalui sebuah pintu belakang yang gelap, menaiki tandu kecil berwarna cyan. Dengan cara ini, ia memasuki kehidupan pria yang dicintainya.
Ia hanyalah seorang gadis pelayan yang disukai Chen Ruo di Da Yue. Itu, dan tidak lebih.
Ketika ia mengantarkannya, Chen Lan bertanya pada Jin Xiu, apakah ia sungguh ingin melakukan ini? Gadis cantik itu memberikan senyuman tipis dan menganggukkan kepalanya tanpa kata.
Jin Xiu ingin berada di samping Chen Ruo. Ia hanya ingin berada di sisinya.
Ia telah meninggalkan keluarganya, dan meninggalkan kerajaannya. Apa yang didapatkannya, hanyalah ini.
Seorang gadis menyerahkan hidupnya kepada orang yang dicintainya. Biarpun datang suatu hari pengabaian yang tidak berperasaan, tak akan ada penyesalan.
Sesuai dengan hierarki Kerajaan Chen: Putri Mahkota, Selir Tingkat Tiga, Liang Di, Zhao Xun, sekaligus empat wanita Ru Zi. Semuanya memiliki peringkat dan posisi. Saat Chen Ruo mengambil selir, selain dari menteri sayap kiri, ia menikahi semua putri dari menteri-menteri bepengaruh dan jenderal di mahkamah.
Putri Mahkota, merupakan putri tunggal menteri sayap kanan, dan kecantikannya adalah objek pengirian. Gadis-gadis lainnya juga berasal dari keluarga bangsawan, dan penampilan mereka tidak lebih buruk darinya. Dengan demikian, kediaman Putra Mahkota pun menjadi sebuah medan pertempuran.
Secara logika, Jin Xiu semestinya terlibat dalam medan tempur ini juga. Tetapi, ia tidak punya gelar, dan karena ia buta, ia tidak diharuskan untuk melayani Chen Ruo dan Putri Mahkota. Ia hidup dengan tenang di satu sudut kediaman Putra Mahkota, orang jarang datang untuk memberinya masalah.
Meksipun Putri Mahkota kadang-kadang akan mempersulitnya kapan saja ia teringat akan kehadirannya, ada terlalu banyak gadis lainnya yang bersaing untuk mendapatkan perhatiannya. Karena itulah, ia tidak terlalu mempedulikannya, dan seperti yang Jin Xiu sebutkan, hidup bisa dianggap damai.
Sebuah kehidupan yang damai ... Menunggu dengan tenang, menunggu pria itu, yang terus-menerus dikelilingi oleh gadis cantik lainnya, agar sesekali datang ke sisinya. Hanya untuk bertukar beberapa kata dengan cepat. Kadang-kadang, bahkan tidak ada waktu untuk berbincang—setelah ciuman asal-asalan, ia akan meninggalkan dunia Jin Xiu.
Dunia Chen Ruo sebesar itu, dan dunianya sekecil itu. Ia hanya memiliki Chen Ruo seorang, sekaligus halaman kecil ini.
Jin Xiu tidak merasa itu tidak beruntung. Hanya pada malam tertentu, hatinya akan dipenuhi dengan kepiluan.
Kekosongan, sejejak rasa pilu yang bangkit entah dari mana, sedikit demi sedikit terwujud di lubuk hatinya.
Tiada penyesalan, dan tiada kesedihan. Hanya kepiluan.
Ia akan terpikirkan banyak orang.
Ayah, Chen Lan, ibu yang tak pernah ditemuinya ... Ayahnya pasti menderita sakit hati karena dirinya, kan? Selagi ia memikirkan ini, ia hampir menangis. Ia hanya bisa mengigit bibirnya, dan memaksakan dirinya agar mendongakkan kepalanya untuk menahan air matanya.
Apabila ia menangis di sini, maka ia bukanlah putri ayahnya. Bukankah itu artinya menyangkal segala sesuatu dari masa lalunya?
Oleh sebab itu, Jin Xiu akan menangkup pipinya dan dengan lembut mengangkat sudut bibirnya ke atas, seorang diri, di tengah malam.
***
Tahun ketika Jin Xiu berumur delapan belas tahun, Kaisar Kerajaan Chen meninggal dunia. Setelah perebutan kekuasaan yang intens, Chen Ruo pun naik takhta.
Pertempuran untuk takhta ini dimulai di hari Kaisar mangkat.
Hari itu, semuanya diselesaikan secara tuntas, dan di tengah kerusuhan singkat itu, Kerajaan Chen mengorbankan empat pangeran, tiga putri, dan delapan selir dari istana belakang. Dalam perebutan satu ini, di antara putra-putra mendiang Kaisar yang telah dewasa, selain dari Chen Ruo dan Chen Lan, semuanya dibunuh. Hanya satu pangeran yang masih belum berusia delapan tahun dan tiga putri yang tersisa.
Dan ini hanyalah permulaannya, dan bagi pihak-pihak yang menentangnya, itu dimulai hari itu.
Setengah bulan setelah kenaikan takhta Chen Ruo, lebih dari dua puluh sembilan keluarga berkuasa ditumbangkan. Diperintahkan ke pengasingan sudah termasuk suatu berkah, bagi beberapa keluarga, seluruhnya dibinasakan, dan harta benda mereka disita. Mengenai anak-anak kecil di bawah usia sepuluh tahun, anak perempuan dikirim ke rumah bordil, sementara anak lelaki dijadikan kasim, hanya untuk dipenggal setelah mereka dewasa.
Oleh sebab itu, seluruh kerajaan, sepenuh hati mengetahui bahwa sang Kaisar yang pucat dan indah yang menduduki takhta, bertindak tanpa ampun, metodenya kejam dan beracun.
Dan bagi Jin Xiu, semua ini hanya berarti perubahan di kediaman. Ia menerima gelar dayang peringkat kesembilan dan dipindahkan ke istana kekaisaran—akhirnya ia dapat secara resmi menjadi selir dari pria yang dicintainya.
Kali ini, bahkan malam yang tenang dan kehangatan yang sesekali ada pun perlahan-lahan lenyap.
Orang yang akan memeluknya dengan hangat di bahwa pohon pir dulu, berangsur kian menjauh dari dunianya.
Tetapi mungkin, Chen Ruo melakukan ini untuk melindunginya ...
Ia menggumam sendiri selagi ia berdiri di sudut halamannya.
Ia hanya memiliki satu dayang istana. Dayang istana itu masih muda dan nakal, dan waktu itu, ia berkeliaran entah kemana. Jin Xiu berdiri di sudut dinding halaman dan menundukkan kepalanya sewaktu ia mengucapkan kata-kata itu.
Itu adalah dinding lumpur yang lapuk, menyembunyikan satu lahan penuh bunga. Pada bagian dinding yang tersembunyi, ada satu lubang yang kira-kira setinggi setengah orang dewasa. Di belakang dindingnya, ada sepetak tanah kosong yang terabaikan, tempat peristirahatan terakhir bagi para dayang istana yang tua dan lemah.
Sesekali, Jin Xiu akan berjalan ke sana dan menggumam pelan pada dirinya sendiri, menyuarakan ketidaksenangannya. Di sisi lainnya, seseorang akan memetikkan sekuntum bunga pir untuknya tanpa kata, permukaan bunganya diselimuti dengan lapisan tipis kabut hangat pagi hari.
Di istana, ini merupakan satu-satunya tempat dimana ia dapat merasakan kehangatan yang sunyi.
Dengan demikian, Jin Xiu pun mengembangkan kebiasaan ini. Kapan saja tidak ada orang di sekitar, ia akan datang ke sudut ini dan menumpahkan masalah dari hatinya.
Ia tidak tahu siapa orang itu, juga tidak mengetahui identitas orang itu. Berdasarkan instingnya, ia mengetahui kalau orang itu tidak akan melukainya. Dan bahwa orang itu mungkin saja ada di sana, mungkin juga tidak, dan biarpun ia ada di sana, ia akan tetap diam sepenuhnya, hanya mendengarkan Jin Xiu berbicara dalam diam. Setelah itu, orang itu akan memetikkan bunga untuknya.
***
Hari itu pun sama.
Jin Xiu menundukkan kepalanya dan berujar lirih, "Yang Mulia Ayahandaku juga seperti ini ... Ia memiliki seorang gadis yang dicintainya, dan supaya orang lain tidak melukainya, ia akan secara sengaja menjaga jarak darinya ..."
Jadi ... Apakah Chen Ruo melakukan hal yang sama?
Chen Ruo menyayanginya, dan ingin melindunginya, dan karena itulah memutuskan agar menempatkannya di suatu sudut tak di kenal, jauh di dalam istana?
Menundukkan kepalanya, Jin Xiu merenung. Setelah itu, perlahan-lahan ia berhenti bicara.
Orang di seberangnya menyerahkan sekuntum bunga kapulaga, wanginya kental dan kaya.
Jin Xiu mempercayai bahwa, orang itu tidak mengajukan pertanyaan padanya adalah demi melindunginya, membiarkannya berbicara sesuka hatinya.
Biarkan saja Jin Xiu memercayainya.
***
Karena perebutan kekuasaan ini, di antara selir-selir Chen Ruo, ada beberapa yang mendapatkan prestasi karena keluarga mereka, sementara yang lainnya, seperti dirinya, yang secara misterius dihukum ke istana dingin. Setelah itu, mereka pasti akan mati karena kegilaan.
Semua orang mengetahui, jika musuh mereka tidak jatuh ke kategori yang belakang, maka mereka hanya bisa menunggu untuk dikirimkan ke istana dingin agar mati karena gila.
Oleh karenanya, semua gadis-gadis cantik dari Istana Kerajaan Chen ini, akan bersembunyi dalam kegelapan dan saling berencana kotor untuk membunuh satu sama lain—dalam pertarungan ini, kematian bukan hanya mempengaruhi satu orang. Sebaliknya, seluruh keluarga juga akan dibantai dan tumbang.
Pada puncak pergolakan, di tahun kedua, Jin Xiu terseret ke dalam kekacauan tersebut—
Dalam konflik antara Permaisuri dan selir kekaisaran lainnya, salah satu selirnya mengandung. Takut kalau Permaisuri dan selir lainnya akan merebut kasih sayangnya dari sang Kaisar, ia memilih untuk memaksa Jin Xiu keluar dari halamannya di dekat pemakaman.
Jin Xiu cantik, dan tidak memiliki latar belakang keluarga yang berpengaruh, hanya seorang gadis pelayan yang disukai Kaisar ketika ia masih seorang pangeran yang disandera. Tetapi, ia buta dan menyedihkan, lemah dan rapuh, tidak pernah menyebabkan gangguan. Bahkan setelah bersama dengan Chen Ruo sekian lama, ia tidak pernah mempunyai tujuan untuk memperebutkan kasih sayang Kaisar. Apakah ada seseorang yang jauh lebih cocok darinya?
Karenanya, ia pun didorong masuk ke jantung pergolakan.
***
Pada malam perjamuan, ia dikirimkan ke kamar tidur Chen Ruo.
Setelah itu, pria pendiam dalam ingatannya, orang yang selalu memperlakukannya dengan hangat, menggeram tanpa peringatan di kala ia melihatnya.
"Apa-apaan dia?!"
Jin Xiu diseret keluar dari kamar Chen Ruo dan dengan kejamnya dilemparkan ke tanah.
"Apa-apaan dia?!"
Suara geramnya terdengar serak. Setelah itu, Jin Xiu merasakan seseorang menjambak rambutnya dan mengangkatnya naik. Jepit rambut di kepalanya pun mendarat ringan di tanah.
Telinganya berdengung sementara benaknya mulai kemana-mana. Sepertinya, ia tidak dapat mendengar apa yang diteriakkan oleh pria yang dicintainya. Ia hanya dapat samar-samar mendengarnya menggeramkan sesuatu tentang memperhatikan status seseorang, dan sesuatu bersama dengan kalimat, menganggap tempat ini seperti Da Yue.
Ah ... Benar ...
Ini adalah Kerajaan Chen.
Chen Ruo bukan lagi seorang pangeran yang disandera. Ia adalah Kaisar dari suatu kerajaan.
Dan Jin Xiu bukan lagi putri yang paling dimanjakan, yang dipeluk di pangkuan ayahnya. Ia hanyalah wanita milik kaisar yang paling rendah di dalam istana.
Apalah dirinya?
Matanya terkulai sementara ia merasakan seseorang menyeretnya keluar. Jin Xiu tidak meronta, ia tidak melawan.
Hanya, sebelum Jin Xiu dilempar keluar dari aula, ia menolehkan kepalanya ke belakang dan bertanya lirih padanya, "... Jadi seperti ini, apa Anda membenciku ..."
0 comments:
Posting Komentar