Senin, 14 Juli 2025

ATB - Chapter 1 - 3

Chapter 1

Ibu kandungku adalah seorang dayang di istana. Ia dianugerahkan kasih sayang oleh Kaisar Zhao Rui hanya satu malam dan jadi mengandungku.

Ketika aku masih di dalam perutnya, aku kerap mendengar ibuku, Qiu Yue, mengelus-elusku sembari berkata, “Putraku yang baik, kau harus lahir dengan sehat. Entah apakah Ibu bisa menjalani kehidupan yang baik, tergantung padamu ....”

Aku berpikir sendiri, ‘ia akan kecewa’.

Sudah pasti, setelah melahirkanku dan si bidan berkata, “Selamat, ini adalah seorang putri kecil!”, ibuku tidak pernah melirikku lagi.

Tanpa latar belakang, pada dasarnya ia hanya punya satu kesempatan ini untuk melahirkan seorang pangeran. Oleh sebab itu, kelahiranku membuatnya semakin membenciku.

Sejak saat itu, aku menjalani kehidupan dimana ayahku tidak menyayangiku dan ibuku tidak mencintaiku.

Karena ibuku melahirkanku, ia diberikan gelar Qiu Jieyu oleh Kaisar.

Kalau aku adalah dirinya, aku tidak akan begitu bodoh. Bahkan jika aku hanyalah seorang putri, aku tetaplah darah daging kaisar. Seseorang yang harusnya ia perlakukan dengan baik.

Tolol sekali.

Pakaian yang kukenakan hanya sedikit lebih baik ketimbang para dayang istana itu. Aku makan dua kali sehari, hanya dengan dua hidangan dan satu sup. Bahkan untuk hidangan daging, aku hanya bisa memakannya dua kali seminggu.

Departemen Rumah Tangga Kekaisaran penuh dengan rerumputan di tembok yang mengikuti kemana arah angin bertiup. Seorang putri yang tidak disayangi sepertiku, yang hanya pernah melihat kaisar sekilas semenjak aku dilahirkan, tentu saja akan diperlakukan seperti orang yang tak terlihat di istana.

(T/N: Maksudnya adalah orang-orang yang mengikuti siapakah yang  sedang berkuasa atau disayangi, maka disitulah mereka akan bersikap baik, setia, dsb.)

Dan aku juga senang menjadi ikan asin dan menjalani kehidupanku dengan cara yang biasa.

Titik baliknya terjadi pada ulang tahun keenamku.

*

*

*

Chapter 2

Setiap tahunnya, tak ada yang akan merayakan ulang tahunku.

Tetapi, aku punya seorang dayang pribadi bernama Bi Yu. Ia selalu pergi ke taman kekaisaran untuk memetik bunga secara diam-diam dan memberikannya padaku untuk merayakan ulang tahunku.

Sedangkan ibuku, pada hari ini, ia akan berbaring di tempat tidur dan menangisi putra yang tidak ada karena aku merebutnya.

Lucu sekali.

Inilah pentingnya pendidikan wajib belajar.

Hari itu, aku membawa Bi Yu ke taman kekaisaran. Bi Yu pergi untuk memetik bunga bersamaku, sementara aku berbaring di lempengan batu dengan mata terpejam dan pikiranku yang berkelana.

[Akan menyenangkan jika selalu seperti ini. Tidak akan ada masalah dan tidak ada yang akan memedulikanku. Seperti seekor semut, siapa saja bisa menginjaknya sampai mati, tetapi tidak akan ada orang yang secara khusus menginjaknya.]

[Aku tidak tahu apakah aku masih punya kesempatan untuk melihat ayahanda kaisarku itu di kehidupan ini. Selama lima tahun, aku masih terlalu muda dan tidak bisa menghadiri perjamuan apa pun. Tahun ini aku sudah berusia enam tahun, aku tidak tahu apakah ia masih mengingatku hahaha.]

[Ugh, akan luar biasa kalau aku bisa makan kue kacang hijau pada ulang tahunku.]

Angin sepoi-sepoi meniup wajahku. Sementara aku menikmatinya, seseorang menarik-narik ujung pakaianku.

Aku membuka mataku dan melihat seorang kasim kecil. Ketika aku mendongak, aku mendapati seorang pria tampan berusia tiga puluhan, mengenakan jubah kuning, sedang menatapku penuh dengan keraguan.

[Seseorang yang bisa memasuki harem, ada sekelompok kasim dan dayang di belakangnya, dan mengenakan jubah kuning, ia pastinya adalah ayah murahanku itu. Habislah aku.]

Ekspresi si ayah murahan pun berubah dari keraguan menjadi kaget.

[Apanya yang ia kagetkan? Apa ia kaget karena ia mempunyai seorang putri yang tak pernah dilihatnya sebelumnya? Hahaha.]

Si ayah murahan menggelengkan kepalanya dan berkata: “Kau, kemarilah.”

Aku berjalan mendekat dengan hati-hati dan begitu gugup hingga aku meremas ujung pakaianku.

Setelah berjalan mendekat, aku dibuat terpana oleh penampilan sang Kaisar.

[Ayah murahan tampan sekali! Sudah pasti, mana mungkin wajah ibuku sendiri itu bisa melahirkan si cantik mungil yang bisa membuat ikan tenggelam, angsa berjatuhan, dan bulan bersembunyi, bunga-bunga jadi malu, kerajaan yang penuh warna, langitnya diliputi keharuman seperti diriku!]

Kaisar pun mendadak tertawa terbahak-bahak dan memegang tanganku.

“Siapa kau?”

[Lihat, dasar ayah bajingan, bahkan tidak mengenali putrimu sendiri, bah!]

“Ayahanda Kaisar ... putri ini adalah putri keenam, Zhao Tang Tang.”

Kaisar mengangkat alisnya dan bertanya lagi, “Putri Keenam ... apakah hari ini ulang tahunmu?”

Aku ngeri! Si kasim tua di belakang kaisar juga tampak terkejut. Sepertinya, Departemen Rumah Tangga Kekaisaran akan mengubah arah mereka lagi.

[Sial, bagaimana ia mengetahuinya? Apakah siapa pun yang ingin jadi seorang kaisar harus memiliki ingatan yang sangat kuat?]

Kaisar pun memincingkan matanya dan tersenyum, yang membuatku semakin ketakutan.

[Kenapa kau terus tersenyum aaaaaa? Apa aku lucu sekali?]

“Karena ini ulang tahun keenamnya, kenapa istana tidak mengatur sebuah perjamuan ulang tahun?”

[Sialan, ia bahkan mengetahui bahwa aku berusia enam tahun. Mungkinkah ayah murahan ini diam-diam memerhatikanku? Tetapi sebuah perjamuan ulang tahun ... bahkan aku saja tidak dapat cukup makanan setiap harinya, mana mungkin anjing-anjing pencuri dari Departemen Rumah Tangga Kekaisaran akan mengaturkan perjamuan ulang tahun untukku. Orang yang makan dengan baik tidak akan tahu laparnya dari orang yang kelaparan, kenapa tidak makan daging cincang saja?!]

(T/N: metafora untuk orang yang kurang memahami sesuatu. Orang kaya/yang makannya cukup, tidak akan tahunbahwa daging cincang itu adalah sesuatu yang berharga. Tetapi mereka membuat komentar yang tidak masuk akal kepada orang yang kelaparan supaya makan daging cincang. Padahal orang-orang kelaparan ini saja bahkan tidak sanggup membeli cukup makanan untuk disantap, mana bisa mereka membeli daging?)

Kaisar mengerutkan dahi, dan sekelompok orang di belakangnya segera berlutut ketakutan.

[Berlutut atau tidak, berlutut atau tidak! Lupakan saja, aku berlutut sajalah!! Sialan! Apa yang sedang dilakukan ayah murahan ini?]

Ketika aku baru saja menetapkan pikiranku untuk berlutut, sang kaisar melingkarkan lengannya di sekelilingku dan mengangkatku!

Ia bahkan dengan agak canggung menyentuh kepalaku!

[Apakah hari-hari baikku akan segera datang? Mungkinkah pertama kalinya ayah murahan ini melihatku, ia terpesona oleh penampilanku yang imutnya tiada tandingan ini?!]

Tangan yang sedang menyentuh kepalaku pun terhenti. Si ayah murahan berdeham dan berkata, “Kembali ke Istana Wen De dan siapkan perjamuan.” Setelah mengatakan itu, ia menjeda dan meneruskan, “Siapkan lebih banyak kue.”

Ini!

Aku pun menggoyang-goyangkan kakiku dengan gembira.

*

*

*

Chapter 3

Aku digendong sepanjang jalan ke Istana Wen De oleh si Ayah Murahan.

Ada banyak hidangan lezat di atas meja, dan mau tak mau, aku pun berliur.

Sehelai saputangan membantuku menyeka cairan yang tak teridentifikasi itu, dan aku pun tersadar dengan cepat.

Ayah Murahan meletakkanku di atas kursi, dan Cheng Liangfu, kasim pribadi kaisar, membantuku membersihkan tanganku.

[Chen Liangfu sedang membersihkan tanganku!! Sialan, aku sudah hampir terbang!] Ini adalah kasim yang paling dipercaya dan disayangi di sekitar Kaisar!

Kaisar berdeham, mengambil saputangan itu, dan secara pribadi membersihkan tanganku.

[Ah ah ah ah ah!! Ayah!] Aku kegirangan sampai kehabisan kata-kata.

Kaisar mendadak tertawa terbahak-bahak, dan aku melihat ke arahnya dengan bingung.

[Kaisar ini benar-benar seperti yang dikatakan rumor, moody sekali!]

“Cepat dicicipi, apa kau menyukai rasanya?”

Setelah akhirnya mendengar ini, aku tidak sabar untuk mengambil kue lima rempah di depanku, dan di bawah tatapan terkejut Ayah Murahan dan Chen Liangfu, aku langsung menjejalkan sepotong ke dalam ‘mulut ceri mungil’ku.

“Makanlah pelan-pelan, tidak ada yang akan merampasnya darimu.”

Aku mengangguk, tetapi masih tak ada tanda-tanda melambat di dalam mulutku. Apa kau sedang bercanda? Aku adalah pecinta manis di kehidupanku sebelumnya, tak ada gula tak ada kebahagiaan. Jarang-jarang aku makan makanan manis. Tidak menuangkan sepiring penuh itu ke mulutku saja sudah merupakan tanda hormatku untuk ayah murahanku, oke?

[Aku ingin tahu apakah aku bisa membawanya pergi nanti. Ugh, setelah menghabiskan makanan ini, aku tidak tahu berapa lama lagi aku harus menunggu!]

Kaisar mengernyit. Ia memanggil Chen Liangfu dan membisikkan beberapa patah kata. Chen Liangfu membungkuk dan undur diri.

Aku sibuk makan dan melihat kaisar bahkan tidak menggerakkan mulutnya, jadi aku pun dengan enggan meletakkan kue osmanthus yang kurasa adalah yang paling enak ke piringnya.

[Ah! Potongan terakhir kue osmantus, kau meninggalkanku begitu jauh! Woohoo!]

Kaisar sepertinya menhan senyuman. Ia membagi kue osmanthus itu jadi dua dengan tangan agungnya dan kemudian memasukkan setengahnya ke dalam mulutku.

“Setengah potong ini yang terakhir. Kau tidak boleh makan lagi setelah ini, atau kau akan tersedak.” Setelah mengatakan itu, ia memasukkan sisa setengahnya ke dalam mulutnya.

Meskipun aku enggan berpisah dengannya, aku tahu ia benar. Setelah menikmati potongan terakhir dengan saksama, aku pun duduk tegak dengan patuh.

Kaisar sepertinya puas dengan kepatuhanku.

“Hari ini ulang tahunmu. Apakah ada hadiah yang kau inginkan?” Mataku berbinar dan aku begitu senang. Tetapi aku tidak mengatakannya dengan mulutku.

“Bagi Ayahanda Kaisar untuk menemani putri ini makan malam saja sudah merupakan hadiah terbesar.” [Perak perak! Emas emas!]

“Jika diizinkan, akan menyenangkan apabila Ayahanda Kaisar bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama putri ini.” [Jangan datang, jangan datang! Berikan saja aku uang! Penuhi kewajiban tanggung jawab anakmu!]

Wajah Kaisar berubah warna seperti palet. “Baiklah, aku akan lebih banyak tinggal bersamamu.”

Wajahku tenggelam sedetik. Tetapi aku cepat-cepat mengatakan dengan ekspresi kaget yang kesenangan: “Terima kasih, Ayahanda Kaisar!”

[Kehabisan kata-kata!!]

Kaisar mencibir, yang mana sangat menakutiku.

“Kalau begitu, sudah diputuskan, zhen pasti akan sering datang menemuimu.”

(T/N: Zhen—sebutan aku yang digunakan seorang Kaisar.)

[Tidak!! Kalau begitu, bagaimana aku masih bisa jadi ikan asin?] Saat ini, Chen Liangfu berjalan masuk membawa kotak makanan.

“Putri Keenam, ini adalah kue yang secara khusus diperintahkan kepada hamba ini oleh Kaisar, agar dipersiapkan untuk Anda.”

Aku mengambilnya dengan kaget, ia tidak seburuk itu!

“Kau tidak boleh makan lagi hari ini.”

“Putri ini mengerti.”

Setelah mengatakan itu, aku pun dengan senang hati menunggu ayah murahanku untuk menyuruhku pergi.

Tetapi, ketika dayang istana membereskan piring makan malam dan Ayah Murahan juga pergi ke meja kerjanya, ia masih tidak menyuruhku untuk pergi!

Mau tak mau aku pun berkedip ke arah Chen Liangfu, diam-diam turun dari kursi, dan bersiap-siap melarikan diri bersama kotak makananku.

“Kau mau pergi kemana?”

Aku membeku.

“Ayahanda Kaisar sedang bekerja, jadi putri ini ingin pergi tanpa mengganggu Ayahanda Kaisar.”

Kaisar pun tertawa.

“Kau lumayan bijaksana. Lupakan saja, kembalilah.”

[Yey!!]

Kaisar mencubit alisnya karena sakit kepala.

Setelah aku pergi, ia memanggil Chen Liangfu: “Pergi dan periksa, ikan macam apa itu ikan asin?!”

0 comments:

Posting Komentar