Chapter 1
Ibu kandungku adalah seorang dayang di
istana. Ia dianugerahkan kasih sayang oleh Kaisar Zhao Rui hanya satu malam dan
jadi mengandungku.
Ketika aku masih di dalam perutnya, aku
kerap mendengar ibuku, Qiu Yue, mengelus-elusku sembari berkata, “Putraku yang
baik, kau harus lahir dengan sehat. Entah apakah Ibu bisa menjalani kehidupan
yang baik, tergantung padamu ....”
Aku berpikir sendiri, ‘ia akan kecewa’.
Sudah pasti, setelah melahirkanku dan
si bidan berkata, “Selamat, ini adalah seorang putri kecil!”, ibuku tidak
pernah melirikku lagi.
Tanpa latar belakang, pada dasarnya ia
hanya punya satu kesempatan ini untuk melahirkan seorang pangeran. Oleh sebab
itu, kelahiranku membuatnya semakin membenciku.
Sejak saat itu, aku menjalani kehidupan
dimana ayahku tidak menyayangiku dan ibuku tidak mencintaiku.
Karena ibuku melahirkanku, ia diberikan
gelar Qiu Jieyu oleh Kaisar.
Kalau aku adalah dirinya, aku tidak
akan begitu bodoh. Bahkan jika aku hanyalah seorang putri, aku tetaplah darah
daging kaisar. Seseorang yang harusnya ia perlakukan dengan baik.
Tolol sekali.
Pakaian yang kukenakan hanya sedikit
lebih baik ketimbang para dayang istana itu. Aku makan dua kali sehari, hanya
dengan dua hidangan dan satu sup. Bahkan untuk hidangan daging, aku hanya bisa
memakannya dua kali seminggu.
Departemen Rumah Tangga Kekaisaran penuh
dengan rerumputan di tembok yang
mengikuti kemana arah angin bertiup. Seorang putri yang tidak disayangi
sepertiku, yang hanya pernah melihat kaisar sekilas semenjak aku dilahirkan,
tentu saja akan diperlakukan seperti orang yang tak terlihat di istana.
(T/N: Maksudnya adalah orang-orang yang mengikuti
siapakah yang sedang berkuasa atau
disayangi, maka disitulah mereka akan bersikap baik, setia, dsb.)
Dan aku juga senang menjadi ikan asin
dan menjalani kehidupanku dengan cara yang biasa.
Titik baliknya terjadi pada ulang tahun
keenamku.
*
*
*
Chapter 2
Setiap tahunnya, tak ada yang akan
merayakan ulang tahunku.
Tetapi, aku punya seorang dayang
pribadi bernama Bi Yu. Ia selalu pergi ke taman kekaisaran untuk memetik bunga
secara diam-diam dan memberikannya padaku untuk merayakan ulang tahunku.
Sedangkan ibuku, pada hari ini, ia akan
berbaring di tempat tidur dan menangisi putra yang tidak ada karena aku
merebutnya.
Lucu sekali.
Inilah pentingnya pendidikan wajib
belajar.
Hari itu, aku membawa Bi Yu ke taman
kekaisaran. Bi Yu pergi untuk memetik bunga bersamaku, sementara aku berbaring
di lempengan batu dengan mata terpejam dan pikiranku yang berkelana.
[Akan menyenangkan jika selalu seperti
ini. Tidak akan ada masalah dan tidak ada yang akan memedulikanku. Seperti
seekor semut, siapa saja bisa menginjaknya sampai mati, tetapi tidak akan ada
orang yang secara khusus menginjaknya.]
[Aku tidak tahu apakah aku masih punya
kesempatan untuk melihat ayahanda kaisarku itu di kehidupan ini. Selama lima
tahun, aku masih terlalu muda dan tidak bisa menghadiri perjamuan apa pun.
Tahun ini aku sudah berusia enam tahun, aku tidak tahu apakah ia masih
mengingatku hahaha.]
[Ugh,
akan luar biasa kalau aku bisa makan kue kacang hijau pada ulang tahunku.]
Angin sepoi-sepoi meniup wajahku.
Sementara aku menikmatinya, seseorang menarik-narik ujung pakaianku.
Aku membuka mataku dan melihat seorang
kasim kecil. Ketika aku mendongak, aku mendapati seorang pria tampan berusia
tiga puluhan, mengenakan jubah kuning, sedang menatapku penuh dengan keraguan.
[Seseorang yang bisa memasuki harem,
ada sekelompok kasim dan dayang di belakangnya, dan mengenakan jubah kuning, ia
pastinya adalah ayah murahanku itu. Habislah aku.]
Ekspresi si ayah murahan pun berubah
dari keraguan menjadi kaget.
[Apanya yang ia kagetkan? Apa ia kaget
karena ia mempunyai seorang putri yang tak pernah dilihatnya sebelumnya?
Hahaha.]
Si ayah murahan menggelengkan kepalanya
dan berkata: “Kau, kemarilah.”
Aku berjalan mendekat dengan hati-hati
dan begitu gugup hingga aku meremas ujung pakaianku.
Setelah berjalan mendekat, aku dibuat
terpana oleh penampilan sang Kaisar.
[Ayah murahan tampan sekali! Sudah
pasti, mana mungkin wajah ibuku sendiri itu bisa melahirkan si cantik mungil
yang bisa membuat ikan tenggelam, angsa berjatuhan, dan bulan bersembunyi,
bunga-bunga jadi malu, kerajaan yang penuh warna, langitnya diliputi keharuman
seperti diriku!]
Kaisar pun mendadak tertawa
terbahak-bahak dan memegang tanganku.
“Siapa kau?”
[Lihat, dasar ayah bajingan, bahkan
tidak mengenali putrimu sendiri, bah!]
“Ayahanda Kaisar ... putri ini adalah
putri keenam, Zhao Tang Tang.”
Kaisar mengangkat alisnya dan bertanya
lagi, “Putri Keenam ... apakah hari ini ulang tahunmu?”
Aku ngeri! Si kasim tua di belakang
kaisar juga tampak terkejut. Sepertinya, Departemen Rumah Tangga Kekaisaran
akan mengubah arah mereka lagi.
[Sial, bagaimana ia mengetahuinya?
Apakah siapa pun yang ingin jadi seorang kaisar harus memiliki ingatan yang
sangat kuat?]
Kaisar pun memincingkan matanya dan
tersenyum, yang membuatku semakin ketakutan.
[Kenapa kau terus tersenyum aaaaaa? Apa
aku lucu sekali?]
“Karena ini ulang tahun keenamnya,
kenapa istana tidak mengatur sebuah perjamuan ulang tahun?”
[Sialan, ia bahkan mengetahui bahwa aku
berusia enam tahun. Mungkinkah ayah murahan ini diam-diam memerhatikanku?
Tetapi sebuah perjamuan ulang tahun ... bahkan aku saja tidak dapat cukup
makanan setiap harinya, mana mungkin anjing-anjing pencuri dari Departemen
Rumah Tangga Kekaisaran akan mengaturkan perjamuan ulang tahun untukku. Orang yang makan dengan baik tidak akan
tahu laparnya dari orang yang kelaparan, kenapa tidak makan daging cincang saja?!]
(T/N: metafora untuk orang yang kurang memahami
sesuatu. Orang kaya/yang makannya cukup, tidak akan tahunbahwa daging cincang
itu adalah sesuatu yang berharga. Tetapi mereka membuat komentar yang tidak
masuk akal kepada orang yang kelaparan supaya makan daging cincang. Padahal
orang-orang kelaparan ini saja bahkan tidak sanggup membeli cukup makanan untuk
disantap, mana bisa mereka membeli daging?)
Kaisar mengerutkan dahi, dan sekelompok
orang di belakangnya segera berlutut ketakutan.
[Berlutut atau tidak, berlutut atau
tidak! Lupakan saja, aku berlutut sajalah!! Sialan! Apa yang sedang dilakukan
ayah murahan ini?]
Ketika aku baru saja menetapkan
pikiranku untuk berlutut, sang kaisar melingkarkan lengannya di sekelilingku
dan mengangkatku!
Ia bahkan dengan agak canggung
menyentuh kepalaku!
[Apakah hari-hari baikku akan segera
datang? Mungkinkah pertama kalinya ayah murahan ini melihatku, ia terpesona
oleh penampilanku yang imutnya tiada tandingan ini?!]
Tangan yang sedang menyentuh kepalaku
pun terhenti. Si ayah murahan berdeham dan berkata, “Kembali ke Istana Wen De
dan siapkan perjamuan.” Setelah mengatakan itu, ia menjeda dan meneruskan,
“Siapkan lebih banyak kue.”
Ini!
Aku pun menggoyang-goyangkan kakiku
dengan gembira.
*
*
*
Chapter 3
Aku digendong sepanjang jalan ke Istana
Wen De oleh si Ayah Murahan.
Ada banyak hidangan lezat di atas meja,
dan mau tak mau, aku pun berliur.
Sehelai saputangan membantuku menyeka
cairan yang tak teridentifikasi itu, dan aku pun tersadar dengan cepat.
Ayah Murahan meletakkanku di atas
kursi, dan Cheng Liangfu, kasim pribadi kaisar, membantuku membersihkan
tanganku.
[Chen Liangfu sedang membersihkan
tanganku!! Sialan, aku sudah hampir terbang!] Ini adalah kasim yang paling
dipercaya dan disayangi di sekitar Kaisar!
Kaisar berdeham, mengambil saputangan
itu, dan secara pribadi membersihkan tanganku.
[Ah ah ah ah ah!! Ayah!] Aku kegirangan
sampai kehabisan kata-kata.
Kaisar mendadak tertawa terbahak-bahak,
dan aku melihat ke arahnya dengan bingung.
[Kaisar ini benar-benar seperti yang
dikatakan rumor, moody sekali!]
“Cepat dicicipi, apa kau menyukai
rasanya?”
Setelah akhirnya mendengar ini, aku
tidak sabar untuk mengambil kue lima rempah di depanku, dan di bawah tatapan
terkejut Ayah Murahan dan Chen Liangfu, aku langsung menjejalkan sepotong ke
dalam ‘mulut ceri mungil’ku.
“Makanlah pelan-pelan, tidak ada yang
akan merampasnya darimu.”
Aku mengangguk, tetapi masih tak ada
tanda-tanda melambat di dalam mulutku. Apa kau sedang bercanda? Aku adalah
pecinta manis di kehidupanku sebelumnya, tak ada gula tak ada kebahagiaan.
Jarang-jarang aku makan makanan manis. Tidak menuangkan sepiring penuh itu ke
mulutku saja sudah merupakan tanda hormatku untuk ayah murahanku, oke?
[Aku ingin tahu apakah aku bisa
membawanya pergi nanti. Ugh, setelah
menghabiskan makanan ini, aku tidak tahu berapa lama lagi aku harus menunggu!]
Kaisar mengernyit. Ia memanggil Chen
Liangfu dan membisikkan beberapa patah kata. Chen Liangfu membungkuk dan undur
diri.
Aku sibuk makan dan melihat kaisar
bahkan tidak menggerakkan mulutnya, jadi aku pun dengan enggan meletakkan kue
osmanthus yang kurasa adalah yang paling enak ke piringnya.
[Ah! Potongan terakhir kue osmantus,
kau meninggalkanku begitu jauh! Woohoo!]
Kaisar sepertinya menhan senyuman. Ia
membagi kue osmanthus itu jadi dua dengan tangan agungnya dan kemudian
memasukkan setengahnya ke dalam mulutku.
“Setengah potong ini yang terakhir. Kau
tidak boleh makan lagi setelah ini, atau kau akan tersedak.” Setelah mengatakan
itu, ia memasukkan sisa setengahnya ke dalam mulutnya.
Meskipun aku enggan berpisah dengannya,
aku tahu ia benar. Setelah menikmati potongan terakhir dengan saksama, aku pun
duduk tegak dengan patuh.
Kaisar sepertinya puas dengan
kepatuhanku.
“Hari ini ulang tahunmu. Apakah ada
hadiah yang kau inginkan?” Mataku berbinar dan aku begitu senang. Tetapi aku
tidak mengatakannya dengan mulutku.
“Bagi Ayahanda Kaisar untuk menemani
putri ini makan malam saja sudah merupakan hadiah terbesar.” [Perak perak! Emas
emas!]
“Jika diizinkan, akan menyenangkan
apabila Ayahanda Kaisar bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama putri
ini.” [Jangan datang, jangan datang! Berikan saja aku uang! Penuhi kewajiban
tanggung jawab anakmu!]
Wajah Kaisar berubah warna seperti
palet. “Baiklah, aku akan lebih banyak tinggal bersamamu.”
Wajahku tenggelam sedetik. Tetapi aku
cepat-cepat mengatakan dengan ekspresi kaget yang kesenangan: “Terima kasih,
Ayahanda Kaisar!”
[Kehabisan kata-kata!!]
Kaisar mencibir, yang mana sangat
menakutiku.
“Kalau begitu, sudah diputuskan, zhen
pasti akan sering datang menemuimu.”
(T/N: Zhen—sebutan aku yang digunakan seorang
Kaisar.)
[Tidak!! Kalau begitu, bagaimana aku
masih bisa jadi ikan asin?] Saat ini, Chen Liangfu berjalan masuk membawa kotak
makanan.
“Putri Keenam, ini adalah kue yang
secara khusus diperintahkan kepada hamba ini oleh Kaisar, agar dipersiapkan
untuk Anda.”
Aku mengambilnya dengan kaget, ia tidak
seburuk itu!
“Kau tidak boleh makan lagi hari ini.”
“Putri ini mengerti.”
Setelah mengatakan itu, aku pun dengan
senang hati menunggu ayah murahanku untuk menyuruhku pergi.
Tetapi, ketika dayang istana
membereskan piring makan malam dan Ayah Murahan juga pergi ke meja kerjanya, ia
masih tidak menyuruhku untuk pergi!
Mau tak mau aku pun berkedip ke arah
Chen Liangfu, diam-diam turun dari kursi, dan bersiap-siap melarikan diri
bersama kotak makananku.
“Kau mau pergi kemana?”
Aku membeku.
“Ayahanda Kaisar sedang bekerja, jadi
putri ini ingin pergi tanpa mengganggu Ayahanda Kaisar.”
Kaisar pun tertawa.
“Kau lumayan bijaksana. Lupakan saja,
kembalilah.”
[Yey!!]
Kaisar mencubit alisnya karena sakit
kepala.
Setelah aku pergi, ia memanggil Chen
Liangfu: “Pergi dan periksa, ikan macam apa itu ikan asin?!”
0 comments:
Posting Komentar