Selasa, 15 Juli 2025

CTF - Chapter 179

Consort of A Thousand Faces

Chapter 179 : Kunjungan Née Li

 

Cui Hua menduga kalau wanita di depannya pastilah seseorang dengan kecerdasan yang tajam. Meskipun aku tidak memberitahukannya apa-apa, barangkali ia bisa menebak kenapa aku melompat ke dalam danau.

"Cui Hua, Ibu tahu kalau kau memiliki beberapa kesulitan, tetapi kau tetap harus hidup meskipun jika Tie Niu tidak menginginkanmu." Wanita tua itu menggenggam tangan putrinya dengan mata yang merah.

Setelah agak lama, Cui Hua perlahan menjelaskan, "Ibu, aku tidak akan mencoba bunuh diri lagi. Aku hanya tidak bisa memercayai bahwa setelah saling mengenal satu sama lain semenjak masih kanak-kanak, ia akan melakukan sesuatu seperti meninggalkanku dalam keadaan mengandung tanpa menikahiku. Hanya dari ini saja, aku akan dikucilkan oleh orang lain." Air mata mulai mengalir menuruni wajahnya sewaktu ia selesai berbicara.

Tangan si wanita tua bergetar saat ia mendengar ini. Ekspresinya benar-benar berubah. Putriku sungguh mengandung anak Tie Niu! Orang-orang di desa kami kolot; bagaimana mungkin kami terus tinggal di desa itu jika ia mengandung?

Itu adalah suatu bukti bahwa si wanita tua tertegun akan perkataan putrinya; namun, ia mencoba mengubah ekspresinya secepat yang ia bisa. Ia takut kalau putrinya akan mencoba bunuh diri lagi setelah melihatnya.

Sebaliknya, ia mengangkat tangannya untuk mengusap air mata putrinya. "Ayahmu meninggal di usia muda, kalau tidak, ia pasti akan memukuli Tie Niu itu sampai mati dengan temperamennya itu. Putriku, ibu akan selalu bersamamu, entah apakah kau menggugurkan anak ini atau tetap mengandungnya. Kau tidak boleh memikirkan tentang bunuh diri lagi." Nada suara wanita tua itu diliputi ketakutan. Kalau putriku meninggal seperti ini, aku pun tidak akan sanggup hidup lagi.

Melihat sepasang ibu-anak itu, Su Xi-er pun perlahan-lahan menyarankan, "Tidak peduli apa yang telah terjadi, kau harus terus menatap ke depan. Apakah kau kira, Tie Niu ini akan menyesal, bahkan jika kau sungguh meninggal? Mungkin justru sebaliknya. Kau tidak boleh membiarkan seseorang yang menyakitimu lolos dengan begitu mudahnya; tetapi dengan kepribadianmu, barangkali kau tidak akan mencari masalah dengannya. Namun, selama kau terus hidup, itu akan cukup untuk membuat Tie Niu jijik."

Malamnya sunyi, dan kata-kata Su Xi-er mengalir seperti aliran sungai tak berujung ke dalam telinga semua orang.

Ekspresi setiap orang berbeda; wanita tua itu tertegun, Cui Hua kaget, si pengawal kekaisaran mengaguminya, dan Pei Qian Hao tenggelam dalam pikirannya.

Setelah beberapa waktu, Cui Hua mengangguk. Walaupun masih terdapat kesedihan di matanya, ada cahaya samar harapan yang terlihat mengintip melaluinya. "Kau benar. Jika aku tidak memperlakukan diriku dengan baik, maka aku menggunakan kesalahan orang lain untuk menghukum diriku sendiri. Aku harus hidup lebih baik, dan aku akan melahirkan anak ini. Aku akan bertemu seseorang yang lebih baik di masa depan, seseorang yang akan menerima diriku dan anakku!"

Wanita tua itu merasa tenang, merasa kalau putrinya pelan-pelan membuka simpul di hatinya.

"Ingatlah apa yang kau katakan malam ini." Itu adalah kalimat terakhir pada Cui Hua sebelum Su Xi-er kembali ke sisi Pei Qian Hao.

Pei Qian Hao melirik Su Xi-er sebelum menaiki kereta kudanya lebih dulu. Su Xi-er memerhatikan punggung Pei Qian Hao dan mengikuti tepat di belakangnya dengan ekspresi tak terjelaskan di matanya.

Cui Hui baru sadar dari keadaan tertegunnya saat ia melihat keduanya menaiki kereta kuda. Tepat saat ia akan mengejar mereka, ia dihentikan oleh pengawal kekaisaran. "Nona, tolong tetap di sini."

Bahkan, seorang wanita desa sepertinya bisa mengetahui dari pakaian mereka dan sikapnya bahwa Pei Qian Hao dan Su Xi-er bukanlah orang biasa.

Setelah dihentikan oleh si pengawal, ia berdiri di sana dengan patuh. Kalau penyelamatku tidak membutuhkan apa pun sebagai balasannya, maka aku hanya perlu mengingatnya. Selain itu, tidak ada yang berarti yang bisa kuberikan pada mereka.

Cui Hua mengelus perutnya selagi ia memerhatikan kereta kudanya pergi. Ia berujar pelan pada dirinya sendiri. Terima kasih, Nona.

***

Setelah keheningan yang lama di dalam kereta kudanya, Su Xi-er bergumam, "Terima kasih untuk yang barusan ini."

Ini, tentu saja maksudnya adalah apa yang terjadi pada Cui Hua di dekat Danau Bulan.

"Kau mau berterima kasih pada Pangeran ini? Baiklah, maka persembahkan dirimu pada Pangeran ini sebagai hadiahnya." Pei Qian Hao bergerak lebih dekat ke arah Su Xi-er dan mengulurkan tangannya untuk melingkari pinggang rampingnya, nada bicaranya main-main.

"Pangeran Hao, mohon jaga citra Anda. Hamba hanyalah seorang dayang istana rendahan, aku tidak punya keberuntungan semacam itu." Aku juga tidak menginginkan keberuntungan semacam itu. Su Xi-er berpikir sendiri dalam hatinya tetapi tidak mengutarakan itu keluar.

Su Xi-er mengelak dari tangannya, menyebabkan Pei Qian Hao berhenti bicara secara berbarengan.

Sekali lagi, kereta kudanya sunyi, dengan Pei Qian Hao yang bersandar di dindingnya dengan mata terpejam.

"Pangeran Hao, kita sudah sampai Penginapan Flowers Arrive." Pengawalnya menghentikan keretanya dan memanggil dengan hormat.

Ia tidak berani memanggil terlalu kencang. Kalau aku mengganggu mimpi indah Pangeran Hao dengan terlalu ribut, barangkali kepalaku akan direlokasi.

Su Xi-er memanggil dengan lembut di dalam kereta. "Pangeran Hao, kita sudah sampai di Penginapan Flowers Arrive."

Mata Pei Qian Hao tetap terpejam, dan tidak jelas apakah ia benar-benar tertidur, ataukah hanya berpura-pura.

Tepat ketika Su Xi-er bersiap-siap untuk turun dan menunggu dalam diam di keretanya, tiba-tiba saja Pei Qian Hao membuka matanya dan perlahan berkata, "Kau kembali saja ke kamarmu untuk beristirahat. Kau tidak perlu melayani Pangeran ini malam ini."

Ia langsung pergi setelah berbicara, tidak meliriknya sedikit pun.

Su Xi-er memerhatikan punggungnya. Mengapa ia mendadak mengatakan kalau aku tidak perlu melayaninya malam ini? Sejejak kebingungan melintas di matanya sebelum ia memikirkannya masak-masak dan kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri.

***

Hari berikutnya, Su Xi-er bangun pagi dan mengenakan gaun berwarna sederhana dengan gaya rambut yang diikat dengan Sanggul Bundar, meninggalkan kamarnya setelah membersihkan diri.

Mulanya, ia mau pergi ke dapur belakang dan membawakan Pei Qian Hao sarapan, tetapi ketika ia melihat ke arah kamarnya, ia melihat bahwa pintunya terbuka lebar tanpa ada siapa pun di dalamnya.

Lalu, ia pun terus menuruni tangga dan melihat si pengawal masih ada juga. "Kemana Pangeran Hao pergi pagi ini?"

Pengawal itu menjawab, "Pangeran Hao pergi ke Toko Bunga Zhao sendirian dan tidak membiarkan bawahan ini mengikutinya. Kau bisa coba menunggu di sini; Pangeran Hao akan kembali."

Su Xi-er langsung mengerti bahwa mereka akan meninggalkan Provinsi Bulan dan kembali ke ibu kota Nan Zhao hari ini. Pei Qian Hao pergi ke Toko Bunga Zhao pagi ini untuk mengambil Bunga Ling Rui yang dipesannya sebelumnya.

Mengabaikan masalah ini, ia mengambil waktu untuk sarapan di dapur sebelum mengemasi pakaiannya dan barang-barang pribadinya.

Tak lama setelahnya, sebuah gerobak kayu penuh dengan Bunga Ling Rui yang sebelumnya telah dipesan pun sampai di Penginapan Flowers Arrive.

Namun, Pei Qian Hao masih belum muncul juga. Tepat saat Su Xi-er mulai bertanya-tanya kemanakah dirinya, Née Li dan Xiao Bao muncul.

Ketika Née Li melihat Su Xi-er, ia menggandeng Xiao Bao dan berjalan, mengeluarkan sekantong sesuatu dari saku depannya dan menyerahkannya pada Su Xi-er.

"Nona, kami tidak memiliki apa-apa untuk membalas budimu. Kau sudah banyak sekali membantu kami—kami tidak bisa menerima perak ini."

Su Xi-er menyodorkannya lagi. "Sebagai ibu dan dan anak, kalian berdua akan membutuhkan perak ini. Tidak perlu mengembalikan peraknya padaku."

Lagipula, perak itu dari Pei Qian Hao, bukan aku. Meski jika kau ingin mengembalikan mereka, itu bukan padaku.

Ia tahu kalau Pei Qian Hao tidak akan menerima lagi barang-barang setelah memberikan mereka. Korset Cina merah dan mutiaranya masih berada di dalam lemari pakaian di Istana Kecantikan.

Setelah beberapa babak perdebatan di antara keduanya, peraknya tetap berakhir di tangan Née Li.

Née Li merasa sedikit malu. Aku kemari secara khusus untuk mengembalikan peraknya, tetapi di sinilah mereka, berada di tanganku. Ini membuat tujuanku datang kemari hari ini menjadi sia-sia.

Su Xi-er pergi ke dapur belakang dan membawakan beberapa camilan untuk menyambut Née Li dan Xiao Bao.

 

0 comments:

Posting Komentar