Consort of A Thousand Faces
Chapter 179 : Kunjungan Née Li
Cui
Hua menduga kalau wanita di depannya pastilah seseorang dengan kecerdasan yang
tajam. Meskipun aku tidak memberitahukannya apa-apa, barangkali ia bisa
menebak kenapa aku melompat ke dalam danau.
"Cui
Hua, Ibu tahu kalau kau memiliki beberapa kesulitan, tetapi kau tetap harus
hidup meskipun jika Tie Niu tidak menginginkanmu." Wanita tua itu
menggenggam tangan putrinya dengan mata yang merah.
Setelah
agak lama, Cui Hua perlahan menjelaskan, "Ibu, aku tidak akan mencoba
bunuh diri lagi. Aku hanya tidak bisa memercayai bahwa setelah saling mengenal
satu sama lain semenjak masih kanak-kanak, ia akan melakukan sesuatu seperti
meninggalkanku dalam keadaan mengandung tanpa menikahiku. Hanya dari ini saja, aku
akan dikucilkan oleh orang lain." Air mata mulai mengalir menuruni
wajahnya sewaktu ia selesai berbicara.
Tangan
si wanita tua bergetar saat ia mendengar ini. Ekspresinya benar-benar
berubah. Putriku sungguh mengandung anak Tie Niu! Orang-orang di desa
kami kolot; bagaimana mungkin kami terus tinggal di desa itu jika ia
mengandung?
Itu
adalah suatu bukti bahwa si wanita tua
tertegun akan perkataan putrinya; namun, ia mencoba mengubah ekspresinya
secepat yang ia bisa. Ia takut kalau putrinya akan mencoba bunuh diri lagi
setelah melihatnya.
Sebaliknya,
ia mengangkat tangannya untuk mengusap air mata putrinya. "Ayahmu
meninggal di usia muda, kalau tidak, ia pasti akan memukuli Tie Niu itu sampai
mati dengan temperamennya itu. Putriku, ibu akan selalu bersamamu, entah apakah
kau menggugurkan
anak ini atau tetap mengandungnya. Kau tidak boleh memikirkan tentang bunuh
diri lagi." Nada suara wanita tua itu diliputi ketakutan. Kalau
putriku meninggal seperti ini, aku pun tidak akan sanggup hidup lagi.
Melihat
sepasang ibu-anak itu, Su Xi-er pun perlahan-lahan menyarankan, "Tidak
peduli apa yang telah terjadi, kau harus terus menatap ke depan. Apakah kau
kira, Tie Niu ini akan menyesal, bahkan jika kau sungguh meninggal? Mungkin
justru sebaliknya. Kau tidak boleh membiarkan seseorang yang menyakitimu lolos
dengan begitu mudahnya; tetapi dengan kepribadianmu, barangkali kau tidak akan
mencari masalah dengannya. Namun, selama kau terus hidup, itu akan cukup untuk
membuat Tie Niu jijik."
Malamnya
sunyi, dan kata-kata Su Xi-er mengalir seperti aliran sungai tak berujung ke
dalam telinga semua orang.
Ekspresi
setiap orang berbeda; wanita tua itu tertegun, Cui Hua kaget, si pengawal
kekaisaran mengaguminya, dan Pei Qian Hao tenggelam dalam pikirannya.
Setelah
beberapa waktu, Cui Hua mengangguk. Walaupun masih terdapat kesedihan di
matanya, ada cahaya samar harapan yang terlihat mengintip melaluinya. "Kau
benar. Jika aku tidak memperlakukan diriku dengan baik, maka aku menggunakan
kesalahan orang lain untuk menghukum diriku sendiri. Aku harus hidup lebih
baik, dan aku akan melahirkan anak ini. Aku akan bertemu seseorang yang lebih
baik di masa depan, seseorang yang akan menerima diriku dan anakku!"
Wanita
tua itu merasa tenang, merasa kalau putrinya pelan-pelan membuka simpul di
hatinya.
"Ingatlah
apa yang kau katakan malam ini." Itu adalah kalimat terakhir pada Cui Hua
sebelum Su Xi-er kembali ke sisi Pei Qian Hao.
Pei
Qian Hao melirik Su Xi-er sebelum menaiki kereta kudanya lebih dulu. Su Xi-er
memerhatikan punggung Pei Qian Hao dan mengikuti tepat di belakangnya dengan
ekspresi tak terjelaskan di matanya.
Cui
Hui baru sadar dari keadaan tertegunnya saat ia melihat keduanya menaiki kereta
kuda. Tepat saat ia akan mengejar mereka, ia dihentikan oleh pengawal
kekaisaran. "Nona, tolong tetap di sini."
Bahkan,
seorang wanita desa sepertinya bisa mengetahui dari pakaian mereka dan sikapnya
bahwa Pei Qian Hao dan Su Xi-er bukanlah orang biasa.
Setelah
dihentikan oleh si pengawal, ia berdiri di sana dengan patuh. Kalau
penyelamatku tidak membutuhkan apa pun sebagai
balasannya, maka aku hanya perlu mengingatnya. Selain itu, tidak ada yang
berarti yang bisa kuberikan pada mereka.
Cui
Hua mengelus perutnya selagi ia memerhatikan kereta kudanya pergi. Ia berujar
pelan pada dirinya sendiri. Terima kasih, Nona.
***
Setelah
keheningan yang lama di dalam kereta kudanya, Su Xi-er bergumam, "Terima
kasih untuk yang barusan ini."
Ini,
tentu saja maksudnya adalah apa yang terjadi pada Cui Hua di dekat Danau Bulan.
"Kau
mau berterima kasih pada Pangeran ini? Baiklah, maka persembahkan dirimu pada
Pangeran ini sebagai hadiahnya." Pei Qian Hao bergerak lebih dekat ke arah
Su Xi-er dan mengulurkan tangannya untuk melingkari pinggang rampingnya, nada
bicaranya main-main.
"Pangeran
Hao, mohon jaga citra Anda. Hamba hanyalah seorang dayang istana rendahan, aku
tidak punya keberuntungan semacam itu." Aku juga tidak
menginginkan keberuntungan semacam itu. Su Xi-er berpikir sendiri
dalam hatinya tetapi tidak mengutarakan itu keluar.
Su
Xi-er mengelak dari tangannya, menyebabkan Pei Qian Hao berhenti bicara secara
berbarengan.
Sekali
lagi, kereta kudanya sunyi, dengan Pei Qian Hao yang bersandar di dindingnya
dengan mata terpejam.
"Pangeran
Hao, kita sudah sampai Penginapan Flowers Arrive." Pengawalnya menghentikan
keretanya dan memanggil dengan hormat.
Ia
tidak berani memanggil terlalu kencang. Kalau aku mengganggu mimpi
indah Pangeran Hao dengan terlalu ribut, barangkali kepalaku akan direlokasi.
Su
Xi-er memanggil dengan lembut di dalam kereta. "Pangeran Hao, kita sudah
sampai di Penginapan Flowers Arrive."
Mata
Pei Qian Hao tetap terpejam, dan tidak jelas apakah ia benar-benar tertidur,
ataukah hanya berpura-pura.
Tepat
ketika Su Xi-er bersiap-siap untuk turun dan menunggu dalam diam di keretanya,
tiba-tiba saja Pei Qian Hao membuka matanya dan perlahan berkata, "Kau
kembali saja ke kamarmu untuk beristirahat. Kau tidak perlu melayani Pangeran
ini malam ini."
Ia
langsung pergi setelah berbicara, tidak meliriknya sedikit pun.
Su
Xi-er memerhatikan punggungnya. Mengapa ia mendadak mengatakan kalau
aku tidak perlu melayaninya malam ini? Sejejak kebingungan melintas di
matanya sebelum ia memikirkannya masak-masak dan kembali ke kamarnya untuk
membersihkan diri.
***
Hari
berikutnya, Su Xi-er bangun pagi dan mengenakan gaun berwarna sederhana dengan
gaya rambut yang diikat dengan Sanggul Bundar, meninggalkan kamarnya setelah
membersihkan diri.
Mulanya,
ia mau pergi ke dapur belakang dan membawakan Pei Qian Hao sarapan, tetapi
ketika ia melihat ke arah kamarnya, ia melihat bahwa pintunya terbuka lebar
tanpa ada siapa pun
di dalamnya.
Lalu,
ia pun terus menuruni tangga dan melihat si pengawal masih ada juga.
"Kemana Pangeran Hao pergi pagi ini?"
Pengawal
itu menjawab, "Pangeran Hao pergi ke Toko Bunga Zhao sendirian dan tidak
membiarkan bawahan ini mengikutinya. Kau bisa coba menunggu
di sini; Pangeran Hao akan kembali."
Su
Xi-er langsung mengerti bahwa mereka akan meninggalkan Provinsi Bulan dan
kembali ke ibu kota
Nan Zhao hari ini. Pei Qian Hao pergi ke Toko Bunga Zhao pagi ini untuk
mengambil Bunga Ling Rui yang dipesannya sebelumnya.
Mengabaikan
masalah ini, ia mengambil waktu untuk sarapan di dapur sebelum mengemasi
pakaiannya dan barang-barang pribadinya.
Tak
lama setelahnya, sebuah gerobak kayu penuh dengan Bunga Ling Rui yang
sebelumnya telah dipesan pun sampai di Penginapan Flowers Arrive.
Namun,
Pei Qian Hao masih belum muncul juga. Tepat saat Su Xi-er mulai bertanya-tanya
kemanakah dirinya, Née Li dan Xiao Bao muncul.
Ketika
Née Li melihat Su Xi-er, ia menggandeng Xiao Bao dan berjalan, mengeluarkan
sekantong sesuatu dari saku depannya dan menyerahkannya pada Su Xi-er.
"Nona,
kami tidak memiliki apa-apa untuk membalas budimu. Kau sudah banyak sekali
membantu kami—kami tidak bisa menerima perak ini."
Su
Xi-er menyodorkannya lagi. "Sebagai ibu dan dan anak, kalian berdua akan
membutuhkan perak ini. Tidak perlu mengembalikan peraknya padaku."
Lagipula,
perak itu dari Pei Qian Hao, bukan aku. Meski jika kau ingin mengembalikan
mereka, itu bukan padaku.
Ia
tahu kalau Pei Qian Hao tidak akan menerima lagi barang-barang setelah
memberikan mereka. Korset Cina merah dan mutiaranya masih berada di dalam
lemari pakaian di Istana Kecantikan.
Setelah
beberapa babak perdebatan di antara keduanya, peraknya tetap berakhir di tangan
Née Li.
Née
Li merasa sedikit malu. Aku kemari secara khusus untuk mengembalikan
peraknya, tetapi di sinilah mereka, berada di tanganku. Ini membuat tujuanku
datang kemari hari ini menjadi sia-sia.
Su
Xi-er pergi ke dapur belakang dan membawakan beberapa camilan untuk menyambut
Née Li dan Xiao Bao.
0 comments:
Posting Komentar