Senin, 14 Juli 2025

Beauty to Ashes - Chapter 6

Chapter 6

Di bawah keindahan sinar bulan, senyum tanpa ekspresi menggantung di wajah gadis itu, mengindikasikan bahwa ia telah kehilangan semua harapan. Saat Chen Lan mengecup keningnya, ekspresi itu menghilang. Jin Xiu tak sanggup lagi menahannya dan mulai menangis tersedu-sedu bak bayi yang baru lahir dalam pelukannya.

Chen Lan tidak mengatakan apa-apa, hanya memeluknya dengan erat. Kemudian, persis seperti seorang kakak, ia menepuk-nepuk punggung Jin Xiu.

Jin Xiu masih menangis hingga suaranya menjadi serak dan napasnya tersengal. Chen Lan menghiburnya dengan tangannya. Kemudian, Chen Lan tertawa dengan lembut, mengatakan, lihat, bukankah kau masih punya aku?

Jin Xiu menangis hingga kepalanya berdenyut. Selagi ia menangis tersedu-sedu, ia berpikir kosong—Benar, setidaknya aku masih punya Chen Lan. Saat ini, Chen Lan seperti harapan terakhirnya. Kalau sampai, Chen Lan saja memilih untuk meninggalkannya, maka ia benar-benar diserahkan dalam kututan abadi. Ia tidak akan sanggup lagi membangkitkan dirinya. Sewaktu hatinya merenungkan masalah ini, pelukan pria itu sepertinya menariknya bahkan lebih dekat lagi.

Chen Lan berbisik di telinganya, aku tidak akan meninggalkanmu Jin Xiu.

Ia bilang ia tidak akan melepaskan Jin Xiu.

Ia bilang, ia akan membawa Jin Xiu pergi.

Jin Xiu menggumam mengiyakan, meski suaranya nyaris tak terdengar. Lalu, ia perlahan memejamkan matanya dan beristirahat dalam pelukannya. Setidaknya, ia memiliki bahu yang dapat diandalkan untuk menangis—berkahnya yang paling besar.

Jin Xiu menangis sampai hampir pingsan.

Chen Lan bertanya lembut padanya, apakah Jin Xiu bersedia menjadi istrinya?

Tetapi, tanpa diduga, Jin Xiu tertawa dan menjelaskan bahwa ia tidak sampai setidaktahumalu hingga ke tahap ini. Ketika ia mengatakan itu, Chen Lan juga tertawa.

Pada akhirnya, Jin Xiu tertidur setelah melelahkan dirinya dengan menangis. Ini benar-benar adalah sumber rasa mabuk yang manis selama setahun terakhir ini.

Setelah ini, Chen Lan membawanya bepergian dengan santai di sekitar Wu Zhou.

Hanya mereka berdua. Mereka tidak membawa barang-barang selagi mereka berderap di sepanjang jalan berdebu terpencil di Wu Zhou. Tak pernah sekali pun, Chen Lan melepaskan tangan Jin Xiu.

Tak peduli seberapa ramainya, atau seberapa terpencilnya, tak peduli dimana mereka berada, Chen Lan akan selalu menggenggam tangan Jin Xiu, tak pernah melepaskannya. Kehangatan yang dapat diandalkan itu, dan genggaman yang sempurna itu adalah dukungan baik hati bagi dunianya yang mana sudah diambang kehancuran.

Apakah ini bagaimana rasanya dicintai dan disayangi?

***

Pada hari Festival Lentera, Chen Lan membawanya untuk melepaskan lentera di sungai. Chen Lan memegang jari-jari tangannya dan dengan gesit menuntunnya sewaktu mereka melepaskan lentera teratai ke sungai. Jari tangan Jin Xiu dicelupkan ke dalam air dingin, tetapi mereka tetap terasa hangat.

(T/N: Festival Lentera dirayakan pada hari kelima belas dari Tahun Baru Imlek.)

Selama Festival Pertengahan Musim Gugur, mereka berdua mengurung diri di dapur bersama-sama. Di bawah bimbingan koki terkenal, mereka membuat kue bulan. Chen Lan melakukan pendekatan kreatif dan membuat kue bulannya dari kelopak bunga. Rasanya pahit sekali bahkan sampai ia sendiri saja, tidak mau memakannya. Namun, meskipun Jin Xiu meringis saat kepahitan meledak dalam setiap gigitannya, ia tetap menghabiskannya.

(T/N: Menurut tradisi, Festival Pertengahan Musim Gugur merayakan panen musim gugur, ketika bulan purnama.)

***

Lalu, di tahun berikutnya pada hari kelima belas Tahun Baru Imlek, Chen Lan secara khusus membuatkan sebuah lentera kelinci yang besar untuk Jin Xiu. Meksipun telinga kelincinya terkulai ke satu sisi, dan walau itu tidak terlihat sangat estetis, itu tetaplah lentera terbesar di Kediaman Pangeran.

Jin Xiu menyeretnya kemana-mana sebelum tersandung ke hamparan salju. Jin Xiu dengan konyol mengulurkan tangannya kepada Chen Lan, dan setelah menepuk-nepuknya untuk memeriksa apakah ia terluka, Chen Lan menggendongnya sambil tersenyum.

Bukannya menurunkan Jin Xiu, Chen Lan membawanya langsung menuju ke sebatang pohon prem. Dengan kikuk, ia memetikkan sekuntum bunga prem dan mempersembahkannya pada Jin Xiu.

Jin Xiu mendadak teringat. Di halaman belakang Kerajaan Chen, seseorang pernah mendengarkan keluh-kesahnya dalam diam, sebelum memberikannya setangkai bunga.

Chen Lan memperhatikannya menerima bunga prem itu, sebelum perlahan-lahan melafalkan sebuah puisi.

"Kelopak bunga prem berjatuhan, tetapi masih ada sedikit di pohonnya. Peminang, jangan membiarkanku menunggu ..."

Ini merupakan sebuah bait dari Buku Lagu, menggambarkan seorang gadis yang berduka atas pernikahan.

(T/N: Buku Lagu adalah kumpulan awal dari puisi Tiongkok dan salah satu dari Lima Konfusianisme Klasik.)

Itu adalah puisi dimana si gadis berduka atas fakta, mengapa kekasihnya masih belum mengajukan lamaran. Ketika Jin Xiu mendengar ini, ia pun terkikik. Kemudian, ia mengulurkan tangan dan mengelus wajah Chen Lan.

Benar-benar sama seperti Chen Ruo, tetapi tidak ada yang serupa dari mereka. Pria ini mencintainya, dengan tulus dan sepenuh hati.

Oleh karena itu, Jin Xiu berkata dengan suara pelan.

Biarkan aku mempertimbangkannya, ya?

***

Satu pertimbangan ini pun terulur hingga musim semi.

Di awal musim semi, pelanggaran wilayah muncul lebih sering di perbatasan. Chen Lan memimpin pasukan untuk mengusir musuh, tetapi menerima luka berat selama prosesnya.

Pada hari ia dibawa kembali ke Kediaman Pangeran, Jin Xiu sedang memetik kelopak bunga prem yang terlambat mekar. Ia berencana menggunakan mereka untuk membuat anggur.

Kemudian, tiba-tiba saja ia merasa jantungnya berdebar-debar dan rasa sakit menusuk dadanya di tempat jantungnya berada. Ia tidak mengetahui apa yang terjadi dan bangkit berdiri dengan gelisah. Kemudian, ia mendengar teriakan keras.

"Pangeran Wu terluka parah."

Kata-kata itu menelan semua kehangatan di tangan dan kakinya. Ia berlari, tersandung sepanjang jalan. Setelahnya, ia sampai di pinggir ranjang Chen Lan. Tetapi, sebelum ia dapat bicara, Chen Lan memegang tangannya. Itu adalah sentuhan yang dingin dan genggamannya juga lemah, tetapi itu masih genggaman yang sama, yang akrab dengannya. Lalu, ia mendengar suara lemah pria itu melayang masuk ke telinganya.

Chen Lan memberitahunya, "Jangan cemas, kau masih punya aku di sini bersamamu ..."

Jin Xiu hampir tertawa mendengar gurauannya. Chen Lan yang terluka, tetapi ia yang mengatakan padanya, jangan cemas, kau masih punya aku. Saat Jin Xiu terpikirkan ini, ia benar-benar tertawa terbahak-bahak. Kemudian, zat yang hangat pun mengalir menuruni wajahnya.

Ia membenamkan kepalanya sekuat tenaga dan berkata dengan nada yang kesal dengan suara pelan. Ia bilang, itu semua adalah salah Chen Lan. Seumur hidupnya ini, ia hanya menangis sesedih ini di hadapannya.

Chen Lan tertawa dan tidak mengatakan apa-apa, hanya menggenggam tangannya. Jin Xiu membungkuk ke samping tempat tidurnya, dan berbicara pada Chen Lan dengan kekanak-kanakan tentang segala hal. Selagi ia terus mengoceh, sedikit demi sedikit, Jin Xiu pun melelahkan dirinya sendiri. Kemudian, suara samar nyanyian seorang pelayan wanita pun terdengar dari luar sana.

Gadis muda itu menyanyikan lagu 'Gadis Berumur Panjang' dengan suara yang lembut dan halus.

"Perayaan Musim Semi, segelas anggur bersama setiap lagu. Kemudian, membungkuklah dan ungkapkan ketiga permohonanmu: Yang pertama adalah agar suami panjang umur. Yang kedua adalah untuk si istri sehat. Yang ketiga adalah agar seperti burung layang-layang di sarang mereka, tetap di sisi satu sama lain selama-lamanya."

(T/N: Referensi ke Chapter 2, dimana frasa ini pertama disebutkan ketika Jin Xiu tiba di Kerajaan Chen pada hari Valentine Tiongkok.)

Jin Xiu tiba-tiba saja meremas tangan Chen Lan agak kuat. Pria itu bertanya padanya, ada masalah apa dengan suara yang rendah dan lembut.

Jin Xiu tetap terdiam sejenak, sebelum berkata, "Ah Lan ..."

"Mm?"

"Aku ingin menua bersamamu. Bersama-sama, tak pernah pergi, tidak pernah meninggalkan."

Pria itu tertegun sejenak. Kemudian, ia tersenyum. Ia mengulurkan tangannya untuk membelai Jin Xiu.

Baiklah. Ia mengatakan ini dengan sangat lembut.

Menurut Jin Xiu, tidak masalah selama ia tetap berada di sisi Chen Lan.

Tetapi, Chen Lan tidak setuju. Ia bilang pada Jin Xiu, ia tidak berencana mengambil selir sama sekali. Ia tidak tertarik pada pepatah lama tentang mengambil sepuluh istri. Wanita yang dicintainya, ia akan meminangnya dengan megah dan secara resmi, sebagai istrinya.

Jin Xiu bingung. Kemudian, ia tersenyum dengan hangat. Senyumannya bahkan jauh lebih cantik dan indah ketimbang semua senyuman yang pernah dilihatnya saat ia masih muda.

***

Jin Xiu memalsukan identitasnya sebagai seorang putri dari keluarga pejabat biasa. Chen Lan mengirimkan sebuah petisi pernikahan ke mahkamah, dan secara tak terduga, butuh waktu lama bagi Chen Ruo untuk mengabulkan pernikahan ini.

Tulisan di titah kekaisarannya kasar, bahkan ada beberapa tetes noda tinta di permukaannya. Tetapi Chen Lan tidak peduli, dan tahun itu, pada hari ketujuh di bulan ketujuh, upacara pernikahan dari adik lelaki Kaisar diadakan di Kota Wu Zhou tanpa kemegahan dan kemulukan.

Saat ia mengangkat kerudungnya, Chen Lan berujar penuh penyesalan pada Jin Xiu.

Maaf, aku tidak bisa memberikanmu pernikahan yang mewah.

Jin Xiu menggelengkan kepalanya tanpa kata, sebelum bersandar ke dalam pelukannya.

Chen Lan memegang tangannya dan memakaikan sesuatu ke pergelangan tangannya. Itu adalah sebuah gelang yang terbuat dari manik-manik kayu, memiliki keharuman samar dan seluk-beluk keberuntungan terukir di atasnya.

Jin Xiu pernah merasakan ini berkali-kali di telapak tangannya. Itu adalah gelang yang diterimanya saat ia berada di istana belakang Kerajaan Chen, dan itu adalah gelang yang sama yang sayangnya, telah dihilangkannya.

Tidak, itu tidak sama. Terdapat sejumlah perbedaan dalam ukiran mereka.

Jin Xiu mengangkat kepalanya secara tiba-tiba. Pria yang sudah menjadi suaminya pun tersenyum malu-malu padanya. Ia berujar dengan suara lembut, ibuku memberikan gelang ini padaku ... Ia membawa ini ke dalam istana, mengatakan ia ingin memberikan ini kepada calon menantunya ...

Chen Lan menggaruk kepalanya dan mengakui, baiklah, itu bukan benda yang berharga.

Ternyata dia.

Orang yang sudah mendengarkan keluh-kesahnya diam-diam, dan memberikannya bunga.

Itu adalah Chen Lan.

Itulah mengapa, Chen Lan memberitahunya, aku tahu seberapa besar kesedihanmu.

Karena ia sudah melihat segalanya. Saat Jin Xiu mengambil jalan yang salah dan mencintai orang yang salah, ketika ia mengambil belokan U, orang itu selalu bersamanya di jalan buntu dimana cahaya pun memudar.

Berliku-liku, seratus putaran, dan seribu siklus, pada akhirnya, itu belum terlambat.

Jin Xiu sampai di sisi orang yang seharusnya bersama dengannya.

Ia mengulurkan tangannya dan memeluk Chen Lan. Di saat ia memeluk Chen Lan, ia hanya merasakan perasaan bahagia yang meluap-luap. Jadi, ternyata, begini rasanya dicintai oleh orang yang kau cintai. Mulai dari sekarang, ia hanya ingin menggenggam tangan Chen Lan dan menua bersama.

***

Kemudian, waktu menetes seperti air yang mengalir.

Pada tahun ketiga Chen Lan pindah ke Wu Zhou, ia dipanggil kembali ke ibu kota saat awal musim panas. Setengah bulan kemudian, di bawah upaya bersama dari kedua bersaudara, mahkamah pun dibersihkan untuk yang kedua kalinya.

Ini terjadi di tahun keenam Chen Ruo naik takhta.

Ini berbeda dari kejadian enam tahun yang lalu.

Kali ini, pembersihannya dilakukan semata-mata dengan kekuasaan Kaisar dan selain dari Kaisar, tidak ada lagi yang mendapatkan keuntungannya.

Permaisuri dituduh melakukan sihir dan dibuang ke istana dingin. Ia bunuh diri malam itu juga dan seluruh keluarganya dieksekusi.

Partai politik lain juga dijatuhi dengan berbagai macam hukuman.

Rakyat jelata semuanya mengatakan bahwa si phoenix yang duduk diam-diam di takhta selama enam tahun, akhirnya membentangkan sayapnya yang luar biasa.

Setelah setengah bulan, pemberantasan itu sekali lagi menyebabkan keseimbangan kekuasaan.

***

Chen Lan masuk ke kamar tidur Chen Ruo dan melihat noda darah segar yang masih belum dibersihkan di lantai. Ini adalah kubangan darah milik seorang selir yang mengira dirinya disayangi. Ia memohon pada Chen Ruo agar mengampuni ayah dan saudara-saudaranya, hanya untuk ditolak dengan dingin dan dilemparkan ke pilar, menyebabkan kematiannya.

Sepertinya, Chen Ruo tidak meminta pelayannya untuk membersihkan kamar yang berantakan itu.

Chen Lan mengernyit melihat kubangan darah segar itu sebelum berjalan masuk.

Tirai manik-maniknya terbuka dan kakaknya berjalan keluar tanpa kata, dengan rambut panjangnya yang masih lembap. Ia baru saja mandi dan mengenakan jubah polos, sangat kontras dengan tanda merah di antara alisnya yang indah yang menonjolkan rasa keeleganan yang lemah.

Chen Lan datang untuk berpamitan, tetapi pikiran Chen Ruo sedang sibuk. Ia memegang sehelai saputangan di tangannya untuk mengeringkan rambutnya dan selagi ia mendengarkan, dengan santainya ia melemparkan saputangan sutra tersebut ke samping sebelum menyela Chen Lan.

"Ah Lan."

"Mm?"

"Aku ingin kau membantuku mencari seseorang."

Tanpa sebab, hati Chen Lan melonjak. Ia sedikit membungkuk dan bertanya pada Chen Ruo siapa yang ingin dicarinya.

Kaisar itu, yang tampak lemah dan tampan, mendadak melepaskan ekspresi patah semangat.

"Jin Xiu."

Ia berkata lirih, "Aku ingin mencari Jin Xiu."

Chen Lan merasa hatinya menerima pukulan yang berat. Ia berdiri di sana, dan setelahnya, tak tahu apa yang harus dikatakan. Kemudian, Chen Ruo duduk dan bahunya tampak terkulai. Ia tak lagi memiliki aura yang sama dari seorang penguasa yang tinggi dan perkasa.

Chen Lan merasa seolah ia tak sanggup lagi menonton dan mengutarakan alasan dengan sembarangan untuk pergi.

Tetapi, Chen Ruo mencengkeram lengan jubahnya. Kemudian, yang mengejutkannya, ia menyadari kalau ujung jari Chen Ruo sedikit gemetar. Ia mengerahkan begitu banyak tenaga sampai-sampai bantalan kukunya memutih.


0 comments:

Posting Komentar