Selasa, 15 Juli 2025

CTF - Chapter 177

Consort of A Thousand Faces

Chapter 177 : Makna yang Mendalam


Berusaha memahami motifnya, Su Xi-er bertanya secara langsung, "Pangeran Hao, baru sebentar, Anda sudah pergi, tetapi kemana kita akan pergi sekarang?"

"Apa kau terburu-buru?" Pei Qian Hao menatapnya. Apakah ia sedang tergesa-gesa hingga ia perlu mengetahui kemana kita akan pergi sekarang ini?

Su Xi-er menggelengkan kepalanya. "Hamba hanya penasaran tentang apa yang ingin Anda lakukan."

"Tidak banyak, Pangeran ini hanya keluar untuk berjalan-jalan dan melihat-lihat saja."

Su Xi-er kebingungan. Ini tengah malam, dan bahkan tidak ada bulan di langit yang memberikan cahayanya. Apanya yang bisa dilihat?

Setelah kereta kudanya berjalan lumayan jauh, pengawal yang mengendarainya tiba-tiba saja melambat dan mengangkat tirainya, menunjuk ke jalanan, "Pangeran Hao, ini adalah jalan menuju ke Danau Bulan; tidak begitu jauh dari sini."

Pei Qian Hao mengangguk. "Pergi ke Danau Bulan."

Su Xi-er tidak mengerti. "Danau Bulannya akan gelap gulita di waktu begini di malam hari, dan sepertinya tidak begitu pantas untuk pergi ke sana sekarang. Pangeran Hao, apakah ada sesuatu yang mendesak yang harus Anda kerjakan di sana?"

Pei Qian Hao menatapnya menggoda. "Apa? Tidak bisakah Pangeran ini pergi ke sana untuk melihat-lihat?"

Dingin yang menyertai yang ia pancarkan membuat Su Xi-er menyadari bahwa ia tidak seharusnya terus mendesak, jadi ia pun mengangguk saja. "Pangeran Hao, tidak ada orang yang bisa menghentikan Anda melakukan apa yang Anda inginkan, apalagi hanya untuk mengunjungi Danau Bulan untuk melihat-lihat."

Pei Qian Hao meliriknya, tetapi tidak berkata apa-apa sewaktu angin malam yang dingin bertiup menembus keretanya. Tak lama sebelum mereka berhenti di Danau Bulan, dan suara dari penjaga pun memecah keheningannya.

"Pangeran Hao, kita sudah sampai di Danau Bulan."

Pei Qian Hao mengangkat tirai keretanya sebelum turun dan memandangi Danau Bulan yang tampak seperti cermin di hadapannya.

Itu gelap gulita, dan nyaris sepenuhnya hening juga. Hanya suara angin dan gelombang yang memercik dengan lembutnya yang bisa terdengar.

Su Xi-er tidak bisa melihat ekspresi Pei Qian Hao setelah ia turun, hanya bisa melihat bahu lebarnya selagi pria itu perlahan-lahan mendekati danaunya. Kemudian, ia berjongkok dan mengambil air danau itu dengan tangannya untuk mengendusnya.

Su Xi-er berjalan mendekat, tetapi dihadang oleh si pengawal. "Kau tidak boleh pergi ke sana sekarang." Suaranya serius. Ia melihat kalau Pei Qian Hao sedang menganalisa air danaunya.

Pelan-pelan, Su Xi-er jadi semakin yakin bahwa Pei Qian Hao sangat berminat dengan Bunga Ling Rui milik Nan Zhao. Sudah pasti bukan untuk membuat bubuk wangi, atau karena kecantikan mereka; ini untuk kegunaan militer mereka.

Biarpun ia tidak bisa diprediksi, paling tidak, aku memahami satu hal tentang pria ini setelah menghabiskan begitu banyak waktu di sekitarnya. Ia tidak akan membuang-buang waktunya untuk hal yang tidak berguna.

Saat si pengawal melihat bahwa Su Xi-er tidak berencana untuk mendekat, ia pun menurunkan tangannya sebelum mengalihkan pandangannya pada Pei Qian Hao juga.

Di saat ini, mata Pei Qian Hao dipenuhi keseriusan. Rasa, bau, dan warna dari danau ini mirip dengan danau mana pun di Bei Min. Jika itu kasusnya, apa bedanya hingga membuat bunga Ling Rui hanya bisa tumbuh di Nan Zhao?

Melihat Pei Qian Hao tetap condong di danaunya, kecurigaan Su Xi-er tumbuh hingga ia yakin bahwa Pei Qian Hao sengaja datang ke Danau Bulan terutama adalah demi Ling Rui. Keluar untuk menganalisa dua faktor terpenting bagi pertumbuhan Ling Rui, tanah dan airnya, apa lagi yang mungkin dilakukannya? Mungkin, sesungguhnya ada transplantasi yang berhasil apabila ia menemukan rahasia di dalamnya.

Saat ia memikirkan ini, ekspresi Su Xi-er menjadi lebih rumit lagi.

Setelah waktu yang lama, akhirnya Pei Qian Hao bangkit dan melirik ke arah Su Xi-er. Ia berujar dengan tenang, "Kemarilah."

"Su Xi-er, cepat pergi ke sana." Si pengawal yang ada di samping langsung mendesaknya, seolah ia takut kalau gadis itu tidak akan mematuhinya.

Su Xi-er menatap si pengawal dengan kilatan galak di matanya yang mana membuat pengawal itu gemetaran. Mengapa aku melihat bayangan Pangeran Hao dalam diri Su Xi-er?

"Kemarilah." Pei Qian Hao mengulangi dirinya sendiri saat ia melihat Su Xi-er tidak mendatanginya.

"Pangeran Hao, hamba tidak tahu bagaimana caranya menganalisa air danau, dan tidak akan bisa menarik kesimpulan apa pun dari melihatnya." Su Xi-er memberitahunya selagi ia berjalan ke arahnya.

"Pangeran ini di sini, bukannya untuk membuatmu melihat air danaunya. Kemari dan angkat kepalamu." Ia mengisyaratkan agar ia memiringkan kepalanya ke atas selagi ia berjongkok dan menciduk air danaunya.

Setelah ia bangun, alisnya dengan cepat tertaut saat ia melihat kalau Su Xi-er masih menatap kosong ke depan. Mengulurkan tangannya yang lain, ia mengangkat dagunya dan mencipratkan airnya ke wajah Su Xi-er.

Pei Qian Hao melangkah mendekat padanya saat pipinya menyentuh air danau yang dingin, seolah ia ingin melihat sesuatu di wajahnya.

Ia melihat keseriusan dan kebingungan di mata pria itu sebelum Pei Qian Hao mengangkat tangannya dan mengelap airnya.

"Pangeran ini bisa melihat kalau air danaunya tidak buruk; ini murni."

Su Xi-er tersenyum. "Air tidak murni tidak akan bisa menumbuhkan begitu banyak bunga dan tanaman, dan Provinsi Bulan tidak akan menjadi sangat terkenal di Nan Zhao."

"Memang begitu," gumam Pei Qian Hao. Tatapan di matanya menjadi lebih dalam selagi ia kembali untuk memandangi permukaan danau tersebut.

Keheningan terjadi dan satu-satunya suara yang dapat didengar adalah angin yang bertiup di sepanjang permukaan danaunya.

Setelah waktu yang lama, keheningannya dipecahkan oleh suara ceburan keras sewaktu seorang gadis melompat masuk ke dalam danau.

Pei Qian Hao berpura-pura seolah ia bahkan tidak melihat wanita itu. Su Xi-er hanya bisa memanggil si pengawal. "Cepat dan selamatkan mereka; seseorang baru saja melompat ke dalam danau!"

Si pengawal tidak bergerak dan menunggu instruksi Pangeran Hao.

Pei Qian Hao tertawa kecil, "Kau mau ikut campur dalam urusan orang lain lagi?"

Sebelum Su Xi-er bahkan bisa membalasnya, jeritan melengking seorang wanita tua datang dari pinggir danau. "Putriku yang malang, kenapa kau bunuh diri!" Si wanita tua menjerit. Saat ia melihat ke sekitar, ia melihat Pei Qian Hao dan segera menyembahnya. "Tuan, kumohon padamu untuk menyelamatkan putriku! Aku tidak tahu bagaimana caranya berenang."

"Baiklah, Pangeran ini hanya akan ikut campur sekali ini saja. Bagaimana pun, melompat ke dalam Danau Bulan akan memengaruhi air murni ini." Ia memberikan lirikan bermakna pada si pengawal selagi ia berbicara.

Pengawal itu mengerti dan melepaskan pedang dari pinggangnya, segera melompat ke dalam Danau Bulan untuk menyelamatkan wanita itu. Ketika si wanita tua melihat ini, ia langsung menyembah Pei Qian Hao beberapa kali. "Terima kasih Tuan, terima kasih Tuan!"

Setelah itu, si wanita tua pun dengan gelisah memerhatikan danaunya dan berharap masih belum terlambat untuk putrinya.

Pengawal dari Kediaman Pangeran Hao semuanya menerima pelatihan yang ketat, dan bisa berenang dengan baik. Beberapa bahkan dipilih secara khusus dari kota pinggir pantai Bei Min, dan hanya menjadi pengawal di Kediaman Pangeran Hao setelah mengalami banyak kesengsaraan.

Walaupun si pengawal yang datang ke Nan Zhao bersama Pangeran Hao ini kurang tanggap, keterampilannya yang bicara sendiri.

Tidak begitu lama sebelum beberapa riak muncul di permukaan danaunya. Segera setelahnya, Su Xi-er melihat si pengawal mengapung bersama si gadis di dalam pelukannya.

Wanita tua itu pun hanya bisa merasa resah, dan langsung berlari mendekat untuk menemui si pengawal sewaktu ia berenang ke tepian.

Su Xi-er melihat ke arah wanita itu. Ia mengenakan baju kasar dan berwajah cantik. Ia sedang dalam puncak masa mudanya.

Mendorong seseorang seperti ini pada kematian di usia semua ini, itu pastilah ... cinta. Cinta paling menyakitkan. Beberapa orang lari dari rasa sakit melalui kematian, yang lainnya berkubang dalam penderitaan mereka seumur hidupnya, namun yang lain akan bangkit dari abunya.

Tiba-tiba saja, ia merasakan kalau wanita itu mirip dengan dirinya. Tetapi, wanita ini tidak mati; ia hanya pingsan karena tersedak airnya.

"Putriku, putriku!" Si wanita tua menggoncangkan putrinya kuat-kuat, berharap kalau orang itu akan terbangun.

Su Xi-er membuka mulutnya dan berkata, "Bibi, jangan cemas. Ia hanya pingsan, dan akan baik-baik saja setelah kita memaksakan airnya keluar dari dadanya." 

 

0 comments:

Posting Komentar