Chapter 18 : Jadi, Itu Kau
Rebirth of The Malicious Empress of Military Empress: Chapter 18
Hari-hari selalu
berlalu terlalu cepat.
Dengan cuaca yang berubah
lebih dingin, murid-murid Guang Wen Tang mulai bersiap-siap untuk ujian akademi
yang akan diadakan pada akhir bulan.
Para pemuda melakukan
itu supaya mereka bisa menjadi pejabat dan para gadis melakukan itu untuk
memamerkan bakat mereka guna meningkatkan nilai mereka saat mereka menikah di
masa depan atau agar pasangan prospektif akan menyukai mereka.
Ini adalah apa yang
harus dilakukan anak-anak bangsawan. Bahkan gadis manja seperti Feng An Ning
juga mulai bekerja lebih keras belakangan ini, apalagi Shen Qing dan Shen Yue.
Shen Yue secara khusus mengarang puisi dan memainkan qin di halaman Timur sepanjang hari selagi ia menantikan untuk
menjadi sorotan utama lagi tahun ini.
Shen Yue dan Shen
Qing sudah berumur lima belas tahun dan menurut tradisinya, itu adalah waktunya
dimana kedua keluarga akan bertemu. Para wanita di Ming Qi akan menikah sekitar
usia enam belas tahun, sehingga mereka akan bertunangan di umur lima belas.
Shen Qing dan Shen Yue belum menetapkannya sekian lama karena mereka sudah
menetapkan target mereka sangat tinggi dan memandang rendah mereka yang berada
di status yang sama. Tetapi, itu agak tidak tahu apa yang baik bagi diri mereka
sendiri apabila mereka menetapkannya terlampau tinggi.
Pada akhirnya, kedua
keluarga dengan tegas mengarahkan pandangan mereka pada Pangeran Ding.
Dari sembilan putra
mendiang Kaisar, hanya yang kesembilan, Pangeran Ding, yang masih belum
menikah. Ia baru berusia awal dua puluhan, dan itu merupakan waktu yang tepat
untuk menikah. Tetapi, karena berbagai alasan, posisi Wang Fei masih belum ditentukan. Seperti sepotong daging yang
digantung, Pangeran Ding akan secara pribadi berada di sana sebagai penguji
dalam ujian akademi. Ini membuat banyak gadis mengerahkan lebih banyak tenaga
dan upaya selagi mereka hendak meninggalkan kesan yang baik di depan Pangran
Ding dan berharap kalau Yang Mulia akan jatuh hati pada pandangan pertama
dengan mereka.
Namun, Shen Miao,
tidak berniat melakukan itu.
Bahkan di kehidupan
lainnya, ia tetap bukan wanita yang romantis. Ia tidak tahu bagaimana cara
mengarang puisi dan menampilkan tarian apa pun. Sudah jelas ia tidak bisa
berdiri di atas panggung untuk membicarakan tentang masalah utama nasional.
Terlebih lagi, ia tidak ingin punya hubungan apa pun dengan Pangeran Ding.
Dalam kehidupannya
yang lalu, Pangeran Ding memanfaatkan keluarga Shen-nya, melukai anak-anaknya,
dan membantai seluruh klannya. Ini merupakan utang yang harus dibayarkan, cepat
atau lambat. Karena ada utang darah, mana mungkin mereka menjadi suami-istri di
kehidupan ini?
Feng An Ning bertanya
padanya, “Kenapa kau tidak membaca? Melihat kalau akhir bulan sudah dekat, jika
kau menyerah, bukankah kau membiarkan orang lain tertawa lepas?”
Shen Miao jatuh ke
dalam air dan setelahnya menjadi sangat tenang. Feng An Ning berpikir bahwa ia
mulai memahami sesuatunya dengan benar, tetapi hari ini sepertinya tidak ada
perbedaan dari bagaimana sebelumnya. Shen Miao masih murid bodoh dan tak tahu
apa-apa itu.
Shen Miao berkata,
“Bagaimanapun juga tidak akan mengerti, kenapa membuang-buang waktu lebih
banyak.”
Yi Pei Lan, yang
mendengarkan komentar itu di samping, tertawa dan mencibir, “Itu tidak lebih
dari lumpur yang tidak menempel di dinding.”
Shen Yue sedang
berbicara dengan Shen Qing saat itu dan berpura-pura seolah ia tidak mendengar
ucapan yang dikatakan di sini dan tidak datang membantunya. Belakangan ini,
Shen Miao tidak menyenangkan mereka seperti yang dilakukannya sebelumnya, jadi dalam
hati, mereka merasa tidak senang tentang itu, dan gelisah ingin melihat Shen
Miao mempermalukan dirinya sendiri.
Namun Shen Miao,
seperti tidak mendengar ucapan Yi Pei Lan dan bangkit berdiri, “Aku akan
berjalan-jalan di taman.”
Ketika ia pergi, Yi
Pe Lan kemudian melengkungkan bibirnya jijik, “Hanya kabur saat ia tidak bisa mengatakan
apa-apa, benar-benar sepenakut tikus.”
“Sudah cukup
bicaranya?”
Alis Feng An Ning
tertaut, “Apa bagusnya memiliki pengetahuan?”
Semenjak tingkat dua,
Feng An Ning pemaksa dan dimanjakan di rumah. Yi Pei Lan tidak mau membuat
masalah dengannya, jadi ia tetap diam.
***
Shen Miao sampai di
taman dan berjalan-jalan dengan lambat di sekitar.
Guang Wen Tang adalah
sebuah tempat yang elegan, dan kehijauan tamannya, kolam, formasi bebatuan dan
konstruksinya dibuat dengan indah. Saat orang berjalan ke dalam hutan bambu,
orang bisa mencium aroma yang dapat membuat hatinya terasa segar.
Ia hanya menginginkan
waktu tenang untuk dirinya sendiri. Orang-orang di tingkat dua hanyalah anak-anak
muda yang terburu nafsu, dan ia sudah menjadi seorang ibu di kehidupan
sebelumnya. Seringkali, sebagai Permaisuri, selain dari menerima sapaan dari
banyak selir, ia akan menghabiskan sebagian besar waktunya di Istana Feng
Yi-nya sendiri. Setelah terbiasa dengan isolasi dan kehampaan yang sunyi, ia
terlalu malas berurusan dengan sekelompok anak muda yang membuat keributan,
baik itu mengejek atau diejek.
Pada akhirnya, Shen
Miao tidak mempedulikan mereka.
Selagi ia berjalan,
ia melihat bacang ketan seputih salju muncul di depannya.
Bacang kecil yang
mengenakan jubah satin berwarna gading, sedang berdiri di bawah bambu. Bajunya
yang seharusnya sangat indah, berubah bentuknya akibat bentuk tubuhnya yang
bundar, dan topi di kepalanya kusut dan lecek, membuat seluruh penampilannya
tampak lucu dan konyol.
“Su Ming Lang.”
Shen Miao memanggil
dengan lembut.
Ketika si bacang
mendengar namanya, ia buru-buru berbalik. Saat ia melihat Shen Miao, ekspresi
terkejut yang senang pun muncul. Ia sepertinya ingin bergegas, tetapi berhenti
secara ragu-ragu dan tidak berbicara saat ia memperhatikan Shen Miao.
Anak ini benar-benar
seperti balita berumur empat atau lima tahun, yang membuat kepala Shen Miao
sakit. Mungkinkah Su Ming Lang menganggapnya sebagai seorang ibu?
Saat Su Ming Lang
melihat Shen Miao, ia mengatupkan bibirnya seolah ia ingin mengatakan sesuatu,
tetapi tak berani berbicara.
Setelahnya, matanya mulai
memerah sementara ia menangis pelan, “Maafkan aku ...”
Maaf?
Shen Miao agak
terkesiap saat ia melihat mulut bergetar si bacang selagi ia sudah akan
menangis pedih.
Saat berikutnya,
suara yang malas pun terdengar.
“Jadi, itu kau.”
0 comments:
Posting Komentar