Rabu, 02 Juli 2025

RTMEML - Chapter 18

 Chapter 18 : Jadi, Itu Kau

Rebirth of The Malicious Empress of Military Empress: Chapter 18


Hari-hari selalu berlalu terlalu cepat.

Dengan cuaca yang berubah lebih dingin, murid-murid Guang Wen Tang mulai bersiap-siap untuk ujian akademi yang akan diadakan pada akhir bulan.

Para pemuda melakukan itu supaya mereka bisa menjadi pejabat dan para gadis melakukan itu untuk memamerkan bakat mereka guna meningkatkan nilai mereka saat mereka menikah di masa depan atau agar pasangan prospektif akan menyukai mereka.

Ini adalah apa yang harus dilakukan anak-anak bangsawan. Bahkan gadis manja seperti Feng An Ning juga mulai bekerja lebih keras belakangan ini, apalagi Shen Qing dan Shen Yue. Shen Yue secara khusus mengarang puisi dan memainkan qin di halaman Timur sepanjang hari selagi ia menantikan untuk menjadi sorotan utama lagi tahun ini.

Shen Yue dan Shen Qing sudah berumur lima belas tahun dan menurut tradisinya, itu adalah waktunya dimana kedua keluarga akan bertemu. Para wanita di Ming Qi akan menikah sekitar usia enam belas tahun, sehingga mereka akan bertunangan di umur lima belas. Shen Qing dan Shen Yue belum menetapkannya sekian lama karena mereka sudah menetapkan target mereka sangat tinggi dan memandang rendah mereka yang berada di status yang sama. Tetapi, itu agak tidak tahu apa yang baik bagi diri mereka sendiri apabila mereka menetapkannya terlampau tinggi.

Pada akhirnya, kedua keluarga dengan tegas mengarahkan pandangan mereka pada Pangeran Ding.

Dari sembilan putra mendiang Kaisar, hanya yang kesembilan, Pangeran Ding, yang masih belum menikah. Ia baru berusia awal dua puluhan, dan itu merupakan waktu yang tepat untuk menikah. Tetapi, karena berbagai alasan, posisi Wang Fei masih belum ditentukan. Seperti sepotong daging yang digantung, Pangeran Ding akan secara pribadi berada di sana sebagai penguji dalam ujian akademi. Ini membuat banyak gadis mengerahkan lebih banyak tenaga dan upaya selagi mereka hendak meninggalkan kesan yang baik di depan Pangran Ding dan berharap kalau Yang Mulia akan jatuh hati pada pandangan pertama dengan mereka.

Namun, Shen Miao, tidak berniat melakukan itu.

Bahkan di kehidupan lainnya, ia tetap bukan wanita yang romantis. Ia tidak tahu bagaimana cara mengarang puisi dan menampilkan tarian apa pun. Sudah jelas ia tidak bisa berdiri di atas panggung untuk membicarakan tentang masalah utama nasional. Terlebih lagi, ia tidak ingin punya hubungan apa pun dengan Pangeran Ding.

Dalam kehidupannya yang lalu, Pangeran Ding memanfaatkan keluarga Shen-nya, melukai anak-anaknya, dan membantai seluruh klannya. Ini merupakan utang yang harus dibayarkan, cepat atau lambat. Karena ada utang darah, mana mungkin mereka menjadi suami-istri di kehidupan ini?

Feng An Ning bertanya padanya, “Kenapa kau tidak membaca? Melihat kalau akhir bulan sudah dekat, jika kau menyerah, bukankah kau membiarkan orang lain tertawa lepas?”

Shen Miao jatuh ke dalam air dan setelahnya menjadi sangat tenang. Feng An Ning berpikir bahwa ia mulai memahami sesuatunya dengan benar, tetapi hari ini sepertinya tidak ada perbedaan dari bagaimana sebelumnya. Shen Miao masih murid bodoh dan tak tahu apa-apa itu.

Shen Miao berkata, “Bagaimanapun juga tidak akan mengerti, kenapa membuang-buang waktu lebih banyak.”

Yi Pei Lan, yang mendengarkan komentar itu di samping, tertawa dan mencibir, “Itu tidak lebih dari lumpur yang tidak menempel di dinding.”

Shen Yue sedang berbicara dengan Shen Qing saat itu dan berpura-pura seolah ia tidak mendengar ucapan yang dikatakan di sini dan tidak datang membantunya. Belakangan ini, Shen Miao tidak menyenangkan mereka seperti yang dilakukannya sebelumnya, jadi dalam hati, mereka merasa tidak senang tentang itu, dan gelisah ingin melihat Shen Miao mempermalukan dirinya sendiri.

Namun Shen Miao, seperti tidak mendengar ucapan Yi Pei Lan dan bangkit berdiri, “Aku akan berjalan-jalan di taman.”

Ketika ia pergi, Yi Pe Lan kemudian melengkungkan bibirnya jijik, “Hanya kabur saat ia tidak bisa mengatakan apa-apa, benar-benar sepenakut tikus.”

“Sudah cukup bicaranya?”

Alis Feng An Ning tertaut, “Apa bagusnya memiliki pengetahuan?”

Semenjak tingkat dua, Feng An Ning pemaksa dan dimanjakan di rumah. Yi Pei Lan tidak mau membuat masalah dengannya, jadi ia tetap diam.

***

Shen Miao sampai di taman dan berjalan-jalan dengan lambat di sekitar.

Guang Wen Tang adalah sebuah tempat yang elegan, dan kehijauan tamannya, kolam, formasi bebatuan dan konstruksinya dibuat dengan indah. Saat orang berjalan ke dalam hutan bambu, orang bisa mencium aroma yang dapat membuat hatinya terasa segar.

Ia hanya menginginkan waktu tenang untuk dirinya sendiri. Orang-orang di tingkat dua hanyalah anak-anak muda yang terburu nafsu, dan ia sudah menjadi seorang ibu di kehidupan sebelumnya. Seringkali, sebagai Permaisuri, selain dari menerima sapaan dari banyak selir, ia akan menghabiskan sebagian besar waktunya di Istana Feng Yi-nya sendiri. Setelah terbiasa dengan isolasi dan kehampaan yang sunyi, ia terlalu malas berurusan dengan sekelompok anak muda yang membuat keributan, baik itu mengejek atau diejek.

Pada akhirnya, Shen Miao tidak mempedulikan mereka.

Selagi ia berjalan, ia melihat bacang ketan seputih salju muncul di depannya.

Bacang kecil yang mengenakan jubah satin berwarna gading, sedang berdiri di bawah bambu. Bajunya yang seharusnya sangat indah, berubah bentuknya akibat bentuk tubuhnya yang bundar, dan topi di kepalanya kusut dan lecek, membuat seluruh penampilannya tampak lucu dan konyol.

“Su Ming Lang.”

Shen Miao memanggil dengan lembut.

Ketika si bacang mendengar namanya, ia buru-buru berbalik. Saat ia melihat Shen Miao, ekspresi terkejut yang senang pun muncul. Ia sepertinya ingin bergegas, tetapi berhenti secara ragu-ragu dan tidak berbicara saat ia memperhatikan Shen Miao.

Anak ini benar-benar seperti balita berumur empat atau lima tahun, yang membuat kepala Shen Miao sakit. Mungkinkah Su Ming Lang menganggapnya sebagai seorang ibu?

Saat Su Ming Lang melihat Shen Miao, ia mengatupkan bibirnya seolah ia ingin mengatakan sesuatu, tetapi tak berani berbicara.

Setelahnya, matanya mulai memerah sementara ia menangis pelan, “Maafkan aku ...”

Maaf?

Shen Miao agak terkesiap saat ia melihat mulut bergetar si bacang selagi ia sudah akan menangis pedih.

Saat berikutnya, suara yang malas pun terdengar.

“Jadi, itu kau.”

0 comments:

Posting Komentar