Selasa, 22 Juli 2025

CTF - Chapter 181

Consort of A Thousand Faces

Chapter 181 : Keindahan Warna Ungu


"Oh? Pangeran Hao, apakah Anda takut kalau hamba akan melarikan diri?"

Wajah Pei Qian Hao pun menjadi gelap saat ia mendengarkan ucapan Su Xi-er, wajahnya menggelap dan suhu di sekitarnya menurun. "Cukup kenakan saja saat aku suruh! Kenapa kau banyak sekali bicara omong kosong?"

Su Xi-er membungkuk. "Hamba akan pergi dan berganti pakaian di kamarku."

Sebelum ia bisa pergi, Pei Qian Hao mengulurkan tangannya dan menghadangnya. "Ganti di sini. Pangeran ini ingin segera melihatnya." Tentu saja ia punya alasannya untuk ini. Aku sudah mencari pakaian yang akan sesuai dengan auranya semenjak kami tiba di Nan Zhao. Gaun berwarna biru, hijau, merah muda, dan kuning biasa sama sekali tidak cocok dengannya, sehingga, mungkin saja gaun ungu ini akan lebih sesuai.

Su Xi-er melihat tekad dalam matanya dan mengingatkan, "Pangeran Hao, mohon berbalik agar hamba bisa berganti pakaian."

Ia berbalik tanpa keberatan. Aku menyuruhnya berganti pakaian di sini untuk melihat hasilnya, bukan karena aku ingin menontonnya berganti pakaian. Dikatakan begitu, tidak ada salahnya juga melakukannya.

Su Xi-er membawa gaunnya menuju pojokan dan langsung berganti pakaian. Setelah merapikannya sedikit, ia pun memanggilnya. "Pangeran Hao."

Mengenakan baju ungu, aura Su Xi-er benar-benar terpancarkan. Ia terlihat bangsawan, murni, dan memikat di saat bersamaan. Di saat ini, Su Xi-er seperti setangkai bunga Ungu Harum yang mekar; unik dan harum, juga murni serta tak terjamah.

Aura uniknya kadang-kadang mengejutkan Pei Qian Hao. Bagaimanapun juga, siapa yang akan menyangka seorang dayang istana memiliki watak yang sama dengan Pangeran Hao?

Pei Qian Hao tertegun memandangi Su Xi-er yang ada di hadapannya.

Memang, gaun ungunya cocok dengannya! Usahaku tidak sia-sia.

"Tidak buruk, cocok denganmu. Ambillah gaun yang sedang kau pakai itu. Dalam tiga hari, kau akan mengenakan gaun ini untuk menemani Pangeran ini ke perjamuan kerajaan Nan Zhao."

Su Xi-er mengikuti instruksinya, mengambil gaunnya, dan mulai berjalan menuju ke kamarnya sendiri. Di perjalanannya, ia terus bertanya-tanya apakah Pei Qian Hao membawanya ke perjamuan kerajaan Nan Zhao adalah murni karena keinginannya.

***

Tak lama sebelum kabar mengenai perjamuan kerajaan yang akan diadakan dalam tiga hari menyebar ke seluruh rakyat jelata.

Di hari itu, baik Pangeran Yun Ruo Feng dan Kaisar Ning Lian Chen akan melakukan doa di kuil.

Setelah malam tiba, akan ada perjamuan yang besar sekali untuk para pejabat mahkamah, sekaligus dengan para pemimpin dan komandan dari kerajaan lain. Wei Mo Hai akan bertanggung jawab atas keamanan seluruh acaranya dan penyebaran para pengawalnya.

Seluruh ibu kota ramai dan khidmat di waktu bersamaan. Setiap keluarga juga menggantungkan Rumput Reineckea dan Rumput Ashitaba untuk mendoakan Nan Zhao.

(T/N : Rumput Reineckea, arti literalnya adalah 'rumput keberuntungan'. Sedangkan Rumput Ashitaba, arti literalnya adalah 'rumput panjang umur'.)

Baik Su Xi-er dan Pei Qian Hao sudah mendengar tentang kabar ini saat mereka berada di kereta kuda. Namun, Su Xi-er fokus pada hal lain. Jika kami pergi ke atas gunung hari itu, rumah tangga kekaisaran pasti akan ikut bersama kami. Apakah aku bisa cukup beruntung untuk melihat Lian Chen jika aku melihatnya dari keramaian?

***

Tiga hari berlalu dengan sangat cepat. Di pagi hari perjamuannya, Su Xi-er membawakan sarapan untuk Pei Qian Hao seperti biasanya.

"Kau sudah bertingkah baik selama tiga hari terakhir; sangat penurut." Pei Qian Hao berhenti dan melirik Su Xi-er dengan mata dalamnya sebelum melanjutkan. "Pangeran ini akan pergi ke atas gunung dan berdoa di kuil bersama-sama dengan bangsawan lainnya siang ini. Sekarang ini, jalanannya sedang ramai, jadi, Pangeran ini akan mengizinkanmu untuk keluar berjalan-jalan sebagai hadiah karena bertingkah baik beberapa hari ini. Cukup ingat untuk pulang tepat waktu."

Pei Qian Hao menginginkan Su Xi-er untuk ingat pulang tepat waktu karena masih ada perjamuan kerajaan di malam harinya.

Su Xi-er harus memeriksa apakah ia tidak keliru mendengarnya. Tadinya, ia berpikir kalau ia harus bersusah payah untuk membuat Pei Qian Hao mengizinkannya pergi keluar.

Selama aku bisa keluar, aku mungkin bisa melihat Lian Chen sepintas dari keramaian.

"Kelihatannya kau sesenang seekor kera yang dilepaskan dari kandangnya setelah kau mendengar kalau kau boleh keluar. Sepertinya, kau tidak sabar menunggu untuk keluar dan memanjat pohon." Pei Qian Hao melihat sejejak kegembiraan di mata Su Xi-er.

Menggunakan metafora semacam itu .... Meskipun ia tergoda untuk membalasnya, suka cita Su Xi-er adalah sampai batas ia tidak masalah untuk membiarkan pria itu mengatakan apa pun yang diinginkannya. Ia bahkan berterima kasih pada Pei Qian Hao sebelum menuju ke dapur untuk sarapan.

Setelah bersiap-siap, Su Xi-er keluar menuju pintu. Sudah menerima perintah Pangeran Hao, pengawal yang ada di gerbang pun tidak menghadangnya.

Setelah ia pergi, Su Xi-er berjalan menuju jalanan yang akan dilewati kereta kuda dari istana kekaisaran agar bisa sampai ke kuil.

Jalanannya sudah penuh sesak dengan para pejalan kaki saat ia sampai di sana, meninggalkan Su Xi-er yang mengarungi samudera penuh manusia dengan gaun birunya.

Ia berharap, berharap untuk melihat Lian Chen sekali saja. Paling tidak, biarkan aku tahu apakah Lian Chen baik-baik saja.

"Datang!"

"Kereta kuda dari istana kekaisaran ada di sini."

Suara kasar terdengar. Itu adalah orang dengan suara yang sangat kencang.

"Hehe, aku dengar bahwa Kaisar akan pergi ke atas gunung bersama Prince Regent untuk berdoa di kuil!"

"Aku tidak tahu apakah perjamuan kerajaan tahun ini akan sukses. Bagaimanapun juga, ada orang yang kurang dari Nan Zhao!"

"Diam, kau tidak boleh menyebutkan itu kecuali kau mau dipenggal!" Seseorang langsung menghentikan orang berbadan tegap yang mengatakan itu.

Su Xi-er mendengarkan dalam diam dari sampingnya. Ia tahu bahwa menyebutkan apa pun tentang Ning Ru Lan selama perjamuan kerajaan mungkin akan dibayar seseorang dengan kepala mereka.

Tak lama setelahnya, suara lainnya memanggil. "Kereta kuda dari istana kekaisaran datang! Semuanya, lihat!"

Jantung Su Xi-er menegang selagi ia melihat melalui kerumunan. Lian Chen berada di dalam kereta kudanya. Apakah aku bisa melihat Lian Chen melalui sela-sela tirainya?

Kereta kuda dan rombongannya segera berada di depan kerumunan. Saat mereka lewat di depan Su Xi-er, tatapan lembut melihatnya.

Su Xi-er menengadahkan kepalanya dan melihat; itu adalah Yun Ruo Feng.

Ia mengenakan gaun biru polos hari ini, dan tampak sangat cantik di tengah keramaian. Yun Ruo Feng menatapnya tanpa ekspresi sebelum segera mengalihkan pandangannya.

Di saat ini, sebuah kereta kuda yang mewah dan luas mulai lewat. Hati Su Xi-er menegang. Kereta kuda itu ....

Kebetulan, embusan angin meniup tirai kereta kuda tersebut, memperlihatkan Ning Lian Chen yang duduk di dalamnya.

Ekspresi Ning Lian Chen penuh ketenangan; dengan matanya menatap lurus ke depan, ia bahkan terlihat jauh lebih dewasa.

Itu adalah adik lelakiku. Seolah ia telah melupakan bagaimana caranya berbahagia setelah dipaksa dewasa secara mendadak. Ia tidak bisa melihat ekspresinya dengan jelas, tetapi, dapat mengetahui hanya dengan melihatnya saja, bahwa ia memancarkan aura kesedihan. Dulu, ia suka sekali berbincang denganku, tertawa, dan tersenyum sepanjang waktu ....

Di dalam kereta kudanya, jantung Ning Lian Chen mendadak melompat seolah ia terkejut. Tak bisa dijelaskan, tatapannya ke arah jendela kereta kuda.

Tetapi tentu saja, ia kecewa saat ia tidak melihat siapa-siapa, hatinya merasa agak hampa.

Aku jelas-jelas merasakan tatapan Kakak Perempuan dari keramaian barusan ini, tetapi ketika aku menolehkan kepalaku, tidak ada apa-apa sama sekali.

Ning Lian Chen menertawakan dirinya sendiri. Aku terlalu banyak berpikir; mana mungkin Kakak Perempuan ada di tengah keramaian? Akulah satu-satunya yang tersisa di dunia ini. Alasan aku bisa hidup hingga sekarang, semuanya adalah karena kebencianku.

Apa yang tidak diketahui oleh Ning Lian Chen adalah bahwa Kakak Perempuannya memang memerhatikannya dari kerumunan. Hanya saja, ia tidak melihatnya!

Rombongan itu berlalu dengan cepat, dan jalanannya segera kosong.

Setelah menyaksikan rombongannya lewat, Su Xi-er melihat Piao Xu di dalam kerumunan.

Apakah Ning An Lian meninggalkan istana? Su Xi-er bertanya-tanya. Kebetulan, Piao Xu juga melihatnya di saat ini, meliriknya sebelum berbalik dan masuk ke dalam sebuah restoran.

Di saat ini, Ning An Lian sedang duduk di dalam restoran dan menyeruput secangkir teh.

0 comments:

Posting Komentar