Consort of A Thousand Faces
Chapter 181 : Keindahan Warna Ungu
"Oh?
Pangeran Hao, apakah Anda takut kalau hamba akan melarikan diri?"
Wajah
Pei Qian Hao pun menjadi gelap saat ia mendengarkan ucapan Su Xi-er, wajahnya
menggelap dan suhu di sekitarnya menurun. "Cukup kenakan saja saat aku
suruh! Kenapa kau banyak sekali bicara omong kosong?"
Su
Xi-er membungkuk. "Hamba akan pergi dan berganti pakaian
di kamarku."
Sebelum
ia bisa pergi, Pei Qian Hao mengulurkan tangannya dan menghadangnya.
"Ganti di sini. Pangeran ini ingin segera melihatnya." Tentu saja ia
punya alasannya untuk ini. Aku sudah mencari pakaian yang akan sesuai
dengan auranya semenjak kami tiba di Nan Zhao. Gaun berwarna biru, hijau, merah
muda, dan kuning biasa sama sekali tidak cocok dengannya, sehingga, mungkin
saja gaun ungu ini akan lebih sesuai.
Su
Xi-er melihat tekad dalam matanya dan mengingatkan, "Pangeran Hao, mohon
berbalik agar hamba bisa berganti pakaian."
Ia
berbalik tanpa keberatan. Aku menyuruhnya berganti pakaian di sini
untuk melihat hasilnya, bukan karena aku ingin menontonnya berganti pakaian.
Dikatakan begitu, tidak ada salahnya juga melakukannya.
Su
Xi-er membawa gaunnya menuju pojokan dan langsung berganti pakaian. Setelah
merapikannya sedikit, ia pun memanggilnya. "Pangeran Hao."
Mengenakan
baju ungu, aura Su Xi-er benar-benar terpancarkan. Ia terlihat bangsawan,
murni, dan memikat di saat bersamaan. Di saat ini, Su Xi-er seperti setangkai
bunga Ungu Harum yang mekar; unik dan harum, juga murni serta tak terjamah.
Aura
uniknya kadang-kadang mengejutkan Pei Qian Hao. Bagaimanapun juga, siapa yang
akan menyangka seorang dayang istana memiliki watak yang sama dengan Pangeran
Hao?
Pei
Qian Hao tertegun memandangi Su Xi-er yang ada di hadapannya.
Memang,
gaun ungunya cocok dengannya! Usahaku tidak sia-sia.
"Tidak
buruk, cocok denganmu. Ambillah gaun yang sedang kau pakai itu. Dalam tiga
hari, kau akan mengenakan gaun ini untuk menemani Pangeran ini ke perjamuan
kerajaan Nan Zhao."
Su
Xi-er mengikuti instruksinya, mengambil gaunnya, dan mulai berjalan menuju ke
kamarnya sendiri. Di perjalanannya, ia terus bertanya-tanya apakah Pei Qian Hao
membawanya ke perjamuan kerajaan Nan Zhao adalah murni karena keinginannya.
***
Tak
lama sebelum kabar mengenai perjamuan kerajaan yang akan diadakan dalam tiga
hari menyebar ke seluruh rakyat jelata.
Di
hari itu, baik Pangeran Yun Ruo Feng dan Kaisar Ning Lian Chen akan melakukan
doa di kuil.
Setelah
malam tiba, akan ada perjamuan yang besar sekali untuk para pejabat mahkamah,
sekaligus dengan para pemimpin dan komandan dari kerajaan lain. Wei Mo Hai akan
bertanggung jawab atas keamanan seluruh acaranya dan penyebaran para
pengawalnya.
Seluruh
ibu kota
ramai dan khidmat di waktu bersamaan. Setiap keluarga juga menggantungkan Rumput
Reineckea dan Rumput Ashitaba untuk mendoakan Nan
Zhao.
(T/N
: Rumput Reineckea, arti literalnya adalah 'rumput keberuntungan'. Sedangkan
Rumput Ashitaba, arti literalnya adalah 'rumput panjang umur'.)
Baik
Su Xi-er dan Pei Qian Hao sudah mendengar tentang kabar ini saat mereka berada
di kereta kuda. Namun, Su Xi-er fokus pada hal lain. Jika kami pergi ke
atas gunung hari itu, rumah tangga kekaisaran pasti akan ikut bersama kami.
Apakah aku bisa cukup beruntung untuk melihat Lian Chen jika aku melihatnya
dari keramaian?
***
Tiga
hari berlalu dengan sangat cepat. Di pagi hari perjamuannya, Su Xi-er
membawakan sarapan untuk Pei Qian Hao seperti biasanya.
"Kau
sudah bertingkah baik selama tiga hari terakhir; sangat penurut." Pei Qian
Hao berhenti dan melirik Su Xi-er dengan mata dalamnya sebelum melanjutkan.
"Pangeran ini akan pergi ke atas gunung dan berdoa di kuil bersama-sama
dengan bangsawan lainnya siang ini. Sekarang ini, jalanannya sedang ramai,
jadi, Pangeran ini akan mengizinkanmu untuk keluar berjalan-jalan sebagai
hadiah karena bertingkah baik beberapa hari ini. Cukup ingat untuk pulang tepat
waktu."
Pei
Qian Hao menginginkan Su Xi-er untuk ingat pulang tepat waktu karena masih ada
perjamuan kerajaan di malam harinya.
Su
Xi-er harus memeriksa apakah ia tidak keliru mendengarnya. Tadinya, ia berpikir
kalau ia harus bersusah payah untuk membuat Pei Qian Hao mengizinkannya pergi
keluar.
Selama
aku bisa keluar, aku mungkin bisa melihat Lian Chen sepintas dari keramaian.
"Kelihatannya
kau sesenang seekor kera yang dilepaskan dari kandangnya setelah kau mendengar
kalau kau boleh keluar. Sepertinya, kau tidak sabar menunggu untuk keluar dan
memanjat pohon." Pei Qian Hao melihat sejejak kegembiraan di mata Su
Xi-er.
Menggunakan
metafora semacam itu .... Meskipun ia
tergoda untuk membalasnya, suka cita Su Xi-er adalah sampai batas ia tidak
masalah untuk membiarkan pria itu mengatakan apa pun yang
diinginkannya. Ia bahkan berterima kasih pada Pei Qian Hao sebelum menuju ke
dapur untuk sarapan.
Setelah
bersiap-siap, Su Xi-er keluar menuju pintu. Sudah menerima perintah Pangeran
Hao, pengawal yang ada di gerbang pun tidak
menghadangnya.
Setelah
ia pergi, Su Xi-er berjalan menuju jalanan yang akan dilewati kereta kuda dari
istana kekaisaran agar bisa sampai ke kuil.
Jalanannya
sudah penuh sesak dengan para pejalan kaki saat ia sampai di sana, meninggalkan
Su Xi-er yang mengarungi samudera penuh manusia dengan gaun birunya.
Ia
berharap, berharap untuk melihat Lian Chen sekali saja. Paling tidak,
biarkan aku tahu apakah Lian Chen baik-baik saja.
"Datang!"
"Kereta
kuda dari istana kekaisaran ada di sini."
Suara
kasar terdengar. Itu adalah orang dengan suara yang sangat kencang.
"Hehe,
aku dengar bahwa Kaisar akan pergi ke atas gunung bersama Prince Regent untuk
berdoa di kuil!"
"Aku
tidak tahu apakah perjamuan kerajaan tahun ini akan sukses. Bagaimanapun juga,
ada orang yang kurang dari Nan Zhao!"
"Diam,
kau tidak boleh menyebutkan itu kecuali kau mau dipenggal!" Seseorang
langsung menghentikan orang berbadan tegap yang mengatakan itu.
Su
Xi-er mendengarkan dalam diam dari sampingnya. Ia tahu bahwa menyebutkan apa pun
tentang Ning Ru Lan selama perjamuan kerajaan mungkin akan dibayar seseorang
dengan kepala mereka.
Tak
lama setelahnya, suara lainnya memanggil. "Kereta kuda dari istana
kekaisaran datang! Semuanya, lihat!"
Jantung
Su Xi-er menegang selagi ia melihat melalui kerumunan. Lian Chen berada
di dalam kereta kudanya. Apakah aku bisa melihat Lian Chen melalui sela-sela
tirainya?
Kereta
kuda dan rombongannya segera berada di depan kerumunan. Saat mereka lewat di
depan Su Xi-er, tatapan lembut melihatnya.
Su
Xi-er menengadahkan kepalanya dan melihat; itu adalah Yun Ruo Feng.
Ia
mengenakan gaun biru polos hari ini, dan tampak sangat cantik di tengah
keramaian. Yun Ruo Feng menatapnya tanpa ekspresi sebelum segera mengalihkan
pandangannya.
Di
saat ini, sebuah kereta kuda yang mewah dan luas mulai lewat. Hati Su Xi-er menegang. Kereta kuda itu ....
Kebetulan,
embusan angin meniup tirai kereta kuda tersebut, memperlihatkan Ning Lian Chen
yang duduk di dalamnya.
Ekspresi
Ning Lian Chen penuh ketenangan; dengan matanya menatap lurus ke depan, ia
bahkan terlihat jauh lebih dewasa.
Itu
adalah adik lelakiku. Seolah ia telah melupakan bagaimana caranya berbahagia
setelah dipaksa dewasa secara mendadak. Ia tidak bisa melihat ekspresinya
dengan jelas, tetapi, dapat mengetahui hanya dengan melihatnya saja, bahwa ia
memancarkan aura kesedihan. Dulu, ia suka sekali berbincang denganku,
tertawa, dan tersenyum sepanjang waktu ....
Di
dalam kereta kudanya, jantung Ning Lian Chen mendadak melompat seolah ia
terkejut. Tak bisa dijelaskan, tatapannya ke arah jendela kereta kuda.
Tetapi
tentu saja, ia kecewa saat ia tidak melihat siapa-siapa, hatinya merasa agak
hampa.
Aku
jelas-jelas merasakan tatapan Kakak Perempuan dari keramaian barusan ini,
tetapi ketika aku menolehkan kepalaku, tidak ada apa-apa sama sekali.
Ning
Lian Chen menertawakan dirinya sendiri. Aku terlalu banyak berpikir;
mana mungkin Kakak Perempuan ada di tengah keramaian? Akulah satu-satunya yang tersisa di dunia ini. Alasan aku bisa hidup
hingga sekarang, semuanya adalah karena kebencianku.
Apa
yang tidak diketahui oleh Ning Lian Chen adalah bahwa Kakak Perempuannya memang
memerhatikannya dari kerumunan. Hanya saja, ia tidak melihatnya!
Rombongan
itu berlalu dengan cepat, dan jalanannya segera kosong.
Setelah
menyaksikan rombongannya lewat, Su Xi-er melihat Piao Xu di dalam kerumunan.
Apakah
Ning An Lian meninggalkan istana? Su Xi-er bertanya-tanya. Kebetulan,
Piao Xu juga melihatnya di saat ini, meliriknya sebelum berbalik dan masuk ke
dalam sebuah restoran.
Di
saat ini, Ning An Lian sedang duduk di dalam restoran dan menyeruput secangkir
teh.
0 comments:
Posting Komentar