Selasa, 15 Juli 2025

CTF - Chapter 178

Consort of A Thousand Faces

Chapter 178 : Memberikan Bantuan


Wanita tua itu melihat ekspresi serius Su Xi-er dan sedikit ragu sebelum memilih untuk mundur.

Su Xi-er menghampiri setelah ia melihat wanita tua itu mundur selangkah. Wanita yang berbaring di tanah itu berwajah cantik, tetapi alisnya mengerut seolah ia sedang berjuang keras menghadapi sesuatu.

"Nona, tolong selamatkan putriku; kau harus menyelamatkan putriku." Wanita tua itu merengek. Jelas sekali dari tatapan di matanya bahwa Su Xi-er adalah harapan terakhirnya.

Su Xi-er mengangguk dan memberi isyarat agar wanita tua itu tidak cemas.

Wanita ini hanya pingsan setelah air memasuki paru-parunya. Masih belum terlalu serius, tapi akan mengancam nyawanya apabila ini terus berlanjut lebih lama.

Su Xi-er langsung berlutut di sebelah wanita itu dan mulai melakukan tekanan di dada. Tentu saja, tindakannya tidak lolos dari tatapan waspada Pei Qian Hao; kilat keheranan muncul di mata orang itu ketika ia melihat apa yang dilakukan Su Xi-er.

Bagaimana ia mengetahui caranya untuk menyelamatkan seseorang yang tak sadarkan diri setelah terjatuh ke dalam air?

Menurut catatan dari Departemen Rumah Tangga Kekaisaran, Su Xi-er masuk ke istana kekaisaran di usia muda, dan telah bekerja di istana semenjak saat itu. Tidak pernah meninggalkan istana, bagaimana mungkin ia mengetahui caranya melakukan sesuatu seperti ini?

Tatapan Pei Qian Hao dalam, seolah mencoba membaca pikiran Su Xi-er. "Apakah kau pernah belajar sesuatu dari seorang tabib sebelumnya?"

Su Xi-er hanya terdiam selama sedetik sebelum meneruskan tindakannya dan menjawab. "Aku tidak mempelajarinya dari siapa pun, tetapi aku pernah melihat orang diselamatkan seperti ini setelah mereka jatuh ke dalam air." Suaranya lembut, dan hatinya juga tenang.

"Kau pandai, mampu mempelajari apa saja setelah melihatnya," Pei Qian Hao berkomentar lambat. Hanya Su Xi-er yang tahu makna mendalam di balik ucapannya.

Su Xi-er hanya melihat Pei Qian Hao sekilas, bahkan tidak menghentikan pergerakan tangannya selagi ia melakukannya.

Setelah beberapa waktu, alisnya mengernyit. Kalau ia masih belum terbangun setelah sekian lama, aku harus menggunakan cara yang berbeda.

Su Xi-er perlahan-lahan menghentikan tekanan dada itu sebelum berbicara. "Kita harus memaksa airnya keluar dari dadanya, untuk menyelamatkannya. Dengan sekian lamanya ia sudah tak sadarkan diri, kita harus memberikan udara dengan menggunakan cara dari mulut ke mulut."

Ia lanjut menjepit hidung wanita itu dengan satu tangan, menggunakan tangan lainnya untuk membuka mulut wanita itu.

Jantung Pei Qian Hao hampir melompat keluar saat ia melihat Su Xi-er membungkuk.

Tepat ketika bibirnya baru saja akan menyentuh bibir gadis itu, Pei Qian Hao menariknya.

"Kau, lakukan!" Sebelum Su Xi-er bisa membuka mulutnya, Pei Qian Hao melirik ke arah pengawal di sebelahnya dan memerintahkannya.

(T/N : ya elah bang hao, sama cewe juga cembokur dia XD)

Pengawal itu terkejut dan menatap wanita yang ada di bawah. Ia ragu-ragu dan mempertimbangkan, "Bawahan ini adalah seorang pria. Itu akan menodai reputasi bersih dan kesuciannya jika aku melakukannya."

"Ini menyangkut nyawanya; siapa yang peduli jika itu di antara seorang pria dan wanita?" kata Pei Qian Hao tegas. Si pengawal terjebak di antara sebongkah batu dan tempat yang keras. Perintah Pangeran Hao bahkan lebih sulit daripada mati.

"Kumohon padamu, tolong selamatkan putriku! Aku mohon padamu, tolong selamatkan putriku!" Wanita tua itu, yang terus saja merengek di samping membuka mulutnya dan hampir berlutut di depan si pengawal, tetapi Su Xi-er menariknya bangun.

Si pengawal itu merasa tidak nyaman. Pangeran Hao protektif sekali terhadap Su Xi-er sampai-sampai ia bahkan tidak akan mengizinkannya untuk .... Haah, aku sangat sial. Sekarang, karena wanita tua itu sudah memohon begini padaku, aku tidak punya pilihan lain selain melakukannya.

Pengawal itu meminta maaf dalam diam ketika ia melihat wanita yang ada di tanah. Maafkan aku Nona, aku bukannya sengaja menciummu.

Pengawal itu berlutut enggan. Ia sangat mengetahui cara yang digunakan untuk menyelamatkan seseorang yang terjatuh ke dalam air.

Tepat saat bibirnya baru saja akan menyentuh bibir wanita itu, matanya terbuka. Ketika ia melihat bibir seorang pria asing mendekati bibirnya, ia langsung bereaksi dan menamparnya secara naluriah.

Plak! Suara garing dari tangan wanita itu yang bertemu dengan wajah si pengawal pun bisa terdengar dengan jelas di malam yang hening ini. Meskipun wajah pengawal itu tidak bengkak, ada bercak telapak tangan merah di wajahnya.

Aku ditampar karena menyelamatkan orang? Selain itu, aku bahkan belum melakukan apa-apa! Orang hanya bisa membayangkan jerit ketidakadilan di dalam hati si pengawal saat ini.

(T/N : wahai pengawal, saya makin ngefans sama kamu yg nasibnya 11 12 kayak Wu Ling. Kasian, belum dapet nama dari pengarangnya wkwk)

"Cui Hua, Cui Hua ...." Wanita tua itu terus terisak selagi ia memeluk putrinya. Sekarang, karena orang itu sudah terselamatkan, wanita tua itu merasa senang sekaligus ketakutan.

"Cui Hua, akhirnya kau bangun. Kau sudah benar-benar menakutiku; bagaimana bisa ibumu hidup seorang diri!"

Setelah itu, wanita tua itu menunjuk ke arah pengawal kekaisaran, Su Xi-er, dan Pei Qian Hao. "Ah, Cui Hua, ini adalah para penyelamatmu. Semuanya berkat mereka kau masih hidup! Kalau tidak, ibumu mungkin tidak akan pernah melihatmu lagi."

Ketika ia berbicara tentang bagaimana putrinya bisa mati, wanita tua itu tak tahan untuk mulai menangis lagi. Mata Cui Hua juga memerah sewaktu ia merintih. Ia merasa bahwa ia telah menderita banyak sekali ketidakadilan, tetapi saat ia melihat ibunya seperti itu, ia tidak tega menyakitinya lagi.

Namun, Pei Qian Hao memikirkan tentang sesuatu yang sepenuhnya berbeda dari sekarang. Beruntungnya, bukan Su Xi-er yang melakukannya, kalau tidak, ialah yang akan ditampar. Melihat bekas yang tersisa di wajah pengawal, itu bukanlah pukulan yang ringan. Sementara untuk pengawalnya, seharusnya ia akan baik-baik saja dengan daging tebal dan kulitnya yang kasar.

Pengawal itu kehabisan kata-kata, tetapi ia tidak bisa mengatakan apa-apa juga. Ia harus menahannya dalam diam di samping.

Su Xi-er menatap si pengawal simpatik. Tak peduli siapa pun itu, seseorang yang terkait dengan Pei Qian Hao, tidak bisa memiliki kehidupan yang mudah.

Penyelamat? Cui Hua ikut memandangi dan melihat ketiga orang tersebut, termasuk pria yang telah ditamparnya.

Aku sudah menampar penyelamatku? Cui Hua menyadari bahwa ia sudah menampar orang yang salah dan merasa malu. Mereka pasti berpikir kalau aku tidak tahu terima kasih.

Cui Hua bangun dan menghampiri si pengawal dengan ekspresi canggung sebelum menundukkan kepalanya dan berujar pelan. "Tuan, gadis ini harus meminta maaf karena bersikap kasar barusan ini."

"Nona, kau tidak perlu cemas tentang orang kuat sepertiku." Si pengawal merasa jauh lebih baik ketika ia melihat bahwa wanita itu berinisiatif untuk meminta maaf.

Setelah meminta maaf pada si pengawal, Cui Hua berbalik dan menuju ke arah Su Xi-er.

Tepat ketika Cui Hua akan membungkuk untuk berterima kasih padanya, Su Xi-er mengisyaratkan padanya untuk berhenti. "Nona, tidak perlu formalitas. Aku hanya kebetulan saja berada di sini, dan melakukan apa yang akan dilakukan oleh orang lain mana pun."

Su Xi-er dapat merasakan tatapan dingin dari belakangnya segera setelah ia berbicara. Ia tidak perlu melihatnya untuk mengetahui bahwa ini adalah Pei Qian Hao.

Menanggapinya, Cui Hua pun berkata, "Pepatah mengatakan bahwa menyelamatkan satu nyawa lebih berjasa daripada membangun sebuah pagoda bertingkat tujuh, tetapi tidak banyak orang mampu bertindak berdasarkan itu." Cui Hua memberikan aura menyendiri saat ia berbicara, matanya dipenuhi dengan kesedihan.

(T/N : di Tiongkok kuno, dipercayai bahwa membangun pagoda akan membantu seseorang mendapatkan jasa pahala. Sebuah pagoda bertingkat tujuh adalah yang tertinggi, sehingga pagoda bertingkat tujuh itu akan membantu seseorang mendapatkan pahala tertinggi.)

Meskipun Su Xi-er tidak menanyakan detailnya, ia bisa menerka samar mengapa Cui Hua melompat ke dalam danau.

Satu-satunya hal yang dapat menyebabkan seorang wanita bunuh diri seperti ini adalah cinta. Tidak seperti Née Li yang lebih matang dan rasional, yang tidak akan mencari kematian tak peduli seberapa parahnya Zhang Zhuang, wanita ini masih muda dan impulsif. Mungkin malam ini akan cukup baginya agar memikirkan ulang semuanya.

Cui Hua menatap mata Su Xi-er. Bulannya tidak ada malam ini, tetapi matanya masih seterang bintang di langit malam.

0 comments:

Posting Komentar