9
Mataku membelalak. "Kau bisa melihat ...."
Sebelum aku selesai bicara, jeritan tiba-tiba yang memekakkan telinga terdengar dari kamar sebelah, mendadak menyelaku.
Halaman sebelah adalah tempat tinggal Putri.
Ekspresi Song Xu berubah, dan ia bergegas menuju sumber jeritan.
Di perjalanan, ia menembus tubuhku.
Aku berdiri tertegun di sana sesaat, kemudian berbalik dan mengikutinya.
Sewaktu aku memasuki halaman, adegan di hadapanku membuatku tercengang.
Putri sedang duduk di tengah halaman, hanya mengenakan gaun malamnya. Rambutnya acak-acakan, dan seluruh tubuhnya gemetar.
Kerumunan sosok-sosok mengepungnya, mendekat selangkah demi selangkah.
Sebagian besarnya berpakaian compang-camping, penuh luka. Bahkan ada yang kehilangan bagian tubuh mereka, dengan satu tangan menjuntai lemas di udara, berayun tak menentu ....
Tunggu, itu bukan manusia ....
Mereka hantu!
Aku sudah penasaran, kenapa aku tidak melihat hantu lainnya semenjak aku mati, tetapi tiba-tiba saja, ada begitu banyak hantu di depanku.
Hantu-hantu ini memamerkan gigi mereka kepada Putri, seolah-olah mereka ada di sana untuk mengambil nyawanya.
Putri jelas-jelas melihat mereka juga. Ia meringkuk ketakutan, menutupi kepalanya dengan tangannya.
Namun, Song Xu tampak sangat tenang.
Sewaktu ia berjalan menuju Putri, para hantu berhenti, tak lagi maju.
Song Xu berjongkok dan membantu Putri berdiri. "Yang Mulia, ada apa?"
Putri gemetaran. "Ada hantu! Hantu! Tak bisakah kau melihatnya?"
Song Xu melirik sekitar, dengan tampang bingung di wajahnya. Ia menggelengkan kepalanya. "Putri, hanya ada Anda dan aku di halaman ini."
Sekarang, aku pula yang kebingungan.
Beberapa saat yang lalu, ia sudah mengucapkan hal-hal aneh kepadaku, jadi kukira, ia bisa melihatku.
Apabila ia bisa melihatku, ia seharusnya bisa melihat semua hantu di halaman ini juga.
Mungkinkah, ia tidak bisa melihatku atau para hantu ini sama sekali?
Apakah ia hanya bicara sendiri, dan kebetulan saja kelihatan seolah ia sedang melihat ke arahku?
Tetapi, kenapa para hantu itu menjauh darinya?
Aku heran, tetapi Putri menyuarakan pertanyaan untukku.
"Kenapa para hantu menghindarimu?"
"Mereka menghindariku?"
Song Xu menautkan alisnya dan berpikir sejenak. Kemudian, seolah-olah ia mendadak paham, ia mengeluarkan sebuah kantong wewangian dari pinggangnya.
"Mungkinkah karena kantong wewangian ini?"
"Apa ini?" tanya Putri.
Song Xu menjawab, "Saat aku ditempatkan di garis depan, aku sering mimpi buruk di tengah malam. Seorang penyihir dari Wilayah Barat memberitahuku bahwa garis depan penuh aura kematian yang pekat, dan bahwa arwah para prajurit yang gugur masih ada, menyebabkan mimpi burukku. Aku memberinya sejumlah besar uang untuk menolongku, dan ia memberiku kantong wewangian ini, mengatakan bahwa ini akan melindungiku dari gangguan hantu."
Aku tercengang.
Song Xu dihantui mimpi buruk di garis depan, tetapi ia tidak pernah menyebutkan ini dalam surat-suratnya ke rumah.
Selama bertahun-tahun ini, ia hidup sebegitu menyedihkannya?
Aku merasakan simpati ketika Putri mendadak merebut kantong wewangian itu dari tangannya.
"Jika kantong wewangian ini begitu berguna, biarkan aku meminjamnya."
"Kalau Yang Mulia menginginkannya, maka ambillah. Segala yang kumiliki adalah milik Anda," jawab Song Xu, tersenyum memanjakan.
Ya ampun. Bersimpati pada seorang pria benar-benar bawa sial.
"Namun, Kediaman Putri seharusnya dibangun di lokasi ber-fengshui bagus. Kenapa ada hantu di sini?" tanya Song Xu.
Putri mendengus. "Mereka hanya rakyat jelata sialan. Bahkan sudah mati saja, tidak bisa menemukan kedamaian! Besok, aku akan memanggil seorang pengusir hantu untuk menyingkirkan mereka semua!"
Song Xu menghela napas. "Aku khawatir, malam masih panjang, dan kantong wewangian ini tidak akan bertahan sampai pagi hari."
Putri panik. "Terus, apa yang harus kita lakukan?"
"Aku mempelajari beberapa teknik pengusir hantu dari penyihir Wilayah Barat itu sewaktu berada di garis depan. Biar kucoba. Mungkin, aku bisa meringankan beban Yang Mulia ini," ucap Song Xu.
Wah, wah. Jadi Song Xu mengambil keterampilan baru selagi bertarung di garis depan?
Dengan persetujuan Putri, Song Xu mengawalnya kembali ke kamarnya, kemudian mengambil kertas dan kuas, dan duduk di halaman, menggambar jimat.
Penasaran, aku mencondong mendekat untuk melihatnya. Garis-garis di kertas itu sangat rumit dan kompleks, memberi kesan keterampilan asli.
Mungkinkah ia benar-benar tahu apa yang sedang dilakukannya?
Akankah ia berakhir menyingkirkanku juga?
Aku melambaikan tanganku di depannya. "Hei, jangan coba-coba membunuhku."
Song Xu mengabaikanku, sepenuhnya larut dalam proses menggambar jimatnya.
Tak lama, ia mengangkat jimat itu dan mulai merapal mantra di bawah napasnya.
Putri, bersembunyi di dekat jendela, mencengkeram kantong wewangian itu, dengan gugup menyaksikan dari dalam.
"Buka!
Seiring teriakannya, aku melihat sebuah cahaya biru melayang ke arah Putri, menyelimutinya.
Para hantu saling berpandangan, tetapi tidak bereaksi.
Tepat sewaktu aku kira ia gagal mengusir para hantu, Putri tiba-tiba memekik kegirangan.
"Mereka semua sudah hilang! Mereka semua hilang! Bagus sekali!"
Song Xu menoleh dan tersenyum ke arah Putri. "Aku sudah mengusir semua hantunya. Anda bisa tenang, Yang Mulia."
"Bagus, bagus. Malam ini, tetaplah berada di luar pintuku. Jika ada hantu yang datang lagi, kau akan menyingkirkan mereka!" tuntut Putri.
"Tentu saja. "Song Xu mengangguk dan dengan patuh duduk di dekat pintu.
Mereka berdua terus saling balas omongan, dan aku dibuat tercengang mendengarkan mereka.
Semua hantu masih berdiri di halaman. Apa maksudnya dengan menyingkirkan mereka?
*
*
*
10
"Nona, apa kau juga dibunuh oleh Putri?"
Suara yang jernih terdengar di samping telingaku.
Aku merinding dan berbalik untuk menoleh. Itu adalah seorang gadis berwajah pucat, tetapi berparas lemah lembut sekali.
Aku mengangguk. "Iya, aku dibunuh oleh Putri. Kau juga?"
Gadis itu mendesah. "Kami semua."
Saat hantu lainnya mendengar kami mengobrol, mereka mengerumuni, masing-masing menyuarakan kesengsaraan mereka.
"Hari itu, aku tidak menyingkir dari jalan kereta Putri tepat waktu, dan ia membunuhku gara-gara itu!"
"Aku bahkan lebih konyol lagi. Aku memakai pakaian kuning, dan Putri menyuruh anak buahnya menikamku sampai mati, mengatakan warna kuning itu jelek."
"Ah, nasib yang mengenaskan sekali. Aku hanya sedang membeli manisan buah untuk putriku, dan Putri membunuh kami berdua, mengatakan bahwa saat ia masih kecil, Kaisar tidak akan membiarkannya makan manisan buah."
"...."
Mendengarkan mereka, aku paham.
Jadi, semua gadis lemah ini, orang-orang lewat, dan ibu anak yang malang ... mereka semua adalah arwah-arwah tak berdosa yang mati di tangan Putri.
Bagi Putri, kami hanyalah rakyat jelata rendahan. Tetapi, kami semua menjalani hidup kami dengan sungguh-sungguh.
Tetapi bahkan hak hidup kami pun, telah direnggutnya dengan kejam.
Kekuasaan benar-benar hal yang aneh. Membuat orang berbondong-bondong mengerumuninya, tetapi juga membuat mereka lebih mengerikan daripada hantu.
"Apa kalian semua berkumpul di sini untuk membalas dendam pada Putri?" Aku menanyai gadis itu.
"Apabila kami bisa balas dendam, itu bagus sekali. Namun, jika hantu mengambil nyawa manusia, mereka tidak akan pernah bisa memasuki siklus reinkarnasi lagi," jawabnya. "Kami hanya ingin menakut-nakutinya dan menuntut penjelasan bagi kami sendiri."
Aku bingung. "Menilai reaksi Putri, mungkin ia tidak pernah melihat hantu sebelumnya. Kenapa kalian semua memilih malam ini untuk menakutinya?"
"Kami sudah lama ada di sini," terang gadis itu. "Dulunya, ada penghalang pengusir hantu di sekitar Putri. Kami tidak bisa mendekat, dan ia tidak bisa melihat kami. Namun malam ini, setelah ia membawa pria itu kembali dari luar, penghalangnya rusak, dan itulah saat kami berhasil menakut-nakutinya sampai hilang akal. Barusan ini, pria itu meletakkan jimat pada dirinya, dan penghalangnya pulih kembali."
Aku menundukkan kepalaku sambil berpikir.
Pria yang disebutkannya jelas Song Xu.
Segera setelah Song Xu datang, penghalang Putri rusak. Mungkinkah Song Xu melakukan sesuatu?
Jimat yang digambarkan Song Xu untuk Putri hanya memulihkan penghalang pengusir hantunya, tetapi kenapa ia menipunya, mengatakan ia sudah mengusir semua hantunya?
Aku melihat ke arah ambang pintu. Song Xu duduk dengan tenang di atas matras brokat yang telah disiapkan Putri untuknya, matanya setengah terpejam.
Seolah-olah ia sungguh tidak bisa melihat halaman yang penuh hantu ini.
"Bagaimana dengan pria iu? Bisakah kalian mendekatinya?" Aku menunjuk ke Song Xu.
Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Ia juga punya penghalang pengusir hantu, tetapi bukan berasal dari kantong wewangian yang diberikannya pada Putri."
Jadi, Song Xu tidak jujur terhadap Putri.
Apa yang sebenarnya direncanakannya?
Aku berjongkok di depannya dan melambai-lambaikan tanganku di depan matanya.
Song Xu membuka matanya, tetapi tidak melihat ke arahku.
Aku memutuskan untuk mencoba menggertaknya.
"Hei, Song Xu, berhentilah berpura-pura. Aku tahu kau bisa melihatku."
Song Xu terus melihat ke bawah, mengabaikanku.
"Kalau kau terus mengabaikanku, aku akan memberitahu hantu-hantu ini saat kau jatuh dari tebing itu."
Song Xu tetap mengabaikanku.
"Song Xu! Aku marah nih! Aku akan berubah jadi hantu pendendam dan membunuhmu dan Putri!"
Aku melambaikan tanganku sembarangan, mencoba menakut-nakutinya.
Song Xu memejamkan matanya.
Dan mulai mendengkur.
"Song Xu!!!"
0 comments:
Posting Komentar