17
Pada malam bulan purnama, seratus hantu datang menuntut balas.
Di saat jiwa Putri meninggalkan tubuhnya, sebuah kekuatan yang keras menarikku masuk.
Ketika aku membuka mataku lagi, tiga hari telah berlalu.
Di sekeliling terasa sunyi senyap. Tidak ada hantu, dan tidak ada tanda-tanda Putri.
Hanya Song Xu yang ada di sana.
Ia duduk di tepi tempat tidur, tersenyum padaku.
Sama seperti sebelumnya, senyumannya lebih indah, lebih lembut ketimbang senyuman siapa pun di dunia ini.
Aku mengulurkan tanganku, dengan hati-hati menjulurkannya ke wajahnya.
Sensasi hangat datang dari ujung jariku.
Tiba-tiba saja, air mata menggenangi mataku.
Aku sudah lama curiga, bahwa serangkaian kejadian di kediaman Putri, semuanya berhubungan dengan Song Xu, tetapi aku tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari, aku bisa hidup kembali.
Song Xu memberitahuku bahwa mimpi buruk yang dikatakannya dialami setiap malam di perbatasan adalah kebohongan, tetapi mengenal seorang penyihir dari Wilayah Barat itu benar.
Itu karena ia pernah menyelamatkan nyawa si penyihir dari musuh, makanya si penyihir mengajarinya semua yang diketahuinya.
Pada hari ia kembali ke kota, Song Xu telah mempermalukan Putri di istana, menebak bahwa ia akan membalas.
Namun, ia tidak pernah menyangka bahwa, Putri akan begitu kejamnya sampai membunuhku.
Ketika ia menguburku, ia meletakkan Jimat Pengunci Arwah di liontin giok yang tidak pernah berpisah darinya itu, dan menguburkannya bersamaku.
Dengan begini, ia bisa menjaga jiwaku di sisinya.
"Kau berencana untuk menukar jiwaku dengan jiwa Putri sejak awal?" Aku menanyainya.
Song Xu mengangguk. "Iya, tetapi Teknik Penukaran Jiwa ini ketat. Putri harus meminum Sup Pelepas Jiwa terus menerus selama lima belas hari dan membawa rambutmu bersamanya. Hanya saat kekuatan spiritualnya paling lemah, barulah jiwanya punya kesempatan untuk meninggalkan tubuhnya, dan kau bisa mengambil tempatnya."
Dengan itu, aku paham.
Bahan-bahan untuk Sup Pelepas Jiwa ada di pil hitam yang diam-diam dimasukkan Song Xu ke obat Putri. Song Xu sudah secara pribadi menyiapkan obat untuk Putri setiap hari, memastikannya meminumnya tanpa terlewat.
Selain Sup Pelepas Jiwa, Song Xu juga menambahkan bahan-bahan lain untuk menguatkan tubuh.
Menurutnya, karena tubuh ini pada akhirnya akan jadi milikku, segala penderitaannya harus ditanggung oleh Putri.
Tentu saja, si penyihir yang kerasukan juga merupakan bagian dari rencananya.
Ketika malam bulan purnama tiba, saat para hantu sedang kuat-kuatnya, Song Xu memecah penghalang Putri.
Satu ruangan penuh hantu menakuti Putri, dan jiwanya benar-benar hancur.
"Bagaimana dengan rambutnya? Bagaimana kau membuatnya membawa rambutku bersamanya?" tanyaku.
Song Xu menunjuk ke pinggangku.
Itu adalah si kantong wewangian sutra merah.
Oh, benar, pada malam pertama di Kediaman Putri, Song Xu sudah menghadiahkan Putri kantong wewangian ini.
Putri tidak akan pernah menyangka bahwa di dalam kantong wewangian pengusir hantu ini sebenarnya adalah rambutku.
"Dan Putri? Apa yang terjadi padanya?" Aku bertanya lagi.
Aku tidak benar-benar peduli soal Putri, tetapi tentang para hantu.
Mereka semua tak berdosa dalam hidupnya. Jika mereka menjadi hantu pendendam dan menuntut balas, dan tidak bisa reinkarnasi karenanya, itu sungguh tidak sepadan.
Mengungkit sang Putri, ekspresi Song Xu langsung menggelap.
"Usai pertukaran jiwa, jiwa Putri akan mengalami semua rasa sakit yang kau derita—dipenggal, dibakar dalam api—ia tidak akan lolos dari satu pun siksaan. Sedangkan para hantu, begitu mereka melihat Putri menerima ganjarannya, mereka menyerah untuk membalas dendam dan berpindah untuk reinkarnasi."
"Lalu, Putri? Apa ia reinkarnasi juga?"
Song Xu tersenyum. "Apa kau mau melihatnya?"
*
*
*
18
Cahaya biru pucat berputar-putar di sekitarku, berubah-ubah secara konstan. Saat berikutnya, aku melihat sosok semi transparan melayang di udara.
Itu Putri!
Tidak, aku harus bilang—itu arwahnya.
Seluruh tubuhnya hangus, dan ada noda darah mengerikan di lehernya. Ia hampir tak bisa dikenali sebagai manusia.
Menyadari aku yang memandanginya, ia bergegas ke arahku, memamerkan giginya dan mencakar gila-gilaan.
Song Xu melambaikan tangannya ringan, dan Putri menjerit kesakitan, terbang menjauh tiga kaki.
Ia merangkak, memelototiku dengan ganas, dan menggeram, "Yun Niang, jangan kira hanya karena kau telah mengambil alih tubuhku, semuanya akan baik-baik saja. Aku masih belum jadi hantu pendendam! Jika Song Xu membunuhku, ia sendiri akan menderita serangan baliknya! Aku sudah mengirimkan mimpi kepada Ayahandaku, dan ia pasti akan segera kemari untuk menemuiku. Saat itu, baik kau dan Song Xu akan mati!"
Aku mengabaikan Putri, dan dengan berkacak pinggang, aku menanyai Song Xu, "Song Xu, kenapa aku tidak bisa mengirimkan mimpi waktu aku jadi hantu?"
Song Xu mengangkat bahu. "Aku menggunakan Jimat Pengunci Arwah padamu. Kau tidak bisa melakukan apa-apa. Bahkan penghalang pengusir hantu saja tidak bisa mengenalimu."
"Wah, kau benar-benar mengatakannya dengan begitu jujur!"
Aku bergegas maju dan mencubit pipi Song Xu. Ia membiarkanku melakukannya, sementara Putri melayang-layang penuh amarah.
Tiba-tiba saja, seorang pengawal buru-buru masuk melapor bahwa Kaisar sudah datang.
Putri kegirangan. "Ayahanda sudah datang! Habislah kalian semua!"
Aku menyesuaikan ekspresiku dan meraih pergelangan tangan Song Xu. "Jika Ayahanda sudah datang, mari kita pergi menyambutnya bersama-sama."
Ketika Kaisar melihatku, kecemasan di wajahnya sedikit berkurang.
"Ayahanda, kenapa Anda datang?"
Aku berlari kecil menghampirinya, dengan lembut menggandeng tangannya dan berbicara manis.
"Aku bermimpi tadi malam, dimana kau mengatakan Song Xu ingin membunuhmu, dan kau menyuruhku datang untuk menyelamatkanmu."
Aku tersenyum. "Ayahanda, aku tahu Anda mencemaskanku, makanya Anda bermimpi seperti itu. Tetapi lihat, putri Anda berdiri di sini baik-baik saja."
Aku berputar-putar dua kali dengan main-main di samping Kaisar.
Ekspresinya lumayan melembut. "Barangkali, aku yang kebanyakan berpikir."
Merasakan kecurigaannya yang masih ada, aku menyandarkan kepalaku di pundaknya.
"Ayahanda, putri Anda akan segera menikah. Anda pasti tidak rela berpisah denganku, itulah mengapa, Anda bermimpi seperti itu. Aku ingat waktu aku masih kecil, Anda tidak membiarkanku makan manisan buah. Hari ini, bagaimana kalau Anda membiarkanku memakannya? Sekali ini saja, ya?"
Mendengarku mengungkit soal kenangan masa lalu, kecurigaan Kaisar pun sirna sepenuhnya.
Ia mengetuk keningku ringan. "Sejak kau masih kecil, kau sudah nakal dan suka makan makanan yang disantap orang miskin di luar sana. Tetapi, karena kau menyukainya, aku akan menyuruh dapur kekaisaran agar menyiapkannya dan mengirimkannya ke Kediaman Putri. Bagaimana?"
"Ayahanda, Anda yang terbaik!"
Aku mengusap-usapkan kepalaku di lengannya dengan penuh kasih sayang, dan Kaisar pun tertawa terbahak-bahak.
Membanggakan diri, aku menjulurkan lidahku ke arah Putri.
Aku juga sudah dimanjakan oleh orang tuaku semenjak kecil; siapa yang tidak tahu bagaimana caranya bertingkah manja?
Melihat bahwa Kaisar sudah terjebak trikku, Putri mengamuk. Ia menjerit dan menunjukkan wujudnya di udara.
Kaisar syok begitu melihatnya dan berulang kali berteriak, "Song Xu! Song Xu! Ada hantu! Singkirkan dia!"
Putri, tubuhnya sepenuhnya hangus, dan tidak dikenali oleh Kaisar.
Ketika Putri melihat bahwa Kaisar hendak membinasakannya, ia menjadi semakin marah dan, dalam amukannya, menerjang ke arahku dengan gila.
Aku sudah akan menghindar saat tiba-tiba saja, sebuah jubah besar melindungiku.
Itu adalah Kaisar.
Ia memposisikan dirinya di depanku tepat waktu, menerima cakaran mematikan dari Putri secara langsung.
Dengan jeritan yang memilukan, Kaisar ambruk ke bawah. Wajahnya memucat, dan ia berhenti bernapas.
Putri membeku sesaat, lalu, dipenuhi amarah, ia menerjangku lagi.
Tepat sewaktu ia hendak menyentuhku, Song Xu berlari dalam beberapa langkah cepat dan menyerang Putri yang kini jadi hantu pendendam, membinasakannya dengan satu serangan.
Wajahnya terpilin penuh kesengsaraan sebelum menghilang di udara dengan cepat, bahkan tanpa sempat mengucapkan kata-kata terakhir.
*
*
*
19
Setelah Kaisar mangkat, Putra Mahkota naik takhta.
Kaisar baru adalah penguasa yang bijaksana dan selalu membenci perilaku sombong sang Putri.
Di istana, panggilan untuk menggulingkan sang Putri jadi kian lantang dan sering.
Namun, di saat para pengawal kekaisaran milik Kaisar sampai di Kediaman Putri, itu sudah kosong.
Pada malam mangkatnya Kaisar, Song Xu dan aku diam-diam meninggalkan ibu kota, mengambil harta emas dan perak dari Kediaman Putri bersama kami.
Kami melakukan perjalanan ke selatan, menuju suatu tempat dimana selalu musim semi sepanjang tahunnya.
Di kota, kami membeli sebuah kediaman besar, berniat menjadikannya rumah baru kami.
Pada hari kami seharusnya menyelesaikan penyerahan properti, Song Xu tiba-tiba bilang, ada sesuatu yang harus diurusnya dan memintaku pergi sendiri duluan.
Sembari menggerutu, aku menaiki kereta menuju kediaman.
Di saat aku melangkah turun, aku membeku.
Di depan gerbang kayu yang berat, orang tuaku berdiri berdampingan, mengenakan pakaian yang indah, tersenyum hangat ke arahku.
"Yun'er kau sudah pulang," kata mereka.
Sambil menangis, aku melemparkan diriku ke dalam pelukan mereka.
Song Xu berjalan keluar dari dalam gerbang, tersenyum kepadaku.
Aku tiba-tiba mengingat apa yang pernah dikatakannya.
Ia bilang, ia akan membangun sebuah rumah baru dan membawa orang tuaku untuk hidup di kota.
Ia bilang, ia ingin aku menjalani kehidupan yang lebih baik.
Ia bilang, ia ingin menua bersamaku.
TAMAT
*
*
*
T/N: yup short story lainnya. Waktu pertama baca, wah langsung kecantol, ga sangka ML-nya model begini, jadi saya iseng terjemahin juga. Saya baru sadar, kalau ternyata, saya juga suka tipe bacaan begini. Semoga pembaca lain juga bisa enjoy bacanya meski ini hanya short story. Sampai jumpa di lain terjemahan. Babay~
Aling
0 comments:
Posting Komentar