Selasa, 15 Juli 2025

Yun Niang - Chapter 15 & 16

 15


Dua jam kemudian, Putri akhirnya mendapatkan kembali ketenangannya.

Song Xu memberitahu Putri bahwa meskipun hantu pendendam tidak bisa mendekati penghalang pengusir hantu, ia bisa merasuki tubuh manusia.

Hanya mereka yang berniat kotor yang lebih mungkin untuk dirasuki oleh hantu-hantu seperti itu.

Justru penyihir itu adalah orang berniat kotor yang seperti itu.

Putri, setelah diselamatkan dua kali oleh Song Xu, sepenuhnya memercayainya. Ia bahkan menurunkan perintah bahwa, mulai hari itu dan seterusnya, hanya Song Xu yang diizinkan memasuki kamarnya.

Saat senja, titah Kaisar datang.

Dinyatakan bahwa, karena insiden dengan si penyihir, yang mengejutkan Putri, pernikahannya akan diundur sekali lagi.

Putri, merasa lelah secara mental, tidak menolak.

Setelah makan malam, Song Xu pergi ke halaman untuk menyiapkan obat untuk Putri, dan aku mengikutinya.

Dulu, kapan pun ia menyiapkan obat, aku akan melayang ke atap untuk melihat awan.

Aku tidak mau melihatanya menyibukkan diri demi musuhku.

Namun,masalah dengan si penyihir benar-benar aneh. Aku curiga kalau Song Xu ada hubungannya dengan itu.

Akan tetapi, apabila ia sungguh hendak membunuh Putri, kenapa ia bergegas masuk untuk menyelamatkannya di saat-saat genting?

Tidak bisa menerkanya, aku memutuskan untuk tetap di sisinya dan mengamati kalau-kalau ia bertindak tidak biasa.

Pada saat itu, Song Xu dengan hati-hati menambahkan tanaman obat yang dikirimkan Biro Medis Kekaisaran ke panci obat.

Setelah menambahkan semua ramuan, ia tiba-tiba mengibaskan lengan jubahnya, dan dengan bunyi dentingan pelan, sebutir pil hitam jatuh ke dalam pancinya.

Aneh sekali. Itu bukan dari Biro Medis Kekaisaran.

Tepat saat aku sudah akan melayang mendekat untuk melihat lebih jelas, seorang pengawal bergegas masuk, mengatakan ada urusan mendesak untuk dilaporkan.

Tanpa mendongak, Song Xu berkata kalem, "Yang Mulia sudah memerintahkan bahwa tak seorang pun kecuali aku yang boleh memasuki kamarnya. Apapun itu, kau bisa memberitahuku."

Pengawal itu tergagap, "Yang Mulia memerintahkan hamba untuk mengeksekusi orang tua Yun Niang, tetapi hamba ... hamba ...."

"Kau apa?" Song Xu mengangkat matanya dan menatapnya dingin.

Tiba-tiba, pengawal itu berlutut dengan bunyi gedebuk, jidatnya membentur tanah dengan keras.

"Ketika hamba tiba di rumah Yun Niang, hanya ada rumah kosong yang tersisa! Hamba sudah mencari selama beberapa hari, tetapi tidak bisa menemukan keberadaan orang tuanya. Hamba tahu, gagal menyelesaikan perintah Yang Mulia adalah kejahatan besar. Hamba mohon pada Anda, Fuma, mohon ampun untuk hamba! Mohon minta Yang Mulia mengampuni nyawa hamba!"

Mendengar ini, aku kegirangan—orang tuaku tidak mati!

Tetapi, kenapa mereka mendadak pindah?

Song Xu tidak kelihatan terkejut sama sekali.

Setelah hening beberapa saat, ia berkata, "Yang Mulia tidak sehat; ia tidak perlu mengetahui tentang ini. Kau boleh pergi."

Pengawal itu membenturkan kepalanya ke tanah berulang kali. "Terima kasih Fuma, karena telah menyelamatkan hidupku! Terima kasih!"

Song Xu mengabaikannya dan lanjut menyiapkan obat untuk Putri.

Aku duduk di seberangnya, memandangi wajahnya yang fokus.

"Apa itu kau?" tanyaku. "Apa kau mengatur supaya orang tuaku pindah?"

Song Xu tidak menanggapi.

Ia mengipasi tungku obat kecil itu dengan hati-hati.

Tetapi, aku sudah mengetahui jawabannya.

Hari itu di depan Kediaman Song, apa yang diam-diam diinstruksikannya kepada para pelayan agar dilakukan, pasti soal ini.

"Terima kasih."

Aku sungguh-sungguh berterima kasih padanya, meskipun saat ini ia sedang merawat Putri.

Song Xu meneruskan kerjaannya, tetapi sudut bibirnya terangkat sedikit sekali, menjadi senyuman tipis.

*

*

*

16

Keesokan harinya, seorang tabib kekaisaran datang ke kediaman.

Ia diutus oleh Kaisar.

Dengan insiden yang menyangkut si penyihir, Kaisar jadi curiga.

Sayangnya, tubuh Putri tidak menunjukkan adanya keanehan, bahkan beberapa penyakit lama bawaannya sejak lahir, sudah membaik secara signifikan.

Di bawah perawatan Song Xu yang cermat, Putri menjadi makin sehat dan kuat.

Usai mendengar ini, Kaisar akhirnya melepaskan kecurigaannya dan memilih tanggal baik baru untuk pernikahan mereka.

Selama masa-masa menunggu pernikahan, Putri kadang-kadang membawa Song Xu keluar.

Aku mengikuti di belakang mereka, menyaksikan mereka berjalan-jalan dan menonton sandiwara seperti pasangan suami-istri biasa.

Temperamen Purtri tak bisa ditebak, dan kadang kala ia mendapat dorongan hati untuk membunuh, tetapi Song Xu selalu menghentikannya.

Secara bertahap, niat membunuh Putri berkurang, dan tampak seolah ia benar-benar telah berubah.

Pernah, seseorang menabraknya, dan ia tidak marah; ia bahkan memberi mereka perak.

Mengikuti mereka dari belakang, menyaksikan adegan harmonis dan berbahagia ini, aku tiba-tiba merasa lega.

Barangkali, Song Xu sungguh dapat mengubah Putri, dan bukankah itu hal yang baik?

Ke depannya, tak ada lagi warga sipil tak berdosa yang akan mati di tangan Putri.

Apabila inilah yang ingin dilakukan Song Xu, masa depan yang didambakannya, aku rela memberkatinya dengan tulus.

Aku tidak pernah menyangka bahwa, mengubah Putri bukanlah apa yang benar-benar diinginkan Song Xu.

Pada tanggal 15 bulan ini, seperti biasa, Song Xu selalu berjaga di kamar Putri.

Aku duduk di halaman, mengobrol dengan para hantu.

Beberapa dari mereka, setelah mendengar bahwa Putri tak lagi membunuh orang, merasa gembira, melepaskan dendam mereka, dan pergi bereinkarnasi.

Namun, masih ada yang memikirkan balas dendam, tetap berada di Kediaman Putri, menunggu kesempatan mereka.

Mereka bertanya padaku, apa rencanaku, dan aku menghela napas, "Aku juga mau reinkarnasi, tetapi aku tidak bisa pergi."

Mereka mulai memberikan teori berbeda-beda, ada yang bilang aku masih punya harapan yang belum terkabul, yang lain mengatakan, aku sangat amat mencintai Song Xu dan tidak bisa berpisah darinya.

Aku mengangkat bahu, membantah semuanya.

Tepat saat kami mengobrol dengan riang gembira, si hantu wanita tertua mendadak membelalakkan matanya, menatap ke arah kamar Putri.

"Ada apa?" Aku menanyainya.

"Aku bisa merasakannya," katanya. "Penghalang Putri sepertinya melemah."

Mendengar ini, hantu lainnya bergegas menggila ke arah kamar Putri.

Aku pun mengikuti dengan cepat.

Para hantu yang tetap tinggal semuanya menuntut balas dendam. Jika penghalang Putri benar-benar rusak, akan ada kekacauan.

Sedangkan Song Xu, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padanya; ia sudah membantu Putri selama ini, dan para hantu mungkin tidak akan mengampuninya juga.

Ketika aku memasuki kamar, aku melihat Putri bersandar di dada Song Xu, wajahnya penuh derita, mengatakan ia mimpi buruk.

"Penghalangnya masih ada," ucap si hantu wanita.

Aku menerobos kerumunan hantu dan pergi memeriksanya. Memang, masih ada cahaya biru di sekitar Putri.

Namun, cahaya biru itu tampak lebih tipis dari sebelumnya.

Aku mengulurkan tangan, hendak menyentuh cahaya itu, ketika tiba-tiba saja, Song Xu mendongak ke arahku.

"Yun'er."

Ia tiba-tiba bicara, memanggil namaku.

Aku membeku, tanganku menggantung di udara.

"Song Xu, kau bilang apa?"

Putri menatapnya, tercengang.

Song Xu menolehkan kepalanya, tersenyum tenang ke arah Putri.

"Yang Mulia, sudah waktunya."

Song Xu mengangkat tangannya dan dengan ringan mengetuk kening Putri.

Cahaya biru di sekitar Putri lenyap seketika, dan saat berikutnya, matanya membelalak ngeri.

"Ah—!"

Jeritan memekakkan telinga menembus langit malam.

"Penghalangnya tidak ada!" si hantu terkekeh menggila, bergegas ke arah Putri.

Putri dengan cepat dikerumuni oleh para hantu, dan dalam sekejap, ia tak lagi terlihat.

Hanya aku yang berdiri di sana, terperanjat.

Aku melihat selagi Song Xu berjalan melewati kerumunan hantu, mendatangiku.

Cahaya bulan purnama terpantul di mata jernihnya yang terang.

"Yun'er, bukankah kau bilang, kau ingin menjadi seorang putri di kehidupanmu selanjutnya?"


0 comments:

Posting Komentar