Chapter 4
Aku mengabaikan ombak yang disebabkan oleh insiden ini di dalam harem. Dengan kotak makanan di tanganku, aku berjalan kembali dengan senang hati ke kediamanku, Istana Qi He.
Tak lama setelah aku kembali ke kediaman, ibuku mengirimkan dayang pribadinya, Ru Yi, untuk memanggilku ke sana.
Datang deh masalah.
Aku menyimpan kotak makanan itu dan membawa Bi Yu ke aula samping kediaman Ibuku.
Setelah memasuki pintu, aku duduk di dipan dan berkata, "Mengapa jie jie memanggil putri kecil ini?"
(T/N : terjemahan Inggrisnya bilang elder sister jadi saya artikan jie jie aja langsung, walau bingung juga, kenapa ibunya sendiri tapi dipanggilnya jie jie ya? =_=)
Ibuku sepertinya sangat tidak senang dengan sikapku yang asal-asalan dan mengerutkan dahi, "Apakah Putri baru saja bertemu Kaisar?"
Aku mengangguk. Di titik ini, aku sudah mengerti di hatiku bahwa ia telah mendengar kabar itu dan menghidupkan kembali harapannya untuk memiliki seorang putra.
Ia dan aku saling bertatapan dalam diam. Perlu waktu sejenak sebelum ia berbicara lagi.
"Kau harusnya tahu bawa demi melahirkanmu, Ibu kehilangan seorang putra."
Aku tertawa dalam hati.
Sekarang karena aku berumur enam tahun, aku bisa memiliki halaman terpisah milikku sendiri, dan aku tidak perlu terlalu berhati-hati dengan apa yang kukatakan.
"Jie jie sedang bercanda. Segera setelah putri kecil ini muncul di perutmu, sudah ditakdirkan bahwa putri kecil inilah yang akan lahir. Kuharap jie jie akan berhenti membohongi dirinya sendiri."
Ibu mengangkat saputangan sutranya dan menunjukku sambil bergetar. Bagaimanapun juga, ini adalah pertama kalinya aku menentangnya.
"Kau! Kenapa kau begitu tak bisa diatur! Kemari!"
Setelah mengatakan itu, ia maju selangkah ke depan dan menarikku untuk berlutut di lantai. Ke arah dimana aku berlutut, ada sebuah papan memorial.
Aku syok. Ibuku benar-benar berani. Diam-diam menyembunyikan papan memorial di istana bisa dihukum berat!
Tidak, aku tidak bisa membiarkannya menghancurkan kehidupanku sebagai ikan asin!
Aku harus mencari jalan keluar.
"Atas apa yang barusan kau katakan, minta maaf padanya!"
Ia tidak perlu bilang siapakah "dia" ini dan aku sudah tahu bahwa ini pasti putra imajiner Qiu Jieyu.
Oh, kau menindasku karena aku masih kecil dan lemah?
Aku tiba-tiba terpelanting ke depan, seolah-olah aku tidak bisa berlutut dengan benar, dan mengenai papan memorial itu.
Puh, tidak mungkin aku akan membiarkanmu membuatku berlutut.
"Tidak!! Dasar bajingan! Apa yang kau lakukan? Apa kau mau membunuhnya untuk yang kedua kalinya?!"
Setelah mengatakan itu, ia pingsan di tengah-tengah seruan Ru Yi.
Aku bangkit berdiri dengan tenang, tampaknya penyakitnya lumayan serius.
"Bi Yu, pergi cari seorang tabib kekaisaran untuk memeriksa jie jie. Juga periksa apakah ia ada penyakit jiwa."
Setelah mengatakan itu, aku tidak peduli lagi dan berbalik kembali ke halamanku.
Hari-hari baikku tidak boleh hancur.
Bahkan jika itu adalah ibu yang melahirkanku, tetapi tidak pernah membesarkanku.
*
*
*
Chapter 5
Di malam hari, aku bermain dengan permainan susun-susunan yang kuminta Bi Yu buatkan, sembari berpikir dalam hatiku mengenai selir manakah yang akan bahagia dan selir manakah yang akan cemas malam ini.
[Kurasa, ia akan pergi ke Istana Selir Kekaisaran De lagi malam ini. Ayah Murahan ini melihat orang berdasarkan penampilan mereka.]
Ada langkah kaki yang berhenti di pintu. Telingaku langsung terangkat, kukira, itu Bi Yu.
"Bi Yu! Bawakan kue-kueku!"
Orang itu pun berjalan masuk.
"Kau benar-benar tidak mendengarkan apa yang zhen katakan."
Aku mengangkat kepalaku dengan ngeri.
"Ayahanda Kaisar!"
[Oh Tuhan, kenapa ia datang kemari?! Orang lain di istana pasti membenciku!]
Kaisar mendadak tertawa lagi. Aku tidak tahu apanya yang lucu tentang diriku. Aku bertanya-tanya dalam hati apakah ayahku sakit, tetapi masih bertingkah takut-takut dan melangkah maju untuk memberi salam.
Dan ibuku pun datang kemari segera setelah mendengar kabar itu.
"Memberi salam kepada Kaisar!"
Diam-diam, kegembiraannya hampir terbang keluar dari wajahnya.
[Ibu murahan ini pasti berpikir bahwa putranya sudah akan lahir lagi. Ck ck, jika ia benar-benar lahir, ia mungkin tidak akan begitu membenciku. Mungkin ia bahkan akan melupakanku, yang mana sangat bagus.]
Suara Kaisar yang baru saja akan menyuruhnya bangkit pun terhenti sejenak. Ia melirik Qiu Jieyu yang sedang berlutut, kemudian berjalan ke arahku dan mengangkatku.
"Aku bertanya padamu, kenapa kau tidak mendengarkan apa yang zhen katakan?"
"Putri ini bersalah. Putri ini hanya ingin menghadiahi diri sendiri sepotong kue sebelum pergi tidur."
[Jika kau tidak datang, aku sudah selesai makan dan akan berbaring di tempat tidur untuk tidur.]
Kaisar pun meminta Chen Liangfu membawakan kotak makanannya, mengeluarkan sepotong kue kacang hijau, dan menyuapi ke dalam mulutku dengan tangannya sendiri.
[Kue kacang hijau!!! Ini pastilah pengertian tanpa kata kita!]
Aku memakannya dengan sekali gigitan dan kaisar pun tersenyum senang.
Setelah melihatku selesai makan, Kaisar berkata: "Hari ini ulang tahunmu, jadi aku akan melepaskanmu untuk kali ini. Mulai dari sekarang, kau harus mendengarkan kata-kata zhen."
Aku mengangguk kuat-kuat.
Saat ini, Bi Yu tiba-tiba saja menerobos masuk dan berkata: "Putri! Aku sudah mengambilkan salepnya!"
Aku benar-benar ingin menampar jidatku.
[Ini terlalu palsu, ayah murahanku bukanlah orang bodoh ... Bi Yu ah Bi Yu, kau begitu pintar tetapi bodoh sekali.]
Kaisar mengerutkan dahi: "Untuk apa kau memerlukan salep?"
Ibu yang sedang berlutut di lantai pun mulai gemetaran.
[Kau takut sekarang? Kenapa kau tidak takut saat kau melukaiku?]
Kaisar pun melirik Qiu Jieyu dengan serius.
Ia menghentikan Bi Yu ketika ia hendak membuka mulutnya.
"Apabila Qiu Jieyu tidak bisa memperlakukan putri zhen dengan baik, maka jangan membesarkannya. Di masa depan, zhen akan membesarkannya sendiri."
Qiu Jieyu tiba-tiba mengangkat kepalanya.
Aku mendadak mendongakkan kepalaku.
Chen Liangfu sekonyong-konyong mengangkat kepalanya.
Sial!
Sungguh beruntung!
"Liangfu, suruh orang untuk mengemasi barang-barang Putri dan pindahkan ke Istana Qin Zheng-ku hari ini. Besok, panggilkan beberapa pengrajin untuk membuatkan tempat tidur kecil."
"Nuo."
(T/N: artinya iya/baik. Biasanya digunakan saat kasim menjawab kepada Kaisar/para niang niang di istana.)
Setelah mengatakan itu, ia menggendongku dalam pelukannya dan pergi tanpa menoleh ke belakang.
*
*
*
Chapter 6
Semua orang di istana mengetahui bahwa Qiu Jieyu sudah tamat.
Setelah dibawa ke Aula Qin Zheng, aku senang sekali.
[Sial! Bisakah aku tidur di ranjang naga hari ini? Ahhhhh!]
Kaisar pun mengernyit.
"Liangfu, carikan seorang momo untuk mengajari etiket pada Putri Ketujuh besok."
(T/N: momo—biasanya dayang/pelayan wanita yang usianya uda tua dan lebih senior ketimbang dayang/pelayan lainnya. Bisa juga mereka pernah berperan sebagai ibu asuh.)
Aku pun tercengang.
[Jangan! Telapak tanganku akan dipukuli!]
"Cari yang lebih lembut."
Cheng Liangfu merespons sambil tersenyum.
Aku memanjat ke tempat tidur naga menggunakan tangan dan kakiku.
Besar sekali ....
[Tempat tidur naga begitu besar. Mereka pasti takut kalau ayahku akan berguling-guling dan jatuh saat tertidur, membuatnya kehilangan muka. Hehehe.]
Kaisar mengangkatku dengan ekspresi gelap di wajahnya.
"Kau naik sebelum membersihkan diri. Apakah ini yang diajarkkan ibumu padamu?"
[Oh, ia tidak mengajariku apa-apa.]
Chen Liangfu mundur dan memerintahkan para kasim dan dayang untuk menyiapkan barang-barang untuk membersihkan diri. Ia membawa Bi Yu yang sudah akan pergi menyiapkannya bersama mereka dan berkata, "Nona Bi Yu, kau tidak perlu melakukan hal-hal ini sendiri lagi nantinya. Statusmu sudah banyak meningkat sekarang."
Bi Yu pun berterima kasih pada pihak lainnya dengan senang hati atas pengingatnya.
Di Aula Qin Zheng, setelah membersihkanku, Ayahanda Kaisar pergi ke mejanya dan lanjut meninjau memorial.
[Ugh, ia lumayan baik padaku. Aku tidak tega melihatnya mati.]
Cangkir teh di atas meja terbalik. Chen Liangfu langsung datang untuk membersihkannya.
[Pangeran Kedua itu benar-benar tidak berbakti!]
Aku berpikir dengan marah.
[Melihat ayah murahanku memperlakukanku lumayan baik, saat waktunya tiba, aku akan membawanya ke lubang anjing yang sudah kugali selama tiga tahun terakhir ini!]
[Lagian, jika aku ingin menjadi ikan asin setelah aku keluar, aku harus punya seorang ayah untuk membesarkanku.]
[Yah, bahkan jika ia tidak membesarkanku, setelah aku berbisnis, tidak masalah untuk membesarkan seorang ayah.]
Kaisar tiba-tiba saja bangkit berdiri. Aku menatapnya ragu-ragu.
"Jam berapa ini dan kau masih belum tidur juga? Pergi tidur!" Setelah mengatakan itu, ia naik ke tempat tidur dan melemparkanku ke bagian paling dalam ranjangnya.
Selagi kami berbaring di atas ranjang, aku sudah hendak memejamkan mataku ketika ayahku sekonyong-konyong bertanya, "Apa kau menyukai saudara-saudara kekaisaranmu?"
"Putri ini tidak sering melihat mereka, tetapi Putri ini sudah pasti menyukai mereka ...."
[Mana ada.]
Kaisar sepertinya tertarik. Ia tiba-tiba menoleh untuk menatapku, menopang kepalanya dan berkata, "Bagaimana menurutmu tentang Kakak Pertama Kekaisaran?"
"Berpendidikan dan elegan."
[Seorang kutu buku yang menyayangiku.]
"Bagaimana dengan Kakak Kedua Kekaisaranmu?"
"Ia memiliki senyum yang indah."
[Seekor harimau dengan wajah yang tersenyum! Pencuri yang tak berperasaan! Ia membunuh ayahnya sendiri demi takhta!]
Setelah sekian lama, aku tidak mendengar kaisar bertanya lagi. Sial, apakah ia tertidur begitu cepat?
Aku menolehkan kepalaku untuk melihat ke sana, dan sudah pasti ....
[Ugh, benar-benar seperti seekor babi ....]
Aku memejamkan mataku, menutupi diriku dan ayah murahanku dengan selimut, dan tertidur.
Oleh sebab itu, aku tidak melihat mata Ayahanda Kaisarku yang sepenuhnya terjaga ketika dengkuran kecilku terdengar.
0 comments:
Posting Komentar