Chapter 7
"... Sejujurnya, ketika kau membawanya kembali dulu, aku merasa sangat, sangat bahagia ..."
Caranya berbicara persis seperti seseorang yang menarasikan sebuah cerita. Seolah ia akan kehilangan kendali akan emosinya apabila ia tidak berbicara dengan gaya seperti ini.
Chen Lan mulai merasakan dingin yang intens dari telapak kakinya. Ia membeku di tempat dan bahkan tidak sanggup membuka mulutnya untuk berbicara atau mengalihkan tatapannya. Malahan, ia hanya bisa memandangi jari kakak lelakinya yang menarik lengan jubahnya, serta wajah pucat dan rapuh yang ada dalam jarak pandangannya.
Chen Ruo sepertinya sedang menyusun kata-katanya selagi ia menggumam tanpa henti.
"... Aku tahu, tidak seharusnya aku membuatnya tetap tinggal, semestinya aku membiarkannya kembali ... Apa gunanya ia tetap ada di sini? Ada terlalu banyak putri bangsawan, dan posisiku di takhta dalam keadaan sulit. Aku tidak bisa melindunginya ... Seharusnya aku membiarkannya kembali ... Tetapi aku tidak melakukannya."
Ia mengatakan begini sambil memejamkan mata. Tetesan air mengalir turun dari rambutnya yang basah dan menyatu di bulu matanya yang bergetar, seperti air mata.
"Aku pikir, jika ia kembali, ayahnya akan segera mengatur pernikahan untuknya dan memberikan restunya kepada pria lain. Jadi, aku tidak bisa melakukannya. Aku jelas-jelas mengetahui apa yang akan terjadi, aku jelas-jelas tahu semuanya, tetapi ... tetapi aku masih membiarkannya berada di sisiku."
Ia jelas-jelas tahu kalau Jin Xiu ditindas, ia mengetahui segalanya. Tetapi Chen Ruo mencegahnya pergi, semua karena keinginannya, hanya semata karena keinginannya untuk sesekali melihat Jin Xiu.
Lalu, apa yang terjadi?
Sekali lagi, ia membuang Jin Xiu, mendorongnya ke sudut yang sepi di kedalaman istana dengan harapan bahwa, sekalinya kestabilan kembali ke mahkamah, ia akan membawa Jin Xiu ke dalam pelukannya lagi. Saat itu, barangkali akan membawakannya rasa kepuasan, kan?
Memaksa dunia Jin Xiu untuk mengerut semakin kecil, meninggalkannya di reruntuhan sehingga selain dari dirinya, Jin Xiu tak punya apa-apa lagi. Hanya seperti itu, menggunakan alasan untuk melindunginya, Chen Ruo menenggelamkan diri dalam hal lain dan mengizinkan mereka menginjak-injak dan mempermalukan Jin Xiu.
Pada akhirnya, semua ini ditukarkan dengan adegan itu, Jin Xiu menciut di tanah selagi ia menatapnya dalam diam dengan keheningan yang mematikan dan ekspresi putus asa yang pucat.
Kala itu, seluruh sosoknya sedikit bergetar. Tetapi, Chen Ruo harus mempertahankan senyuman sewaktu ia bersenda gurau bersama selir-selir yang mengerumuninya.
Selangkah demi selangkah, ia menjauhkan diri dari Jin Xiu.
Waktu itu, selama Chen Ruo menolehkan kepalanya ke belakang untuk menatap mata Jin Xiu, ia akan berlari tanpa peduli untuk memeluk Jin Xiu. Namun sayangnya, itu akan menyebabkan Jin Xiu segera kehilangan nyawanya. Oleh sebab itu, Chen Ruo memaksakan dirinya untuk bertahan, sedikit demi sedikit, berjalan semakin menjauh.
Chen Lan memandanginya. Ia menatap wajah kakak lelakinya, yang mana tampak tersedak air mata, sekujur tubuhnya bergetar.
"... Ia sudah diusir keluar dari istana. Aku segera mengirim orang untuk mencarinya, tetapi ia sudah menghilang ..."
Chen Ruo tiba-tiba berhenti di tengah jalan. Lalu, ia memindahkan tangan yang menutupi wajahnya dan menatap adik yang tampak sangat mirip sepertinya dengan mata hitam pekat.
Pada saat itu, Chen Lan mendadak merasakan suhu di sekitarnya turun hingga di bawah nol. Objek jelek tak berwujud tampaknya berkontraksi di sekitarnya seperti seekor ular.
Jari Chen Ruo mencengkeram pergelangan tangannya selagi ia menatap tajam pada Chen Lan.
"... Ah Lan, kau akan membantuku, kan?"
Ia tahu. Chen Ruo mengetahui bahwa orang yang membawa Jin Xiu pergi adalah dirinya.
Melihatnya kembali, mungkinkah membuat Chen Ruo tidak tahu apa-apa?
Apabila ia sungguh mencintai Jin Xiu dengan tulus.
Seketika itu, Chen Lan tiba-tiba mengerti. Ia tidak menanggapi dan hanya berlutut dengan lutut yang tertekuk, sebelum undur diri.
Di saat Chen Lan meninggalkan istana, ia segera berangkat dari ibu kota. Ia tidak peduli tentang yang lainnya, dan berderap langsung ke Wu Zhou tanpa berhenti sekali pun. Perjalanan yang seharusnya membutuhkan waktu satu bulan, hanya diperlukan sepuluh hari untuk diselesaikannya. Ia menunggangi kuda langsung ke Kediaman Pangeran.
***
Jin Xiu sedang merawat bunga di halaman bersama sekelompok gadis pelayan ketika ia mendengar keributan dari kuda dan orang-orang. Di saat Jin Xiu menolehkan kepalanya, ia merasakan embusan angin dan sebelum ia mengetahuinya, ia sudah berada dalam pelukan Chen Lan.
Chen Lan babak belur dan kelelahan, bau keringat yang menyengat keluar dari tubuhnya. Napasnya tersengal dan jantungnya berdebar-debar. Jin Xiu membiarkannya memeluknya, dengan lembut melambaikan tangannya sebagai tanda untuk membubarkan para pelayan.
Kemudian, ia mendengar pria itu memberitahunya—Jin Xiu, ayo kabur!
Ia membelalakkan matanya yang buta secara tiba-tiba, kemudian, perlahan-lahan memejamkan mereka lagi. Ia hanya menepuk punggung Chen Lan dengan lembut, sebelum berujar dengan suara lembut.
Ayo, masuk dulu ke dalam, kau bisa menjelaskan padaku pelan-pelan.
Namun, hatinya masih seperti hutan belantara yang sunyi.
Mereka bisa kabur kemana? Tidak ada tempat yang bisa mereka tuju.
Sama seperti rutinitas harian mereka selama tiga tahun terakhir, ia menuangkan secangkir teh untuknya dan mendengarkan Chen Lan berbicara dalam diam. Kemudian, ia mengulurkan satu tangan dan menyentuh wajah Chen Lan sambil tersenyum. Mata yang tak bisa melihat itu menatapnya tanpa rasa goyah.
"Bisa kabur kemana kita? Ah Lan, semua wilayah di bawah langit ini, milik Kaisar, dan semua manusia di wilayah ini milik Yang Mulia. Kita bisa kabur kemana?"
Jin Xiu menanyainya dengan tenang selagi dengan hati-hati membelai wajahnya.
"Bertahun-tahun yang lalu, aku mengabaikan kewajibanku. Hari ini, apakah kau akan mengabaikan kewajibanmu juga?"
Sekujur tubuh Chen Lan bergetar dan tiba-tiba mengangkat kepalanya. Gadis cantik dan pendiam itu menatapnya dengan mata yang sangat hangat, sebelum tersenyum.
"Chen Lan, apa kau mau mengabaikan kerajaanmu?"
Chen Lan membelalakkan matanya dan memandangi Jin Xiu, tak sanggup berkata-kata.
Senyuman Jin Xiu perlahan lenyap dalam kesunyian. Seperti anak kecil, ia menguburkan kepalanya di ceruk leher Chen Lan.
"Ah Lan, setiap kali, kaulah yang selalu mengatakan padaku bahwa kau akan membawaku pergi. Kali ini, takutnya, itu tidak mungkin ..."
Lihat, pria di hadapannya sudah melihat semua air mata kepedihannya dalam kehidupan ini. Menangis di pundakmu sepanjang malam. Ini akan jadi yang terakhir kalinya.
Chen Lan dapat merasakan air yang hangat meresap ke dalam pakaiannya, kulitnya, menyatu dengan darah dan tulangnya. Ini adalah satu-satunya gadis yang dicintainya dalam kehidupan ini. Ia tidak mampu melindunginya, tidak sanggup menjaganya tetap dalam pelukannya.
Jin Xiu berbisik di telinganya, tiga tahun pernikahan ini sudah cukup untuk menebus seluruh hidupnya. Semua penghinaan dan penderitaannya sudah dibersihkan hanya dengan berada di sisi Chen Lan. Ia bahkan merasa seolah rasa sakit dan kesulitan yang menumpuk itu, sekaligus dengan masa depannya yang tak menentu, semuanya sebagai imbalan untuk tiga tahun ini.
Ia memberitahu Chen Lan, mendapatkan dampingan dari suamiku, sudah cukup untuk kehidupan ini.
Chen Lan berbaring di pangkuannya dengan mata terpejam. Perlahan-lahan, ia berbincang dengannya tanpa arah tentang segala hal.
Dan ketika penjaga membunyikan gong kelima malam itu, ia membuka matanya untuk memandangi gadis yang begitu dicintainya, hanya untuk berseru kaget, "Jin Xiu, rambutmu—"
Rambut gadis itu memutih dalam semalam, rambutnya yang semula hitam dan halus, kini berubah seputih salju. Akan tetapi, Jin Xiu tidak menyadarinya.
Jin Xiu memainkan rambutnya dan menyeringai tanpa diduga.
Ia mengatakan, lihat, patah hatiku untukmu, jauh melampaui kesedihanku untuknya.
Lalu, seorang gadis pelayan menjerit kaget.
Ia mengatakan, Tuan, gawat! Pengawal mengepung Kediaman Pangeran!
Jin Xiu menolehkan kepalanya dan tersenyum pada si pelayan.
Ketika pelayan itu melihat kepala berambut putih Jin Xiu, ia begitu syok sampai tak sanggup berkata-kata.
Jin Xiu berujar sambil tersenyum, kalau begitu bawa aku keluar.
***
Pada akhirnya, ia melangkah keluar dari gerbang depan. Di antara lautan kuda berlapis baja dan senjata keemasan, sebuah tandu phoenix berdiri di tengah-tengahnya. Suara dari logam yang berbenturan menggema di udara dan suara rendah seorang pria menggema di seluruh langit Wu Zhou.
"Di bawah titah Kaisar, kami kemari untuk mengawal Nyonya kembali ke istana."
Jin Xiu meluruskan punggungnya dan mengangkat roknya sebelum naik ke atas tandu. Ia duduk dengan mantap dan menyatukan tangannya di depannya. Wajah seputih salju Jin Xiu benar-benar tanpa ekspresi. Ia tidak memberitahu Chen Lan, ia sudah mengandung.
Tadinya, ia berencana untuk mengejutkan Chen Lan dengan kabar itu, tetapi melihat keadaannya sekarang, itu tak perlu lagi.
Chen Ruo ...
Jin Xiu merenungkan nama ini dan menyadari bahwa ia merasa tak peduli. Sebelum ini, ia tidak memiliki rasa kasih sayang maupun kebencian untuk pria ini. Tetapi, ini hanyalah sebelum ini.
Kebahagiaan Jin Xiu, baik itu dua puluh tahun pertama dari kehidupannya maupun dua puluh tahun berikutnya dari kehidupannya, semuanya benar-benar dihancurkan oleh tangan satu orang.
Apa yang diutangkan Chen Ruo padanya, pria itu akan mengembalikannya satu per satu mulai dari sekarang.
Jin Xiu memejamkan matanya dan bersandar di dinding kereta. Tiba-tiba saja, ia merasa dingin dan memikirkan Chen Lan. Saat ini, Chen Lan mungkin sedang menyalahkan dirinya sendiri dalam kesedihan, karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Oleh karena itu, hati Jin Xiu juga mulai terasa sakit, rasa sakitnya menyebar ke seluruh dadanya, menyebabkan rasa sakit yang menyesakkan. Rasa sakit yang meluap dari dalam dirinya menyebabkannya mengigit ujung jarinya, dan meskipun darah mulai keluar, ia mati rasa akan itu semua. Hanya seperti ini, ia meninggalkan pria yang dicintainya.
Chen Ruo, Chen Ruo.
Kebencian dan dendam mengisi bagian terdalam dari hatinya, dan mendadak, ia merasa seolah seluruh kejadian ini seperti lelucon yang besar.
Lima tahun yang lalu, akankah ia membayangkan dirinya memanggil nama pria itu dengan kebencian dan dendam sebesar itu?
Ia mengigit ujung jarinya dan teringat akan Chen Lan lagi. Hanya setelah memikirkan tentangnya dengan putus asa, barulah ia akhirnya bernapas. Jin Xiu pernah mendengar seorang gadis pelayan bernyanyi dengan suara yang lembut di hari musim semi yang indah.
Harapan pertama adalah agar suami panjang umur. Harapan kedua adalah untuk kesehatan si istri. Harapan yang ketiga adalah agar seperti burung layang-layang di sarang mereka, berada di sisi satu sama lain selama-lamanya.
(T/N: Bait dari 'Gadis Berumur Panjang', disebutkan di Chapter 2 dan Chapter 6. Bait yang pahit, merangkum tiga putaran kehidupannya.)
Di titik ini, mungkin tak berlaku lagi.
Chen Ruo, Chen Ruo—
Jari berlumur darahnya mencengkeram dadanya sementara rambut seputih saljunya terurai turun kemana-mana. Jin Xiu belum pernah memendam kebencian sebanyak ini terhadap seseorang sebelumnya.
***
Di hari ketujuh bulan ketujuh, jembatan burung murai baru saja terbuka. Tandu phoenix itu langsung menuju ke gerbang istana dan dibawa masuk ke dalam kamar tidur. Chen Ruo membantunya turun dari kereta dan di saat ia melihat kepala berambut putih Jin Xiu, wajahnya jadi memucat seolah ia tersambar petir.
(T/N: Sebuah jembatan legenda rakyat yang menyeberangi Bima Sakti, terbentuk di hari ketujuh bulan ketujuh, membiarkan pasangan kekasih bersatu kembali. Pernah disebut di Chapter 2.)
Sebaliknya, Jin Xiu tersenyum dengan manisnya selagi seorang dayang membantunya turun dari kereta. Di saat ia berjalan melewati Chen Ruo, sudut bibirnya melengkung ke atas dan ia menutupi bibirnya dengan lengan jubahnya. Kemudian, ia berbisik dengan lembut seperti riakan air.
"Itu tidak memutih dalam semalam karena Anda, Yang Mulia."
Chen Ruo memerintahkan para dayang untuk menutup pintunya dan saat itu, hanya ada mereka berdua yang berdiri berseberangan satu sama lainnya di seluruh aula istana.
Chen Ruo sering sekali membayangkan adegan ini, tetapi ketika akhirnya ia melihat Jin Xiu secara langsung, ia menyadari bahwa realita tidak sesuai dengan skenario yang dibayangkannya. Gadis di seberangnya mengenakan pakaian polos dengan kepala yang berambut putih, tanpa emosi selagi ia menatap lurus ke depan dengan wajah pucat seputih saljunya.
Tiba-tiba saja, Chen Ruo merasakan hawa dingin mengalir dari lubuk hatinya. Tanpa sadar, ia mengulurkan satu tangan ke arahnya, tetapi di saat ia menyentuh wajahnya, Jin Xiu menghempaskan tangannya. Chen Ruo pun kebingungan untuk beberapa detik.
Kemudian, ia meraih ke depan, menangkap tangan Jin Xiu dengan erat bahkan menggunakan kekuatan yang lebih besar, sementara tangan lainnya bergerak ke atas untuk membelai wajah Jin Xiu.
Kali ini, Jin Xiu tidak menghindar dan hanya membiarkannya mengelus wajahnya. Hanya saja, sudut bibirnya berkedut selagi matanya yang buta itu menatap lurus pada Chen Ruo. Ia perlahan-lahan melontarkan dua kata.
"Chen Ruo."
"Apa?"
Ia bertanya dengan suara yang serak. Jin Xiu memanggilnya Chen Ruo. Dulu, ia tidak akan memanggilnya begini, ia akan memanggilnya Ah Ruo ...
"Aku mengandung."
Jin Xiu melepaskan senyuman hangat yang samar. Kemudian, bentuk kebencian yang berbisa pun tampak di kedalaman matanya.
"!"
Chen Ruo mundur selangkah. Namun, Jin Xiu mengulurkan satu tangan dan menangkap tangan yang ada di wajahnya. Ia mengerahkan lebih banyak tenaga, tetapi Chen Ruo tidak merasa kesakitan. Ia hanya menatap gadis di depannya dengan sangat terkejut. Senyuman Jin Xiu jadi semakin manis, kian hangat, dan bahkan jauh lebih cantik.
Ujung jarinya menekan agak kuat, "Karena ini masalahnya, akankah kau membiarkanku pergi?"
"Tidak akan."
Roman wajah Chen Ruo menjadi lebih putus asa. Akhirnya ia berhenti mundur. Kemudian, darah segar pun mengalir keluar dari tangannya yang ditarik oleh Jin Xiu, menyebabkan garis merah cerah pun muncul.
Setelah mengatakan kedua kata ini, tanda merah di antara alisnya menjadi semakin terang.
Sebaliknya, ekspresinya sekali lagi jadi tenang sewaktu ia mengulanginya dengan suara yang rendah, "... Tidak akan."
Tidak mungkin ia akan melepaskan Jin Xiu, tak peduli apa pun situasinya.
Kuku Jin Xiu menancap dalam ke dagingnya, senyumannya seterang darah segar yang menetes.
Jin Xiu berujar lembut, "Aku tahu kau akan seperti ini ..."
Karena tak ada yang mengerti pria ini melebihi dirinya.
0 comments:
Posting Komentar