Chapter 17 : Siapa yang Mengajarimu
Rebirth of The Malicious Empress of Military Lineage: Chapter 17
Sebuah peristiwa
bersar terjadi pada awal bulan Oktober.
Su Ming Feng, Tuan
Muda Pertama Su, pewaris dari keluarga Nan Ping Bo di ibu kota Ding, tiba-tiba
terserang penyakit serius, dan harus memulihkan diri di rumah. Hati Ping Nan Bo
merasa sakit untuk putra kesayangannya, sehingga ia dan istrinya tetap tinggal
di rumah untuk merawat Tuan Muda Pertama Su, sementara meninggalkan urusan kuda
militer. Yang Mulia menganugerahkan sejumlah barang untuk mengungkapkan rasa
simpatinya sebelum mengatur pejabat baru untuk mengambil alih urusan
pengelolaan.
Rakyat ibu kota Ding
semuanya menghela napas penuh penyesalan akan pergantian peristiwa ini. Tuan
Muda Pertama Su adalah pemuda berbakat yang telah mencapai prestasi hebat tak
lama setelah menjadi pejabat, tetapi tepat ketika masa depannya tampak tak terbatas
dan kebangkitannya yang meroket, ia tiba-tiba kalah oleh penyakit serius ini.
Bahkan, meski seseorang adalah jenius yang berbakat, jika tiga atau lima tahun
berlalu sebelum ia kembali, tidak akan ada lagi pijakan baginya di mahkamah.
Rakyat jelata
memandangnya demikian, tetapi rekan-rekan di mahkamah tidak yakin.
Beberapa orang bijak
mengatakan, “Ini bukanlah penyakit, ini sudah jelas menghindari malapetaka.
Awalnya, orang akan mengira bahwa keluarga Su ini sudah menambahkan minyak ke
dalam nyala api, hanya untuk menemukan bahwa apinya akan membakar mereka. Siapa
sangka, mereka akan melihat situasinya dengan jelas dan mengambil tindakan
drastis untuk menghadapinya.”
***
Shen Miao sedang
memangkas bunga begonia di tengah halaman ketika hal-hal ini mencapai
telinganya. Beberapa hari ini di Guang Wen Tang, karena semua orang memiliki
sesuatu yang baru untuk diperbincangkan tentang Tuan Muda Pertama Su, tidak ada
yang mempedulikannya. Alhasil, ia memiliki beberapa hari santai yang langka.
“Nona sekarang
menyukai semua tanaman ini.”
Gu Yu tersenyum
selagi ia berkata, “Bunga begonia ini mekar dengan sangat bagus.”
Kelopak bunga begonia
berwarna merah tua itu memberikan sedikit warna kemuraman musim gugur.
Saat ia seorang
Permaisuri, ia belajar cara mengelola Istana Dalam, membantu Fu Xiu Yi
memenangkan para pejabat, menjadi tawanan di kerajaan Qin dan bertarung dengan
Mei Fu ren. Sebagian besar waktunya
ia jalani di tengah-tengah manipulasi dan pertengkaran, mana mungkin ia
memiliki keinginan untuk dengan santainya memangkas bunga?
“Apa kau tahu kenapa
begonianya mekar dengan begitu indahnya?” tanyanya.
Walaupun Gu Yu tidak
mengerti kenapa Nona akan mengajukan pertanyaan seperti itu, ia masih menjawab
sambil tersenyum, “Ini adalah benih yang dibawakan kepala pelayan dari luar.
Katanya, mereka adalah benih yang mahal. Nyonya juga memuji begonia jenis ini
terlihat sangat bagus di musim gugur.”
Shen Miao
menggelengkan kepalanya lembut.
Mana mungkin itulah
alasannya?
Persis seperti
Istana, tanah yang dingin dan suram, bahkan bunga-bunga di luar Istana Dingin
semuanya tampak indah sekali. Itu karena, di bawah bunga-bunga itu, tergeletak
banyak tulang-belulang. Di dunia ini, akan selalu ada alasan tergelap untuk hal
yang paling terang.
Keluarga Su menyadari
prinsip ini. Apa yang akan mereka lakukan sekarang?
Shen Miao sedikit
tersenyum.
***
Di dalam kediaman
Ping Nan Bo.
Halaman Tuan Muda
Pertama Su dijaga dengan ketat hingga, selain dari pelayan dekat dan keluarga,
tidak ada yang boleh masuk. Orang hanya dapat mencium aroma obat yang pekat
selagi Tuan Su menutup pintu bagi semua tamu dan menolak untuk menemui orang
luar mana pun.
Sebagai sahabat karib
pewaris Su, Marquis Kecil Xie
tentunya menjenguk si orang sakit.
Kereta keluarga Xie
terparkir di luar kediaman Su dan para pelayan menurunkan ramuan-ramuan obatnya
dengan susah-payah. Ramuan obat ini semuanya diletakkan di dalam peti kayu dan
dapat terlihat kalau Marquis Kecil
memiliki niat yang sangat baik kepada sahabat karibnya.
Di ruang baca, Su
Ming Feng mengenakan jubah hijau. Selain dari agak mengurus, semangatnya masih
seenerjik biasanya, dimana ada jejak penyakit serius?
Pemuda yang
mengenakan brokat yang menghadapnya pun mengerutkan alisnya dan bertanya, “Menghindari
malapetaka?”
“Tepat sekali.”
Su Ming Feng melirik
teman baiknya dan menghela napas, “Sekarang kau lihat, situasi keluarga Su
semakin membaik, bahkan setelah menghadapi pukulan tak terputus dari generasi
ke generasi. Jadi, soal kuda militer, seharusnya tidak ada promosi lebih
lanjut. Tetapi, Yang Mulia tidak menekannya, malahan menyanjung keluarga Su.”
“Kau juga
berkontribusi.”
Xie Jing Xing
mengingatkannya.
“Karena sumbangsih
yang berjasa itulah, makanya Ayah dan aku jadi agak terlena dan melupakan bahaya
yang tersembunyi di baliknya. Ketika jasanya terlalu besar, itu menjadi sebuah
kutukan. Hal-hal yang kukatakan, kau memahaminya. Tetapi, karena keluarga Su
berada dalam situasi tersebut, mata seseorang akan tertutup oleh sehelai daun.
Kini, karena semuanya sudah jadi jelas, orang harus mengendalikan kuda yang
berada di pinggir jurang karena itu terlalu berbahaya.”
“Melakukan ini juga
bagus.”
Xie Jing Xing
menganggukkan kepalanya, “Tetapi sekarang, kau harus tinggal di rumah selama
beberapa tahun dengan sia-sia.”
“Aku hanya ingin
keluarga Su aman dan selamat,” Su Ming Feng menyatakan.
“Cukup membicarakan
soal aku, bagaimana kalau membicarakan tentang dirimu? Keluarga Su dan keluarga
Xie menikmati suka duka bersama-sama, karena keluarga Su bertindak tepat pada
waktunya, keluarga Xie-mu ...”
Su Ming Feng tidak
melanjutkan.
Alis Xie Jing Xing
terangkat, “Apa yang dapat dilakukannya kepadaku kalau aku tidak berdinas
sebagai pejabat? Hanya ada satu Marquis
Lin An di keluarga Xie, ia harus mempertimbangkan ucapan semua orang.”
Xie Jing Xing dan Su
Ming Feng berbeda. Karena keluarga Su, Su Yu menyuruh putranya menjadi pejabat
sejak awal. Tetapi Xie Jing Xing tidak melakukannya, oleh sebab itu, ia hanya bersantai-santai
saja dengan namanya. Banyak kampanye yang dilakukannya bersama Xie Ding hanya
sebagai anggota keluarga. Bahkan jika keluarga kekaisaran ingin menekan
keluarga Xie, mereka tidak akan menghancurkan seorang putra yang tidak akan
mengambil alih klan keluarga.
“Kau memang punya
rencana mendalam dan pemikiran yang jauh.”
Su Ming Feng tidak
tahan untuk tertawa.
“Aku tidak melakukan
itu untuk mewaspadainya.”
Xie Jing Xing berujar
malas-malasan.
Ia sungguh tidak
mewaspadai keluarga kekaisaran, ia hanya melakukan itu untuk menentang ayahnya.
“Akan tetapi,” ia
mengernyit dan tiba-tiba mengalihkan percakapannya, “Bagaimana kau tiba-tiba
mengetahui masalah ini. Saat-saat sebelumnya aku mengingatkanmu, kau tidak
memasukkannya ke dalam hati.”
Su Ming Feng menundukkan
kepalanya malu, “Emosi memuncak dan seseorang menjadi berpuas diri, jadi
bagaimana mungkin bisa berpikir sebanyak itu. Kali ini, semuanya berkat Adik
Keduaku.”
“Adik Keduamu?”
Xie Jing Xing yang
sedang bersandar malas-malasan di kursi, duduk tegak sementara kilatan melintas
di matanya, “Bacang ketan itu?”
Su Ming Lang itu
adalah bacang bodoh dan itu bukan hal yang aneh, tetapi bagaimana ia bisa
memperingatkan keluarga Su tentang masalah ini kecuali ia sudah salah minum
obat?
Su Ming Feng
menjelaskan seluk-beluk semuanya sebelum mengatakan, “Kalau bukan karena Adik
Kedua yang bertindak tanpa berpikir, mungkin kami akan mengalami bencana?”
“Bertindak tanpa
berpikir?” Xie Jing Xing menggumam sendiri.
Tepat pada saat itu,
suara yang lembut terdengar, “Kakak, Ibu menyuruhku membawakanmu beberapa
camilan.”
Su Ming Lang
membawakan kue berbentuk bunga selagi ia berjalan masuk dengan kaki kecil
pendeknya. Ia tampak seperti bacang bulat dan mulutnya penuh dengan
remah-remah. Rupanya, ia sudah diam-diam makan banyak sepanjang jalannya
kemari.
Beberapa hari ini,
karena peringatannya yang tanpa disengaja, keluarga Su mengubah taktik mereka
dan bahkan Tuan Su, yang paling merasa tidak puas padanya, untuk pertama
kalinya merasa bahwa putranya akan ‘menjadi orang yang kuat’, ‘cerdas dan
gesit’ dan bahwa ‘kecerdasan yang hebat mungkin tampak bodoh’. Nyonya Su juga
membuatkan banyak makanan untuk disantapnya, hanya dalam beberapa hari yang
singkat, Su Ming Lang tumbuh bahkan lebih bundar lagi.
Ketika ia melihat
kalau masih ada Xie Jing Xing, ia pun hanya bisa memelankan suaranya. Ia tidak
tahu mengapa, tetapi ia selalu merasa agak takut terhadap teman tampan kakaknya
ini.
Su Ming Lang
meletakkan camilannya di atas meja dan berbalik untuk melarikan diri setelah
mengatakan, “Kakak, aku pergi.”
Ia tidak mengira
bahwa seseorang akan menahan kerahnya.
Ia kembali berbalik
dan melihat pemuda yang mengenakan brokat itu berjongkok dengan lembut dan
menepuk kepalanya dengan sepasang mata cerah yang tersenyum, tetapi ekspresi
matanya sangat dingin.
Ia bertanya, “Siapa
yang mengajarimu kalimat itu?”
Su Ming Lang menatap
dengan mata terbelalak.
“Merebus anjingnya
setelah kelincinya tertangkap.”
Xie Jing Xing
tersenyum sangat licik.
0 comments:
Posting Komentar