Selasa, 22 Juli 2025

CTF - Chapter 189

Consort of A Thousand Faces

Chapter 189 : Bertemu Lian Chen


Pukul 5.45 sore, Su Xi-er menunggu di pintu masuk rumah pos, wajahnya ditutupi dengan cadar ungu muda yang sesuai dengan warna gaunnya. Tidak begitu lama sebelum sebuah kereta kuda kayu biasa tiba; namun si kusirnya, tanpa terduga, adalah Komandan Pasukan, Wei Mo Hai.

Wei Mo Hai tidak bisa menahan diri untuk tidak menarik napas tajam saat ia melihatnya. Wanita ini, yang ditemukan Pangeran Yun untuk menari, bermata menawan, ditambah dengan memancarkan aura yang anggun. Mengapa ia memilih seseorang yang mirip sekali dengan Ning Ru Lan?

Su Xi-er mengangguk, menerima kedatangan Wei Mo Hai. Lalu, ia mendekati kereta kudanya dan menaikinya dengan cepat. Menurunkan tirai keretanya, ia memerintahkan. "Cepat menuju ke Istana Kekaisaran."

Nada bicaranya penyendiri dan tenang, membuat tengkuk Wei Mo Hai merinding. Bahkan gaya bicara dan sikapnya mirip dengan Ning Ru Lan.

"Cepat menuju ke istana kekaisaran." Suara jauh seorang wanita terdengar lagi dari dalam kereta kudanya.

Kalau Wei Mo Hai tidak yakin bahwa Ning Ru Lan memang sudah mati, ia akan mengira kalau Ning Ru Lan-lah yang sedang duduk di kereta kuda tersebut ....

Akan tetapi, yang mati tidak bisa hidup kembali. Wei Mo Hai mendapatkan kembali ketenangannya dan mengangkat cemetinya. Segera saja, roda kereta kudanya mulai berputar.

Setelah kereta kudanya tak terlihat, seorang pria tiba-tiba saja muncul dari sekitar sudut jalan. Memakai jubah biru dengan cadar biru yang menutupi wajahnya, tatapannya jadi semakin intens.

Wanita itu keluar dari rumah pos dimana Pangeran Hao dari Bei Min sedang menetap saat ini, yang mana artinya, ia bersama Pangeran Hao. Pangeran Hao sendiri saja masih belum meninggalkan rumah posnya, tetapi orangnya sudah menuju ke istana kekaisaran.

Hari ini merupakan perjamuan kerajaan Nan Zhao, jadi, untuk apa wanita ini menuju ke istana? Aku sudah pernah berhadapan dengannya beberapa kali, bahkan bertukar pukulan dengannya. Ia memiliki pinggang yang sangat fleksibel, dan beberapa gerakannya mirip dengan ....

Memikirkan ini, pria berbaju biru pun menyipitkan matanya.

Seorang kaki tangan yang berpakaian sepenuhnya hitam pun muncul di hadapan pria itu. "Aku baru saja diinformasikan, bahwa pergelangan kaki Ning An Lian cedera, membuatnya tidak mampu untuk menari di perjamuan kerajaan. Ia malah ditawan di istana peristirahatannya."

Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman, pria berbaju biru terkekeh. "Tidak disangka, ia sudah melukainya sendiri tanpa kita harus melakukan apa pun. Namun, sebuah pelajaran seperti ini, tidak cukup untuk membayarkan semua kejahatannya."

"Tuan, Ning An Lian terluka karena wanita lain selama berada di sebuah restoran. Wanita yang dipertanyakan itu memasuki rumah pos setelah meninggalkan lokasi kejadiannya sebelumnya, hari ini."

Dengan alis yang terangkat, pria berbaju biru mempertanyakan. "Oh? Dia." Sedikit demi sedikit, matanya dilahap oleh rasa main-main. Wanita ini teman atau musuh? Ia sudah membantuku secara tidak sengaja.

"Tuan, apa yang harus kita perbuat sekarang? Apakah kita tetap harus menyusup ke dalam istana kekaisaran?"

Si pria berbaju biru melambai, menyuruhnya pergi dan berjalan masuk ke dalam gang, "Tidak perlu lagi untuk melakukan itu, kita akan bertindak sesuai dengan situasinya."

Pria berbaju hitam itu mengangguk dan dengan cepat menghilang.

Kereta kudanya memasuki istana kekaisaran melalui pintu samping, pengawal kekaisaran tidak berani menghentikan kendaraan itu saat mereka melihat Wei Mo Hai di depannya.

Sewaktu kereta kudanya mempercepat lajunya lagi, Su Xi-er mengangkat tirainya dan melihat pemandangan di hadapannya. Aku sudah memasuki istana kekaisaran Nan Zhao .... Aku kembali lagi begitu cepat.

Memerhatikan setiap pepohonan dan bunga yang dilewati di sekitarnya, mereka terasa familier, tetapi juga asing di waktu yang bersamaan. Seakan-akan, ia hanya pergi untuk berkeliling provinsi sesaat saja. Mendadak, kereta kudanya mulai bergerak menjauhi istana dalam, menarik Su Xi-er dari lamunannya.

Selagi hutan bambu yang berderet di sisi jalannya jadi semakin lebat, Su Xi-er mengerutkan alisnya. Sebuah istana peristirahatan baru dibangun setelah aku mati?

Su Xi-er hanya menemukan mengenai identitas dari istana baru ini, setelah kereta kudanya berhenti, dan ia berdiri di depan pintu masuk istana.

Istana Yun, istana dimana Prince Regent menangani urusan mahkamah, baru dibangun setelah Ning Ru Lan meninggal, dan semua laporan kerajaan dipindahkan kemari. Dalam sejarah Nan Zhao, Yun Ruo Feng merupakan Prince Regent yang pertama. Istana Yun dibangun di area ini dari istana kekaisaran, ironis sekali.

Kilatan dingin melintas di mata Su Xi-er, tetapi dengan cepat menghilang.

Wei Mo Hai maju ke depan dan membukakan pintu menuju salah satu ruangan samping dari Istana Yun. "Kau boleh beristirahat di sini sampai seseorang memanggilmu saat waktunya tiba. Ingatlah tempatmu ketika kau menggantikan Putri Pertama untuk tariannya. Setelah kau selesai, kau akan dibawa menuju ke istana peristirahatan Putri Pertama. Ia akan pergi, sementara kau ...."

Su Xi-er melambai padanya, sebelum ia melengkapi kalimatnya. "Aku paham; kau boleh pergi." Kata-katanya singkat dan langsung pada intinya.

Wei Mo Hai menyangsikannya. Seolah-olah ia terbiasa membuat keputusan hidup dan mati. Bagaimana mungkin, seorang dayang memiliki aura semacam ini, bahkan saat seseorang dari keluarga kekaisaran mungkin tidak bisa melakukan hal yang sama?

"Wei Mo Hai, karena aku sudah menyetujui permintaan Pangeran Yun, aku tidak akan mengacau. Kau boleh pergi dengan tenang." Su Xi-er melembutkan suaranya. Pria ini adalah tangan kanan Yun Ruo Feng. Lü Liu sudah tidak ada lagi, jadi kenapa Wei Mo Hai masih harus tetap ada? Bukankah semestinya ia juga hancur menemani Lü Liu?

Di dalam hati Lü Liu, Wei Mo Hai merupakan seorang kakak lelaki yang gigih, seseorang yang bisa ia andalkan. Lü Liu menyukainya, dan Su Xi-er mengetahui tentang itu.

Tetapi, Wei Mo Hai adalah seorang pria yang teliti, yang selalu mencurigai orang lain. Karena inilah, aku tidak menikahkan Lü Liu padanya.

Pada akhirnya, Wei Mo Hai dan para pengawalnya yang berasal dari Tentara Kekaisaran yang berdiri di luar sel tahananku. Panah dadakan yang terbang ke arah Lü Liu dan diriku .... Wei Mo Hai tidak pernah berbelas kasihan, bahkan meskipun Lü Liu dalam bahaya.

Su Xi-er merasa itu menggelikan, karena ia bisa dengan jelas melihat perasaan Wei Mo Hai terhadap Lü Liu, tetapi secara serentak, begitu buta akan perasaan Yun Ruo Feng terhadap dirinya sendiri.

Wei Mo Hai melirik Su Xi-er sebelum menyingkirkan tatapan ragunya dan dengan cepat meninggalkan istana tersebut. Duduk di atas kereta kudanya, ia mengendarainya menuju ke istal istana.

Ditinggalkan sendirian, Su Xi-er melihat ke sekitar ruangan. Ia menemukan perabotan yang biasa: sebuah meja, lemari, dan ranjang. Ranjangnya baru, sepertinya seprainya baru saja diganti.

Melihat set teh di atas meja, Su Xi-er mengangkat tutupnya. Dari warna daun tehnya, ia bisa mengetahui kalau tehnya baru diseduh kemarin. Tepat saat ia menutup tutupnya, aroma yang akrab menggelitiki hidungnya, mendorongnya untuk membuka tekonya sekali lagi.

Teh ini .... Tai Ping Hou Kui. Apakah Yun Ruo Feng beristirahat di sini setelah ia kelelahan menangani urusan mahkamah? Membawaku ke tempat ini ....

Mata Su Xi-er mendalam selagi ia merenung. Tepat ketika ia mulai melamun, pintunya terbuka dari luar dan suara seorang pria, penuh otoritas, terdengar.

"Kaisar ini tidak pernah mengira kalau Pangeran Yun akan menyimpan seorang wanita di istana mewahnya di hari perjamuan kerajaan."

Su Xi-er jadi kaku. Lian Chen .... Itu Lian Chen! Ia menatapnya tepat di matanya, perasaan yang tak tergambarkan berputar-putar dalam hatinya.

Ia benar-benar berbeda dari Lian Chen yang kukenal, entah apakah itu aura di sekitarnya ataupun kepribadiannya. Dulu, ia suka bermain-main dan mengobrol, tetapi sekarang, ia bahkan tidak mau berbicara. Alisnya selalu mengerut, dan tatapannya bahkan curiga padaku.

Perasaan pahit dalam hatinya hampir membuat Su Xi-er menangis. Hanya pengendalian dirinya yang luar biasa yang membuat matanya tetap kering.

Aku belum boleh mengungkapkan jati diriku, tidak peduli seberapa besar aku ingin mengakuinya.

Ning Lian Chen memandanginya, tatapannya menjadi intens. Ia memandangku dengan tatapan seperti itu ... apakah kami saling mengenal?

"Kau ...." Ning Lian Chen membuka bibirnya, tetapi tidak tahu apa yang akan dikatakan. Sikap tenang dan menyendirinya tetap sama, tetapi sikap pedas yang diambilnya ketika ia masuk ke dalam ruangan, kebanyakan sudah menghilang.

Mengumpulkan perasaannya, mata Su Xi-er yang ada di atas cadar pun melengkung membentuk bulan sabit. Ia membungkuk dengan hormat padanya, "Pelayan ini memberi hormat kepada Yang Mulia."

0 comments:

Posting Komentar