Minggu, 03 Agustus 2025

RTMEML - Chapter 45

 Chapter 45 : Giliranku

Rebirth of the MaliciousEmpress of Military Lineage: Chapter 45


“Aku di sini. Apa kau berani membunuh?”

Cai Lin menatap gadis di seberangnya seolah itu adalah yang pertama kalinya, dengan mata yang diliputi ketidakpercayaan.

Ia sudah terbiasa dengan Guang Wen Tang dan dimanjakan saat ia tumbuh besar sampai pada titik dimana ia bisa berjalan dari samping. Mengenai Shen Miao, ia hanya ingin memberikannya pelajaran hari ini. Siapa yang tahu bahwa, bukan hanya Shen Miao tidak takut, tetapi bahkan melawannya? Bahkan mengucapkan kata-kata semacam ini di saat begini, orang yang akan menggungguli, pasti dirinya.

Cai Lin, apa kau berani?

Tidak menyebutkan jika ia bernyali, bahkan kalau ia berani, bisakah dia?

Tuan Muda dari keluarga Cai bisa melakukan banyak hal saat emosi, tetapi bagaimana dengan keluarga Cai?

Apabila Shen Miao benar-benar terbunuh olehnya hari ini, belum lagi menyebutkan soal utang nyawa dibayar dengan nyawa, ada pula kemungkinan bahwa Shen Xin akan membunuh setiap orang di keluarga Cai sebelum meminta maaf.

Terlebih lagi, Cai Lin tidak berani melakukan demikian.

Ia adalah orang yang bisa pamer dengan sejumlah kata-kata cerdas, tetapi belum pernah memasuki pertempuran sebelumnya, sampai-sampai ia bahkan belum pernah mengeluarkan darah sebelumnya. Panahannya memang sangat baik, tetapi sasarannya selalu buah-buahan atau binatang, dan tidak pernah manusia.

Tetapi kini, bagaimana mungkin ada alasan untuk mundur?

Shen Miao, seorang wanita, tidak takut, jika dirinya, seorang pria yang bermartabat, mundur, maka kemungkinan besar ia tidak akan punya muka untuk melangkah keluar dari kediamannya sama sekali.

Memikirkan itu, Cai Lin berkata dengan sombong, “Seperti apa yang kau katakan, keahlian apa pun dapat terlihat di arena panahan. Kau berbicara dengan senang hati sekarang, tetapi siapa yang tahu kalau kau akan begitu ketakutan sampai kau terkencing-kencing.”

Perkataannya sangat kasar, tidak tahu apakah itu diucapkan demi menutupi kecemasannya sendiri. Semakin tenang Shen Miao, semakin tidak tenanglah Cai Lin jadinya dan ia entah bagaimana ingin melihat kepanikan lawannya karena itu tampaknya dapat menenangkan hatinya sendiri. Oleh sebab itu, ia berharap agar kata-katanya dapat membuat Shen Miao merasa malu.

Bagi seorang gadis biasa, jika seorang lelaki berbicara sekasar itu, orang tentunya akan merasa malu dan bergerak gelisah akibat malu, atau kemungkinan besar, menangis tersedu-sedu. Tetapi ketika Shen Miao mendengarnya, ia hanya meliriknya dan sikap tenang itu membuat Cai Lin merasa bahwa itu hanyalah keinginan kerasnya saja.

Ia juga merasa agak bingung dan curiga bahwa ia sendiri agak karut-marut. Bagaimana mungkin ia merasa bersalah saat menghadapi Shen Miao, si idiot ini?

Shen Miao sudah pergi ke penguji untuk mengambil buahnya. Buah itu sebesar kepalan tangan orang dewasa dan dibentuk kotak pada bagian bawahnya, sementara bagian atasnya bundar. Shen Miao berdiri di sisi paling timur dari panggungnya dan meletakkan buah itu di atas kepalanya.

***

Arenanya pun berangsur jadi hidup.

“Saat ini, ia pasti memaksakan dirinya untuk tetap tenang, tetapi sebenarnya ia ketakutan.”

Yi Pei Lan tersenyum selagi ia berkata, “Aku benar-benar tidak sabar untuk melihatnya begitu ketakutan sampai air mata dan ingusnya bercucuran.”

“Semenjak ujian Ming Qi ditetapkan, tidak pernah ada masanya, dimana wanita akan ditantang oleh pria dalam topik militer.”

Jiang Xiao Xuan mengangkat jarinya ke atas dan memiringkan kepalanya, “Shen Miao bisa dianggap yang pertama. Tetapi untuk dipermalukan di hadapan semua orang, hanya memikirkannya saja sudah mengerikan.”

Aiyo. Kenapa Gadis Kelima masih berdiri di depan? Bagaimana kalau Tuan Muda Cai meleset?” kata Ren Wan Yun.

Ia merasakan bahaya dalam hatinya. Jika sesuatu sungguh terjadi kepada Shen Miao, tak peduli seberapa baiknya Shen Xin memperlakukan keluarga Shen, pria itu juga tidak akan membiarkannya lepas begitu saja.

“Apa yang Sao Kedua cemaskan?”

Chen Ruo Qiu berujar enteng, “Bagaimanapun juga, semuanya hanyalah anak-anak yang bermain-main. Tuan Muda keluarga Cai bukan anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Selama Gadis Kelima mengalah dan memohon ampun, tentu saja ia tidak akan mempersulitnya. Sekarang, hanya bisa berharap agar Gadis Kelima tidak akan melawan balik di saat marah.”

Ia menganggap masalah hidup dan mati ini dan menggunakan ‘anak-anak yang bermain-main’ untuk menggambarkannya. Bagaimanapun juga, Ren Wan Yun-lah yang mengatur keluarga, dan jika terjadi sesuatu yang salah, dirinyalah yang akan menanggungnya.

Namun, ucapannya masuk ke hati Ren Wan Yun. Semuanya adalah karena dorongan emosi Shen Miao. Kalau Shen Miao memohon ampun secara baik-baik dan mengucapkan beberapa patah kata yang menyenangkan kepada Cai Lin, tentu ia tidak akan jatuh hingga ke titik ini.

“Tenang saja.”

Chen Ruo Qiu berkata, “Aku lihat, pria terhormat dari keluarga Cai itu kemungkinan besar hanya ingin menakut-nakuti Gadis Kelima. Dalam ujian akademi ini, setiap orang berjuang demi sikap yang elegan, jadi tidak mungkin untuk berhenti sekarang.”

“Ibu tidak perlu khawatir.”

Shen Qing juga berkata kepada Ren Wan Yun, “Panahan Cai Lin sangat bagus, dan itu tidak akan jadi kasus dimana sasarannya tidak tertembak.”

Shen Qing sedang berpikir bahwa, karena Shen Miao menghadang impiannya untuk menjadi istri seorang Pangeran, ia tidak sabar untuk menjatuhkan nama baik Shen Miao hingga tidak bersisa. Mendengar bahwa sejumlah orang dapat begitu ketakutan, sampai terkadang mereka akan terkencing-kencing, ia ingin mengetahui, apa yang akan Shen Miao lakukan?

Shen Qing berpikir, kalau Cai Lin benar-benar meleset ... Alangkah baiknya jika wajahnya hancur.

Shen Yue tidak sampai sejauh Shen Qing. Ia hanya ingin melihat bagaimana Shen Miao akan memohon ampun sembari berlutut, seolah-olah dengan itu, ia bisa mendapatkan kembali harga dirinya. Ia memandang Cai Lin dari kejauhan, tetapi pria itu sepertinya tidak melihatnya.

Cai Lin sedang menggenggam busur panjang di tangannya selagi ia menghadap Shen Miao, yang berjarak sejauh tiga zhang, dengan jidat yang dipenuhi keringat dingin.

(T/N: 1 zhang = 10 kaki.)

Shen Miao berdiri di sana dengann tenang sementara angin menerpa jubahnya. Di antara bunyi gemerisik dari jubah ungunya, alisnya sama seperti sekelilingnya, tetapi ada sejenis pembawaan yang agung, seolah-olah itu merupakan ketenangan setelah seseorang pernah mengalami badai dan ombak, dan itu diselimuti selapis kecemerlangan yang menyilaukan di sekujur tubuhnya.

Cai Lin perlahan-lahan menarik busurnya sementara ia berpikir: Selama Shen Miao memohon ampun. Selama satu tetes saja air matanya jatuh dan Shen Miao memohon ampun, kemudian ia akan mengambil kesempatan untuk mempermalukannya dan ia tidak perlu lagi berada dalam dilema seperti ini.

Sayang sekali, pada akhirnya, harapannya tak membuahkan hasil. Shen Miao memasang ekspresi yang tenang, seolah-olah Cai Lin tidak layak mendapatkan perhatiannya.

Shen Yue mengerutkan kening.

Mengapa adegan Shen Miao yang menangis-nangis memohon ampun tidak muncul? Kenapa Shen Miao bahkan tampak lebih tenang daripada Cai Lin?

Sudah ada banyak orang yang menyadari poin ini, dan kesan asli mereka tentang si idiot pun berubah secara bertahap. Tidak semua gadis sanggup berdiri dengan busur dan anak panah yang mengarah padanya tanpa memiliki gelombang emosi yang besar. Apabila itu diwarisi dari Shen Xin yang memiliki wajah tenang tak berubah di depan musuh, orang hanya dapat mengatakan bahwa ketika sang ayah adalah seekor singa, putrinya tidak mungkin jadi seekor anjing[efn_note]Berarti putri yang mirip dengan ayahnya, dalam hal ini, berarti kegarangan dan ketidakpedulian sikap Shen Miao diwarisi dari Shen Xin.[/efn_note].

Tangan Cai Lin mulai bergetar dan buah sejauh tiga zhang yang biasanya merupakan perkara mudah baginya, tetapi hari ini sangatlah sulit. Jarak itu sepertinya sangat amat jauh.

Dan ucapan Shen Miao terngiang di telinganya, “Aku di sini. Apa kau berani membunuh?”

Apakah ia berani? Apakah ia berani? Apakah ia berani?

Dengan bunyi ‘xiu’, anak panah itu melesat dengan keras.

Tetapi itu hanya bertahan di udara sesaat sebelum jatuh.

Sedemikian rupanya, hingga itu bahkan terjatuh sebelum mencapai keliman pakaian Shen Miao. Itu seolah tidak menggunakan tenaga yang cukup, apalagi bisa mengenai sasaran yang merupakan buahnya.

Seluruh arenanya pun dipenuhi dengan gelak tawa.

Bahkan beberapa teman sekelasnya tertawa selagi mereka bercanda, “Cai Lin, apakah kau memiliki perasaan lembut dan protektif terhadap jenis kelamin yang lebih lemah, kalau tidak, mengapa kau bahkan tidak mampu memanah pada jarak tiga zhang, padahal sasaran sejauh sepuluh zhang saja akan tertembak dengan akurat?”

Cai Lin mengelap keringat di dahinya dan langsung mulai menarik busurnya lagi. Anak panah kedua mendarat di kaki Shen Miao.

Panah ketiga mengenai gaya rambut Shen Miao dan menyentuh buah di bagian atas kepala Shen Miao. Gaya rambut Shen Miao pun terlepas, dan rambut hitamnya menjuntai turun ke seluruh bahunya.

Namun, bahkan ketika panah itu melewatinya, Shen Miao tidak mengubah ekspresinya sama sekali.

Rambut hitam, pakaian ungu, dan warna kulit cerah dari si gadis, berdiri tegak tertiup angin.

Kedua tangan Cai Lin melemas dan busur juga anak panahnya, semua berjatuhan di lantai. Seluruh arenanya terdiam.

Bahkan orang tolol saja bisa melihat bahwa orang yang ketakutan bukanlah Shen Miao, melainkan Cai Lin.

Aku di sini. Apa kau berani membunuh?

Kau tidak berani.

Aku berani.

Shen Miao tersenyum ringan dan sepasang mata bak anak kecil itu mengandung jejak kekejaman. Ditambah dengan wajahnya yang saat ini agak naif, anehnya, itu cantik sekali.

“Sekarang, giliranku.”

0 comments:

Posting Komentar