Chapter 45 : Giliranku
Rebirth of the MaliciousEmpress of Military Lineage: Chapter 45
“Aku di sini. Apa kau berani membunuh?”
Cai Lin menatap gadis di seberangnya seolah itu adalah yang pertama
kalinya, dengan mata yang diliputi ketidakpercayaan.
Ia sudah terbiasa dengan Guang Wen Tang dan dimanjakan saat ia tumbuh
besar sampai pada titik dimana ia bisa berjalan dari samping. Mengenai Shen
Miao, ia hanya ingin memberikannya pelajaran hari ini. Siapa yang tahu bahwa,
bukan hanya Shen Miao tidak takut, tetapi bahkan melawannya? Bahkan mengucapkan
kata-kata semacam ini di saat begini, orang yang akan menggungguli, pasti
dirinya.
Cai Lin, apa kau berani?
Tidak menyebutkan jika ia bernyali, bahkan kalau ia berani, bisakah dia?
Tuan Muda dari keluarga Cai bisa melakukan banyak hal saat emosi, tetapi
bagaimana dengan keluarga Cai?
Apabila Shen Miao benar-benar terbunuh olehnya hari ini, belum lagi menyebutkan
soal utang nyawa dibayar dengan nyawa, ada pula kemungkinan bahwa Shen Xin akan
membunuh setiap orang di keluarga Cai sebelum meminta maaf.
Terlebih lagi, Cai
Lin tidak berani melakukan demikian.
Ia adalah orang yang
bisa pamer dengan sejumlah kata-kata cerdas, tetapi belum pernah memasuki
pertempuran sebelumnya, sampai-sampai ia bahkan belum pernah mengeluarkan darah
sebelumnya. Panahannya memang sangat baik, tetapi sasarannya selalu buah-buahan
atau binatang, dan tidak pernah manusia.
Tetapi kini,
bagaimana mungkin ada alasan untuk mundur?
Shen Miao, seorang
wanita, tidak takut, jika dirinya, seorang pria yang bermartabat, mundur, maka
kemungkinan besar ia tidak akan punya muka untuk melangkah keluar dari
kediamannya sama sekali.
Memikirkan itu, Cai
Lin berkata dengan sombong, “Seperti apa yang kau katakan, keahlian apa pun
dapat terlihat di arena panahan. Kau berbicara dengan senang hati sekarang,
tetapi siapa yang tahu kalau kau akan begitu ketakutan sampai kau
terkencing-kencing.”
Perkataannya sangat
kasar, tidak tahu apakah itu diucapkan demi menutupi kecemasannya sendiri.
Semakin tenang Shen Miao, semakin tidak tenanglah Cai Lin jadinya dan ia entah
bagaimana ingin melihat kepanikan lawannya karena itu tampaknya dapat
menenangkan hatinya sendiri. Oleh sebab itu, ia berharap agar kata-katanya
dapat membuat Shen Miao merasa malu.
Bagi seorang gadis
biasa, jika seorang lelaki berbicara sekasar itu, orang tentunya akan merasa
malu dan bergerak gelisah akibat malu, atau kemungkinan besar, menangis
tersedu-sedu. Tetapi ketika Shen Miao mendengarnya, ia hanya meliriknya dan
sikap tenang itu membuat Cai Lin merasa bahwa itu hanyalah keinginan kerasnya
saja.
Ia juga merasa agak
bingung dan curiga bahwa ia sendiri agak karut-marut. Bagaimana mungkin ia merasa
bersalah saat menghadapi Shen Miao, si idiot ini?
Shen Miao sudah pergi
ke penguji untuk mengambil buahnya. Buah itu sebesar kepalan tangan orang
dewasa dan dibentuk kotak pada bagian bawahnya, sementara bagian atasnya
bundar. Shen Miao berdiri di sisi paling timur dari panggungnya dan meletakkan
buah itu di atas kepalanya.
***
Arenanya pun
berangsur jadi hidup.
“Saat ini, ia pasti
memaksakan dirinya untuk tetap tenang, tetapi sebenarnya ia ketakutan.”
Yi Pei Lan tersenyum
selagi ia berkata, “Aku benar-benar tidak sabar untuk melihatnya begitu
ketakutan sampai air mata dan ingusnya bercucuran.”
“Semenjak ujian Ming
Qi ditetapkan, tidak pernah ada masanya, dimana wanita akan ditantang oleh pria
dalam topik militer.”
Jiang Xiao Xuan
mengangkat jarinya ke atas dan memiringkan kepalanya, “Shen Miao bisa dianggap
yang pertama. Tetapi untuk dipermalukan di hadapan semua orang, hanya
memikirkannya saja sudah mengerikan.”
“Aiyo. Kenapa Gadis Kelima masih berdiri di depan? Bagaimana kalau
Tuan Muda Cai meleset?” kata Ren Wan Yun.
Ia merasakan bahaya
dalam hatinya. Jika sesuatu sungguh terjadi kepada Shen Miao, tak peduli
seberapa baiknya Shen Xin memperlakukan keluarga Shen, pria itu juga tidak akan
membiarkannya lepas begitu saja.
“Apa yang Sao Kedua cemaskan?”
Chen Ruo Qiu berujar
enteng, “Bagaimanapun juga, semuanya hanyalah anak-anak yang bermain-main. Tuan
Muda keluarga Cai bukan anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Selama Gadis Kelima
mengalah dan memohon ampun, tentu saja ia tidak akan mempersulitnya. Sekarang,
hanya bisa berharap agar Gadis Kelima tidak akan melawan balik di saat marah.”
Ia menganggap masalah
hidup dan mati ini dan menggunakan ‘anak-anak yang bermain-main’ untuk
menggambarkannya. Bagaimanapun juga, Ren Wan Yun-lah yang mengatur keluarga,
dan jika terjadi sesuatu yang salah, dirinyalah yang akan menanggungnya.
Namun, ucapannya
masuk ke hati Ren Wan Yun. Semuanya adalah karena dorongan emosi Shen Miao.
Kalau Shen Miao memohon ampun secara baik-baik dan mengucapkan beberapa patah
kata yang menyenangkan kepada Cai Lin, tentu ia tidak akan jatuh hingga ke
titik ini.
“Tenang saja.”
Chen Ruo Qiu berkata,
“Aku lihat, pria terhormat dari keluarga Cai itu kemungkinan besar hanya ingin
menakut-nakuti Gadis Kelima. Dalam ujian akademi ini, setiap orang berjuang
demi sikap yang elegan, jadi tidak mungkin untuk berhenti sekarang.”
“Ibu tidak perlu
khawatir.”
Shen Qing juga
berkata kepada Ren Wan Yun, “Panahan Cai Lin sangat bagus, dan itu tidak akan
jadi kasus dimana sasarannya tidak tertembak.”
Shen Qing sedang
berpikir bahwa, karena Shen Miao menghadang impiannya untuk menjadi istri
seorang Pangeran, ia tidak sabar untuk menjatuhkan nama baik Shen Miao hingga tidak
bersisa. Mendengar bahwa sejumlah orang dapat begitu ketakutan, sampai
terkadang mereka akan terkencing-kencing, ia ingin mengetahui, apa yang akan
Shen Miao lakukan?
Shen Qing berpikir,
kalau Cai Lin benar-benar meleset ... Alangkah baiknya jika wajahnya hancur.
Shen Yue tidak sampai
sejauh Shen Qing. Ia hanya ingin melihat bagaimana Shen Miao akan memohon ampun
sembari berlutut, seolah-olah dengan itu, ia bisa mendapatkan kembali harga
dirinya. Ia memandang Cai Lin dari kejauhan, tetapi pria itu sepertinya tidak
melihatnya.
Cai Lin sedang
menggenggam busur panjang di tangannya selagi ia menghadap Shen Miao, yang
berjarak sejauh tiga zhang, dengan jidat yang dipenuhi keringat dingin.
(T/N: 1 zhang = 10 kaki.)
Shen Miao berdiri di
sana dengann tenang sementara angin menerpa jubahnya. Di antara bunyi gemerisik
dari jubah ungunya, alisnya sama seperti sekelilingnya, tetapi ada sejenis
pembawaan yang agung, seolah-olah itu merupakan ketenangan setelah seseorang
pernah mengalami badai dan ombak, dan itu diselimuti selapis kecemerlangan yang
menyilaukan di sekujur tubuhnya.
Cai Lin
perlahan-lahan menarik busurnya sementara ia berpikir: Selama Shen Miao memohon
ampun. Selama satu tetes saja air matanya jatuh dan Shen Miao memohon ampun,
kemudian ia akan mengambil kesempatan untuk mempermalukannya dan ia tidak perlu
lagi berada dalam dilema seperti ini.
Sayang sekali, pada
akhirnya, harapannya tak membuahkan hasil. Shen Miao memasang ekspresi yang
tenang, seolah-olah Cai Lin tidak layak mendapatkan perhatiannya.
Shen Yue mengerutkan
kening.
Mengapa adegan Shen
Miao yang menangis-nangis memohon ampun tidak muncul? Kenapa Shen Miao bahkan
tampak lebih tenang daripada Cai Lin?
Sudah ada banyak
orang yang menyadari poin ini, dan kesan asli mereka tentang si idiot pun
berubah secara bertahap. Tidak semua gadis sanggup berdiri dengan busur dan
anak panah yang mengarah padanya tanpa memiliki gelombang emosi yang besar.
Apabila itu diwarisi dari Shen Xin yang memiliki wajah tenang tak berubah di
depan musuh, orang hanya dapat mengatakan bahwa ketika sang ayah adalah seekor singa, putrinya tidak mungkin jadi
seekor anjing[efn_note]Berarti putri yang mirip dengan ayahnya, dalam hal
ini, berarti kegarangan dan ketidakpedulian sikap Shen Miao diwarisi dari Shen
Xin.[/efn_note].
Tangan Cai Lin mulai
bergetar dan buah sejauh tiga zhang
yang biasanya merupakan perkara mudah baginya, tetapi hari ini sangatlah sulit.
Jarak itu sepertinya sangat amat jauh.
Dan ucapan Shen Miao
terngiang di telinganya, “Aku di sini. Apa kau berani membunuh?”
Apakah ia berani?
Apakah ia berani? Apakah ia berani?
Dengan bunyi ‘xiu’, anak panah itu melesat dengan
keras.
Tetapi itu hanya
bertahan di udara sesaat sebelum jatuh.
Sedemikian rupanya,
hingga itu bahkan terjatuh sebelum mencapai keliman pakaian Shen Miao. Itu
seolah tidak menggunakan tenaga yang cukup, apalagi bisa mengenai sasaran yang
merupakan buahnya.
Seluruh arenanya pun
dipenuhi dengan gelak tawa.
Bahkan beberapa teman
sekelasnya tertawa selagi mereka bercanda, “Cai Lin, apakah kau memiliki
perasaan lembut dan protektif terhadap jenis kelamin yang lebih lemah, kalau
tidak, mengapa kau bahkan tidak mampu memanah pada jarak tiga zhang, padahal sasaran sejauh sepuluh zhang saja akan tertembak dengan
akurat?”
Cai Lin mengelap
keringat di dahinya dan langsung mulai menarik busurnya lagi. Anak panah kedua
mendarat di kaki Shen Miao.
Panah ketiga mengenai
gaya rambut Shen Miao dan menyentuh buah di bagian atas kepala Shen Miao. Gaya
rambut Shen Miao pun terlepas, dan rambut hitamnya menjuntai turun ke seluruh
bahunya.
Namun, bahkan ketika
panah itu melewatinya, Shen Miao tidak mengubah ekspresinya sama sekali.
Rambut hitam, pakaian
ungu, dan warna kulit cerah dari si gadis, berdiri tegak tertiup angin.
Kedua tangan Cai Lin
melemas dan busur juga anak panahnya, semua berjatuhan di lantai. Seluruh
arenanya terdiam.
Bahkan orang tolol
saja bisa melihat bahwa orang yang ketakutan bukanlah Shen Miao, melainkan Cai
Lin.
Aku di sini. Apa kau
berani membunuh?
Kau tidak berani.
Aku berani.
Shen Miao tersenyum
ringan dan sepasang mata bak anak kecil itu mengandung jejak kekejaman.
Ditambah dengan wajahnya yang saat ini agak naif, anehnya, itu cantik sekali.
“Sekarang, giliranku.”
0 comments:
Posting Komentar