Chapter 11 : Akhir Keluarga Xie
Rebirth of The Malicious Empress of Military Lineage: Chapter 11
Shen Miao menundukkan
kepalanya, tampak malu-malu.
Xie Jing Xing
meninggal di usia dua puluh enam tahun.
Keluarga kekaisaran
Ming Qi menjadi semakin dungu dan tidak kompeten seiring waktu berlalu. Mereka
tidak mempertimbangkan mengembangkan kekuatan kerajaan, sebaliknya, hanya
memikirkan tentang bagaimana melindungi diri mereka sendiri melawan keluarga
bawahan yang mereka anggap sebagai ancaman.
Sementara untuk Fu
Xiu Yi, tujuan keluarga Shen adalah untuk menjalani hidup secara jujur,
sedangkan keluarga Xie mengabaikan perintah kekaisaran, jadi alaminya mereka
adalah duri di mata mendiang Kaisar, menyebabkan mendiang Kaisar ingin
menghukum mereka.
Ketika Xiong Nu
menyerang, Xie Ding berangkat dengan pasukan keluarga Xie. Setelah sampai di
medan perang, pasukan Jenderal Xie yang pongah pun dibinasakan hingga ke orang
terakhir. Selagi Xie Jing Xing menunggu kepulangan ayahnya, pada kenyataannya,
apa yang dinantinya adalah kepulangan sebuah peti mati.
Kematian Xie Ding
bukanlah akhirnya. Selama pemakaman, rakyat di ibu kota Ding mengusung Xie Ding
dan seluruh kerajaan berduka. Bagi keluarga kekaisaran, ini adalah sebuah tabu
yang besar.
Oleh sebab itu, tak
dibutuhkan waktu lama bagi Xie Jing Xing muda untuk ditunjuk memimpin kampanye
militer menggantikan ayahnya.
Ini bukan peperangan
pertama Xie Jing Xing. Seperti keluarga Xie, bakatnya dalam medan perang cukup
untuk membuat musuh ketakutan. Tetapi, meski mengetahui dengan jelas keanehan
dalam kematian ayahnya, Xie Jing Xing pergi ke medan perang dan dikalahkan,
titah kekaisaran telah mendorongnya ke jalan kematian.
Namun, Xie Jing Xing
masih menerima titah kekaisaran tersebut. Hari itu, ia ketahuan oleh musuh dan
menjadi sasaran, berakhir dengan ribuan anak panah menembus jantungnya. Bukan
hanya itu, untuk alasan yang tidak diketahui, tubuhnya dibawa pergi dan orang
Xiong Nu mengulitinya sebelum menggantung mayatnya di menara sebagai peringatan
bagi yang lainnya.
Hasil tragis lainnya
dimainkan, dan Ming Qi pun berkabung nasional.
Ayah dan anak
menjadikan medan perang sebagai kuburan mereka dan rakyat jelata hanya bisa
melihat kebrutalan Xiong Nu dan kepahlawanan para jenderal, tetapi mereka tidak
melihat arus terpendam dari konspirasi ini.
Pada waktu itu,
mendiang Kaisar sudah sekarat, jadi Fu Xiu Yi mengambil alih urusan di
mahkamah. Demi mengungkapkan penyesalan akan akhir pahit dari keluarga Xie, ia
memberikan gelar pada kedua ayah dan anak tersebut. Meskipun gelar-gelar ini
tidak ada gunanya bagi mendiang, itu menenangkan mahkamah sementara si selir
dan dua putra Shu-nya mendapatkan
semua keuntungannya.
Shen Miao masih ingat
tampang terluka Shen Xin ketika ia mengetahui kematian Xie Jing Xing. Ia semula
mengira kalau keluarga Xie dan Shen seperti air dan api, dan ketika keluarga
Xie tak berdaya, ayahnya tidak akan merasa sedih tentang itu. Memikirkan
tentang itu sekarang, kemungkinan besar saat itulah, ketika Shen Xin mengalami
perasaan seekor rubah yang sedang berduka sewaktu kelincinya mati.
Karena
keseimbangannya hancur dengan tumbangnya keluarga Xie, kejatuhan berikutnya
adalah keluarga Shen.
Hal yang paling
menggelikan adalah bahwa saat itu, Shen Miao dengan sepenuh hati mendorong
keluarga Shen ke dalam air berlumpur dari perebutan takhta.
Shen Miao tidak
memiliki perasaan apa-apa untuk keluarga Xie dan awalnya ia hanya merasa agak
patut disesalkan terhadap nasib pemuda ini. Pemuda sehebat ini seharusnya
meninggalkan warisan di kerajaan Ming Qi, siapa yang akan menyangka akhir
semacam itu. Xie Jing Xing mengetahui titah kekaisaran itu adalah segel
kematiannya tetapi ia tetap pergi.
Mungkin itu demi
menjaga martabat keluarga Xie dan untuk membuktikan bahwa hingga paling akhir,
keluarga Xie setia pada kerajaan. Tetapi mengetahui bahwa itu tidak bisa dihindari
namun masih meneruskannya, menunjukkan bahwa Xie Jing Xing yang tak terkendali
ini tidak biasa.
Ia adalah orang yang
sangat jujur dan pemberani.
Selagi Shen Miao
memikirkan tentang itu, Cai Lin menyempil keluar dari kerumunan dan menyerahkan
sebuah kantong kain kecil kepada Xie Jing Xing, “Marquis Kecil, ini adalah buku pengobatan yang Anda suruh untuk
kucari.”
Bagi seorang tuan
kecil, bersikap sehormat ini kepada orang lain, itu sangat mengejutkan semua
orang. Tetapi setelah dipikirkan, akan jadi begini, karena Xie Jing Xing adalah
tuannya ibu kota. Keluarga Xie adalah tuannya para tuan. Dengan pemikiran
semacam ini, seseorang bisa memahami sikap Cai Lin terhadap Xie Jing Xing.
Feng An Ning
diam-diam berbisik di telinga Shen Miao, “Bagaimana menurutmu, Marquis Kecil Xie dibandingkan dengan
Yang Mulia Pangeran Ding?”
Shen Miao agak
tersedak. Ia tidak terbiasa dengan betapa baiknya Feng An Ning tiba-tiba
memperlakukannya.
Tetapi ia menjawab
dengan serius, “Marquis Kecil lebih
baik.”
Bukan hanya lebih
baik, dalam pandangannya, penjahat dengan hati sehitam Fu Xiu Yi tidak dapat
dibandingkan dengan Xie Jing Xing. Pada awalnya, ketika Wan Yu dan Fu Ming
mempelajari sejarah Ming Qi dan membaca bagian tentang keluarga Xie, mereka
akan diam-diam memberitahukan padanya bahwa mereka merasa kalau Xie Jing Xing
adalah orang yang baik, terus menerus, dan kematiannya sangat disayangkan.
Bahkan anak-anaknya
sendiri memuji pemuda ini, tentunya ia pasti baik.
Feng An Ning agak
terkejut dan butuh waktu sejenak sebelum ia berkata, “Sepertinya kau
benar-benar terluka.”
Shen Miao tidak mau
repot menjelaskan padanya. Mereka melihat Xie Jing Xing di punggung kuda selagi
ia dengan santai memegang tali kekang dan melirik Cai Lin. Tanpa ada kata
tambahan, ia menarik tali kekang kudanya dan berbalik dengan bergaya.
Kudanya menimbulkan
awan debu, tetapi itu tidak bisa menyembunyikan pesona pemuda di atas
punggungnya. Layaknya matahari di langit, ia bersinar dengan cahaya terang di
mata orang.
Cai Lin agak bingung dan
para gadis di sekitarnya tidak menyembunyikan kekecewaan mereka karena mereka
berharap kalau Xie Jing Xing akan tinggal lebih lama. Hal yang aneh adalah
bahwa Xie Jing Xing merupakan satu-satunya orang yang reputasinya dengan para
gadis tidak akan dicemburui oleh para pria bangsawan. Mungkin karena caranya
melakukan sesuatu dan kepribadiannya yang berbeda dari orang lainnya, yang
membuat mereka menghormatinya.
Di balik topeng
tenangnya, Shen Miao sedang merenung. Setelah menggulingkan keluarga Xie,
keluarga Shen akan tertimpa bencana besar. Karena keduanya sangat berkaitan,
mengapa tidak meringankan situasinya? Apabila keluarga kekaisaran ingin
terlibat, maka mereka harus mempertimbangkan apakah mereka punya kemampuannya.
Menyelamatkan
keluarga Xie, menyelamatkan Xie Jing Xing, hanya dengan begitu, barulah
keluarga Shen mendapatkan tambahan kepingan tawar-menawar.
Keluarga Shen jujur
dan tulus, sementara keluarga Xie angkuh dan mendominasi. Keluarga kekaisaran
pertama akan menangani keluarga Xie, dan Shen Miao, mungkin, bisa membuat
kesepakatan dengan keluarga Xie.
***
Xie Jing Xing pergi
dan akhirnya menghentikan kudanya di depan sebuah kedai minuman.
Ia turun dari kudanya
dan berjalan ke bagian paling dalam kedai minuman tersebut. Di dalam ruangan,
ada seorang pria berbaju putih yang begitu tampan sampai-sampai orang akan
tersenyum setelah melihatnya.
“Adik Ketiga.”
“Ambil ini!”
Xie Jing Xing
melemparkan kantong di tangannya ke sana, “Di masa depan, jangan cari aku untuk
hal-hal semacam ini.”
Kalau bukan Gao Yang
yang memintanya agar ia mencarikan buku pengobatan entah apa ini, ia tidak akan
pergi ke Cai Lin dan tidak akan dikerumuni di Guang Wen Tang seperti orang
tolol. Terpikirkan bunga sutra itu, ia merasa jijik selagi ia menepuk-nepuk
pakaiannya.
Gao Yang tahu bahwa
juniornya ini agak aneh dan tersenyum ringan selagi ia bercanda, “Kau harus
pergi berkeliling lebih sering dengan temperamenmu ini. Usia murid-murid ini
mirip-mirip denganmu, dan kau harus belajar untuk jadi seceria mereka.”
Ia terdiam dan dengan
sedikit senyum mendesak, “Barangkali akan ada seorang gadis yang manis. Kau di
usia yang tepat, kenapa kau masih sendirian saja sepanjang hari?”
Xie Jing Xing sudah
terbiasa dengan sifat terus-terang dan tenang dari seniornya dan mengabaikannya
dengan cara yang agak tidak sabaran selagi ia teringat sepasang mata yang
dilihatnya.
Mereka adalah
sepasang mata yang jernih, seperti mata binatang, dengan rasa kasih sayang
mendalam dan ketidakberdayaan. Tatapan semacam itu membuatnya tertegun,
sementara, setelahnya si pemilik menunduk dengan sikap yang sepertinya
malu-malu.
Tetapi, orang macam
apakah Xie Jing Xing. Ia mengikuti ayahnya dan berpergian kemana-mana,
berperang dan membunuh orang, sehingga ia memiliki mata yang terlatih. Gadis
itu hanya berpura-pura mengaguminya. Sayang sekali karena ia tidak mengetahui
bahwa matanya seperti genangan air, tanpa ada sedikit pun riaknya.
Benar-benar menarik.
0 comments:
Posting Komentar