Selasa, 14 Januari 2025

RTMEML - Chapter 11

 Chapter 11 : Akhir Keluarga Xie


Rebirth of The Malicious Empress of Military Lineage: Chapter 11

Shen Miao menundukkan kepalanya, tampak malu-malu.

Xie Jing Xing meninggal di usia dua puluh enam tahun.

Keluarga kekaisaran Ming Qi menjadi semakin dungu dan tidak kompeten seiring waktu berlalu. Mereka tidak mempertimbangkan mengembangkan kekuatan kerajaan, sebaliknya, hanya memikirkan tentang bagaimana melindungi diri mereka sendiri melawan keluarga bawahan yang mereka anggap sebagai ancaman.

Sementara untuk Fu Xiu Yi, tujuan keluarga Shen adalah untuk menjalani hidup secara jujur, sedangkan keluarga Xie mengabaikan perintah kekaisaran, jadi alaminya mereka adalah duri di mata mendiang Kaisar, menyebabkan mendiang Kaisar ingin menghukum mereka.

Ketika Xiong Nu menyerang, Xie Ding berangkat dengan pasukan keluarga Xie. Setelah sampai di medan perang, pasukan Jenderal Xie yang pongah pun dibinasakan hingga ke orang terakhir. Selagi Xie Jing Xing menunggu kepulangan ayahnya, pada kenyataannya, apa yang dinantinya adalah kepulangan sebuah peti mati.

Kematian Xie Ding bukanlah akhirnya. Selama pemakaman, rakyat di ibu kota Ding mengusung Xie Ding dan seluruh kerajaan berduka. Bagi keluarga kekaisaran, ini adalah sebuah tabu yang besar.

Oleh sebab itu, tak dibutuhkan waktu lama bagi Xie Jing Xing muda untuk ditunjuk memimpin kampanye militer menggantikan ayahnya.

Ini bukan peperangan pertama Xie Jing Xing. Seperti keluarga Xie, bakatnya dalam medan perang cukup untuk membuat musuh ketakutan. Tetapi, meski mengetahui dengan jelas keanehan dalam kematian ayahnya, Xie Jing Xing pergi ke medan perang dan dikalahkan, titah kekaisaran telah mendorongnya ke jalan kematian.

Namun, Xie Jing Xing masih menerima titah kekaisaran tersebut. Hari itu, ia ketahuan oleh musuh dan menjadi sasaran, berakhir dengan ribuan anak panah menembus jantungnya. Bukan hanya itu, untuk alasan yang tidak diketahui, tubuhnya dibawa pergi dan orang Xiong Nu mengulitinya sebelum menggantung mayatnya di menara sebagai peringatan bagi yang lainnya.

Hasil tragis lainnya dimainkan, dan Ming Qi pun berkabung nasional.

Ayah dan anak menjadikan medan perang sebagai kuburan mereka dan rakyat jelata hanya bisa melihat kebrutalan Xiong Nu dan kepahlawanan para jenderal, tetapi mereka tidak melihat arus terpendam dari konspirasi ini.

Pada waktu itu, mendiang Kaisar sudah sekarat, jadi Fu Xiu Yi mengambil alih urusan di mahkamah. Demi mengungkapkan penyesalan akan akhir pahit dari keluarga Xie, ia memberikan gelar pada kedua ayah dan anak tersebut. Meskipun gelar-gelar ini tidak ada gunanya bagi mendiang, itu menenangkan mahkamah sementara si selir dan dua putra Shu-nya mendapatkan semua keuntungannya.

Shen Miao masih ingat tampang terluka Shen Xin ketika ia mengetahui kematian Xie Jing Xing. Ia semula mengira kalau keluarga Xie dan Shen seperti air dan api, dan ketika keluarga Xie tak berdaya, ayahnya tidak akan merasa sedih tentang itu. Memikirkan tentang itu sekarang, kemungkinan besar saat itulah, ketika Shen Xin mengalami perasaan seekor rubah yang sedang berduka sewaktu kelincinya mati.

Karena keseimbangannya hancur dengan tumbangnya keluarga Xie, kejatuhan berikutnya adalah keluarga Shen.

Hal yang paling menggelikan adalah bahwa saat itu, Shen Miao dengan sepenuh hati mendorong keluarga Shen ke dalam air berlumpur dari perebutan takhta.

Shen Miao tidak memiliki perasaan apa-apa untuk keluarga Xie dan awalnya ia hanya merasa agak patut disesalkan terhadap nasib pemuda ini. Pemuda sehebat ini seharusnya meninggalkan warisan di kerajaan Ming Qi, siapa yang akan menyangka akhir semacam itu. Xie Jing Xing mengetahui titah kekaisaran itu adalah segel kematiannya tetapi ia tetap pergi.

Mungkin itu demi menjaga martabat keluarga Xie dan untuk membuktikan bahwa hingga paling akhir, keluarga Xie setia pada kerajaan. Tetapi mengetahui bahwa itu tidak bisa dihindari namun masih meneruskannya, menunjukkan bahwa Xie Jing Xing yang tak terkendali ini tidak biasa.

Ia adalah orang yang sangat jujur dan pemberani.

Selagi Shen Miao memikirkan tentang itu, Cai Lin menyempil keluar dari kerumunan dan menyerahkan sebuah kantong kain kecil kepada Xie Jing Xing, “Marquis Kecil, ini adalah buku pengobatan yang Anda suruh untuk kucari.”

Bagi seorang tuan kecil, bersikap sehormat ini kepada orang lain, itu sangat mengejutkan semua orang. Tetapi setelah dipikirkan, akan jadi begini, karena Xie Jing Xing adalah tuannya ibu kota. Keluarga Xie adalah tuannya para tuan. Dengan pemikiran semacam ini, seseorang bisa memahami sikap Cai Lin terhadap Xie Jing Xing.

Feng An Ning diam-diam berbisik di telinga Shen Miao, “Bagaimana menurutmu, Marquis Kecil Xie dibandingkan dengan Yang Mulia Pangeran Ding?”

Shen Miao agak tersedak. Ia tidak terbiasa dengan betapa baiknya Feng An Ning tiba-tiba memperlakukannya.

Tetapi ia menjawab dengan serius, “Marquis Kecil lebih baik.”

Bukan hanya lebih baik, dalam pandangannya, penjahat dengan hati sehitam Fu Xiu Yi tidak dapat dibandingkan dengan Xie Jing Xing. Pada awalnya, ketika Wan Yu dan Fu Ming mempelajari sejarah Ming Qi dan membaca bagian tentang keluarga Xie, mereka akan diam-diam memberitahukan padanya bahwa mereka merasa kalau Xie Jing Xing adalah orang yang baik, terus menerus, dan kematiannya sangat disayangkan.

Bahkan anak-anaknya sendiri memuji pemuda ini, tentunya ia pasti baik.

Feng An Ning agak terkejut dan butuh waktu sejenak sebelum ia berkata, “Sepertinya kau benar-benar terluka.”

Shen Miao tidak mau repot menjelaskan padanya. Mereka melihat Xie Jing Xing di punggung kuda selagi ia dengan santai memegang tali kekang dan melirik Cai Lin. Tanpa ada kata tambahan, ia menarik tali kekang kudanya dan berbalik dengan bergaya.

Kudanya menimbulkan awan debu, tetapi itu tidak bisa menyembunyikan pesona pemuda di atas punggungnya. Layaknya matahari di langit, ia bersinar dengan cahaya terang di mata orang.

Cai Lin agak bingung dan para gadis di sekitarnya tidak menyembunyikan kekecewaan mereka karena mereka berharap kalau Xie Jing Xing akan tinggal lebih lama. Hal yang aneh adalah bahwa Xie Jing Xing merupakan satu-satunya orang yang reputasinya dengan para gadis tidak akan dicemburui oleh para pria bangsawan. Mungkin karena caranya melakukan sesuatu dan kepribadiannya yang berbeda dari orang lainnya, yang membuat mereka menghormatinya.

Di balik topeng tenangnya, Shen Miao sedang merenung. Setelah menggulingkan keluarga Xie, keluarga Shen akan tertimpa bencana besar. Karena keduanya sangat berkaitan, mengapa tidak meringankan situasinya? Apabila keluarga kekaisaran ingin terlibat, maka mereka harus mempertimbangkan apakah mereka punya kemampuannya.

Menyelamatkan keluarga Xie, menyelamatkan Xie Jing Xing, hanya dengan begitu, barulah keluarga Shen mendapatkan tambahan kepingan tawar-menawar.

Keluarga Shen jujur dan tulus, sementara keluarga Xie angkuh dan mendominasi. Keluarga kekaisaran pertama akan menangani keluarga Xie, dan Shen Miao, mungkin, bisa membuat kesepakatan dengan keluarga Xie.

***

Xie Jing Xing pergi dan akhirnya menghentikan kudanya di depan sebuah kedai minuman.

Ia turun dari kudanya dan berjalan ke bagian paling dalam kedai minuman tersebut. Di dalam ruangan, ada seorang pria berbaju putih yang begitu tampan sampai-sampai orang akan tersenyum setelah melihatnya.

“Adik Ketiga.”

“Ambil ini!”

Xie Jing Xing melemparkan kantong di tangannya ke sana, “Di masa depan, jangan cari aku untuk hal-hal semacam ini.”

Kalau bukan Gao Yang yang memintanya agar ia mencarikan buku pengobatan entah apa ini, ia tidak akan pergi ke Cai Lin dan tidak akan dikerumuni di Guang Wen Tang seperti orang tolol. Terpikirkan bunga sutra itu, ia merasa jijik selagi ia menepuk-nepuk pakaiannya.

Gao Yang tahu bahwa juniornya ini agak aneh dan tersenyum ringan selagi ia bercanda, “Kau harus pergi berkeliling lebih sering dengan temperamenmu ini. Usia murid-murid ini mirip-mirip denganmu, dan kau harus belajar untuk jadi seceria mereka.”

Ia terdiam dan dengan sedikit senyum mendesak, “Barangkali akan ada seorang gadis yang manis. Kau di usia yang tepat, kenapa kau masih sendirian saja sepanjang hari?”

Xie Jing Xing sudah terbiasa dengan sifat terus-terang dan tenang dari seniornya dan mengabaikannya dengan cara yang agak tidak sabaran selagi ia teringat sepasang mata yang dilihatnya.

Mereka adalah sepasang mata yang jernih, seperti mata binatang, dengan rasa kasih sayang mendalam dan ketidakberdayaan. Tatapan semacam itu membuatnya tertegun, sementara, setelahnya si pemilik menunduk dengan sikap yang sepertinya malu-malu.

Tetapi, orang macam apakah Xie Jing Xing. Ia mengikuti ayahnya dan berpergian kemana-mana, berperang dan membunuh orang, sehingga ia memiliki mata yang terlatih. Gadis itu hanya berpura-pura mengaguminya. Sayang sekali karena ia tidak mengetahui bahwa matanya seperti genangan air, tanpa ada sedikit pun riaknya.

Benar-benar menarik.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar