Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 2
Chapter 13 Part 4
Fengjiu berkata dalam kegembiraan, “Terima kasih Langit, kau masih memikirkan apakah aku akan sedih atau tidak dan tidak membunuh Chen Ye sembarangan.”
“Bahkan, meski kau melukaiku, aku tetap seorang pria, bagaimana mungkin aku menyakitimu?”
“Kau ternyata bisa berkata manis juga untuk sebuah perubahan?”
“Mereka termasuk kata-kata manis?”
Xize berkata lelah.
Selagi mereka berbincang, air di bak telah mendingin. Melihat kalau emosi Xize tampaknya sudah lebih tenang, Fengjiu merangkak keluar bak mandi.
Entah bagaimana Xize terlihat lelah selagi ia bersandar di dalam bak mandi, tak lagi menghentikan Fengjiu.
Xize juga tidak mengatakan apa pun lagi.
Fengjiu menatap ke bawah ke arah Xize dari luar bak mandi. Perbedaan tinggi badan mereka mendadak memberanikan Fengjiu. Xize tampaknya bukan hanya sedikit cemburu. Fengjiu juga merasa bersalah padanya, tetapi siapa yang menyuruhnya begitu keras kepala?
Menggunakan sihir untuk membuat airnya hangat lagi, Fengjiu diam-diam mencondongkan diri dan berbisik di telinga Xize: “Aku tidak percaya kau begitu cemburu. Pernahkah aku mengatakan kalau aku menyukai Chen Ye?”
Mata Xize langsung terbuka.
Fengjiu meletakkan tangannya di atas kepala Xize seolah sedang menenangkan seorang anak kecil.
“Yang tadi sore itu hanya sebuah kesalahpahaman. Aku menyukaimu, jadi bagaimana mungkin aku tidak menginginkanmu?”
Fengjiu memberikan sebuah ciuman di pipi Xize, rasa manis merayapi hatinya. Sebelum Xize mampu bereaksi, Fengjiu bersin dan menyadari kalau pakaian basahnya mulai mengalirkan aura dingin ke dalam kulitnya. Ia berjalan tergesa ke balik pembatas untuk membuat pakaiannya kering.
Fengjiu secara khusus mengagumi dirinya sendiri malam ini. Ia berhasil memenangkan Xize dengan begitu mudahnya. Sesuai dugaan, tekniknya jadi hebat setelah ribuan tahun berlatih.
Masih ada satu hal yang membuat Fengjiu sakit kepala. Dirinya menjadi Aranya hanyalah kebohongan, jadi sudah pasti ia tidak bisa tinggal di sini seumur hidupnya.
Meski begitu, Xize merupakan orang dari dunia ini. Bagaimana bisa Fengjiu membawanya keluar? Apakah Xize bersedia pergi besamanya?
Setelah berpikir sejenak, Fengjiu merasa kalau ini tidak terlalu mendesak dan tidak perlu memikirkannya lebih jauh. Ia bersenandung sebuah lagu kecil selagi ia mengganti seprai yang telah dibuat basah kuyup oleh Xize.
Sekarang karena mereka telah mencapai suatu pemahaman, tidak perlu lagi pindah ke kamar timur di tengah malam ketika salah satu dari mereka masih merasa pusing. Mereka berdua bisa beristirahat saja di sini. Semua akan baik-baik saja jika Fengjiu meletakkan sebuah dipan kecil di sebelah ranjangnya seperti biasa.
Fengjiu menduga, Xize masih perlu membersihkan dirinya lagi. Ia menarik mutiara malamnya dan hanya membawakan sebatang lilin ke pembatas untuk Xize. Karena ini tengah malam, Fengjiu pikir ia mungkin akan sedikit malu ketika Xize beranjak keluar. Tidak tahu apa yang harus dikatakan, ia lebih dulu merangkak naik ke atas dipan kecil dan berniat pura-pura tidur.
Pura-pura tidur merupakan keahlian Fengjiu.
Fengjiu mendengarkan langkah kaki pelan perlahan mendekat. Dalam sekejap mata, cahaya lilin padam, dan dipan kecilnya jadi lebih sempit.
Setelah kembali dari mandinya, Xize masih mencoba mencuri ruang tidur darinya. Fengjiu berbaring menyamping. Sekarang ini, ia hanya merasa kalau ranjangnya jadi panas dan lembab.
Uap padat tampaknya terbawa hingga ke dipan, bersatu dengan aroma herbal dan cendana putih. Entah mengapa memberikan sisa aromanya.
Fengjiu menyimpul selimutnya. Haruskah ia terus pura-pura tidur atau mengatakan pada Xize kalau ia telah mengeringkan ranjang besar untuk Xize tidur di sana?
Beruntung sekali, tidak ada pergerakan besar dari Xize.
Ia hanya menarik ujung selimut untuk menutupi dirinya, kemudian berbisik pada Fengjiu, “Jika kau tidak punya perasaan apa pun terhadap Chen Ye, maka kenapa kau mengatakan hal-hal itu padanya siang tadi?”
Fengjiu mendesah dalam hati, kau bertanya begitu terus terang, tetapi maaf, aku sudah tertidur.
Xize meletakkan tangannya di pundak Fengjiu, dan berkata padanya dengan suara yang sangat lembut, “Ingin tahu apa yang akan terjadi kalau kau berpura-pura tidur?”
“Itu hanya aku dan Chen Ye yang melakukan pertunjukkan untuk memprovokasi dirimu. Aku tidak menyangka kau akan terprovokasi oleh ini.”
Sementara itu memang benar tak lebih dari sekadar omong kosong, ini masih belum waktunya untuk memberitahu Xize yang sebenarnya. Selain itu, Xize tampaknya mempercayai omong kosongnya.
Kecemburuan Xize membuat Fengjiu merasa lembut, tetapi juga menggelikan di saat bersamaan.
Fengjiu menggodanya: “Bahkan ini saja memprovokasimu jadi secemburu ini, lain kali kalau seseorang mengutarakan beberapa kata padaku, apakah kau akan cemburu juga? Kesabaran merupakan sifat yang baik, kau harus mempelajarinya sedikit.”
Tangan meraih melewati selimut dan menyentuh pipi Fengjiu.
Xize menghela napas pelan: “Mungkin akan terlambat kalau aku tidak cemburu sekarang.”
Fengjiu terdiam selama sedetik. Panas menjalari wajahnya. Itu merupakan keheningan yang paling rumit.
Fengjiu berpura-pura untuk tanpa sadar memutar punggungnya pada Xize dan berkata, “Bagaimana bisa terlambat? Akan kuceritakan padamu sebuah kisah lama, kau akan lihat kalau kau perlu belajar dariku.”
Fengjiu berdeham dan meniru gaya suara pendongeng: “Sebelum dirimu, aku pernah menyukai seseorang. Aku pernah memberitahumu sebelumnya ketika kita pergi mengamati bunga Yueling. Aku yakin kau tahu apa yang sedang kubicarakan. Demi berada di sisinya, aku menyamar jadi seekor binatang peliharaan.
"Pada awalnya, ia begitu baik padaku. Tetapi ketika ia memiliki tunangan, semuanya entah mengapa jadi berbeda. Tunangannya menggangguku, binatang peliharaan tunangannya pun menggangguku. Dan ia pun memihak mereka. Tetapi bahkan ketika semua sampai di titik ini, aku begitu jatuh cinta padanya hingga aku tidak berpikir kalau aku terlambat.”
Ketika Fengjiu selesai menceritakan masa lalu pada Xize, ia pun terdiam sedih sejenak, kemudian terbatuk dan memarahi Xize yang sedang berbaring di sebelahnya: “Meskipun sangat disayangkan, itu membantuku mempelajari banyak hal. Aku pergi mencarimu begitu kau cemburu. Aku menyiapkan bak mandi untukmu di saat kau pulang kebasahan oleh hujan. Bagaimana bisa kau bilang itu terlambat, aku ....”
Sisa perkataan Fengjiu tertelan kembali ke tenggorokannya.
Xize memeluknya dari belakang dan berbisik padanya, “Dia orang brengsek.”
Fengjiu tersentak kaget dan tidak tahu harus mengatakan apa.
Fengjiu tidak tahu mengapa tindakan Xize anehnya sangat lembut malam ini. Ia mendekap Fengjiu dalam pelukannya seolah Fengjiu adalah sebuah harta tak ingin sampai hilang.
Di luar sana, badai terus berputar. Pelukan Xize sangat lama. Bukannya Fengjiu tidak memikirkan apa yang mungkin akan terjadi malam ini. Meskipun Fengjiu menyukai Xize dengan seluruh hatinya, ia masih sedikit takut mengenai malam pertama ini.
Mereka hanya mendengar deru napas satu sama lainnya di dalam kamar itu. Akhirnya, Fengjiu merasakan tangan yang dengan lembut menyingkirkan rambut panjangnya ke samping.
Fengjiu menggunakan selimut tebal belakangan ini dan memakai pakaian tipis di malam hari. Ia tadinya hanya mengenakan sebuah gaun tidur tipis. Memperhitungkan kalau Xize juga ada di dalam kamar, Fengjiu hanya asal saja mengenakan sebuah jubah ungu tipis di luar gaun tidurnya.
Pada saat ini, gaun dan jubahnya merosot turun dari pundaknya seiring dengan pergerakan tangan Xize. Kulit telanjangnya terasa sedikit dingin dan membuat Fengjiu menggigil.
Xize mencium pundak telanjangnya, menuruni garis lehernya. Fengjiu dapat merasakan Xize mendekatinya, membawa napas cendana putih bersamanya.
Meskipun kamar itu gelap gulita, tangan Xize dengan hati-hati bergeser ke arahnya.
Xize melepaskan ikatan jubah Fengjiu, menyusup masuk ke dalam baju dalam Fengjiu, kemudian dengan kehangatan unik khas setelah mandi, mengelus kulit sensitif Fengjiu.
Ujung jari Xize menenangkan dan elegan. Terasa seolah ia sedang menuliskan sebuah kata, menggambar, atau sedang memainkan musik.
Fengjiu merasa ia mendidih sedikit demi sedikit di atas api kecil. Semakin ia menahan panasnya, semakin darahnya mendidih inci demi inci.
Ia tidak dapat menahannya lebih lama dan mulai tersengal-sengal. Ketika ia mengulurkan tangan untuk menghentikan jari-jari Xize yang berkeliaran, Fengjiu menyadari bahwa genggamannya di lengan Xize sama sekali tak bertenaga.
Tingkah laku Xize malam ini di luar apa yang dapat Fengjiu duga. Ia ingin mengeluarkan suaranya untuk menolak, tetapi selagi ia memanggil nama Xize kabur, bibirnya telah tertutup rapat.
Pada saat ini, tak hanya darahnya yang mendidih parah, bahkan otak Fengjiu pun sudah direbus menjadi satu pot pasta. Ia mengingat beberapa ciuman di antara mereka, tetapi tak satu pun dari mereka seperti ini.
Satu tangan Fengjiu menekan dada telanjang Xize, yang lainnya bergantung di pundak Xize. Fengjiu dicium hingga ia nyaris pingsan, tetapi di saat bersamaan, Fengjiu dengan bingung berpikir pada diri sendiri kalau jubah Xize agak longgar malam ini.
Dada keras Xize terasa hangat, tetapi tidak halus, seolah ada sesuatu seperti bekas luka. Belaian tanpa sadar Fengjiu mendorong belaian lembut Xize di sebagian kecil punggung Fengjiu menjadi lebih kuat. Ciuman Xize semakin dalam.
Di antara napas Fengjiu yang tersengal, ada seberkas kenikmatan memanjati benaknya. Fengjiu dengan bingung bertanya, mengapa tadi ia ingin mendorong Xize pergi. Ia tidak dapat memikirkan jawabannya.
Lagi dan lagi, Fengjiu hanya tahu bagaimana untuk merespon ciuman Xize.
Darahnya yang membara mendorong kebutuhan Fengjiu untuk mencapai satu tempat.
Di saat pakaiannya telah hilang, kulit telanjang Fengjiu bergesekan dengan milik Xize, kelembutan dan ketelanjangan mereka akhirnya memberikan sedikit ketenangan pada Fengjiu.
Dulu, Fengjiu pernah mendengar kalau hal semacam ini sedikit menakutkan, tetapi ia tidak berpikir kalau ini menakutkan lagi sekarang. Ciuman pria berambut perak ini jelas adalah soal kenikmatan yang besar.
Fengjiu tidak tahu apa yang akan terjadi setelahnya. Ia hanya merasa, tak peduli apa pun itu, itu semua tentu saja masalah. Namun, meski begitu, ketika Xize memasukinya, Fengjiu masih syok.
Napas Xize bersamaan dengan suaranya menetap di telinga Fengjiu. Rasa sakit tajam terlahir dari tubuhnya. Dengan pengekangan mutlak, jemari Xize menyalakan api dalam tubuh sensitif Fengjiu, ciumannya semakin dalam bersamaan dengan tiap pergerakannya.
Sentuhan serta ciuman Xize tampaknya meredakan rasa sakit Fengjiu.
Xize menempelkan kening berkilaunya di atas kening Fengjiu dan bertanya, “Apakah sakit?”
Suara dalam Xize seperti embusan sebelum datangnya badai, membuat Fengjiu bergetar.
Fengjiu mengangguk sedih tetapi tanpa sadar masih mengalungkan tangannya di pundak Xize selagi ia memeluknya erat.
Fengjiu mencondongkan diri ke telinga Xize dan menangis, “Sedikit. Kau terjebak dalam hujan, bukankah kau sakit kepala?”
Tangan Xize memegangi pinggang Fengjiu.
“Aku tidak peduli,” katanya serak.
***
Setelah semalaman hujan deras, hari berikutnya terang dan cerah.
Fengjiu bergelung dalam selimut selagi ia bersandar di pembatas angin di satu sisi ranjang. Pria muda yang sedang tertidur miring di ranjang dengan rambutnya yang berceceran di atas bantal, selimut sutra menutupi hingga pinggangnya.
Dingin dan lembut kemilau dari rambut peraknya oleh sinar matahari lembut, memperlihatkan wajah tidur yang tampan. Fengjiu merona.
Ahem, ia telah melakukan malam pertama dengan Xize semalam. Tidak semengerikan yang diceritakan. Memang benar kalau itu sakit pada awalnya, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan luka-luka dari perkelahian dan pertempuran. Dan itu juga tidak sakit lagi setelahnya.
Fengjiu dengan kabur mengingat ia menangis sedikit, tetapi itu bukan berasal dari rasa sakitnya. Ia merupakan seorang warga Qingqiu yang berpikiran terbuka, tidak pantas untuk disebutkan. Sebelumnya, mencoba menjadi polos karena Donghua Dijun adalah hal yang lebih membingungkan bagi anggota klannya.
Menurut Fengjiu, malam pertamanya dengan Xize merupakan hal yang bagus. Jika ia menyukai Xize dan Xize pun menyukainya, maka tidak ada yang salah dengan itu. Memang sedikit mendadak, tetapi tidak masalah juga.
Fengjiu hanya mengkhawatirkan apakah Xize akan meninggalkan tempat ini bersamanya ketika kenyataannya diketahui. Sekarang karena Xize telah mengambil seluruh keuntungan darinya, Xize tidak akan bisa melarikan diri dari itu. Memikirkan ini, Fengjiu merasa sangat bersemangat.
Orang ini adalah miliknya.
Fengjiu mencondongkan diri dengan semangat tinggi dan membuat suara dengan pita sutranya. Xize tetap diam. Tampaknya ia sedang tertidur lelap.
Fengjiu memperbaiki selimut di atas Xize dan merapikan rambut perak Xize sedikit.
Tanpa diduga, Xize bergumam, “Kenapa kau tidak tidur?”
Fengjiu merona dan menurunkan suaranya: “Karena sesuai tradisi, kita harus bangun pagi di hari setelah menjalankan malam pertama kita untuk memakan kue ubi ungu.”
Mata Xize masih terpejam, namun bibirnya memberi sedikit senyuman.
Suaranya masih terdengar mengantuk: “Apa kau ingin semua orang tahu kalau kita baru saja melakukan malam pertama kemarin? Tidak perlu terlalu memperhatikan soal formalitas.”
Xize meraba-raba tangan Fengjiu dan memeganginya erat.
“Tidur denganku sebentar lagi.”
Fengjiu kembali berbaring, jemarinya bertautan dengan Xize. Dalam sinar pagi hari yang indah, Fengjiu dengan senang hati memejamkan matanya dan kembali tidur bersama Xize.
0 comments:
Posting Komentar