Ten Miles of Peach Blossoms
Chapter 12 Part 2
Ye Hua dengan
lembut mengusap darah dari wajahku, berkata, “Qian Qian, katakan padaku, siapa
yang menyakitimu?”
Aku mengubah
posisiku dan berkata, “Mereka semua sudah kutusuk sampai mati. Aku baru saja
akan menusuk satu-satunya yang masih hidup saat suaminya muncul dan menghadang
senjataku. Oh, bisakah kau memelukku lebih lembut lagi? Aku kesakitan sekali.”
Li Jing berdiri
berseberangan dengan kami bersama Xuan Nu yang diam dalam dekapannya. Kepalanya
tersentak dan menatapku heran.
“Si Yin?”
katanya tak percaya.
Xuan Nu
bergetar ketakutan dari dalam pelukannya. Ia menoleh, dan matanya terbuka lebar
ketakutan.
“Itu Mo Yuan!”
gumamnya.
Ia salah
mengira Ye Hua sebagai Mo Yuan.
“Bukannya
tujuanku untuk bertemu denganmu secepat ini,” aku memberitahu Li Jing, tiap
katanya menyebabkan rasa sakit padaku.
“Kau sangat hebat,
Pangeran Hantu. Kau hampir saja membunuhku barusan ini.”
Ia menjatuhkan
Xuan Nu dan bergegas kemari, tetapi medan pelindung Ye Hua menghentikannya
mendekat. Aku tampak mengerikan dengan semua luka-lukaku sampai-sampai ia harus
melihat dengan saksama sebelum mengenaliku.
Aku menggunakan
sebuah mantra sihir untuk memanggil kipas Kun Lun, yang kembali ke genggamanku
sekarang. Aku menghela napas kagum.
“Pangeran
Hantu, betapa bagusnya pilihanmu menikahinya. Di pertempuran mengerikan 70.000
tahun yang lalu, aku tidak terluka begitu parah, tetapi hari ini, aku telah
mencicipi kekejaman istrimu.”
Wajah Li Jing
lebih putih dariku, bahkan dengan banyaknya aku kehilangan darah.
“Si Yin, Yang
Mulia Pangeran Ye Hua ... a-a-apa ... apa yang terjadi?” tanyanya gugup.
Ye Hua
mengendurkan pegangannya padaku, dan dengan suara yang tenang ia berkata, “Raja
Hantu Li Jing, tempat kita berada ini adalah Istana Da Si Ming-mu. Aku baru
saja akan menanyakanmu pertanyaan yang sama.”
“Kau bertanya
pada orang yang salah,” kataku sambil menghadap ke arah Ye Hua.
“Istrinya, Xuan
Nu, yang menculik guruku dan putramu. Ia adalah orang yang harusnya kau tanyai.
Jangan cemas. Buntalan baik-baik saja.”
“Ia juga
putramu,” ucap Ye Hua pelan.
Putra tiriku,
dan agaknya memang putraku, jadi berlawanan dengan penilaianku, aku berkata,
“Benar, putraku juga.”
“Putramu?” Li
Jing bertanya keheranan.
Aku mengangguk.
Matanya menyala
dan setelahnya meredup.
“Kau ... kau
... kau,” ia terus mengulang tetapi tidak sanggup bicara lebih banyak lagi.
Ia menoleh ke
arah Xuan Nu. Ye Hua juga menatapnya. Melihat keduanya menatapnya, aku pun
mengarahkan mataku padanya.
Saat Ye Hua
tiba, ia melemparkan sambaran petir dan membelah mutiaranya menjadi
berkeping-keping. Ia berlutut di sebelah peti es Buntalan sekarang, dan melihat
Li Jing menatapnya, ia mulai panik.
“Yang Mulia,
Yang Mulia, putra kita akhirnya bisa kembali. Lihat, aku telah menemukannya
sebuah tubuh yang tepat. Aku tahu bahwa tubuh Mo Yuan akan berguna. Semestinya
kau memberikan Giok Arwahnya pada si jalang Bai Qian itu ketika pertama kali ia
memintanya. Oh, tetapi siapa sangka, ia masih bisa menjaga tubuh Mo Yuan dengan
sebegitu baiknya tanpa Giok Arwah itu? Dulu, kau cemburu terhadap Mo Yuan, Yang
Mulia, tetapi kau tidak perlu lagi merasa demikian. Mulai sekarang, ia akan
menjadi putra kita ...”
“Diam!” bentak
Li Jing.
“Yang Mulia!”
Xuan Nu berseru
bingung.
“Apakah aku
mengatakan sesuatu yang salah? Bukankah itu alasan mengapa kau tidak memberikan
Giok Arwahnya pada si jalang Bai Qian? Karena kau cemburu terhadap Mo Yuan?
Tetapi, ia akan menjadi anak kita sekarang. Dan ya, kau masih tidak tahu siapa
Bai Qian. Bai Qian dari Qing Qiu dan cinta lamamu, Si Yin adalah orang yang
sama.”
Tangan Ye Hua
bergetar.
Aku berjuang
melepaskan diri dari pelukannya, dan menyangga diriku dengan kipas Kun Lun, aku
keluar dari medan pelindungnya.
“Coba saja,
Xuan Nu. Coba saja menghina guruku sekali lagi. Coba hina aku,” cibirku.
“Guruku
memiliki tubuh abadi yang paling dihormati, dan aku menggunakan darah jantungku
sendiri untuk menjaganya tetap hidup selama 70.000 tahun terakhir ini. Putramu
tidak pantas mendapatkan tubuh seberharga dan sepenting ini.”
Li Jing
berbalik kasar, matanya memerah. Ia maju beberapa langkah ke arahku.
“Darah dari
jantung? Maksudmu ...?”
Aku mundur,
dengan kebencian dalam suaraku, aku berkata, “Apa yang kau pikirkan dulu,
Pangeran Hantu? Bahwa aku tidak akan sanggup menjaga tubuh guruku tanpa Giok
Arwahmu? Pastinya kau mendengar apa yang dikatakan istrimu. Aku adalah Bai Qian
dari Qing Qiu, dan aku adalah rubah putih berekor sembilan. Minta ia
memberitahukan padamu apa kekuatan yang dimiliki darah rubah putih berekor
sembilan.”
Aku menunjuk
dadaku, yang masih tertusuk oleh pedang, dan tertawa dalam.
“Tubuh abadi
guruku terluka sebegitu parahnya hingga ia harus diberikan semangkuk darah
jantungku setiap malamnya selama tiga bulan. Aku pun terluka parah dalam peperangan
itu, dan aku khawatir kalau mengeluarkan semua darah dari jantungku itu akan
membunuhku. Aku kira, kita berdua masihlah sahabat, dan jadilah aku repot-repot
datang bertanya padamu, apakah kau bersedia meminjamkanku Giok Arwahnya. Dan
apa itu yang kau katakan kepadaku, Raja Hantu Li Jing?”
“Aku tidak tahu
betapa parahnya kau terluka, Si Yin,” katanya serak.
“Si Yin, aku
benar-benar tidak tahu ...”
Aku mengusap
air hujan dari wajahku dan menunjuk ke arah peti es yang berisi Mo Yuan dan
tertawa.
“Apakah kau
tahu bagaimana caraku mempertahankan diriku sendiri sementara mengeluarkan
darah dari jantungku selama berbulan-bulan itu? Apabila kau menganggapku
seorang Dewi Agung yang baik, itu karena aku masih memiliki rasa berterima
kasih dan tahu bagaimana caranya untuk membayar utang budi. Guruku menjagaku
selama 20.000 tahun dan menyelamatkanku dari kemalangan yang tak terhitung
jumlahnya.
“Jika aku tidak
membalaskan utang budi ini padanya, aku tidak pantas disebut seorang Dewi
Agung. Aku sungguh tak berdaya. Setelah aku mengeluarkan darah jantungku selama
tujuh malam, aku kehilangan kesadaran. Kalau Ibu tidak menemukanku tepat waktu
dan mentransfer separuh energi penempaan spiritualnya, Si Yin pasti menghilang
tanpa jejak.
“Kau ingat apa
yang kukatakan dulu, tentang diriku dan Istana Da Si Ming menjadi musuh
bebuyutan? Sampai sekarang, aku memikirkan tentang betapa sulitnya persahabatan
yang dibangun di antara Klan Dewa dan Hantu dan memutuskan untuk tidak
memusuhimu. Aku harap, kau tidak mengira itu karena aku takut padamu.”
Li Jing
terlihat putus asa.
Aku berbicara
dengan terlalu kuat hingga memperparah lukaku. Aku tidak merasa begitu sakit
selagi aku berbicara, tetapi saat aku berhenti untuk menarik napas, rasa
sakitnya jadi tidak tertahankan.
Aku menahan
batukku saat Ye Hua bergegas menghampiri dan menggenggam lenganku. Aku tidak
menyadarinya, tetapi selagi aku mengungkit soal masa lalu dengan Li Jing, Ye
Hua telah menyelamatkan Mo Yuan dan Buntalan dari peti-peti esnya dan membawa
mereka ke tempat kami berada. Ia menggambarkan satu lingkaran medan pelindung
di sekitar mereka untuk melindungi mereka dan membuat mereka berdiri di
belakang kami.
Melihat Mo Yuan
dan dirinya bersama-sama, mereka bahkan terlihat jauh lebih mirip lagi, mulai
dari rambut hingga pakaian mereka. Hanya pucatnya wajah Mo Yuan yang membedakan
mereka.
Li Jing
memandangiku sekian lama sebelum berkata, “Bukan itu yang terjadi Si Yin. Aku
menghabiskan waktu yang lama mencarimu setelah kau pergi, dan aku tidak pernah
berhenti mencarimu selama 70.000 tahun terakhir ini, tidak sedetik pun. Aku
telah memikirkannya baik-baik, Si Yin, dan benar apa yang dikatakan oleh Xuan
Nu. Alasan aku tidak memberikanmu Giok Arwahnya dulu adalah karena aku tahu kau
akan menggunakannya untuk menyelamatkan gurumu, dan aku cemburu. Si Yin, aku
tidak pernah berhenti mencintaimu.”
Aku mundur
saking terkejutnya ketika mendengarkan ini. Aku memandanginya dan menghela
napas.
“Li Jing, aku
tidak mempercayaimu saat kau mengatakan kau tidak pernah berhenti mencintaiku.
Kau selalu saja mengejar hal-hal yang kau hilangkan atau tidak dapat kau
miliki. Namun, segera setelah kau memiliki mereka, kau tidak lagi
menghargainya.”
Air mata
menggenang di matanya.
Ia tertawa
pahit dan berkata, “Apakah kau mengatakan itu untuk mengalihkan tanggung jawab
atas perpisahan kita padaku dan membuat dirimu merasa lebih baik? Kau tidak
pernah mencintaiku, kan? Itulah mengapa kau melepaskanku begitu mudahnya saat
aku bertemu Xuan Nu. Kau sudah bosan padaku waktu itu, benar kan?”
Darah dan
amarah yang susah payah kutahan tetap rendah mulai melonjak sekali lagi.
“Kaulah orang
yang bersalah kepadaku!”
Aku
mencemoohnya dengan gigi bergemeletuk.
“Kaulah yang
menyakitiku! Apa kau mengharapkanku punya kebesaran hati untuk menikahimu dan
membagi dirimu dengan Xuan Nu? Dan sekarang kau menuduh bahwa itu salahku. Kau
melihat betapa lemahnya Xuan Nu dan betapa ia membutuhkan belas kasihanmu.
“Namun,
meskipun aku adalah seorang pria waktu itu, hatiku tidak terbuat dari batu.
Cara kalian berdua memperlakukanku itu kejam. Dimana dirimu saat aku
mabuk-mabukan menghilangkan kepedihanku dan menghadapi mimpi-mimpi buruk
mengerikan itu? Apa yang tengah kau lakukan dengan Xuan Nu waktu itu?”
Li Jing
memucat.
Aku bersandar
di lengan Ye Hua, terbatuk sangat keras hingga aku kesulitan bernapas.
Di belakangku,
Ye Hua mencemooh, “Raja Hantu, jangan terbawa suasana, mencoba menyelesaikan
kesalahan masa lalu. Kita perlu mendiskusikan tentang utang yang dibuat oleh
Ratumu hari ini. Haruskah kita membuatnya sebagai utang publik ataukah secara
pribadi?”
Saat Li Jing
gagal menanggapi, Xuan Nu angkat bicara, suaranya bergetar.
“Apa maksudmu
pribadi atau publik?”
Ye Hua menatap
Li Jing dan, dengan nada suara yang serius berkata, “Apabila ini diselesaikan
secara pribadi, Li Jing, kau harus menguliti istri bodohmu dan mencabuti
urat-uratnya, dan rohnya akan direinkarnasikan sebagai seekor hewan dan
tersesat dalam lautan penderitaan. Hanya dengan cara inilah amarahku dapat
diredam. Apabila ini ditangani secara publik, maka Klan Langit kami akan
mengerahkan pasukan langit, yang sudah bertahun-tahun tidak bertempur, gatal
untuk berperang, dan kita bisa melihat, pasukan klan mana yang telah berlatih
paling keras.”
Xuan Nu menarik
napas dalam-dalam. Terhuyung-huyung, ia mendekati Li Jing di tengah hujan
lebat, merangkul kakinya, dan mendongakkan wajahnya pada Li Jing.
“Tolong
selamatkan aku, Yang Mulia!” mohonnya.
Li Jing
menatapnya dan berkata, “Dasar bodoh.”
“Apakah kau
sungguh akan mengulitiku dan mencabuti urat-uratku?” tanyanya dengan suara
melengking.
“Apakah kau
telah me-me-melupakan apa yang kuperbuat untukmu? Mungkinkah kau mewarisi Takhta
Klan Hantu sebegitu mudahnya tanpaku? Dan sekarang, kau benar-benar
mempertimbangkan ... Yang Mulia!” mohonnya.
“Klan Langit
tidak akan mengirimkan pasukannya. Ia tidak punya kekuasaan. Ia hanyalah calon
pewaris takhta. Klan Langit tidak akan pernah setuju mengirimkan pasukan mereka
hanya karena seorang gadis ...”
Ye Hua
memindahkan cengkeramannya padaku.
“Aku tidak
mengirimkan pasukan hanya karena seorang gadis. Mo Yuan adalah seorang Dewa
Agung yang sangat dihormati Klan Langit, Bai Qian adalah seorang Dewi Agung dan
calon Tian Hou, dan A Li mungkin akan mewarisi posisiku di masa depan. Mereka
bertiga telah dipermalukan besar-besaran juga diperlakukan dengan tidak adil di
Istana Da Si Ming kalian hari ini. Apakah kau sungguh berpikir bahwa Klan
Langit akan membiarkannya begitu saja?”
Li Jing
mengabaikan Xuan Nu, yang menempel di kakinya.
“Xuan Nu selalu
agak gila,” katanya, terlihat linglung.
“Kalau tidak,
tak mungkin ia melakukan perbuatan yang sangat buruk ini. Kumohon, Pangeran Ye
Hua, bersikap lunaklah padanya.”
“Qian Qian,
apakah menurutmu kita harus bersikap lunak?” Ye Hua bertanya padaku lembut.
Ia melonggarkan
pegangannya di tubuhku, tetapi aku merasa terlalu sakit untuk bicara. Aku
berniat menambahkan sepatah dua patah kata, tetapi aku merasa terlalu lelah.
Yang dapat kulakukan hanyalah menggelengkan kepalaku sungguh-sungguh.
“Pangeran Ye
Hua, baik sekali kau memperlakukan si jalang Bai Qian ini,” kata Xuan Nu dengan
tawanya.
“Namun, apakah
kau mengetahui ia memiliki hubungan gelap dengan gurunya?”
Aku dipenuhi
amarah, dan baru saja akan berjalan terhuyung ke arahnya dan menampar tepat di
wajahnya, tetapi Ye Hua melemparkan sambaran petir ke arahnya, membuatku tak
perlu repot-repot. Li Jing tak lagi melindunginya, dan petirnya melambungkannya
sejauh sepuluh kaki ke belakang. Ia terguling mengenai kursi malas emasnya dan
memuntahkan darah.
“Biasanya, aku
tidak pernah memukul wanita,” kata Ye Hua.
“Qian Qian
bilang bahwa wajah kalian sangat mirip, tetapi aku tidak bisa melihat kemiripan
itu.”
Aku
meninggalkan pelukan Ye Hua dan berjalan ke arah Xuan Nu, dibantu dengan kipas
Kun Lun. Aku menatap lekat wajah yang begitu mirip dengan wajah berlumur
darahku dan tertawa kecil.
“Aku sungguh
tidak mempedulikan tentang penampilanku ketika aku membiarkanmu mengambil
wajahku. Tetapi, kapan pun aku melihat wajahmu sekarang, membuatku merasa
menyedihkan.”
Ia menyusut
ketakutan.
“A-a-apa yang
akan kau lakukan?” gagapnya.
“Me-me-memang
beginilah penampilanku, kau ... kau tidak boleh merebut wajahku. Undang saja
Zhe Yan kemari kalau kau mau, a-a-aku tidak takut ...”
Aku sudah menyatukan
jari-jari tangan kananku. Aku tertawa heran.
“Mengundang Zhe
Yan untuk melakukan apa? Aku hanya bercanda saja denganmu sebelumnya. Apakah
menurutmu ialah satu-satunya orang di Empat Lautan dan Delapan Dataran yang
mampu melakukan sihir perubahan wajah? Aku sudah duduk santai selama 70.000
tahun terakhir. Aku mengembangkan teknikku untuk sihir itu selama waktu itu.
“Jika kau akan
dikuliti dan dicabuti uratnya, aku lebih memilih agar tidak dilakukan dengan
wajahku di tubuhmu.”
Aku
mengumpulkan tenagaku dan melafalkan sebuah mantra, menyatukan jari-jariku
bersamaan untuk melepaskannya. Cahaya putih menyilaukan bersinar, dan Xuan Nu
terbengong menatapku.
Aku
mencondongkan diri dan menepuk wajahnya sebelum mengeluarkan sebuah cermin dari
lengan jubahku dan membuatnya bercermin.
“Lihatlah
wajahmu sekarang,” kataku dengan suara yang menyenangkan.
“Bukankah luar
biasa? Inilah bagaimana tampangmu sebelumnya. Mungkin kau akan mengingatnya
sekarang.”
Li Jing berdiri
di samping, bergumam, “Bagaimana bisa ia terlihat seperti ini? Mana mungkin?”
Xuan Nu
tiba-tiba menjerit nyaring. Aku melihat sekeliling dan ternyata ia telah
mencungkil matanya sendiri.
“Tidak! Tidak!
Tidak!” jeritnya histeris.
“Bukan begini
wajahku! Ini bukan diriku!”
Wajahnya gelap
dilumuri darah. Li Jing kehabisan kata-kata.
Aku
menggelengkan kepalaku, dan dengan satu helaan napas aku berkata, “Ia selalu
saja mudah tegang.”
Aku berbalik ke
arah Ye Hua dan berkata, “Aku selalu merasa wajah aslinya sangat lembut dan
cantik. Aku tidak pernah mengerti mengapa ia begitu terobsesi dengan wajahku.”
Ye Hua
memandangiku dengan mata gelapnya dan memelukku erat, mengahadap Li Jing dan
berkata, “Lakukan sesuai keinginanmu, Raja Hantu.”
“Qian Qian,
bisakah kau berjalan sendiri?” bisiknya lembut di telingaku.
Aku
memikirkannya dan setelahnya menggelengkan kepalaku. Aku melihat cahaya
melingkar lembut di depanku dan tertidur lelap.
0 comments:
Posting Komentar