Minggu, 15 November 2020

3L3W TMOPB - Chapter 12 Part 2

Ten Miles of Peach Blossoms

Chapter 12 Part 2


Ye Hua dengan lembut mengusap darah dari wajahku, berkata, “Qian Qian, katakan padaku, siapa yang menyakitimu?”

Aku mengubah posisiku dan berkata, “Mereka semua sudah kutusuk sampai mati. Aku baru saja akan menusuk satu-satunya yang masih hidup saat suaminya muncul dan menghadang senjataku. Oh, bisakah kau memelukku lebih lembut lagi? Aku kesakitan sekali.”

Li Jing berdiri berseberangan dengan kami bersama Xuan Nu yang diam dalam dekapannya. Kepalanya tersentak dan menatapku heran.

“Si Yin?” katanya tak percaya.

Xuan Nu bergetar ketakutan dari dalam pelukannya. Ia menoleh, dan matanya terbuka lebar ketakutan.

“Itu Mo Yuan!” gumamnya.

Ia salah mengira Ye Hua sebagai Mo Yuan.

“Bukannya tujuanku untuk bertemu denganmu secepat ini,” aku memberitahu Li Jing, tiap katanya menyebabkan rasa sakit padaku.

“Kau sangat hebat, Pangeran Hantu. Kau hampir saja membunuhku barusan ini.”

Ia menjatuhkan Xuan Nu dan bergegas kemari, tetapi medan pelindung Ye Hua menghentikannya mendekat. Aku tampak mengerikan dengan semua luka-lukaku sampai-sampai ia harus melihat dengan saksama sebelum mengenaliku.

Aku menggunakan sebuah mantra sihir untuk memanggil kipas Kun Lun, yang kembali ke genggamanku sekarang. Aku menghela napas kagum.

“Pangeran Hantu, betapa bagusnya pilihanmu menikahinya. Di pertempuran mengerikan 70.000 tahun yang lalu, aku tidak terluka begitu parah, tetapi hari ini, aku telah mencicipi kekejaman istrimu.”

Wajah Li Jing lebih putih dariku, bahkan dengan banyaknya aku kehilangan darah.

“Si Yin, Yang Mulia Pangeran Ye Hua ... a-a-apa ... apa yang terjadi?” tanyanya gugup.

Ye Hua mengendurkan pegangannya padaku, dan dengan suara yang tenang ia berkata, “Raja Hantu Li Jing, tempat kita berada ini adalah Istana Da Si Ming-mu. Aku baru saja akan menanyakanmu pertanyaan yang sama.”

“Kau bertanya pada orang yang salah,” kataku sambil menghadap ke arah Ye Hua.

“Istrinya, Xuan Nu, yang menculik guruku dan putramu. Ia adalah orang yang harusnya kau tanyai. Jangan cemas. Buntalan baik-baik saja.”

“Ia juga putramu,” ucap Ye Hua pelan.

Putra tiriku, dan agaknya memang putraku, jadi berlawanan dengan penilaianku, aku berkata, “Benar, putraku juga.”

“Putramu?” Li Jing bertanya keheranan.

Aku mengangguk.

Matanya menyala dan setelahnya meredup.

“Kau ... kau ... kau,” ia terus mengulang tetapi tidak sanggup bicara lebih banyak lagi.

Ia menoleh ke arah Xuan Nu. Ye Hua juga menatapnya. Melihat keduanya menatapnya, aku pun mengarahkan mataku padanya.

Saat Ye Hua tiba, ia melemparkan sambaran petir dan membelah mutiaranya menjadi berkeping-keping. Ia berlutut di sebelah peti es Buntalan sekarang, dan melihat Li Jing menatapnya, ia mulai panik.

“Yang Mulia, Yang Mulia, putra kita akhirnya bisa kembali. Lihat, aku telah menemukannya sebuah tubuh yang tepat. Aku tahu bahwa tubuh Mo Yuan akan berguna. Semestinya kau memberikan Giok Arwahnya pada si jalang Bai Qian itu ketika pertama kali ia memintanya. Oh, tetapi siapa sangka, ia masih bisa menjaga tubuh Mo Yuan dengan sebegitu baiknya tanpa Giok Arwah itu? Dulu, kau cemburu terhadap Mo Yuan, Yang Mulia, tetapi kau tidak perlu lagi merasa demikian. Mulai sekarang, ia akan menjadi putra kita ...”

“Diam!” bentak Li Jing.

“Yang Mulia!”

Xuan Nu berseru bingung.

“Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah? Bukankah itu alasan mengapa kau tidak memberikan Giok Arwahnya pada si jalang Bai Qian? Karena kau cemburu terhadap Mo Yuan? Tetapi, ia akan menjadi anak kita sekarang. Dan ya, kau masih tidak tahu siapa Bai Qian. Bai Qian dari Qing Qiu dan cinta lamamu, Si Yin adalah orang yang sama.”

Tangan Ye Hua bergetar.

Aku berjuang melepaskan diri dari pelukannya, dan menyangga diriku dengan kipas Kun Lun, aku keluar dari medan pelindungnya.

“Coba saja, Xuan Nu. Coba saja menghina guruku sekali lagi. Coba hina aku,” cibirku.

“Guruku memiliki tubuh abadi yang paling dihormati, dan aku menggunakan darah jantungku sendiri untuk menjaganya tetap hidup selama 70.000 tahun terakhir ini. Putramu tidak pantas mendapatkan tubuh seberharga dan sepenting ini.”

Li Jing berbalik kasar, matanya memerah. Ia maju beberapa langkah ke arahku.

“Darah dari jantung? Maksudmu ...?”

Aku mundur, dengan kebencian dalam suaraku, aku berkata, “Apa yang kau pikirkan dulu, Pangeran Hantu? Bahwa aku tidak akan sanggup menjaga tubuh guruku tanpa Giok Arwahmu? Pastinya kau mendengar apa yang dikatakan istrimu. Aku adalah Bai Qian dari Qing Qiu, dan aku adalah rubah putih berekor sembilan. Minta ia memberitahukan padamu apa kekuatan yang dimiliki darah rubah putih berekor sembilan.”

Aku menunjuk dadaku, yang masih tertusuk oleh pedang, dan tertawa dalam.

“Tubuh abadi guruku terluka sebegitu parahnya hingga ia harus diberikan semangkuk darah jantungku setiap malamnya selama tiga bulan. Aku pun terluka parah dalam peperangan itu, dan aku khawatir kalau mengeluarkan semua darah dari jantungku itu akan membunuhku. Aku kira, kita berdua masihlah sahabat, dan jadilah aku repot-repot datang bertanya padamu, apakah kau bersedia meminjamkanku Giok Arwahnya. Dan apa itu yang kau katakan kepadaku, Raja Hantu Li Jing?”

“Aku tidak tahu betapa parahnya kau terluka, Si Yin,” katanya serak.

“Si Yin, aku benar-benar tidak tahu ...”

Aku mengusap air hujan dari wajahku dan menunjuk ke arah peti es yang berisi Mo Yuan dan tertawa.

“Apakah kau tahu bagaimana caraku mempertahankan diriku sendiri sementara mengeluarkan darah dari jantungku selama berbulan-bulan itu? Apabila kau menganggapku seorang Dewi Agung yang baik, itu karena aku masih memiliki rasa berterima kasih dan tahu bagaimana caranya untuk membayar utang budi. Guruku menjagaku selama 20.000 tahun dan menyelamatkanku dari kemalangan yang tak terhitung jumlahnya.

“Jika aku tidak membalaskan utang budi ini padanya, aku tidak pantas disebut seorang Dewi Agung. Aku sungguh tak berdaya. Setelah aku mengeluarkan darah jantungku selama tujuh malam, aku kehilangan kesadaran. Kalau Ibu tidak menemukanku tepat waktu dan mentransfer separuh energi penempaan spiritualnya, Si Yin pasti menghilang tanpa jejak.

“Kau ingat apa yang kukatakan dulu, tentang diriku dan Istana Da Si Ming menjadi musuh bebuyutan? Sampai sekarang, aku memikirkan tentang betapa sulitnya persahabatan yang dibangun di antara Klan Dewa dan Hantu dan memutuskan untuk tidak memusuhimu. Aku harap, kau tidak mengira itu karena aku takut padamu.”

Li Jing terlihat putus asa.

Aku berbicara dengan terlalu kuat hingga memperparah lukaku. Aku tidak merasa begitu sakit selagi aku berbicara, tetapi saat aku berhenti untuk menarik napas, rasa sakitnya jadi tidak tertahankan.

Aku menahan batukku saat Ye Hua bergegas menghampiri dan menggenggam lenganku. Aku tidak menyadarinya, tetapi selagi aku mengungkit soal masa lalu dengan Li Jing, Ye Hua telah menyelamatkan Mo Yuan dan Buntalan dari peti-peti esnya dan membawa mereka ke tempat kami berada. Ia menggambarkan satu lingkaran medan pelindung di sekitar mereka untuk melindungi mereka dan membuat mereka berdiri di belakang kami.

Melihat Mo Yuan dan dirinya bersama-sama, mereka bahkan terlihat jauh lebih mirip lagi, mulai dari rambut hingga pakaian mereka. Hanya pucatnya wajah Mo Yuan yang membedakan mereka.

Li Jing memandangiku sekian lama sebelum berkata, “Bukan itu yang terjadi Si Yin. Aku menghabiskan waktu yang lama mencarimu setelah kau pergi, dan aku tidak pernah berhenti mencarimu selama 70.000 tahun terakhir ini, tidak sedetik pun. Aku telah memikirkannya baik-baik, Si Yin, dan benar apa yang dikatakan oleh Xuan Nu. Alasan aku tidak memberikanmu Giok Arwahnya dulu adalah karena aku tahu kau akan menggunakannya untuk menyelamatkan gurumu, dan aku cemburu. Si Yin, aku tidak pernah berhenti mencintaimu.”

Aku mundur saking terkejutnya ketika mendengarkan ini. Aku memandanginya dan menghela napas.

“Li Jing, aku tidak mempercayaimu saat kau mengatakan kau tidak pernah berhenti mencintaiku. Kau selalu saja mengejar hal-hal yang kau hilangkan atau tidak dapat kau miliki. Namun, segera setelah kau memiliki mereka, kau tidak lagi menghargainya.”

Air mata menggenang di matanya.

Ia tertawa pahit dan berkata, “Apakah kau mengatakan itu untuk mengalihkan tanggung jawab atas perpisahan kita padaku dan membuat dirimu merasa lebih baik? Kau tidak pernah mencintaiku, kan? Itulah mengapa kau melepaskanku begitu mudahnya saat aku bertemu Xuan Nu. Kau sudah bosan padaku waktu itu, benar kan?”

Darah dan amarah yang susah payah kutahan tetap rendah mulai melonjak sekali lagi.

“Kaulah orang yang bersalah kepadaku!”

Aku mencemoohnya dengan gigi bergemeletuk.

“Kaulah yang menyakitiku! Apa kau mengharapkanku punya kebesaran hati untuk menikahimu dan membagi dirimu dengan Xuan Nu? Dan sekarang kau menuduh bahwa itu salahku. Kau melihat betapa lemahnya Xuan Nu dan betapa ia membutuhkan belas kasihanmu.

“Namun, meskipun aku adalah seorang pria waktu itu, hatiku tidak terbuat dari batu. Cara kalian berdua memperlakukanku itu kejam. Dimana dirimu saat aku mabuk-mabukan menghilangkan kepedihanku dan menghadapi mimpi-mimpi buruk mengerikan itu? Apa yang tengah kau lakukan dengan Xuan Nu waktu itu?”

Li Jing memucat.

Aku bersandar di lengan Ye Hua, terbatuk sangat keras hingga aku kesulitan bernapas.

Di belakangku, Ye Hua mencemooh, “Raja Hantu, jangan terbawa suasana, mencoba menyelesaikan kesalahan masa lalu. Kita perlu mendiskusikan tentang utang yang dibuat oleh Ratumu hari ini. Haruskah kita membuatnya sebagai utang publik ataukah secara pribadi?”

Saat Li Jing gagal menanggapi, Xuan Nu angkat bicara, suaranya bergetar.

“Apa maksudmu pribadi atau publik?”

Ye Hua menatap Li Jing dan, dengan nada suara yang serius berkata, “Apabila ini diselesaikan secara pribadi, Li Jing, kau harus menguliti istri bodohmu dan mencabuti urat-uratnya, dan rohnya akan direinkarnasikan sebagai seekor hewan dan tersesat dalam lautan penderitaan. Hanya dengan cara inilah amarahku dapat diredam. Apabila ini ditangani secara publik, maka Klan Langit kami akan mengerahkan pasukan langit, yang sudah bertahun-tahun tidak bertempur, gatal untuk berperang, dan kita bisa melihat, pasukan klan mana yang telah berlatih paling keras.”

Xuan Nu menarik napas dalam-dalam. Terhuyung-huyung, ia mendekati Li Jing di tengah hujan lebat, merangkul kakinya, dan mendongakkan wajahnya pada Li Jing.

“Tolong selamatkan aku, Yang Mulia!” mohonnya.

Li Jing menatapnya dan berkata, “Dasar bodoh.”

“Apakah kau sungguh akan mengulitiku dan mencabuti urat-uratku?” tanyanya dengan suara melengking.

“Apakah kau telah me-me-melupakan apa yang kuperbuat untukmu? Mungkinkah kau mewarisi Takhta Klan Hantu sebegitu mudahnya tanpaku? Dan sekarang, kau benar-benar mempertimbangkan ... Yang Mulia!” mohonnya.

“Klan Langit tidak akan mengirimkan pasukannya. Ia tidak punya kekuasaan. Ia hanyalah calon pewaris takhta. Klan Langit tidak akan pernah setuju mengirimkan pasukan mereka hanya karena seorang gadis ...”

Ye Hua memindahkan cengkeramannya padaku.

“Aku tidak mengirimkan pasukan hanya karena seorang gadis. Mo Yuan adalah seorang Dewa Agung yang sangat dihormati Klan Langit, Bai Qian adalah seorang Dewi Agung dan calon Tian Hou, dan A Li mungkin akan mewarisi posisiku di masa depan. Mereka bertiga telah dipermalukan besar-besaran juga diperlakukan dengan tidak adil di Istana Da Si Ming kalian hari ini. Apakah kau sungguh berpikir bahwa Klan Langit akan membiarkannya begitu saja?”

Li Jing mengabaikan Xuan Nu, yang menempel di kakinya.

“Xuan Nu selalu agak gila,” katanya, terlihat linglung.

“Kalau tidak, tak mungkin ia melakukan perbuatan yang sangat buruk ini. Kumohon, Pangeran Ye Hua, bersikap lunaklah padanya.”

“Qian Qian, apakah menurutmu kita harus bersikap lunak?” Ye Hua bertanya padaku lembut.

Ia melonggarkan pegangannya di tubuhku, tetapi aku merasa terlalu sakit untuk bicara. Aku berniat menambahkan sepatah dua patah kata, tetapi aku merasa terlalu lelah. Yang dapat kulakukan hanyalah menggelengkan kepalaku sungguh-sungguh.

“Pangeran Ye Hua, baik sekali kau memperlakukan si jalang Bai Qian ini,” kata Xuan Nu dengan tawanya.

“Namun, apakah kau mengetahui ia memiliki hubungan gelap dengan gurunya?”

Aku dipenuhi amarah, dan baru saja akan berjalan terhuyung ke arahnya dan menampar tepat di wajahnya, tetapi Ye Hua melemparkan sambaran petir ke arahnya, membuatku tak perlu repot-repot. Li Jing tak lagi melindunginya, dan petirnya melambungkannya sejauh sepuluh kaki ke belakang. Ia terguling mengenai kursi malas emasnya dan memuntahkan darah.

“Biasanya, aku tidak pernah memukul wanita,” kata Ye Hua.

“Qian Qian bilang bahwa wajah kalian sangat mirip, tetapi aku tidak bisa melihat kemiripan itu.”

Aku meninggalkan pelukan Ye Hua dan berjalan ke arah Xuan Nu, dibantu dengan kipas Kun Lun. Aku menatap lekat wajah yang begitu mirip dengan wajah berlumur darahku dan tertawa kecil.

“Aku sungguh tidak mempedulikan tentang penampilanku ketika aku membiarkanmu mengambil wajahku. Tetapi, kapan pun aku melihat wajahmu sekarang, membuatku merasa menyedihkan.”

Ia menyusut ketakutan.

“A-a-apa yang akan kau lakukan?” gagapnya.

“Me-me-memang beginilah penampilanku, kau ... kau tidak boleh merebut wajahku. Undang saja Zhe Yan kemari kalau kau mau, a-a-aku tidak takut ...”

Aku sudah menyatukan jari-jari tangan kananku. Aku tertawa heran.

“Mengundang Zhe Yan untuk melakukan apa? Aku hanya bercanda saja denganmu sebelumnya. Apakah menurutmu ialah satu-satunya orang di Empat Lautan dan Delapan Dataran yang mampu melakukan sihir perubahan wajah? Aku sudah duduk santai selama 70.000 tahun terakhir. Aku mengembangkan teknikku untuk sihir itu selama waktu itu.

“Jika kau akan dikuliti dan dicabuti uratnya, aku lebih memilih agar tidak dilakukan dengan wajahku di tubuhmu.”

Aku mengumpulkan tenagaku dan melafalkan sebuah mantra, menyatukan jari-jariku bersamaan untuk melepaskannya. Cahaya putih menyilaukan bersinar, dan Xuan Nu terbengong menatapku.

Aku mencondongkan diri dan menepuk wajahnya sebelum mengeluarkan sebuah cermin dari lengan jubahku dan membuatnya bercermin.

“Lihatlah wajahmu sekarang,” kataku dengan suara yang menyenangkan.

“Bukankah luar biasa? Inilah bagaimana tampangmu sebelumnya. Mungkin kau akan mengingatnya sekarang.”

Li Jing berdiri di samping, bergumam, “Bagaimana bisa ia terlihat seperti ini? Mana mungkin?”

Xuan Nu tiba-tiba menjerit nyaring. Aku melihat sekeliling dan ternyata ia telah mencungkil matanya sendiri.

“Tidak! Tidak! Tidak!” jeritnya histeris.

“Bukan begini wajahku! Ini bukan diriku!”

Wajahnya gelap dilumuri darah. Li Jing kehabisan kata-kata.

Aku menggelengkan kepalaku, dan dengan satu helaan napas aku berkata, “Ia selalu saja mudah tegang.”

Aku berbalik ke arah Ye Hua dan berkata, “Aku selalu merasa wajah aslinya sangat lembut dan cantik. Aku tidak pernah mengerti mengapa ia begitu terobsesi dengan wajahku.”

Ye Hua memandangiku dengan mata gelapnya dan memelukku erat, mengahadap Li Jing dan berkata, “Lakukan sesuai keinginanmu, Raja Hantu.”

“Qian Qian, bisakah kau berjalan sendiri?” bisiknya lembut di telingaku.

Aku memikirkannya dan setelahnya menggelengkan kepalaku. Aku melihat cahaya melingkar lembut di depanku dan tertidur lelap.


Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar