Sabtu, 21 November 2020

CTF - Chapter 17

Consort of A Thousand Faces

Chapter 17 : Kain Sutra Tenun

Su Xi-er mengerutkan alisnya dan berjongkok untuk memeriksa benda itu dengan lebih teliti, ketimbang langsung mengulurkan tangan untuk mengambilnya.

Lemari ini punya empat sudut, tetapi hanya ada satu yang ditambahkan di bagian bawahnya. Tampaknya mirip dengan kain sutra tenun.

Tangan kirinya sedikit mengangkat lemari kosong itu sementara tangan kanannya mengambil benda di bawah sudut lemari itu.

Kain sutra tenun yang telah menguning seiring berlalunya waktu, ujungnya berjumbai hingga cacat.

Su Xi-er membawa kain itu bersamanya menuju pintu untuk melihat lebih saksama. Hanya ketika itulah akhirnya ia bisa melihat desain sehelai daun tersulam di atasnya, tetapi ia hanya bisa mengenali garis luar daun itu.

Kain sutra tenun ini hanya bersulamkan sehelai daun? Tidak mungkin sesederhana itu, kan?

Ia menyipit lagi guna memperhatikan cermat. Ada karakter yang tersulam di garis luar daunnya!

Tangannya mengikuti sepanjang garis kata yang ada di atas kain itu. Setelah memeriksa dengan hati-hati, ia yakin kalau karakter itu adalah 'Yun'.

Yun? Nama seseorang? Namanya tersulam di atas garis luar daunnya? Melambangkan apa?

"Su Xi-er." Suara Hong Li terdengar. Suaranya sangat pelan, nyaris tak terdengar dengan seberapa banyak suaranya gemetaran.

Hong Li mempercepat laju jalannya, berhenti tepat di luar rumah kayu itu. Saat ia memandangi gubuk itu, ia gemetar ketakutan dan sebuah ekspresi ngeri tertulis di wajahnya.

"Ini hanyalah sebuah rumah kayu terlantar dengan beberapa barang lama di dalamnya. Apakah kau harus setakut ini?" Su Xi-er bertanya saat ia menyimpan kain sutra itu ke dalam lengan bajunya.

"Bagaimana bisa kau melupakannya? Ketika masalahnya terjadi, menyebabkan cukup kepanikan. Paling tidak, menyebabkan sensasi besar di Istana Samping." Hong Li memperlihatkan ekspresi keheranan.

Su Xi-er tidak membalas. Meski terlahir kembali di dalam tubuh ini, ia hanya menerima kenangannya dalam jumlah yang terbatas. Tentu saja, ia tidak mengetahui masalah yang sedang dibicarakan oleh Hong Li.

Ketika ia melihat ekspresi tercengang Su Xi-er, Hong Li tidak tahan lagi dan langsung menyemburkan, "Kau bahkan tidak ingat Liu Ye-er? Ia adalah seorang dayang yang sangat lemah lembut dan cantik di Istana Samping, yang berusia tujuh tahun lebih tua dari kita. Jika bukan karena insiden itu, ia pasti sudah menjadi kepala dayang di Istana Samping, mewarisi posisi Dayang Senior Zhao di masa depan."

"Liu Ye-er ..." Su Xi-er bergumam dengan suara rendah. Ia memikirkan daun yang tersulam di atas kain sutra itu.

(T/N : Karakter 'ye' dalam nama Liu Ye-er berarti 'daun'.)

"Benar sekali, Liu Ye-er. Apa kau sudah ingat? Ia tidak seberuntung He Xiang Yu. Saat ia sedang menyapu jalanan istana, ia bertemu seseorang dengan kekuasaan yang luar biasa. Pada waktu itu, tidak ada seorang pun yang tahu bahwa Liu Ye-er sedang menghitung dan menyembunyikan pikirannya dalam-dalam, benar-benar gigih dalam menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh berkuasa. Pada akhirnya ..."

Sebelum ia selesai berbicara, ia disela oleh Su Xi-er.

"Pada akhirnya, ia menyinggung orang dengan kekuasaan luar biasa itu dan dihukum oleh Dayang Senior Zhao untuk datang ke rumah kayu. Setelahnya, ia mati secara tragis?"

Hong Li mengangguk, kemudian menggelengkan lagi kepalanya. "Ia sendiri yang meminta untuk datang ke rumah kayu ini untuk instropeksi diri atas kesalahannya sebagai hukumannya. Meskipun begitu, ia mati hanya dua hari setelah ia memasuki rumah kayu ini. Aku sungguh tidak tahu siapa orang yang telah disinggungnya."

"Pada akhirnya, seorang dayang mati di dalam rumah kayu. Apakah orang yang mati dengan kejadian tidak lazim di tempat ini, membuat orang-orang sengeri ini?"

Bahkan istana terpencil milik Permaisuri yang dimakzulkan, tidak ada seorang pun yang setakut ini, kan?

"Bukan masalah besar apabila hanya satu orang yang mati. Tidak ada seorang pun yang menyapu jalan istana menuju ke rumah kayu dan tidak ada seorang pun yang mengurusi rerumputan di sekitar meskipun sudah sangat meninggi, alasannya adalah kapan saja, siapa pun yang mendekati lokasi ini, satu-satunya hasilnya adalah ... kematian." Tubuh Hong Li bergetar saat ia menjadi ketakutan sekali lagi.

Su Xi-er tertawa kecil. "Aku tidak mempercayainya. Seseorang tidak akan mati tanpa sebab maupun alasan. Bagaimana bisa ada sebuah area kematian terlarang?"

"Dayang Senior Zhao menginstruksikanku untuk mengawasimu. Ia pasti mulai curiga padaku dan ingin agar aku mati bersama-sama denganmu." Hong Li mengatupkan bibirnya rapat-rapat, wajahnya jelas sekali menunjukkan kalau ia tidak pasrah karenanya.

"Kau dan aku berada di atas kapal yang sama. Apabila kau ingin terus hidup, kau harus mendengarkanku." Kata-kata Su Xi-er terdengar enteng. Ia tidak begitu memikirkan tentang rumor yang menjamin kematian di area kematian terlarang.

Sekarang ini, ia yakin kalau kain sutra tenun ini milik Liu Ye-er. Sementara untuk karakter 'Yun', apakah itu adalah orang yang disinggung oleh Liu Ye-er?

Seseorang dengan kekuasaan luar biasa di Bei Min dan memiliki karakter 'Yun' di namanya ...

Adalah ... Commandery Prince Xie, Xie Yun?

Namun, He Xiang Yu pun menyinggung Xie Yun. Bukan hanya ia tidak dihukum, tetapi ia bahkan dibawa masuk ke dalam Istana Kecantikan oleh Pangeran Hao oleh kombinasi faktor yang aneh.

Jika Xie Yun benar-benar seseorang yang sulit untuk dihadapi, Xie Yun, ia pastinya akan menghabisi He Xiang Yu dan Su Xi-er yang asli.

Tetapi ia tidak melakukannya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan semua ini?

Su Xi-er mengernyitkan alisnya. Wajah Pei Qian Hao terlintas dalam benaknya. Ia begitu egois dan arogan, tidak memikirkan siapa pun. Di matanya, perjuanganmu hanyalah pembalasan keputusasaan dari seekor hewan buas yang terpojok.

Berdiri di satu sisi, Hong Li tidak menyadari teror yang ada di mata Su Xi-er. Penasaran, ia bertanya secara langsung, "Apa sebenarnya yang mengubahmu? Sudah bertahun-tahun, tetapi kau selalu malu-malu dan takut terjebak dalam masalah. Bagaimana bisa perubahan seseorang jadi sebesar ini?"

"Mereka bilang, rasa ingin tahu membunuh seekor kucing. Tidak baik terlalu ingin tahu." Su Xi-er menormalkan alisnya dan berjalan masuk ke dalam rumah kayu.

Hong Li tetap berada di luar dan tidak berani masuk.

Setelah Su Xi-er memasuki ruangan, ia melepaskan kantong parfum dari pinggangnya dan mengeluarkan sedikit tanaman obat; meremasnya hingga keluar sedikit cairan dan meneteskannya di pergelangan tangan kirinya.

Sebelum ia sembuh, tangan kirinya tidak akan mampu membawa benda-benda berat. Ini semua berkat Pei Qian Hao.

***

Angin di luar sana lambat laun menjadi lebih kencang seiring dengan matahari yang perlahan-lahan terbenam di barat. Keduanya tinggal di rumah kayu untuk waktu yang lama.

"Tidak ada yang mengirimkan makanan. Aku sangat lapar; aku akan pergi dan makan dulu. Jika masih ada sisanya, aku akan membawakan sedikit untukmu." Hong Li berbalik dan segera pergi, tidak berani tinggal lebih lama saat matahari sudah nyaris terbenam dan areanya perlahan menjadi lebih gelap.

Su Xi-er duduk di atas bangku kayu yang sudah dilap bersih olehnya.

Meskipun ini tadinya adalah sebuah rumah kayu, rumah ini sudah ditelantarkan sekian lama, hingga bekas kayu bakar saja tidak terlihat.

Awan matahari tenggelam pun bermunculan, mengecat langitnya berwarna merah.

Pemandangan ini ... Sedikit demi sedikit, dendam menyeruak di mata Su Xi-er. Obor. Cahaya kemerahan yang menyinari seluruh langit.

Apakah Yun Ruo Feng sudah menikahi Ning An Lian sekarang? Apakah bayi di rahim Ning An Lian membesar setiap harinya?

Membayangkan kalau ia berencana menikahinya dan melahirkan anak-anaknya setelah situasi di Nan Zhao sudah stabil. Tentu saja, peristiwa yang terjadi selanjutnya benar-benar menghancurkan ilusi itu, menguatkan bahwa pemikirannya terlalu konyol.

Seseorang mampu berpura-pura dengan begitu baiknya dan mengelabui mataku.

Bahkan ketika awan matahari terbenamnya menyebar dan malam pun tiba, tangan Su Xi-er tetap terkepal erat.

Pada akhirnya, ia mengangkat tangannya dan menggebrak meja kayunya dengan kuat. Hanya setelah itulah, ia merasakan sakit menyengat dari pergelangan tangan kirinya, membangunkannya dari kebodohannya.

Ia mengangkat tangan kanannya dan baru saja akan memijat pergelangan tangan kirinya ketika pandangannya jatuh di pinggiran meja kayu itu.

Hm? Ada tulisan terukir di atas meja kayunya. Meskipun ia tidak benar-benar dapat segera mengetahui apakah itu, tangan kirinya dapat merasakan bekas ukiran.

Su Xi-er cepat-cepat menggunakan lengan bajunya untuk mengelap debu di atas meja. Kata-katanya pun sedikit demi sedikit menjadi lebih jelas.

Ye-er.

Ada dua kata lagi di belakangnya, tetapi ia tidak bisa melihat mereka dengan jelas. Saat ia menundukkan kepala untuk melihat lebih jelas, tiba-tiba saja ada suara gemerisik dari luar sana.

Ada seseorang di luar! Su Xi-er segera berdiri dan berjalan menuju pintu.

Ia baru saja berjalan beberapa langkah saat ia melihat seseorang mendadak berlari ke arahnya dan dengan tergesa mengunci pintu ruangannya.

Clang! Kuncinya jatuh.

Siapa sebenarnya yang mengunci pintunya?

"Siapa pun yang datang kemari, harus mati!" Suara dalam dan rendah seorang wanita datang dari luar. Seketika itu juga, suara dari benda-benda dipindahkan dapat terdengar.

Hanya ada satu pintu dan tidak ada jendela di pondok ini.

Mata Su Xi-er agak menyipit kala ia menatap ke arah pintu. Apabila aku ingin keluar dari sini, aku hanya bisa mendobrak pintunya.

Tepat saat ini, gumpalan asap dari kayu yang dibakar pun melayang masuk ke dalam hidungnya.

Wanita di luar sana sedang menyalakan api. Ia berniat membakarku sampai mati!

Aroma asapnya tidak tebal, yang berarti bahwa intensitas apinya masih belum siginfikan. Su Xi-er tetap tenang dan mencoba memancing lebih banyak informasi ketimbang terburu-buru melarikan diri, "Siapa kau? Aku tidak ingin mati tanpa mengetahui alasannya."

"Kau mengetahui sesuatu yang tidak seharusnya kau ketahui. Selain itu, ada begitu banyak orang yang menginginkanmu untuk mati!" Wanita itu tertawa terbahak-bahak selagi ia menjawab.

Su Xi-er yakin kalau wanita ini bukan dikirimkan oleh Dayang Senior Zhao. Jika Dayang Senior Zhao yang menginstruksikannya, sudah pasti ia akan menyalakan apinya secara diam-diam dan tidak akan sebengis ini.

"Ada begitu banyak orang yang menginginkanku mati, tetapi aku ingin melakukan kebalikannya dan menjalani sebuah kehidupan tanpa terkekang!" Su Xi-er terkekeh. Ia menyipitkan matanya dan mengangkat kakinya. Dengan kecepatan penuh, ia berputar dan menendang pintunya.

Gerakannya cepat dan efisien, posenya ketika ia menendang pintu itu sangatlah elegan.

Bang! Pintunya langsung terjatuh akibat tendangan itu.

Di saat bersamaan, ia pun melihat penampilan sebenarnya dari wanita yang menyalakan apinya.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar