Minggu, 08 November 2020

3L3W TPB 2 - Chapter 17 Part 2

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 2

Chapter 17 Part 2


Fengjiu dengan tenang menggerogoti sisa paha kelinci di tangan kanannya dan perlahan berkata, “Aku memang adalah Fengjiu dari Qingqiu. Jenderal Changsheng adalah hadiah yang kuberikan untukmu. Kotak itu juga adalah hadiah dariku untukmu. Aku memanggilmu Xiao Ming waktu itu ketika aku menyelamatkanmu. Aku benar-benar minta maaf sudah menyimpan ini darimu sekian lama.”

Restoran itu sunyi senyap. Meng Shao terbengong memegangi cangkirnya. 

Setelah sekian lama, ia berbicara dengan suara bergetar: “Apakah kau benar-benar Yang Mulia Fengjiu, Yang Mulia Fengjiu yang tidak menyentuh daging dan arak, orang yang hanya mengkonsumsi angin dan embun, yang mencintai serangga kecil dan binatang kecil?”

Fengjiu berkata dengan sedikit berhati-hati, “Mungkin kau sudah sedikit salah paham padaku. Sebenarnya ....”

Meng Shao gemetaran menyelanya: “Apa yang barusan ini kau minum?”

Fengjiu melihat cangkir di depannya: “Anggur.”

Getaran dalam suara Meng Shao jadi lebih nyata sekarang: “Apa yang sedang kau makan?”

Fengjiu menatap tulang belulang di atas meja: “Daging kelinci.”

Suara Meng Shao mulai terdengar sedikit mengerikan: “Apa yang baru saja kau tangkap dengan sumpit bambu di tanganmu?”

Fengjiu menatap sumpit bambu di tangan kirinya: “Seekor lalat.”

Bola mata Meng Shao berbalik bersamaan dirinya berpaling ke samping dan jatuh ke bawah.

Fengjiu dan Xiao Yan berteriak bersamaan: “Meng Shao!”

Donghua, Liansong, dan Su Moye sedang berjalan masuk ke dalam aula tepat di saat ini. Saat ia mendengarkan teriakan ini, Su Moye mengambil dua langkah cepat untuk melihat Meng Shao yang sedang terbaring di lantai. 

Ia bertanya terkejut, “Apa yang terjadi dengannya?”

Xiao Yan berjongkok di hadapan Meng Shao, menusuk-nusuknya setengah harian. 

Ia berkata sedih, “Tsk, mimpi jangka panjang Saudara Meng sudah hancur berkeping-keping. Ia pingsan karena pukulan yang tak tertahankan. Beruntungnya, aku membawa obat untuk revitalisasi bersamaku. Tunggu sebentar, akan kukeluarkan dan kubiarkan ia menciumnya ....”

Segera setelahnya, Meng Shao yang terkejut pun perlahan bangun berkat obat revitalisasi itu. 

Meng Shao memanjat naik, melirik Fengjiu, mendorong Xiao Yan, yang sedang berjongkok di depannya, pergi, kemudian berteriak seraya berlari keluar dari restoran: “Wanita! Aku tidak akan pernah mempercayai wanita lagi. Jika bahkan wanita yang kupuja ternyata seperti ini, bagaimana bisa aku mempercayai wanita lainnya di dunia ini?!”

Liansong Jun melambaikan kipasnya selagi ia gagal memahami: “Apa yang sebenarnya begitu mengejutkannya? Ia tampak seolah ia akan mengubah pilihannya pada pria mulai dari sekarang. Aku tahu banyak wanita; akan tetapi, pria ....”

Liansong mendadak melihat ke arah Su Moye seolah ia terpikirkan akan sesuatu. “Katakan, bagaimana menurutmu kalau memperkenalkan kakak lelaki tertuamu padanya?”

Tatapan Su Moye mengejar sosok Meng Shao.

“Kakakku ... lebih suka seseorang yang sedikit lebih maskulin. Pangeran Meng sepertinya masih belum cukup maskulin.”

Fengjiu masih memegangi paha kelinci yang masih belum habis di tangannya. Ia melihat ke arah Xiao Yan agak sedih. 

“Aku tidak pernah mengira aku akan mengubahnya jadi gay. Haruskah kita mengejarnya? Bagaimana kalau ia melakukan sesuatu yang sembrono ....?”

Xiao Yan melirik Donghua, kemudian melihat lagi ke arah Fengjiu dan menghela napas, “Memangnya kenapa kalau ia gay? Kalau ia mulai menyukaimu lagi, maka itu setidaknya akan jadi masalahnya. Akan lebih baik baginya untuk keluar dan menangisinya. Mungkin ia akan memikirkan segalanya lebih baik setelah ia selesai menangis. Menurut pendapatku, ia hanya akan merasa lebih buruk jika kita mengejarnya sekarang ini. Lebih baik tidak dikejar. Ayo, ayo. Mari makan daging kelinci saja.”

(T/N : dalam Tiongkok kuno, istilah yang digunakan untuk homoseksual adalah 斷袖 (berarti memotong lengan). Dalam legendanya, Kaisar Ai dari Han memotong lengan bajunya sendiri agar ia dapat menghadiri pertemuan kerajaan karena ia tidak tega membangunkan kekasih prianya yang sedang tertidur di lengan bajunya. Kalimat asli Fengjiu adalah: “Aku tidak mengira aku akan mengubahnya jadi memotong lengan.” Dan jawaban Xiao Yan adalah: “Lengannya bukan satu-satunya yang akan terpotong kalau ia mulai menyukaimu lagi.”)

Mereka duduk dan mulai membagi-bagikan daging kelincinya. 

Tidak jelas apakah Dijun senang atau marah. Fengjiu mendekat dan berbisik di telinganya: “Daging ini tidak enak. Hanya cukup untuk membodohi mereka. Aku akan membuatkanmu sesuatu yang lebih baik saat kita pulang ke rumah.”

Mata Dijun akhirnya memberikan sejejak senyuman.

“Baiklah.”

Fengjiu lanjut berbisik di telinganya: “Kau bangun begitu cepat pagi ini, aku yakin kau masih lelah. Ayo kita menyelinap keluar sebentar lagi. Sementara kau tidur lagi, akan kubuatkan sup untukmu. Saat kau terbangun, supnya akan siap untuk kau santap.”

Suara Dijun jadi lebih lembut saat ia menjawab kali ini: “Baiklah.”

***

Setelah kembali dengan selamat dari Mimpi Aranya, Fengjiu mencatat bahwa ia telah melihat semua orang kecuali Jiheng. Meskipun ia tahu sekarang bahwa Donghua tidak memiliki perasaan apa pun untuk Jiheng, dan walaupun Xiao Yan juga memberitahunya kalau ada situasi menyulitkan di balik mengapa Donghua menyetujui untuk menikahi Jiheng di tahun itu, Fengjiu sudah mendengar secara pribadi, Jiheng yang mengakui ketergila-gilaannya pada Donghua.

Untuk alasan inilah, Fengjiu merasa lega bahwa Jiheng tidak datang mencari Donghua akhir-akhir ini. Tetapi, dengan sebegitu sukanya ia pada Donghua, aneh kalau Jiheng dapat menjauh selama berhari-hari. Setelah merasa kalau itu aneh, Fengjiu berpikir kalau ini juga cukup mengagumkan.

Akan tetapi, kekaguman Fengjiu hanya bertahan selama tiga hari dan lima jam, sebelum Jiheng tidak dapat menahan diri lebih lama dan akhirnya muncul.

Itu adalah hari dimana Dijun membawa Fengjiu keluar dari lembah. Meskipun sudah jadi pengetahuan umum bahwa Lembah Fanyin sulit dimasuki tetapi agak mudah untuk ditinggalkan, mereka yang kekurangan penempaan diri masih akan mengalami kesulitan untuk pergi di hari dimana pintu masuknya tidak terbuka, kecuali jika mereka dibawa keluar oleh dewa yang berpengalaman.

Ini adalah alasannya Dijun harus membawa Fengjiu keluar hari ini.

Mewakili Dijun, Su Moye telah mengatur lebih dulu, dan memberitahu para Biyiniao bahwa, semenjak Dijun menyukai kedamaian dan ketenangan, tidak perlu seluruh klan untuk mengantarkannya. Mereka juga melepaskan keriuhan yang telah dipersiapkan oleh sang ratu, menjamin ketenangan sepanjang jalan keluarnya.

Fengjiu sudah lama tidak bangun cepat untuk berjalan di pagi hari. Ia juga pergi tidur terlambat semalam, jadi ia hanya bisa ketiduran sembari berjalan. Bahkan pemandangan jalan pegunungan dan embun cantik di pagi hari tidak mampu membangunkannya.

Melewati belokan, sebuah kolam muncul dalam pandangan. Fengjiu merenungi apakah ia harus menghampiri kolam itu untuk membangunkan dirinya dengan air. Dalam pandangan kaburnya, Fengjiu mendadak mendeteksi sosok putih berkibar Jiheng di angin sepoi-sepoi pagi hari di samping kolam.

Di belakang Jiheng berdirilah Xiao Yan yang muram. Agar dapat sukses dalam pengejaran ini, Xiao Yan bilang ia tidak akan ikut pergi bersama mereka dan malah akan tetap tinggal di dalam lembah bersama Jiheng untuk sementara waktu.

Bahkan jikalau jalannya terbaris penuh halangan, Xiao Yan sudah bertekad untuk menjalani jalan itu bersama Jiheng.

Melihat adegan yang sedang berlangsung .... 

Su Moye mengelus seruling yaspernya dan berkata pada Liansong, “Haruskah kita berdua menyembunyikan diri sebentar?”

Ini merupakan hiburan langka, terutama satu yang berhubungan dengan Donghua Dijun. Pangeran ketiga berpikir, akan sangat disayangkan kalau ia tidak dapat mendekat untuk menonton atau mendengarkan lebih jelas.

Saat ia mendengar Mo Shao, ia menyentakkan kipasnya terbuka, menutupi mulutnya, dan berdeham: “Baiklah ... kau pergi. Tetapi aku, aku akan melihat-lihat, ahem, aku akan melihat-lihat ....”

Jiheng dan Xiao Yan melangkah melewati mereka, berhenti ketika mereka sudah beberapa langkah jaraknya dengan Dijun. Jiheng sangat memerhatikan dandanannya hari ini: alis melengkung layaknya bulan sabit, bibir memerah seperti ceri, hanya matanya yang sedikit bengkak seolah ia habis menangis, tetapi bahkan hal itu tidak memengaruhi wajah cantiknya. Kecantikan Jiheng tidak pernah jenis yang lembut nan rapuh, tetapi sekarang terdapat sesuatu yang menyedihkan tentang dirinya.

Saat mata Jiheng tertuju pada tangan kanan Dijun, wajahnya jadi pucat pasi. Fengjiu tidak dapat cukup tidur, jadi pikirannya agak melambat hari ini. Ia mengikuti arah tatapan Jiheng ke tangan kanan Dijun yang sedang menggenggam tangan kirinya.

Fengjiu mendadak teringat saat mereka pergi, karena ia begitu mengantuk dan menyeret langkah kakinya, Dijun memegangi tangannya dan menuntunnya.

Dijun tampaknya tidak melepaskannya selama perjalanan. Fengjiu memikirkan saat Jiheng datang menertawakannya soal buah Saha. Meskipun itu adalah Jiheng sendiri yang mendatanginya tanpa sebab, Fengjiu merasa ini akan terlihat seolah-olah dirinya sedang menggunakan tangan yang saling bertautan ini untuk sengaja menertawakan Jiheng.

Lalu, apa bedanya anatara ia dan Jiheng ataupun Zhi’he? 

Fengjiu menguap, menyadari kalau ini sebenarnya tidak berarti apa-apa, menunjuk ke arah kolam di depan sana dan berkata pada Dijun, “Sepertinya ada sesuatu yang ingin disampaikan Jiheng padamu. Aku akan pergi ke kolam itu dan memercikkan air untuk membangunkan diriku.”

Fengjiu mengambil kesempatan ini untuk menarik tangannya.

Wajah sempurna Xiao Yan tampak menyedihkan saat ia menyaksikan Jiheng yang memerhatikan Donghua dengan penuh gairah. 

Saat ia tidak mampu melihat lebih banyak lagi, Xiao Yan berbalik dan berkata pada Fengjiu, “Aku dengar ada monster air yang menghuni kolam ini. Aku akan berkorban sedikit dan pergi menemanimu.”

Dijun melirik ke arah Xiao Yan dan berkata acuh tak acuh, “Kau tidak perlu mengorbankan dirimu, aku akan pergi bersamanya.”

Dijun berbalik dan berkata pada Jiheng, “Apa pun itu, kita akan bicara ketika aku kembali.”

Kemudian, Dijun meraih tangan Fengjiu dan menuntunnya sampai ke kolam. 

Fengjiu sedikit kebingungan: “Wajahku adalah milikku untuk dicuci. Pembicaraanmu adalah milikmu untuk dibicarakan. Bukankah itu lebih menghemat waktu? Kenapa kau malah pergi bersamaku?”

Dijun menjawab santai, “Masih ada banyak waktu, kita tidak sedang terburu-buru.”

Setelah sekitar sepuluh langkah, Fengjiu tampaknya menyadari dan berkata malu-malu, “Apakah kau cemas kalau aku akan jatuh ke dalam air?”

Dijun menatap ke bawah ke arahnya: “Bagaimana menurutmu?”

Fengjiu mengernyit, “Kau pasti cemas kalau aku akan menakuti para monster itu kalau aku jatuh ke dalam air.”

Dijun melengkungkan sebelah alisnya. 

“Kau benar-benar mengenaliku dengan baik.”

Fengjiu mengejek, lalu masih merasa kesal, mengejek lagi.

Fengjiu tidak salah lihat. Jiheng memang menangis selama beberapa hari terakhir ini. Malam itu ketika ia mendengar bahwa Dijun telah kembali tetapi ia tidak kembali ke kediaman Fengjiu tetapi malah bertukar tempat dengan Xiao Yan, ia merasa kalau takdir mereka mungkin masih ada kesempatan.

Berpikir bahwa paling mudah menggoyahkan hati seseorang adalah setelah gelap, Jiheng sengaja membuat sebuah mutiara malam dari lengan jubahnya dan berjalan ke kamar Dijun untuk mengunjunginya di tengah malam.

Semenjak Dijun datang menetap di sini, Jihenglah yang selalu melayaninya. Ada kalanya, ketika ia bahkan berpura-pura tidak mengetahui bahwa Dijun ada di dalam dan langsung berjalan masuk tanpa mengetuk pintu.

Dijun tidak pernah bilang apa-apa.

Malam itu, Jiheng juga memiliki tujuan yang sama, datang diam-diam ke dalam kamar Dijun untuk menambahkan lebih banyak dupa untuknya. Jika Dijun sudah tidur, hari berikutnya ketika Dijun mengetahui bahwa ia telah menambahkan dupa untuknya, Dijun akan melihat seberapa besar ia memedulikan Dijun.

Jika Dijun sedang terjaga, Jiheng bermaksud untuk mengambil kesempatan ini untuk menyatakan perasaannya pada Dijun.

Jiheng tahu kalau ia cantik; ia bahkan tahu lebih baik lagi kalau ia terlihat paling cantik di bawah cahaya rembulan yang samar. Bahkan jikalau ia tidak dapat menggerakkan hati Dijun, ia masih tetap bisa meninggalkan sebuah kesan mendalam.

Dengan pemikiran ini, Jiheng dengan tak sabaran mendorong pintu kamar Dijun hingga terbuka. Tepat setelahnya ... ia menangis dan berlari kembali.

Jiheng menangis selama beberapa hari lagi sampai ia mendengar kalau Dijun akan segera meninggalkan lembah. Jiheng mengeringkan air matanya, menenangkan diri, dan menyadari bahwa ini adalah kesempatan terakhirnya.

Memangnya kenapa kalau Dijun mempunyai Fengjiu? Jika diurutkan, Fengjiulah yang menyelipkan dirinya di antara ia dan Dijun. Bahkan jikalau Fengjiu memiliki perasaan pada Dijun, mereka baru bersama-sama selama kurang lebih setahun.

Di lain pihak, perasaan mendalamnya untuk Dijun sudah ada lebih dari dua ratus tahun lamanya. Mereka bukan sesuatu yang dapat dilepaskan dengan mudahnya oleh Jiheng. Xiao Yan mengatakannya padanya, ia tidak perlu begitu keras kepala, lalu mengapa Xiao Yan sendiri tidak bisa tidak terlalu keras kepala?

Ini adalah cinta yang masih harus diperjuangkan oleh Jiheng. Kata-kata yang ingin disampaikannya pada Dijun hari ini cukup merendahkan dirinya, akan tetapi, ia tidak ingin ada orang lain yang mendengarkan mereka.

Melihat Dijun membawa Fengjiu pergi mencuci mukanya, Jiheng sedikit terpaku, lalu mengikuti mereka dan memanggil Dijun, “Guru, mohon tunggu.”

Donghua berbalik untuk menghadapnya.

Jiheng takut-takut berkata, “Sebenarnya adalah, aku punya permintaan yang ingin kuajukan padamu hari ini. Aku sengaja datang kemari untuk menunggumu supaya aku bisa mendapatkan persetujuanmu.”

Donghua masih belum berbicara. Jiheng tahu Dijun sedang menanti dirinya untuk melanjutkan. 

“Aku melakukan kesalahan saat aku masih muda dan bodoh, dan untuk alasan itulah tidak dapat pulang ke rumah selama tiga ratus tahun terakhir. Aku juga terlalu malu untuk pulang ke rumah. Tetapi aku tidak dapat selamanya bertamu di Lembah Fanyin. Aku harap kau dapat mempertimbangkan soal ayahku dan membawaku pergi dari sini. Aku tidak keberatan bahkan jika aku harus menjadi seorang pelayan rendahan di kediamanmu.”

Jiheng menggertakkan giginya dan melirik sekilas ke arah Fengjiu. 

“Jika kau berbaik hati menyetujuinya, aku bersedia untuk melayanimu dan Yang Mulia Fengjiu selama sisa hidupku.”

Fengjiu terkejut ketika ia mendengarkan Jiheng menyebut namanya, rasa kantuknya menghilang sepenuhnya. Walaupun perkataan Putri Jiheng ini merendahkan dirinya sendiri, jika Dijun cukup lembut untuk membawanya kembali ke Jiuchongtian, itu akan sama saja dengan membawa pulang sebuah bom waktu.

Pria tidak memerhatikan pikiran cerdik seorang wanita, Fengjiu pun tidak begitu memerhatikan mereka sebelumnya.

Beruntungnya, Pendekar Xiao Yan ada di sana untuk memberikan beberapa petunjuk pada Fengjiu dan ia sudah tahu lebih baik sekarang. 

Fengjiu cepat-cepat berkata pada Jiheng penuh ketulusan: “Menurut pendapatku, Lembah Fanyin adalah sebuah tempat yang sangat indah. Bahkan jauh lebih baik lagi karena tidak ternoda oleh miasma dari duniawi. Apa bagusnya pergi ke Istana Taichen sebagai seorang pelayan? Peraturan Istana ketat, seorang pelayan rendahan tidak diperbolehkan untuk menginjakkan kakinya di ruangan dalam. 

"Aku sudah pernah mencoba menjadi pelayan rendahan yang kau bicarakan itu. Aku mencoba selama empat ratus tahun tetapi tidak dapat melihat Dijun bahkan sekali saja. Kau hanya akan merendahkan statusmu jika kau melakukan itu. Sementara diriku, yah, aku masih muda dan cukup tebal muka.”

Ketika Dijun menoleh, Fengjiu melihat ada percikan main-main dalam matanya. Dalam pikiran Fengjiu, ia berpikir Dijun mungkin sedang mengatakan, “Kulitmu tidak jadi lebih tipis sekarang.”

Wajah Fengjiu tiba-tiba jadi terasa panas.

Keterkejutan muncul di mata Jiheng, tetapi ia melihat ke arah Dijun penuh harap.

Donghua berkata dingin, “Kau hanya bisa menjaga racun Qiushui di bawah kendali jika kau tetap berada di Lembah Fanyin. Apabila kau bisa menetap di sini dengan tenang selama tiga ribu tahun, racun dalam tubuhmu akan menghilang dengan sendirinya.”

Perkataan Dijun mengimplikasikan bahwa Jiheng tidak perlu memikirkan untuk pergi dari lembah lagi. 

Jiheng berkata panik, “Tetapi bukankah itu berarti aku tidak akan bisa melihatmu secara berkala ....?”

Fengjiu menawarkan, “Sebenarnya, aku bisa meninggalkan sebuah lukisan untukmu ....”

Donghua tiba-tiba saja berbicara: “Ayahmu mempercayakanmu padaku sebelum ia meninggal. Akan tetapi, aku tidak pernah suka menjaga seseorang yang menginginkan terlalu banyak hal dariku.”

Wajah Jiheng langsung berubah pucat. 

Pada akhirnya, ia berkata sedih, “Aku mengerti.”

***

Di dekat kolam, Fengjiu melihat tanpa sadar ke dalam air. Dijun membasahi sehelai saputangan dan menyerahkannya pada Fengjiu. Ia meletakknya di atas wajahnya.

Setelah kesejukan meresap ke dalam kulitnya, Fengjiu akhirnya tersadar dan berkata, “Beruntungnya, ketika aku menjadi seorang pelayan di istanamu, kau tidak punya kesempatan untuk mengenaliku. Jika kau sudah mengenalku dulu, kau akan mengatakan hal yang sama padaku seperti yang kau katakan pada Jiheng hari ini.”

Fengjiu ragu-ragu: “Sebenarnya, apa yang kau katakan itu agak dingin.”

Fajar mulai bangkit dari timur, membawa bersamanya sinar yang cemerlang. Rerumputan hijau terhampar seperti sehelai karpet di dekat kolam. Dijun berbaring dan menatap angkasa luas di atasnya. 

Ia tampak melamun selagi berkata, “Kalau aku sudah mengenalmu dulu, putraku sudah akan cukup tua untuk disuruh-suruh melakukan sesuatu sekarang.”

Fengjiu sedang menyingkirkan saputangan itu dari wajahnya dan tidak dapat benar-benar mendengarkannya terlalu jelas. 

“Apa yang kau bilang?” ia bertanya.

Dijun meletakkan kepalanya di tangan kirinya, menepuk rumput dengan tangan kirinya dan berkata pada Fengjiu, “Ayo berbaring di sini sejenak sebelum kita kembali.”

Fengjiu tenggelam dalam pikirannya. Ia merasa begitu familier dengan posisi Dijun ini.

Dijun selalu berbaring dengan satu tangan ketika ia memancing dan menggunakan tangan lainnya untuk menopang tongkat pancingnya. Sementara menunggu seekor ikan menggigit umpannya, ia terkadang bahkan menggunakan sebuah kitab Buddha untuk menghadang wajahnya dari matahari.

Berbagai wujud Dijun semuanya tampan, tetapi ia paling menyukai yang tampak damai ini. Tersihir oleh ketampanan Dijun, Fengjiu berbaring meskipun mengetahui kalau ada orang-orang yang masih menunggu mereka.

Fengjiu bahkan dengan sukarela merangkak menuju pelukannya, walaupun ia tidak lupa mengingatkan Dijun: “Mo Shao dan Pangeran Ketiga masih menunggu kita. Kita hanya akan berbaring di sini sebentar saja, oke ....?”

Di antara gelombang rerumputan hijau, Dijun memeluk Fengjiu dan memjamkan matanya.

“Mereka akan menemukan sesuatu untuk dilakukan. Kita tidak perlu memikirkan mereka.”

Su Moye melihat ke arah pasangan yang sedang menyaksikan matahari terbit di dekat kolam dan berkata pada Liansong, “Pernahkah ini terjadi sebelumnya? Menurutmu, apa yang harus kita lakukan sekarang?”

Liansong mendesah. 

“Ia selalu mengabaikanku tiap saat, tetapi ini pertama kalinya ia mengabaikanku untuk seorang gadis.”

Liansong melambaikan tangannya dan memunculkan sebuah papan catur, kemudian mendesah lagi, “Apalagi yang bisa kita lakukan selain menunggu? Mari habiskan waktu dengan beberapa permainan, oke?"

0 comments:

Posting Komentar