Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 2
Chapter 16 Part 3
“Dijun menyembunyikan masalah ini dari semua orang. Aku menduga ini sangatlah rahasia. Aku telah mempertimbangkannya sekian lama sebelum memberitahukannya padamu, apa kau tahu kenapa?”
Matahari terbenam yang bersisik pun telah tenggelam. Setengah bulan berkabut terhenti di atas puncak gunung.
Fengjiu berbaring, melihat ke langit berkabut dan tertawa, “Supaya kau bisa menipu satu botol anggur lagi dariku?”
Xie Guchou melirik Fengjiu dan menggoyangkan botol labunya, “Apa yang mungkin kulakukan di depanmu? Apakah kau punya sesuatu yang belum kuketahui? Saat kita minum-minum bersama tujuh tahun yang lalu, bukankah kau bilang dalam keadaan mabukmu, bahwa Dijun pernah menyelamatkanmu di Gunung Qinyao?
"Kau berpikir untuk membalas budinya dengan menyelamatkannya di dalam Lingkup Teratai Jahat, tetapi pada akhirnya kau malah diselamatkan olehnya dan berutang lagi. Kau bilang kalau cepat atau lambat, kau harus mencari satu kesempatan untuk membalas budinya.
"Menurutku, ini adalah kesempatanmu. Dibandingkan dengan Dijun, bayangannya mungkin jauh lebih baik. Bagimu untuk kembali ke Istana Taichen dan bertemu lagi dengannya mungkin akan sedikit sulit, kan?”
Fengjiu memejamkan matanya dan berkata, “Kau berbeda hari ini. Kau banyak bicara.”
Fengjiu menjeda lalu menambahkan, “Biasanya kau selalu bilang bahwa patah hati ini nantinya akan menghilang setelah sekian lama. Tetapi, kau tahu, itu salah.”
Xie Guchou menurunkan pandangan ke arah Fengjiu.
“Oh? Bagaimana bisa?”
Di dalam angin malam, Fengjiu menutupi matanya seraya menjawab: “Sudah sepuluh tahun, tetapi aku masih belum bisa melupakan semua hal menyedihkan itu. Kapanpun aku memikirkan mereka, hatiku masih sama sakitnya seperti dulu.”
Xie Guchou juga berbaring dan menatap ke langit malam yang berkabut.
“Itu karena masih belum cukup lama.”
Fengjiu berbalik menatapnya.
“Sejujurnya, aku juga memikirkan soal masa-masa menyenangkannya. Aku tidak memberitahukan padamu bahwa Dijun membangun sebuah paviliun hexagonal untuk membuatku tetap sejuk, memberikanku ubi bakar, membuatkanku ikan asam manis, bahkan membalutkan lukaku.”
“Lalu, apa lagi? Hal lain apa lagi yang telah dilakukannya untukmu?”
Fengjiu tergagap, “Dia juga ... dia juga ...”
Sesaat tidak tahu apa yang harus dikatakan, Fengjiu memutar kepalanya ke arah lain sampai akhirnya berkata, “Dia telah menyelamatkanku.”
Xie Guchou dengan enteng berkata, “Menyelamatkanmu hanya membutuhkan sedikit usaha. Di bawah situasi semacam itu, Dijun akan memberikan bantuannya tidak peduli siapa pun dia.”
Xie Guchou menghela napas, “Kenangan menyenangkan darinya hanya sesedikit itu? Lalu, Fengjiu, seberapa banyaknya kenangan yang buruk di sana?”
Fengjiu menatap rembulan.
“Kenangan buruk ... apakah kau ingin mendengarkan beberapa hal menggelikan yang pernah kulakukan?”
Setelah hamparan kesunyian, Fengjiu memulai: “Yah, pernah ada satu waktu ketika aku mengubah cetak biru dari sebuah belati milik Liansong Jun. Tetapi Jiheng mengklaim bahwa ialah yang memperbaikinya, jadi aku menggigitnya. Dijun memarahiku dan berpihak padanya. Pada saat itu, aku berlari keluar dari ruang baca.
"Di malam hari, untuk beberapa alasan, aku mempercayai kalau Dijun akan datang untuk meminta maaf karena ia sudah salah menuduhku, dan dengan tulus merasa cemas apabila ia tidak berhasil menemukanku. Untuk alasan itulah, aku sengaja meringkuk di depan pintu kamar tidurnya sepanjang malam. Bukankah itu menggelikan?”
“Lalu, apakah Dijun datang untuk mencarimu?”
Fengjiu tidak segera menjawabnya.
Setelah sekian lama, ia berkata, “Tidak, ia tetap berada di kamarnya untuk melukis bersama Jiheng.”
Bulannya perlahan memanjat melewati puncak gunung. Beberapa ekor kunang-kunang berkumpul di bawah pohon permohonan.
Xie Guchou bertanya, “Apa yang terjadi setelahnya?”
Fengjiu tanpa sadar menjawab, “Setelahnya ....”
Fengjiu terdiam lagi selama beberapa saat, kemudian melanjutkan: “Setelahnya, Jiheng bersamanya. Meskipun aku telah dirugikan, aku sungguh tetap ingin bersama dengannya. Kau tahu, apa yang kuinginkan hanyalah terus berada di sisi Dijun, tetapi aku hanya tidak bisa menemukan kesempatan apa pun. Selanjutnya ....
"Aku mencakar Jiheng dan Dijun menyuruh agar mengurungku. Zhonglin merasa kasihan padaku, jadi ia melepaskanku untuk berjemur di bawah matahari. Tetapi aku bertemu dengan peliharaan Jiheng, Suoying. Ia ... ia melukaiku, kemudian tanpa sengaja aku terjatuh ke sungai dan diselamatkan oleh Siming. Pada akhirnya, Dijun menikahi Jiheng dan aku pergi meninggalkan Jiuchongtian.”
Fengjiu bergumam, “Semuanya hanyalah hal-hal yang membosankan. Aku yakin kau lelah mendengarkannya.”
Xie Guchou mengernyit.
“Dijun tidak mengatakan apa pun padamu setelahnya? Dan kau pergi begitu saja dari Jiuchongtian?”
Fengjiu berbisik bengong, “Hmm, benar.”
Fengjiu memerhatikan langit dari sela-sela jemarinya selagi ia berkata, “Siming bilang, perasaanku untuk Dijun sudah sedalam lautan, tetapi untuk apa nilainya, aku sendiri masih tidak benar-benar mengetahui apa itu cinta. Meskipun aku menyukai Dijun tak peduli apa pun, dibandingkan dengan keunggulan tertingginya, jika kau bertanya padaku apa yang kuinginkan, aku lebih memilih agar Dijun tidak sehebat itu.
"Aku hanya berharap ia tidak tinggal di Istana Taichen dan bahwa ia bukanlah seorang raja. Dengan begitu, hanya aku yang dapat melihat kelebihannya, hanya aku yang akan menyukainya. Aku akan memperlakukannya dengan sangat, sangat baik. Zhi’he pernah mengatakan ia telah bersama Dijun sejak masa kanak-kanaknya dan bahwa perasaanku untuk Dijun tidak dapat dibandingkan dengan miliknya.
"Aku juga tahu, bahwa ada begitu banyak orang yang menyukai Dijun. Tetapi kalau kita hanya membicarakan soal perasaan kami untuk Dijun, maka aku yakin, akulah yang paling mencintainya.”
Xie Guchou mendesah, “Dijun tidak pernah mengetahui perasaanmu di masa itu, dan mungkin tidak akan pernah mengetahuinya selama sisa hidupnya. Bukankah kau sedih karena Dijun bersikap acuh tak acuh padamu?”
Fengjiu mendengung, “Mana mungkin tidak? Tetapi aku menjadi seekor peliharaan agar aku dapat bersamanya. Sudah pasti hanya akan diperlakukan sebagai seekor peliharaan. Memang begitulah adanya bagi peliharaan. Terkadang kami disayangi, terkadang tidak.
"Sikap acuh tak acuh Dijun padaku memang membuatku sedikit sedih. Mungkin itu dikarenakan jauh dalam lubuk hatiku, aku memang tidak sungguh-sungguh melihat diriku sebagai seekor peliharaan.”
“Kau sudah cukup merendahkan dirimu di hadapannya,” Xie Guchou menjawab, menggelengkan kepalanya.
“Demi dirinya, kau membuang bulu berhargamu, posisi terhormatmu, juga keluarga dan sahabatmu. Jika kau membalas budi, ini sudah lebih dari cukup.”
Fengjiu menutup matanya.
“Lupakan ini. Mereka semua hanyalah kerinduanku saja; mereka tidak boleh disalahartikan sebagai rasa terima kasih.”
Setelah sekian lama, Fengjiu menambahkan, “Kau benar, ini akan jadi kesempatan bagus jika Dijun yang berada di dunia bawah adalah bayangan. Karena Dijun ingin menyembunyikan masalah ini dari para dewa, aku juga tidak boleh tahu bahwa ia berada di dunia itu juga.
"Jika kau tidak keberatan, tolong buatkan satu jiwa dari bayanganku dan biarkan ia terlahir di tempat bayangan Dijun terlahir. Kali ini, aku berharap supaya bayanganku dapat benar-benar membalaskan budinya untukku, menyelamatkannya kapanpun ia terancam bahaya, membantunya mendapatkan apa pun yang diinginkannya.”
Xie Guchou meraih botol labunya.
“Membantunya mendapatkan apa pun yang diinginkannya ... bagaimana kalau ia tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, dan pembalasan budi ini tetap tidak berhasil?”
Fengjiu menatap cahaya rembulan di pegunungan di kejauhan dan membalas, “Bukankah kau bilang Dijun sendiri akan terlahir ke dunia manusia selama tiga puluh tahun? Jika masih tidak berhasil juga kali ini, aku akan pergi dan membujuk Siming ketika waktu itu datang. Aku akan bertanya padanya dimana Dijun bereinkarnasi.”
Fengjiu berkata pelan, “Dalam tiga puluh tahun ketika aku bertemu Dijun lagi, aku yakin aku tidak akan setidakberguna aku yang sekarang.”
Xie Guchou meminum anggurnya dan berkata hangat, “Baiklah, berikan padaku separuh dari bayanganmu. Tak peduli apakah budi ini terbayarkan atau tidak, aku akan membawakan kabarnya kembali padamu.”
***
Sinar bulan yang kabur dan bayangan dari burung-burung. Pemandangan berawan di dalam cermin telah berubah menjadi langit biru cerah saat Aranya dilahirkan ke dunia, di Lembah Fanyin.
Peristiwa selanjutnya yang ditampilkan satu per satu di dalam cermin, semuanya sampai jiwa Aranya melayang dari pinggir sungai Si’xing, bayangan aslinya kembali ke tangan Xie Guchou di alam baka.
Chen Ye pergi terhuyung-huyung dari paviliun. Su Moye tidak menghentikannya, maupun bertanya kemana ia akan pergi.
Chen Ye adalah seorang pria yang cerdas. Agaknya, ia sudah menduga kalau dirinya adalah bayangan Dijun dan menyadari Aranya merupakan bayangan Fengjiu.
Dua bayangan.
Kehidupan mereka tidak lebih dari perpanjangan masa lalu dari orang lain.
Siapapun yang diberitahukan hal semacam itu pasti akan hancur. Terlebih lagi, seperti yang dikatakan oleh Dijun, Aranya tidak akan kembali.
Mengapa Aranya jatuh cinta pada Chen Ye, mengapa Aranya menyelamatkan Chen Ye, mengapa Aranya selalu melakukan yang terbaik untuk membantu Chen Ye mendapatkan apa pun yang diinginkan Chen Ye, Su Moye akhirnya mengerti.
Karena Aranya datang ke dunia ini demi Chen Ye, hidup Aranya pun memang ditakdirkan milik Chen Ye.
Su Moye tidak tahu apa yang Chen Ye pikirkan ketika ia meninggalkan paviliun dengan keadaan linglung. Chen Ye kelihatan begitu hancur sampai-sampai ia tak sanggup untuk bertanya.
Dijun juga tidak menghentikan Chen Ye pergi. Malahan, ia tetap diam menatap ke dalam cermin seolah ia bahkan tidak memerhatikan Chen Ye.
Dijun mengerutkan keningnya. Su Moye tidak yakin apakah terdapat kesedihan dalam ekspresi Dijun. Ia belum pernah melihat Dijun seperti ini sebelumnya.
Su Moye berpikir, itu hanyalah sebuah cermin, tidak lain hanyalah sebuah benda mati, tetapi cermin ini telah membuat semua orang begitu sedih.
Beberapa saat setelahnya, Xie Guchou muncul di permukaan cermin, lagi-lagi mengunjungi Qingqiu. Ia duduk di tepi sungai Wangsheng selagi ia minum bersama Fengjiu.
Di tengah embusan angin sepoi-sepoi, Fengjiu menuangkan arak lagi dan berkata, “Apakah bayanganku memenuhi tugasnya? Apakah ia berhasil membantu bayangan Dijun untuk mendapatkan apa yang diinginkannya?”
Xie Guzhou menerima cangkir dari Fengjiu dan menghela napas, “Tidak. Hingga hari ia meninggal, ia masih tidak tahu apa yang paling diinginkan bayangan Dijun. Pembalasan budi ini tidak memiliki akhir yang kita harapkan.”
“Dia ... meninggal? Apakah ini berarti pembalasan budinya juga gagal? Tampaknya aku harus mencari hari bagus untuk membujuk Siming.”
Xie Guchou meneguk habis anggurnya.
Ia menuangkan lagi untuk dirinya sendiri dan berkata pada Fengjiu, “Bukankah akan sulit bagimu bertemu dengan Dijun lagi?”
Bersamaan dengan bunga-bunga yang melayang turun, satu kelopak bunga jatuh ke atas ujung jari Fengjiu. Ia menundukkan kepalanya dan tersenyum lembut.
“Setelah sekian lama, sesuatu seperti patah hati, secara perlahan akan menghilang. Aku tidak mempercayaimu sebelumnya, tetapi kali ini aku pikir kau benar. Di saat kami bertemu lagi di dunia manusia, itu hanya akan berupa pembalasan budi. Maka, mungkin kami akan bertemu lagi suatu hari di Langit di pesta atau apa.
"Dijun akan menjadi dewa terhormat yang jarang menghadiri pesta, dan aku masih tetap menjadi Fengjiu dari Qingqiu. Di mata Dijun, aku hanya akan seperti seorang ratu muda yang ditemuinya untuk pertama kalinya. Apa yang kami miliki di antara kami hanyalah aku yang pernah menyukainya tanpa pernah ia ketahui.”
Donghua sangat terguncang.
Fengjiu pertama kali bertemu dengannya di Gunung Qinyao, tetapi pertama kali Donghua bertemu dengan Fengjiu adalah dua ribu tahun kemudian di tepi danau Wangsheng.
Fengjiu mengatakan mereka mungkin akan bertemu suatu hari nanti di sebuah pesta. Ia tidak keliru.
Mereka kemudian bertemu di pesta pernikahan bibi Fengjiu dimana Fengjiu hampir menendang sebuah pot bunga mengenai kepalanya.
Ia telah menyebabkan begitu banyak kepedihan bagi Fengjiu selama bertahun-tahun, tetapi pada saat itu, Donghua tidak dapat mendeteksi apa pun dari wajah Fengjiu.
Fengjiu hanya bertingkah seperti seorang ratu muda yang ditemuinya untuk pertama kali, cerdas, bersemangat, dan cantik.
Cermin Miaohua telah tenang selama beberapa waktu, namun Dijun masih kehilangan kata-kata.
Su Moye memanggil, “Yang Mulia.”
Mata Dijun menatap ke suatu tempat yang tak diketahui, masih tidak mengutarakan apa-apa.
Su Moye melangkah maju dan memanggilnya lagi, “Yang Mulia?”
Dijun akhirnya tersadar.
Dijun menatap Su Moye selama beberapa waktu kemudian bertanya, “Kapan pertama kalinya kau bertemu dengan Xiao Bai?”
Dijun membuat Su Moye terkejut. Ucapan Fengjiu dari dalam cermin mungkin telah membuat Dijun sedih dan mengingatkan sesuatu dalam benaknya yang kemudian memicu pertanyaan ini.
Akan tetapi, pertanyaan ini juga tidak mudah untuk dijawab.
Su Moye bertemu dengan Fengjiu di Sepuluh Mil Kebun Buah Persik milik Dewa Agung Zheyan dimana keduanya bertemu secara pribadi ketimbang diperkenalkan secara sebagaimana mestinya sesuai dengan cara bangsawan.
0 comments:
Posting Komentar