Sabtu, 07 November 2020

3L3W TPB 2 - Chapter 13 Part 2

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 2

Chapter 13 Part 2

Tiga hari setelahnya, Junuo pergi dari Ibu kota. Kehamilannya terkena dampak di hari ia menerima hukumannya di Teras Lingshu. Dengan berbagai permohonan dari Lady Qinghua, Shangjun akhirnya mengalah dan mengizinkan Junuo untuk tetap berada di Ibu kota cukup lama demi memulihkan diri.

Fengjiu mendengar dari Mo Shao kalau Aranya membantu mereka tahun itu dengan membiarkan Junuo dan Chen Ye bertemu untuk terakhir kalinya. Oleh sebab itu, ia telah mengatur segalanya dengan petugas hukuman beberapa hari yang lalu untuk membuat pertunjukan perpisahan di sungai di luar kota untuk keduanya.

Mo Shao bilang Aranya tidak ikut tahun itu, tetapi tidak punya apa pun untuk dilakukan, Fengjiu merasa kalau tidak ada salahnya jika ia melihat-lihat sedikit.

***

Sinar mentari yang tenggelam berkilauan di atas air. Pepohonan dedalu berbaris di tepi sungai. Tetapi adegan mengharukan yang sering digambarkan dalam jurnal perjalanan Biyiniao yang menyangkut hadiah perpisahan serta air mata sama sekali tidak terjadi.

Junuo berdiri di bawah sebatang pohon dedalu, tubuhnya kini sekurus ranting. Chen Ye berdiri tegak, menatap ke seberang sungai. Petugas berjanggut berdiri beberapa langkah di belakang mereka, matanya menyala seperti sepasang obor terang. Lama waktu berjalan dalam kesenyapan.

Ternyata memang ada orang di dunia ini yang begitu tidak peka! Akankah orang-orang yang ditatapi oleh orang luar dapat mengekspresikan perasaan terdalamnya?

Fengjiu menghela napas, kemudian memanggil si petugas berjanggut untuk menghampirinya dan membantunya mencicipi teh.

Selama waktu yang dihabiskan Fengjiu dengan Xize dulu, ia telah mempelajari kesenangan dari menikmati teh di alam terbuka. Jadi ia mengambil kesempatan ini untuk membawa satu set teh sebagai latihan.

Tentu saja, baru saja si petugas berjanggut mengangkat kakinya, di belakang mereka, Junuo mulai bergerak. Suaranya terdengar begitu lembut. Sayang sekali, bisikan itu memasuki telinga rubah Fengjiu bersamaan angin itu terdengar jelas.

Apa yang dikatakan Junuo penuh dengan penyesalan: “Aku hanya bisa mengabaikan perasaanmu dalam kehidupan kita ini. Aku terlalu naif, dan sekarang aku tidak pantas lagi untukmu. Aku hanya berharap ... aku hanya berharap kita dapat memperbaharui janji kita di kehidupan kita mendatang. Jika ada kehidupan lainnya, jangan mengabaikan satu sama lain.”

Lengan Fengjiu langsung merinding, cangkir teh di tangannya sedikit terguncang. Ia membesarkan telinganya ingin mendengarkan balasan Chen Ye, tetapi ia sudah membesarkannya cukup lama tetapi tak ada respon apa pun dari Chen Ye.

Pada akhirnya, Chen Ye menjawab Junuo, tampak kebingungan. 

“Perasaaan apa yang kumiliki untukmu?”

Ada sejejak kegoyahan dalam suara Junuo: “Kau, kau bilang kalau aku adalah adik perempuan yang tumbuh besar bersamamu. Bahwa, meskipun aku telah melakukan kesalahan, kau tidak akan mengabaikanku. Biasanya kau bukanlah orang yang suka ikut campur. Tetapi, mengetahui kalau menyelamatkanku akan membawakan konsekuensi yang mengerikan, kau masih menempatkan hidupmu dalam risiko. Jika ini semua bukan karena perasaanmu padaku ...”

Chen Ye berkata enteng, “Aku menyelamatkanmu agar darah ayahmu dapat dipertahankan. Aku bukanlah seorang pria jika aku tidak membayar rasa terima kasihku. Kau harusnya berterima kasih pada ayahmu atas kebaikannya padaku.”

“Lalu mengapa kau datang kemari untuk mengucapkan perpisahan padaku hari ini?” tanya Junuo tak percaya. 

“Bukankah itu karena kau tidak dapat mengabaikanku?”

“Aku hanya ingin mengambil kesempatan keluar untuk berjalan-jalan.”

Suara Junuo terdengar bergetar: “Kau tidak pernah menyukai Changdi dan Aranya, tetapi kau selalu memperlakukanku dengan sangat baik.”

Chen Ye mendadak berkata dengan sedikit jijik: “Itu karena ketidaksucian ibumu dan darah sial. Aku seharusnya tahu karena semenjak kau dan Changdi dilahirkan dari rahim yang sama, tidak akan ada bedanya. Namun aku malah berpikir kau lebih baik.”

Junuo gemetar menahan amarah, suaranya berisi tangisan: “Jika aku berasal dari ketidaksucian dan darah sial, lalu bagaimana dengan Aranya? Ia juga dilahirkan oleh ibu yang sama. Ia telah menikahi orang lain tetapi ia masih mencoba menggodamu. Bukankah ia jauh lebih tidak suci dan sial? Bukankah Aranyalah yang bersedia merusak dirinya sendiri? Tetapi kau bersedia ditahan olehnya ...”

Chen Ye mencibir, “Kau benar sekali, aku memang bersedia ditahan olehnya. Memangnya kenapa?”

Telinga Fengjiu yang terjulur tiba-tiba terkejut, tangannya terkulai ke tanah. 

Si petugas mendatangi Fengjiu khawatir dan bertanya, “Apakah Anda sakit gigi, Yang Mulia?”

Fengjiu menggelengkan kepalanya dan memberikannya secangkir teh, lalu menunjuk ke arah pinggir sungai, berarti memberitahunya kalau ia dapat pergi setelah menyelesaikan tehnya.

Fengjiu datang untuk menikmati pertunjukan hari ini, dan jadilah begini. Ia sungguh tidak mengira alasan Chen Ye menyelamatkan Junuo akan ada di lapisan yang tak terhitung ini. Tetapi, ini juga selaras dengan kepribadiannya.

Chen Ye sesungguhnya bukanlah tipe orang yang mengasihani wanita. Fengjiu cukup mengetahuinya, kalau Chen Ye dapat melukai seseorang hanya dengan membuka mulutnya. Sekarang melihat ke kejauhan untuk menyaksikan Junuo gemetaran seperti sehelai daun diterpa angin, hati Fengjiu dipenuhi simpati.

Junuo pergi penuh penghinaan. Chen Ye menatap ke pemandangan pinggir sungai. Di luar kota terdapat pegunungan yang menjulang tinggi dan beberapa aliran sungai. Dibandingkan dengan pemandangan sempit di kediamannya, tentu saja di sini lebih luas.

Chen Ye baru saja berdebat dengan Junuo. Mungkin saja ia haus. Fengjiu bertanya-tanya apakah ia harus mengundangnya kemari untuk secangkir teh demi melegakan tenggorokannya atau tidak.

Fengjiu baru saja memanggil Chen Ye ketika ia langsung merasa menyesal. Dengan rasa jijik Chen Ye pada Aranya, ia mungkin tidak akan datang; sia-sia Fengjiu memanggilnya. Berpikir demikian, ia mendadak merasa tak berarti dan canggung. Ia bersiap untuk menuangkan teh yang tersisa dan mengumpukan set tehnya untuk pergi.

Tanpa diduga, Chen Ye benar-benar datang. Bukan hanya ia menghampirinya, Chen Ye juga duduk bersilang kaki. Bukan hanya Chen Ye duduk, ia duduk di seberang Fengjiu.

Chen Ye mendongak dan bertanya, “Mana teh yang kau bicarakan?”

Adegan dari pertunjukkan ini ... Fengjiu dengan cepat memasuki perannya dan menjawab, “Di sini, di sini,” seraya menyerahkan secangkir kecil yang baru saja diisinya ke tangan Chen Ye.

Untuk berakting realistis, untuk menampilkan perasaan Aranya pada Chen Ye, Fengjiu harus mengucapkan beberapa kata berisi perhatian.

Di saat bibir Chen Ye menyentuh pinggir cangkir, Fengjiu dengan cemas memberitahunya: “Aku baru saja menyeduh tehnya, jadi masih sedikit panas. Coba ditiup dulu.”

Dan ketika Chen Ye meneguk cairan itu, Fengjiu berkata penuh harap, “Tidak ada yang spesial dari teh ini. Hanya diseduh dengan beberapa daun teh kasar. Tetapi airnya dikumpulkan dari embun daun teratai. Cobalah dan lihat apakah ini sesuai dengan seleramu.”

Chen Ye meletakkan cangkirnya dan menatap Fengjiu dengan mata menusuk. 

Ia dengan tenang menyerahkan sehelai saputangan sutra padanya dan meneruskan akting perhatiannnya dengan penuh penghayatan: “Kau pasti sedang linglung sekarang. Lihat, mulutmu ternoda oleh teh. Gunakan ini.”

Chen Ye memperhatikan Fengjiu selama beberapa lama sebelum menerima saputangannya. 

Terdapat cemoohan dalam perkataannya: “Aku tidak mengerti dirimu. Beberapa hari yang lalu, aku dengar kasih sayang antara kau dan Tuan Xize telah membuat kalian menjadi pasangan yang dicontoh di antara para bangsawan. Tetapi kenapa kau menunjukkan begitu banyak perhatian padaku hari ini?”

Hati Fengjiu berdebar. Xize tidak pernah meninggalkan Gunung Qinan dalam masa Aranya. Xize tidak memainkan peran apa pun dalam cerita Aranya dan Chen Ye. Tetapi Fengjiu melupakan kalau Xize sekarang merupakan satu dari banyaknya variabel.

Mo Shao telah memperingatkannya kalau Fengjiu dapat melakukan apa pun yang diinginkannya, tetapi ia harus memainkannya sesuai dengan masa lalu ketika itu tentang hubungan antara Aranya dan Chen Ye, karena ini merupakan komponen penting dari hasil masa depan.

Fengjiu memegangi tangan Chen Ye dan berkata tulus, “Xize dan aku hanya bermain-main satu dengan lainnya. Tetapi perasaanku untukmu ...”

Fengjiu baru saja akan mengucapkan ‘selalu tulus’ ketika ia dengan cepat mengigiti lidahnya seraya mendadak teringat Aranya hanya diam-diam menyukai Chen Ye saat ini.

Tepat saat ini, kebetulan sekali Chacha membawa Xize, yang baru kembali dari Istana Qinan tiba-tiba saja, ke pinggir sungai untuk mencari Fengjiu.

Apa yang dilihat oleh keduanya tepat adegan ini.

Pepohonan dedalu yang bergoyang di pinggiran sungai; angin sepoi-sepoi sungai dengan lembut menggesek permukaan air. Di lapangan rumput duduklah sebuah meja teh. Di sana, Chen Ye dan Fengjiu sedang duduk saling berhadapan.

Fengjiu sedang menggenggam tangan Chen Ye dalam telapak tangannya dari seberang meja teh. Fengjiu dengan lembut membisikkan sesuatu padanya. Di dalam matanya terdapat kelembutan tak terbatas.

Pikiran Chacha benar-benar kebingungan. Ia mulai mengikuti di belakang Xize ketika ia melihat Xize mengambil beberapa langkah mendekat.

Chacha mendengar suara Putri-nya sendiri melayang memasuki telinganya: “Xize adalah seorang pria yang baik. Mungkin ‘bermain satu sama lain’ bukanlah penggambaran yang sangat akurat. Meski demikian, apa yang kau katakan sungguh membuatku cemas. Xize dan aku hanyalah teman yang saling membantu satu sama lain dari waktu ke waktu. Aku bersumpah pada Langit, aku sama sekali tidak punya hubungan dengannya. Tidak dulu, tidak sekarang, dan tidak akan pernah. Akankah kau mempercayaiku?”

Chacha tidak punya waktu merenungi perkataan Fengjiu, tetapi ia merasa meleleh mendengarkan suara lembutnya. Tanpa sengaja, Chacha bersin. Di saat ketika Chacha memiringkan kepalanya ke samping, ia melihat ekspresi Xize yang sedikit tercengang.

Wajah Yang Mulianya tampak seputih salju, matanya sedingin balok es.

Chacha dengan hati-hati berputar. Ia melihat pasangan yang sedang duduk di meja teh juga sedang melihat ke arah mereka.

Yang satu tampak biasa saja sementara yang lainnya tampak cukup terkejut. Chacha berpikir, mungkin mereka terkejut oleh bersinnya dan baru menyadari kehadiran mereka sekarang.

Chacha melirik untuk melihat tangan Yang Mulia Aranya-nya masih menyelimuti tangan Chen Ye. Meskipun terdapat keterkejutan dalam matanya, ia tidak menarik kelembutan dari dalamnya.

Terlebih lagi, sang putri tengah berpakaian merah seluruhnya hari ini. Duduk di samping Chen Ye yang mengenakan seluruhnya putih, mereka tampak seperti pasangan yang sangat serasi.

Mata Xize terhenti pada mereka selama beberapa waktu. Fengjiu tidak pernah melihat ekspresi semacam itu di wajah Xize sebelumnya, tetapi pada akhirnya ekspresi macam apa itu, Fengjiu tidak bisa bilang.

Xize mengambil selangkah ke depan, kemudian berhenti, lalu melihat ke arah pasangan yang tengah duduk diam sejenak, tidak berbicara, dan akhirnya berbalik pergi.

Chacha mengingat punggung Yang Mulia Xize yang selalu tampak bermartabat. Tak peduli ada krisis apa pun, langkahnya tak pernah tergesa-gesa. Memiliki gaya elegannya sendiri. Untuk beberapa alasan, langkah kakinya sekarang sedikit terburu-buru.

Chacha berdiri diam di tempat, tahu kalau ia tidak seharusnya mengikuti Xize kali ini. 

Ia mendengar Chen Ye bertanya penuh makna pada majikannya: “Jika memang tidak ada apa pun di antara kalian berdua, kenapa ia pergi?”

Chacha mendengar majikannya menjawab tulus juga samar: “Oh, sungguh tidak ada apa pun antara Xize dan diriku. Kau tidak perlu mengujiku. Mungkin ia pergi karena ia merasa telah mengganggu kesenangan minum teh dan menikmati pemandangan kita. Atau apakah menurutmu lebih banyak orang akan meningkatkan suasananya? Kalau kau lebih suka sesuatu yang ramai, aku bisa memanggilnya kembali.”

Chacha melihat punggung Yang Mulia Xize terhenti sejenak dan merasa saat itu Xize akan meledak. Tetapi dalam sekejap, Xize menghilang dari pandangan mereka.

Chacha mengingat bayangan punggung Xize dan berpikir pada dirinya sendiri. Yang Mulia Xize memanglah Yang Mulia Xize. Ia bahkan membuat pemandangan ‘pohon giok dalam angin.’

Meskipun demikian, anginnya sepertinya agak sedikit kuat, membuat pohon giok dalam angin tampak sedikit terpencil.

Chacha mendadak merasakan gelombang rasa simpati menyapunya.

***

Fengjiu melihat ke arah hujan deras di luar jendelanya sembari melamun. Setelah mereka meninggalkan lapangan sore ini, ia merasa bangga akan dirinya sendiri karena memperhatikan Xize berjalan pergi selagi tetap meyakinkan dan menemani Chen Ye minum teh sebelum mengantarkannya kembali ke Kediaman Mengchun.

Ini adalah bentuk profesionalisme Fengjiu.

Fengjiu tertangkap dalam skenario tak ubahnya seperti tamu penuh asmara yang pergi mengunjungi rumah bordil untuk mencari kesayangannya hanya untuk tanpa sengaja bertemu istri cerewetnya yang datang untuk menangkap basah perselingkuhan.

Fengjiu mempercayai bahwa seorang pelaku kebiasaan semacam itu tak akan mampu mengatasi masalah lebih baik daripada yang dilakukannya.

Di lain pihak, Fengjiu merasa bahwa tidak mudah untuk menjadi seorang player. Di pihak lainnya, ia merasa kalau ia sudah melakukan pekerjaan yang luar biasa, ia pastilah sangat berbakat.

Setelah Chen Ye kembali ke Kediaman Mengchun, Fengjiu menghabiskan sepanjang sorenya mencari Xize. Ketika hujan mulai turun, ia masih belum dapat menemukan bayangan Xize.

Fengjiu berbalik dan pulang. Jika ia harus menebak, ia akan berkata kalau Xize sedang cemburu. Tetapi Xize selalu seorang pria yang bijaksana, Fengjiu tidak perlu menjelaskan soal dirinya secara langsung pada Xize.

Berurusan dengan Chen Ye adalah hal yang melelahkan, Fengjiu lebih baik menyimpan sebagian tenaganya. Tidak akan baik jatuh sakit dalam hujan.

Chacha meletakkan batang lilin di atas ambang jendela dan menatap ke arah langit malam yang hujan deras. 

Ia dengan cemas melihat Fengjiu dan berkata, “Hujan begitu deras, Yang Mulia Xize pastilah basah kuyup!”

Fengjiu menguap. 

“Xize seharusnya bisa mencari tempat berteduh. Bukan hal yang patut dicemaskan.”

“Jika Anda belum berhasil menemukannya,” pelayannya mendesah, “Itu berarti Yang Mulia Xize sengaja menghindari Anda. Hamba yakin, Yang Mulia Xize ingin menemui Anda tetapi juga takut di waktu bersamaan. Yang Mulia Xize ingin Anda menjelaskan padanya bahwa tidak ada apa pun di antara Anda dengan Yang Mulia Chen Ye, tetapi ia takut kalau Anda akan berkata memang ada perasaan di antara kalian berdua.”

“Xize bukan tipe orang serumit itu ...” Fengjiu membalas.

Chacha mendesah, “Coba pikirkan, Yang Mulia Xize telah pergi entah ke tempat terpencil mana dan saat ini, hujan deras. Tetapi, hati Yang Mulia Xize telah diambil alih oleh syok dan kesedihan, bagaimana bisa ia memperhatikan tentang hujan? Bahkan jika air hujan yang dingin merembes memasuki pakaiannya, rasa dingin itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan rasa putus asa dalam hatinya.”

“Xize tidak mungkin ...”

0 comments:

Posting Komentar