Ten Miles of Peach Blossoms
Chapter 6 Part 3
Aku tidak
menyangka kalau Mo Yuan berjuang keras untuk terus bertarung. Lonceng Dong Huang
mungkin adalah ciptaannya, tetapi ia tidak memiliki kendali atas benda itu
sekarang. Satu-satunya cara untuk menangani amarah Lonceng Dong Huang adalah
dengan menawarkan pengorbanan dari jiwa yang kuat dan sehat sebelum lonceng itu
punya kesempatan untuk sepenuhnya meledak.
Aku masih ingat
Mo Yuan meletakkan pedangnya dan melompat menuju Lonceng Dong Huang,
berpegangan erat pada lonceng itu dengan seluruh tenaganya. Cahaya kemerahan
meledak dari seluruh lonceng, dan saat menembus tubuhnya, warnanya bahkan
berubah jadi lebih merah lagi. Tiba-tiba saja, ia memutar kepalanya, bibirnya
berkedut.
Setelahnya,
Xiao Shi Qi, seseorang yang ahli membaca bibir, memberitahu kami bahwa
kata-kata terakhir Guru adalah, “Tunggu aku.”
***
Mo Yuan adalah
pencipta Lonceng Dong Huang, dan ia memahami seluruh seluk-beluk di dalamnya
lebih baik dari siapa pun. Sebelum loncengnya berhasil menghancurkan seluruh
penempaan energi spiritualnya, Mo Yuan memfokuskan sisa tenaganya dan
melayangkan sebuah mantra, mengorbankan dirinya sendiri demi mengunci Qing Cang
dengan aman di dalam Lonceng Dong Huang.
Segera setelah
Raja Klan Hantu disegel, putra sulungnya, jendral pasukan, memimpin 30.000
pasukan terlukanya menghadap 100.000 pasukan langit, gemetar ketakutan, mereka
menyerahkan surat penyerahan diri mereka.
Lalu, Saudara
Seperguruan Ke-4 memberitahuku, aku memeluk tubuh bersimbah darah Mo Yuan saat
ini terjadi, mataku memerah, mengatakan aku lebih baik mati sebelum menerima
surat penyerahan diri Klan Hantu. Aku memegang erat kipasku dan berucap dengan
ganasnya, jika Guru tidak dapat diselamatkan, semua yang berada di bawah langit
harus dikuburkan di dalam pasir. Pidato perangku nyaris membuatku berhadapan
dengan Tian Jun.
Saudara
seperguruanku khawatir tentang apa yang mampu kulakukan dan memutuskan yang
terbaik adalah membuatku tak sadarkan diri dan membawa tubuh kami kembali ke
Gunung Kun Lun.
Saudara
Seperguruan Ke-4 memberitahuku, aku bertingkah seperti seorang penjahat, tetapi
aku tidak bisa mengingat satu hal pun. Yang dapat kuingat adalah terbangun di
suatu malam dan menemukan diriku berada di atas ranjang Mo Yuan, tanganku
membungkus erat di sekitar jemarinya, dan menyadari ia tidak bernapas.
Pemberontakan
Klan Hantu selesai di situ dan membawa perubahan besar di Istana Da Si Ming.
Pangeran Pertama dipenjara, dan Pangeran Kedua Li Jing mengenakan jubah biru
dan menjadi Raja Klan Hantu. Hari ketika ia mewarisi takhta, ia mempersembahkan
si tua Tian Jun dengan teratai salju bulan langka sebagai upeti.
Si tua Tian Jun
mengirimkan delapan belas dewa berperingkat tinggi turun ke bumi untuk membantu
tujuh belas murid Mo Yuan mengatur pemakamannya. Aku tidak tahu darimana
datangnya kekuatan sihirku yang luar biasa munculnya, tetapi dalam keadaan tak
terurusku, rambut yang mencuat kemana-mana, aku mengayunkan kipasku ke arah
delapan belas dewa ini dan mengirimkan mereka kembali, lari terbirit-birit dari
Gunung Kun Lun.
“Guru mungkin
sudah pergi, tetapi ia membuat kita berjanji untuk menunggunya kembali,” kata
Saudara Seperguruan Ke-7. “Apakah menurut kalian, kita harus mengawetkan
tubuhnya, berjaga-jaga seandainya suatu hari nanti ia kembali?”
Seperti
menawarkan gumpalan beras pada orang yang sedang tenggelam.
***
Ada sesuatu
yang tak banyak diketahui orang-orang di Empat Lautan dan Delapan Dataran
tentang rubah-rubah Qing Qiu, tetapi darah dari rubah putih berekor sembilan
punya kegunaan ajaibnya. Jika diberikan semangkuk darah jantung seekor rubah
putih berekor sembilan, diberikan sekali sebulan, tubuh abadi Mo Yuan akan
tetap terpelihara dengan baik.
Mo Yuan
merupakan dewa, dan oleh sebab itulah, darah ini harus diberikan oleh seekor
rubah betina, untuk mempertahankan keseimbangan yin dan yang.
Beruntungnya,
aku adalah seekor rubah betina, dan aku memiliki persediaan energi spiritual yang
kuat. Aku menancapkan sebilah belati ke dalam jantungku tepat di sana dan
meminumkan Mo Yuan dengan darah itu. Jantungku berdarah selama dua hari dua
malam, dan aku nyaris mati.
Sihirnya
bekerja. Tubuh Mo Yuan menerima darahku, tetapi untuk menjaga tubuhnya dalam
kondisi yang baik, akan memerlukan asupan terus-menerus dari darahku: tidak ada
rubah lain yang bisa menggantikannya.
Aku terikat
kekhawatiran. Sekitar saat inilah aku mendengar kalau ada sebuah benda magis
yang dimiliki Klan Hantu, disebut dengan Giok Arwah. Jika diletakkan di mulut
Mo Yuan, Giok Arwahnya akan menghentikan tubuhnya membusuk. Itu merupakan
sebuah benda suci dan mungkin akan sulit untuk didapatkan.
***
Aku memutuskan
mengesampingkan masalahku dengan Li Jing dan pergi menemuinya. Aku berharap, ia
akan mengingat hari-hari lalu persahabatan yang kami berdua miliki dan setuju
untuk meminjamkanku Giok Arwahnya. Klan Hantu yang patut disalahkan atas
keadaan kritis yang dialami Mo Yuan, meskipun luka terjadi di perperangan,
membuat rasa bersalah sulit untuk ditetapkan.
Aku merendahkan
diriku, menjilat, dan menyanjung.
Li Jing duduk
di takhtanya, di dalam Istana Da Si Ming yang agung, dan menatap ke bawah ke
arahku. Ia jadi lebih serius semenjak dinobatkan sebagai Raja Klan Hantu.
“Meskipun Giok
Arwah adalah salah satu artefak suci Klan Hantu,” ia memulai, lambat dan
disengaja, “karena persahabatan kita, aku akan meminjamkannya padamu dalam
sekejap. Sayangnya, terjadi begitu banyak kekacauan di dalam istana belum lama
ini, dan beberapa hari yang lalu, Giok Arwah menghilang, aku sangat menyesal
karena mengecewakanmu.”
Aku merasa
seolah sambaran petir baru saja turun dari langit dan membelah keningku. Aku
merasa seolah nyawaku sudah meninggalkan tubuhku.
Aku sedang
berjalan keluar dari Istana Da Si Ming, dalam keadaan bengong saat aku
menemukan diriku berhadapan tatap muka dengan Xuan Nu, berpakaian mewah.
“Si Yin, kau
sudah datang sejauh ini,” katanya dengan suara yang terdengar jauh. “Mengapa
tidak beristirahat sejenak sebelum meneruskan perjalananmu. Kalau tidak, akan
tampak seolah kau tidak diperlakukan dengan sangat sopan di Istana Da Si Ming.”
Walaupun aku
membencinya, aku merasa terlalu lelah secara fisik dan mental untuk sudi
menanggapinya. Aku mengitarinya dan meneruskan jalanku. Tampaknya ia tidak
sadar ia sedang diabaikan dan meletakkan tangannya di hadapan wajahku.
“Bukankah kau
kemari untuk meminta Giok Arwah?” tanyanya lembut.
Aku melihat ia
sedang memegangi sebongkah batu giok yang di selimuti lingkaran cahaya yang
bersinar.
Aku mengangkat
kepalaku tajam dan menatapnya.
“Raja
memberikannya kepadaku kemarin sebagai hadiah,” katanya sambil terkikik. “Ia
menyuruhku untuk mengusapkannya ke bekas lukaku. Qing Cang mencambukku begitu
parahnya, dan sementara luka-lukaku mulai membaik, aku masih memiliki bekas
luka yang parah. Tidak menyenangkan bagi gadis untuk mempunyai luka di tubuh
mereka, kan?”
Aku mendongak
menatap langit, tertawa kecil tiga kali, dan melemparkan sebuah mantra untuk
membekukannya. Aku mengeluarkan kipasku, dan membawanya, aku menerobos masuk ke
mahkamah Li Jing. Aku membongkar Giok Arwah keluar dari telapak tangannya dan
meletakkanya di hadapannya.
Ia mengangkat
kepalanya untuk menatapku, wajah cantiknya memucat. Mulutnya terbuka, tetapi
tak sepatah kata pun keluar.
Aku melemparkan
Xuan Nu ke dalam pelukannya dan mengambil langkah maju menuju pintu.
Sambil
tersenyum pahit, aku berkata, “Penyesalan terbesarku adalah datang ke Istana Da
Si Ming untuk mengunjungimu, Pangeran Hantu. Kalian berdua adalah pasangan yang
serasi. Satunya berhati kejam seperti seekor serigala, satunya lagi berparu
pengecut seperti seekor anjing. Mulai hari ini dan seterusnya, Si Yin dan
Istana Da Si Ming adalah musuh bebuyutan.”
***
Masa muda dan
harga diri menghentikanku mengambil Giok Arwahnya. Malahan, aku meninggalkan
Istana Da Si Ming dengan tangan kosong, menendang, dan memukuli siapa saja yang
kutemui di jalan.
Kembali ke
Gunung Kun Lun, dan melihat warna kulit Mo Yuan yang semakin suram, aku sungguh
tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Saat senja, aku mencuri masuk ke
dalam kamar alkimia. Aku mengambil obat apa saja yang dapat kutemukan dan
mencampurkannya ke dalam makanan saudara-saudara seperguruanku.
Di tengah
malam, sementara mereka semuanya tertidur pulas, aku menggendong Mo Yuan di
belakang punggungku dan membawanya turun dari Gunung Kun Lun dan kembali ke
Qing Qiu.
***
Gunung Feng Yu
adalah sebuah gunung kecil di utara Qing Qiu. Setengah perjalanan di lereng
gunung ada sebuah gua dengan sejumlah besar energi spiritual yang terkumpul
selama bertahun-tahun. Ayah menamainya Gua Yan Hua.
Aku meletakkan
tubuh Mo Yuan di atas peti es di dalam Gua Yan Hua. Aku khawatir, di saat
berikutnya aku mengambil darahku, aku mungkin akan terlalu lemah untuk
membawakannya, jadi aku hanya berbaring di sisinya.
Tubuh Mo Yuan
dipenuhi dengan luka. Aku harus memberinya darah setiap hari sampai
luka-lukanya membaik, dan satu mangkuk setiap bulannya setelah itu.
Aku benar-benar
tidak tahu berapa malam aku sanggup bertahan dengan pemberian darah terus-terusan
ini, tetapi apa yang berhasil membuatku melaluinya adalah bayangan apabila aku
mati, Mo Yuan pun tidak akan kembali.
Sebaliknya,
kami akan terkubur bersama-sama, dan akan berpergian di dunia selanjutnya secara
berdampingan. Itulah mengapa aku membawanya ke Gua Yan Hua. Itu merupakan
sebuah tempat yang telah kupilih sebagai tempat peristirahatan terakhirku
sebelum ujian langitku.
Aku
menghabiskan tujuh hari seperti ini dan sudah sekarat saat aku membuka mataku
dan melihat Ibu, kelopak matanya memerah dan bengkak.
Ia datang untuk
mentransfer separuh dari energi spiritualnya sendiri kepadaku. Itulah yang
membawaku kembali bernapas dan kembali ke wujud wanitaku. Meskipun aku masih
perlu menancapkan sebuah pisau ke dalam dadaku tiap malam untuk mendapatkan
darah jantungku dan diminumkan pada Mo Yuan, berada dalam perawatan Ibu
benar-benar mengurangi penderitaanku.
***
Aku
menggelengkan kepalaku dan melihat Li Jing telah menyeberangi jembatan bambu
dan sedang berjalan ke arahku. Aku ingat aku terjatuh ke dalam gua bawah tanah
ini dimana kebetulan bertemu dengan Raja Hantu Li Jing sedang bertemu diam-diam
dengan wanita klan hantu ini.
Ia menggenggam
tanganku. “Si Yin, aku telah mencarimu selama 70.000 tahun,” katanya penuh
derita.
Aku melirik
kebingungan pada si wanita klan hantu di paviliun jerami. Aku pernah mendengar
kalau orang yang memberikan piutang mengejar si pengutang, tetapi tidak pernah
sebaliknya. Terlebih lagi, anehnya, si pengutang yang menghampiri untuk
mengingatkan secara spesifik pada si pemberi piutang apa yang diutangkannya.
Bagaimana pun kau menambahkannya, Li Jing adalah orang yang berutang kepadaku.
Aku melepaskan
genggamannya dan mundur selangkah. Ia maju selangkah, menatapku sepanjang
waktu.
“Apakah kau
masih membenciku. Dulu, di Istana Da Si Ming bertahun-tahun yang lalu, kau
mengatakan padaku kalau mulai dari hari itu, kita akan menjadi musuh bebuyutan.
Tetapi kau harus tahu betapa aku ...”
Aku menyatukan
kedua tanganku dan memaksakan seulas senyuman.
“Raja Hantu,
kau tidak perlu khawatir—perkataan itu dilontarkan dalam keadaan panas.
Sekarang, Klan Hantu dan Dewa hidup berdampingan dalam damai. Aku telah belajar
untuk jadi bersikap lebih masuk akal. Aku tidak akan menciptakan masalah ketika
tidak ada masalah, ataupun mengganggu kedamaian Istana Da Si Ming. Tetapi kau
dan aku harus terus menjaga jarak kita.”
Ia tampak
terkejut. “Si Yin, aku meninggalkanmu dulu karena kau bukanlah seorang gadis,”
jelasnya cepat. “Jadi, aku ... selama 70.000 tahun terakhir, aku dengar kau
telah ... telah ... tapi aku tidak mempercayai mereka. Aku selalu memikirkanmu
selama bertahun-tahun ini, Si Yin ...”
Mendengar nama
Si Yin melayang-layang membuat kepalaku mulai pusing.
“Siapa bilang
aku bukan seorang gadis?” tanyaku marah. “Buka matamu baik-baik dan lihat
dengan jelas. Apakah pria akan terlihat seperti ini?”
Ia baru saja
akan mendekat dan meraih tanganku, tetapi tangannya berhenti di udara.
“Jadi kau
adalah seorang gadis?” tanyanya terkejut. “Jadi, dulu, dulu kau ...”
Aku berpindah
ke samping, menghindarinya.
“Guru tidak
menerima murid wanita, jadi ibuku mengubah tubuhku menjadi tubuh pria,” aku
memberitahunya. “Karena kau mengungkit soal masa lalu, Raja Hantu, aku punya
beberapa kata untuk kusampaikan padamu. Ketika kau meninggalkanku, malah lebih
memilih bersama dengan Xuan Nu, empat qi lin
menyambutnya masuk ke Istana Da Si Ming, dan kau merayakannya selama sembilan
hari berturut-turut, itu adalah pernikahan res—“
Ia melambaikan
tangannya untuk menyelaku.
“Dulu, ketika
kau sangat kecewa, kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau adalah seorang
gadis?”
Aku benar-benar
melupakan apa yang hampir saja kukatakan.
Aku
bertanya-tanya bagaimana baiknya untuk menanggapi, “Pastinya aku sangat kecewa
waktu itu, meskipun aku sudah tidak mengingatnya lagi sekarang. Dan kau menyayangi
Xuan Nu, mencintai perhatiannya dan karakternya, bukan hanya karena wajahnya.
Sudah berakhir di antara kita. Apa perbedaannya kalaupun aku memberitahukannya
padamu?”
Ia mengatupkan
bibirnya.
Aku benar-benar
sial malam ini, tetapi sekarang, kulihat, aku berhasil membuatnya gugup dengan
perkataanku. Aku mengambil kesempatanku, bergegas pamitan dengan sopan sebelum
berbalik, dan melontarkan satu mantra, dalam anginnya, terbang melayang. Di
perjalananku ke atas, aku membuat diriku tak terlihat untuk menghindari
keterlibatan lebih jauh.
Yang dapat
kudengar di belakangku adalah jeritan paniknya, “Si Yin!”
Tetapi, tak ada
lagi seorang pun tersisa di dunia ini yang bernama Si Yin.
0 comments:
Posting Komentar