Minggu, 15 November 2020

3L3W TMOPB - Chapter 6 Part 3

Ten Miles of Peach Blossoms

Chapter 6 Part 3


Aku tidak menyangka kalau Mo Yuan berjuang keras untuk terus bertarung. Lonceng Dong Huang mungkin adalah ciptaannya, tetapi ia tidak memiliki kendali atas benda itu sekarang. Satu-satunya cara untuk menangani amarah Lonceng Dong Huang adalah dengan menawarkan pengorbanan dari jiwa yang kuat dan sehat sebelum lonceng itu punya kesempatan untuk sepenuhnya meledak.

Aku masih ingat Mo Yuan meletakkan pedangnya dan melompat menuju Lonceng Dong Huang, berpegangan erat pada lonceng itu dengan seluruh tenaganya. Cahaya kemerahan meledak dari seluruh lonceng, dan saat menembus tubuhnya, warnanya bahkan berubah jadi lebih merah lagi. Tiba-tiba saja, ia memutar kepalanya, bibirnya berkedut.

Setelahnya, Xiao Shi Qi, seseorang yang ahli membaca bibir, memberitahu kami bahwa kata-kata terakhir Guru adalah, “Tunggu aku.”

***

Mo Yuan adalah pencipta Lonceng Dong Huang, dan ia memahami seluruh seluk-beluk di dalamnya lebih baik dari siapa pun. Sebelum loncengnya berhasil menghancurkan seluruh penempaan energi spiritualnya, Mo Yuan memfokuskan sisa tenaganya dan melayangkan sebuah mantra, mengorbankan dirinya sendiri demi mengunci Qing Cang dengan aman di dalam Lonceng Dong Huang.

Segera setelah Raja Klan Hantu disegel, putra sulungnya, jendral pasukan, memimpin 30.000 pasukan terlukanya menghadap 100.000 pasukan langit, gemetar ketakutan, mereka menyerahkan surat penyerahan diri mereka.

Lalu, Saudara Seperguruan Ke-4 memberitahuku, aku memeluk tubuh bersimbah darah Mo Yuan saat ini terjadi, mataku memerah, mengatakan aku lebih baik mati sebelum menerima surat penyerahan diri Klan Hantu. Aku memegang erat kipasku dan berucap dengan ganasnya, jika Guru tidak dapat diselamatkan, semua yang berada di bawah langit harus dikuburkan di dalam pasir. Pidato perangku nyaris membuatku berhadapan dengan Tian Jun.

Saudara seperguruanku khawatir tentang apa yang mampu kulakukan dan memutuskan yang terbaik adalah membuatku tak sadarkan diri dan membawa tubuh kami kembali ke Gunung Kun Lun.

Saudara Seperguruan Ke-4 memberitahuku, aku bertingkah seperti seorang penjahat, tetapi aku tidak bisa mengingat satu hal pun. Yang dapat kuingat adalah terbangun di suatu malam dan menemukan diriku berada di atas ranjang Mo Yuan, tanganku membungkus erat di sekitar jemarinya, dan menyadari ia tidak bernapas.

Pemberontakan Klan Hantu selesai di situ dan membawa perubahan besar di Istana Da Si Ming. Pangeran Pertama dipenjara, dan Pangeran Kedua Li Jing mengenakan jubah biru dan menjadi Raja Klan Hantu. Hari ketika ia mewarisi takhta, ia mempersembahkan si tua Tian Jun dengan teratai salju bulan langka sebagai upeti.

Si tua Tian Jun mengirimkan delapan belas dewa berperingkat tinggi turun ke bumi untuk membantu tujuh belas murid Mo Yuan mengatur pemakamannya. Aku tidak tahu darimana datangnya kekuatan sihirku yang luar biasa munculnya, tetapi dalam keadaan tak terurusku, rambut yang mencuat kemana-mana, aku mengayunkan kipasku ke arah delapan belas dewa ini dan mengirimkan mereka kembali, lari terbirit-birit dari Gunung Kun Lun.

“Guru mungkin sudah pergi, tetapi ia membuat kita berjanji untuk menunggunya kembali,” kata Saudara Seperguruan Ke-7. “Apakah menurut kalian, kita harus mengawetkan tubuhnya, berjaga-jaga seandainya suatu hari nanti ia kembali?”

Seperti menawarkan gumpalan beras pada orang yang sedang tenggelam.

***

Ada sesuatu yang tak banyak diketahui orang-orang di Empat Lautan dan Delapan Dataran tentang rubah-rubah Qing Qiu, tetapi darah dari rubah putih berekor sembilan punya kegunaan ajaibnya. Jika diberikan semangkuk darah jantung seekor rubah putih berekor sembilan, diberikan sekali sebulan, tubuh abadi Mo Yuan akan tetap terpelihara dengan baik.

Mo Yuan merupakan dewa, dan oleh sebab itulah, darah ini harus diberikan oleh seekor rubah betina, untuk mempertahankan keseimbangan yin dan yang.

Beruntungnya, aku adalah seekor rubah betina, dan aku memiliki persediaan energi spiritual yang kuat. Aku menancapkan sebilah belati ke dalam jantungku tepat di sana dan meminumkan Mo Yuan dengan darah itu. Jantungku berdarah selama dua hari dua malam, dan aku nyaris mati.

Sihirnya bekerja. Tubuh Mo Yuan menerima darahku, tetapi untuk menjaga tubuhnya dalam kondisi yang baik, akan memerlukan asupan terus-menerus dari darahku: tidak ada rubah lain yang bisa menggantikannya.

Aku terikat kekhawatiran. Sekitar saat inilah aku mendengar kalau ada sebuah benda magis yang dimiliki Klan Hantu, disebut dengan Giok Arwah. Jika diletakkan di mulut Mo Yuan, Giok Arwahnya akan menghentikan tubuhnya membusuk. Itu merupakan sebuah benda suci dan mungkin akan sulit untuk didapatkan.

***

Aku memutuskan mengesampingkan masalahku dengan Li Jing dan pergi menemuinya. Aku berharap, ia akan mengingat hari-hari lalu persahabatan yang kami berdua miliki dan setuju untuk meminjamkanku Giok Arwahnya. Klan Hantu yang patut disalahkan atas keadaan kritis yang dialami Mo Yuan, meskipun luka terjadi di perperangan, membuat rasa bersalah sulit untuk ditetapkan.

Aku merendahkan diriku, menjilat, dan menyanjung.

Li Jing duduk di takhtanya, di dalam Istana Da Si Ming yang agung, dan menatap ke bawah ke arahku. Ia jadi lebih serius semenjak dinobatkan sebagai Raja Klan Hantu.

“Meskipun Giok Arwah adalah salah satu artefak suci Klan Hantu,” ia memulai, lambat dan disengaja, “karena persahabatan kita, aku akan meminjamkannya padamu dalam sekejap. Sayangnya, terjadi begitu banyak kekacauan di dalam istana belum lama ini, dan beberapa hari yang lalu, Giok Arwah menghilang, aku sangat menyesal karena mengecewakanmu.”

Aku merasa seolah sambaran petir baru saja turun dari langit dan membelah keningku. Aku merasa seolah nyawaku sudah meninggalkan tubuhku.

Aku sedang berjalan keluar dari Istana Da Si Ming, dalam keadaan bengong saat aku menemukan diriku berhadapan tatap muka dengan Xuan Nu, berpakaian mewah.

“Si Yin, kau sudah datang sejauh ini,” katanya dengan suara yang terdengar jauh. “Mengapa tidak beristirahat sejenak sebelum meneruskan perjalananmu. Kalau tidak, akan tampak seolah kau tidak diperlakukan dengan sangat sopan di Istana Da Si Ming.”

Walaupun aku membencinya, aku merasa terlalu lelah secara fisik dan mental untuk sudi menanggapinya. Aku mengitarinya dan meneruskan jalanku. Tampaknya ia tidak sadar ia sedang diabaikan dan meletakkan tangannya di hadapan wajahku.

“Bukankah kau kemari untuk meminta Giok Arwah?” tanyanya lembut.

Aku melihat ia sedang memegangi sebongkah batu giok yang di selimuti lingkaran cahaya yang bersinar.

Aku mengangkat kepalaku tajam dan menatapnya.

“Raja memberikannya kepadaku kemarin sebagai hadiah,” katanya sambil terkikik. “Ia menyuruhku untuk mengusapkannya ke bekas lukaku. Qing Cang mencambukku begitu parahnya, dan sementara luka-lukaku mulai membaik, aku masih memiliki bekas luka yang parah. Tidak menyenangkan bagi gadis untuk mempunyai luka di tubuh mereka, kan?”

Aku mendongak menatap langit, tertawa kecil tiga kali, dan melemparkan sebuah mantra untuk membekukannya. Aku mengeluarkan kipasku, dan membawanya, aku menerobos masuk ke mahkamah Li Jing. Aku membongkar Giok Arwah keluar dari telapak tangannya dan meletakkanya di hadapannya.

Ia mengangkat kepalanya untuk menatapku, wajah cantiknya memucat. Mulutnya terbuka, tetapi tak sepatah kata pun keluar.

Aku melemparkan Xuan Nu ke dalam pelukannya dan mengambil langkah maju menuju pintu.

Sambil tersenyum pahit, aku berkata, “Penyesalan terbesarku adalah datang ke Istana Da Si Ming untuk mengunjungimu, Pangeran Hantu. Kalian berdua adalah pasangan yang serasi. Satunya berhati kejam seperti seekor serigala, satunya lagi berparu pengecut seperti seekor anjing. Mulai hari ini dan seterusnya, Si Yin dan Istana Da Si Ming adalah musuh bebuyutan.”

***

Masa muda dan harga diri menghentikanku mengambil Giok Arwahnya. Malahan, aku meninggalkan Istana Da Si Ming dengan tangan kosong, menendang, dan memukuli siapa saja yang kutemui di jalan.

Kembali ke Gunung Kun Lun, dan melihat warna kulit Mo Yuan yang semakin suram, aku sungguh tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Saat senja, aku mencuri masuk ke dalam kamar alkimia. Aku mengambil obat apa saja yang dapat kutemukan dan mencampurkannya ke dalam makanan saudara-saudara seperguruanku.

Di tengah malam, sementara mereka semuanya tertidur pulas, aku menggendong Mo Yuan di belakang punggungku dan membawanya turun dari Gunung Kun Lun dan kembali ke Qing Qiu.

***

Gunung Feng Yu adalah sebuah gunung kecil di utara Qing Qiu. Setengah perjalanan di lereng gunung ada sebuah gua dengan sejumlah besar energi spiritual yang terkumpul selama bertahun-tahun. Ayah menamainya Gua Yan Hua.

Aku meletakkan tubuh Mo Yuan di atas peti es di dalam Gua Yan Hua. Aku khawatir, di saat berikutnya aku mengambil darahku, aku mungkin akan terlalu lemah untuk membawakannya, jadi aku hanya berbaring di sisinya.

Tubuh Mo Yuan dipenuhi dengan luka. Aku harus memberinya darah setiap hari sampai luka-lukanya membaik, dan satu mangkuk setiap bulannya setelah itu.

Aku benar-benar tidak tahu berapa malam aku sanggup bertahan dengan pemberian darah terus-terusan ini, tetapi apa yang berhasil membuatku melaluinya adalah bayangan apabila aku mati, Mo Yuan pun tidak akan kembali.

Sebaliknya, kami akan terkubur bersama-sama, dan akan berpergian di dunia selanjutnya secara berdampingan. Itulah mengapa aku membawanya ke Gua Yan Hua. Itu merupakan sebuah tempat yang telah kupilih sebagai tempat peristirahatan terakhirku sebelum ujian langitku.

Aku menghabiskan tujuh hari seperti ini dan sudah sekarat saat aku membuka mataku dan melihat Ibu, kelopak matanya memerah dan bengkak.

Ia datang untuk mentransfer separuh dari energi spiritualnya sendiri kepadaku. Itulah yang membawaku kembali bernapas dan kembali ke wujud wanitaku. Meskipun aku masih perlu menancapkan sebuah pisau ke dalam dadaku tiap malam untuk mendapatkan darah jantungku dan diminumkan pada Mo Yuan, berada dalam perawatan Ibu benar-benar mengurangi penderitaanku.

***

Aku menggelengkan kepalaku dan melihat Li Jing telah menyeberangi jembatan bambu dan sedang berjalan ke arahku. Aku ingat aku terjatuh ke dalam gua bawah tanah ini dimana kebetulan bertemu dengan Raja Hantu Li Jing sedang bertemu diam-diam dengan wanita klan hantu ini.

Ia menggenggam tanganku. “Si Yin, aku telah mencarimu selama 70.000 tahun,” katanya penuh derita.

Aku melirik kebingungan pada si wanita klan hantu di paviliun jerami. Aku pernah mendengar kalau orang yang memberikan piutang mengejar si pengutang, tetapi tidak pernah sebaliknya. Terlebih lagi, anehnya, si pengutang yang menghampiri untuk mengingatkan secara spesifik pada si pemberi piutang apa yang diutangkannya. Bagaimana pun kau menambahkannya, Li Jing adalah orang yang berutang kepadaku.

Aku melepaskan genggamannya dan mundur selangkah. Ia maju selangkah, menatapku sepanjang waktu.

“Apakah kau masih membenciku. Dulu, di Istana Da Si Ming bertahun-tahun yang lalu, kau mengatakan padaku kalau mulai dari hari itu, kita akan menjadi musuh bebuyutan. Tetapi kau harus tahu betapa aku ...”

Aku menyatukan kedua tanganku dan memaksakan seulas senyuman.

“Raja Hantu, kau tidak perlu khawatir—perkataan itu dilontarkan dalam keadaan panas. Sekarang, Klan Hantu dan Dewa hidup berdampingan dalam damai. Aku telah belajar untuk jadi bersikap lebih masuk akal. Aku tidak akan menciptakan masalah ketika tidak ada masalah, ataupun mengganggu kedamaian Istana Da Si Ming. Tetapi kau dan aku harus terus menjaga jarak kita.”

Ia tampak terkejut. “Si Yin, aku meninggalkanmu dulu karena kau bukanlah seorang gadis,” jelasnya cepat. “Jadi, aku ... selama 70.000 tahun terakhir, aku dengar kau telah ... telah ... tapi aku tidak mempercayai mereka. Aku selalu memikirkanmu selama bertahun-tahun ini, Si Yin ...”

Mendengar nama Si Yin melayang-layang membuat kepalaku mulai pusing.

“Siapa bilang aku bukan seorang gadis?” tanyaku marah. “Buka matamu baik-baik dan lihat dengan jelas. Apakah pria akan terlihat seperti ini?”

Ia baru saja akan mendekat dan meraih tanganku, tetapi tangannya berhenti di udara.

“Jadi kau adalah seorang gadis?” tanyanya terkejut. “Jadi, dulu, dulu kau ...”

Aku berpindah ke samping, menghindarinya.

“Guru tidak menerima murid wanita, jadi ibuku mengubah tubuhku menjadi tubuh pria,” aku memberitahunya. “Karena kau mengungkit soal masa lalu, Raja Hantu, aku punya beberapa kata untuk kusampaikan padamu. Ketika kau meninggalkanku, malah lebih memilih bersama dengan Xuan Nu, empat qi lin menyambutnya masuk ke Istana Da Si Ming, dan kau merayakannya selama sembilan hari berturut-turut, itu adalah pernikahan res—“

Ia melambaikan tangannya untuk menyelaku.

“Dulu, ketika kau sangat kecewa, kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau adalah seorang gadis?”

Aku benar-benar melupakan apa yang hampir saja kukatakan.

Aku bertanya-tanya bagaimana baiknya untuk menanggapi, “Pastinya aku sangat kecewa waktu itu, meskipun aku sudah tidak mengingatnya lagi sekarang. Dan kau menyayangi Xuan Nu, mencintai perhatiannya dan karakternya, bukan hanya karena wajahnya. Sudah berakhir di antara kita. Apa perbedaannya kalaupun aku memberitahukannya padamu?”

Ia mengatupkan bibirnya.

Aku benar-benar sial malam ini, tetapi sekarang, kulihat, aku berhasil membuatnya gugup dengan perkataanku. Aku mengambil kesempatanku, bergegas pamitan dengan sopan sebelum berbalik, dan melontarkan satu mantra, dalam anginnya, terbang melayang. Di perjalananku ke atas, aku membuat diriku tak terlihat untuk menghindari keterlibatan lebih jauh.

Yang dapat kudengar di belakangku adalah jeritan paniknya, “Si Yin!”

Tetapi, tak ada lagi seorang pun tersisa di dunia ini yang bernama Si Yin.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar