Minggu, 15 November 2020

3L3W TMOPB - Chapter 10 Part 1

Ten Miles of Peach Blossoms

Chapter 10 Part 1


Ye Hua adalah pria yang kejam.

Kami tidak sedang berada di Qing Qiu, dan tidak ada alasan mengapa aku harus menemaninya untuk jalan paginya. Aku bisa saja tetap dengan hakku untuk bermalas-malasan di ranjang selama sejam lagi. Tetapi tidak, ia bersikeras menarik wujud menyedihkanku keluar dari ranjang.

Aku masih mengenakan baju yang sama seperti kemarin, yang sekarang sudah benar-benar lecek, tetapi aku tidak peduli, tidak ingin berganti baju. Aku duduk di atas bangku, menuangkan secangkir teh dingin untuk diriku sendiri, dan menutupi mulutku seraya menguap.

Tampaknya, Ye Hua sedang dalam suasana hati yang sangat baik. Ia mengenakan jubahnya dengan anggun dan mengencangkan tali di sekitar pinggangnya.

Ia duduk di depan cermin perunggu dan berkata, “Kemarilah dan tata rambutku.”

“Apa kau sedang berbicara denganku?” tanyaku terkejut.

Ia memungut sebuah sisir kayu.

“Aku dengar dari Mi Gu kalau kau punya keterampilan menata rambut yang luar biasa.”

Aku terampil dalam menata rambut, telah berlatih selama bertahun-tahun. Kami jarang sekali memiliki gadis pelayan di gua rubah, dan Kakak Keempat tidak pernah belajar caranya menata rambutnya sendiri, jadi selalu aku yang melakukan itu untuknya.

Ia tersenyum menawan dan menyerahkan sisir kayunya padaku.

“Aku harus bertemu dengan Tian Jun hari ini, dan aku harus terlihat rapi.”

Ye Hua memiliki rambut berkilau yang halus, hitam, dan mengkilap, dan sisir kayunya dengan mudah meluncur menuruninya. Melingkarkan dan menumpukkannya di atas kepalanya merupakan bagian tersulitnya.

Ada sebuah tusuk rambut dan hiasan giok di atas meja riasnya. Aku mengambil tusuk rambutnya, dan setelah aku memasangkannya di rambutnya, aku meletakkan hiasan rambut itu di kepalanya. Sudah lama aku tidak melakukan ini, tetapi aku belum kehilangan keterampilanku.

Aku melihat Ye Hua tersenyum padaku melalui cermin perunggunya.

Aku menatapnya dari atas ke bawah. Tatanan rambut ini benar-benar menonjolkan ketampanannya yang tidak manusiawi. Puas, aku meletakkan sisirnya kembali di atas meja rias.

Aku melihat kalau Ye Hua masih tersenyum pada dirinya sendiri di cermin.

Ia menggenggam tangan kananku saat aku meletakkan sisirnya, dan dengan suara dalamnya ia berkata, “Dulu, kau pun selalu ...”

Aku hanya mampu melihat sedikit pergerakan di matanya, seperti riak di air yang tenang.

Oh, ya ampun, aku belum tersihir, kan?

Aku setengah membungkuk, yang, dengan tangan kiriku masih berada di pundaknya, dan tangan kananku berada di bawah tangannya di atas meja rias, tidak mudah untuk dilakukan.

Aku tidak yakin apa yang harus diharapkan dari kalimatnya ini yang dimulai dengan “Dulu ...”

Perlahan, ia melepaskan tanganku, tetapi tidak meneruskan pikirannya. Ia hanya tersenyum, menarik keluar sebuah gelang mutiara yang tampak agak tua dari lengan jubahnya, dan meletakkannya di tanganku.

Itu sudah jelas adalah sebuah jimat, yang mampu mengubah malapetaka menjadi berkah. Ia berdiri di hadapan cermin perunggunya dan tersenyum enggan.

“Kau harus mengenakan gelang ini. Kau sama saja dengan manusia sekarang, dan meskipun kau tidak akan menghadapi bahaya besar di dunia manusia, tetap lebih bijaksana untuk melakukan pencegahan.”

Ia bertingkah agak di luar karakternya hari ini, suasana hatinya berayun antara kebahagiaan dan keresahan. Aku tidak ingin memperburuknya dengan mengatakan sesuatu yang kasar, jadi aku menyetujuinya.

Ia mengangguk dan mengulurkan tangan untuk membelai wajahku.

“Kalau begitu, aku akan kembali ke Istana Langit sekarang.”

Setelah beberapa lama terdiam, ia melanjutkan, “Semalam, perhatianku begitu terpecah oleh urusan penting sampai aku benar-benar lupa memberitahukan sesuatu padamu. Di tanggal satu Juni, di jam dimana nasib menjalankan caranya, jika kau menahan Yuan Zhen dan sebaliknya, mengatur agar seseorang mendorong Dong Hua ke dalam air, ia akan menjadi orang yang menyelamatkan si wanita cantik dari tenggelam. Yuan Zhen akan terbebas dari keterlibatannya tanpa mengganggu pengalaman Dong Hua akan rasa sakit dan penderitaan manusia. Semuanya akan senang.”

Segera setelah ia memberikan informasi ini, ia berbalik dan menghilang.

Aku memikirkan kembali semua hal yang Ye Hua dan aku sibuk diskusikan semalam, tetapi tak satu pun yang tampaknya menjadi “urusan penting” yang baru saja disebutkannya. Aku memutuskan untuk menyingkirkannya sementara waktu dan sebaliknya, memikirkan tentang apa yang dikatakannya setelah itu.

Ia benar-benar terpikirkan metode yang pandai. Hanya seseorang yang dipindahkan dari situasinyalah yang mampu memandangnya dengan jelas. Aku sudah berkhayal terlalu lama, dan sekarang apa yang kulakukan adalah membuat diriku semakin kebingungan.

Memikirkan sebuah solusi untuk kecemasan besar ini membuatku merasa seolah-olah sebongkah batu besar yang menghimpit tubuhku selama berminggu-minggu akhirnya terangkat. Aku merasa tanpa beban dan sudah pasti lebih tenang.

Aku melarikan jemariku di sepanjang tanaman putri malu di pot yang ada di ambang jendela, merasa seringan bulu. Aku duduk dan meminum secangkir teh lagi, masih merasa seringan bulu. Aku baru menghabiskan setengah cangkir saat mendadak aku teringat hal yang mendatangiku saat aku nyaris terlelap.

Itu adalah pikiran yang mengerikan.

Menurut Mi Gu, Feng Jiu pergi ke dunia manusia untuk membayar utang balas budinya. Yang kutahu hanyalah manusia itu melakukan hal baik padanya, dan ia pergi ke dunia manusia untuk membalas budinya, sebuah penjelasan yang kuterima tanpa memikirkannya lebih jauh.

Memikirkannya lebih saksama, aku menyadari bahwa seumur hidupnya 30.000 tahun, Feng Jiu hanya pernah berutang kepada satu orang, dan itu adalah Dong Hua. Sihir abadinya jauh lebih kuat daripada Feng Jiu, yang mana membuatnya sulit untuk membalas budi.

Mungkinkah, ia turun ke dunia manusia untuk menemukan Dong Hua dalam bentuk reinkarnasinya dan membayarkan utangnya dengan cara seperti itu? Membutuhkan begitu banyak usahanya untuk memutuskan hubungan dengan tuntas dari cinta menghancurkannya untuk Dong Hua. Beberapa hari ribut-ribut tentangnya, dapat dengan mudahnya menyalakan kembali perasaan itu. Demi Kakak Kedua dan Kakak Ipar Kedua, aku harus bertindak.

Aku melompat berdiri, mengganti bajuku, dan berlari keluar halaman. Aku harus menemui Yuan Zhen, murid yang menghabiskan tiga tahun energi spiritualku tiap kali kami bertemu, dan bertanya padanya, apakah ada seorang wanita muda yang tiba di istana setengah tahun yang lalu dengan tanda lahir bulu phoenix di keningnya.

Ibu Feng Jiu berasal dari Klan Rubah Merah. Setelah ia dan kakakku menikah, aku menantikan kelahiran bayi rubah belang-belang, setengah merah, setengah putih.

Malahan, setelah tiga tahun proses mengandung, ia melahirkan seorang bayi rubah kecil yang indah dan menggemaskan semerah darah merpati dengan satu lingkaran putih di telinganya dan keempat cakarnya. Saat ia berusia satu tahun, ia berubah menjadi wujud manusianya dengan sebuah tanda lahir bulu phoenix di keningnya.

Itu adalah tanda lahir yang cantik, tetapi membuatnya kesulitan berubah wujud, sebab, wujud manusia mana pun yang diambilnya, tanda lahir ini akan selalu terlihat. Kakak Kedua agak malas, dan karena adanya tanda lahir bulu phoenix dan kenyataan kalau ia dilahirkan di bulan ke sembilan, ia memberikannya nama yang kurang berimajinasi, Feng Jiu.

Kedatangan Yuan Zhen sempurna, dan sebelum aku meninggalkan halaman untuk mencarinya, disanalah ia, bergegas mendekatiku, dua naskah ada di tangannya. Matanya menyala ketika ia melihatku.

“Guru,” sapanya penuh hormat.

Yuan Zhen adalah seorang anak lelaki yang penuh rasa ingin tahu, dan aku tidak bisa keluar dan menanyakan begitu saja tentang Feng Jiu. Aku mempertimbangkannya selama beberapa saat sebelum menariknya ke bangku batu dan mendudukkan diri.

Yuan Zhen berdeham dan berkata, “Apa ada masalah dengan leher Anda, Guru? Sepertinya ada ... ada ...”

Tanganku melayang ke leherku, tetapi aku tidak merasakan apa-apa. Ia mengeluarkan sebuah cermin dari lengan bajunya dan menyerahkannya kepadaku, dan aku melihat sebuah tanda merah, seolah-olah ada nyamuk yang mengigitiku. Kurang ajar sekali nyamuk itu, berani-beraninya menghisap darah seorang Dewi Agung!

Beruntung sekali nyamuk itu juga. Satu hisapan darahku akan memberikannya penempaan energi spiritual selama ribuan tahun, mungkin cukup untuk mengubahnya menjadi seekor roh nyamuk.

Aku mengangguk dan menghela napas penuh kekaguman.

“Kau menyadari tanda merah kecil dan remeh ini. Dan aku mendengar kalau kau begitu baik hati sampai tidak akan menginjak seekor semut. Ini sungguh adalah sifat yang sangat baik.”

Wajah Yuan Zhen pun memerah.

“Apa maksud Anda?” katanya, menatapku.

“Yah,” kataku, “demi menghentikan dirimu menginjak seekor semut saat kau berjalan di jalanan, kau haruslah berhati baik dan memiliki pemikiran yang cermat. Hati yang baik dan pikiran yang cermat bersama-sama membuat keseluruhan yang tak terpisahkan.”

Yuan Zhen berdiri agar ia dapat memperhatikan dengan saksama atas informasi yang aku sampaikan.

Aku mengelus daguku, dan dengan suara bijak aku berkata, “Taoisme memunculkan satu makhluk, satu memunculkan dua, dua memunculkan tiga, dan tiga memunculkan ribuan makhluk. Ribuan makhluk ini berawal dari kehampaan, dan proses ini rumit, juga sulit. Mempelajari Taoisme adalah proses yang rumit dan sulit juga. Sebagai Gurumu yang sekarang, aku ingin menguji kesadaranmu akan kerumitan dan kesulitan alami dunia ini.”

“Mohon dilanjutkan, Guru,” Yuan Zhen berkata serius.

Menyesuaikan dengan nada seriusnya, aku berkata, “Sebelum kau berusia enam belas tahun, kau tinggal di sebuah Kuil Tao, dan setelah kau berusia tujuh belas tahun, kau pindah ke Istana Kerajaan. Bukan maksudku untuk membuatmu jengkel dengan pertanyaan-pertanyaan sulit, jadi, aku hanya akan menanyakan beberapa hal, satu tentang kuil dan satunya tentang istana.”

Yuan Zhen menajamkan pendengarannya.

“Di dalam kuil tempat tinggalmu, ada seorang biarawati yang selalu mengenakan baju putih,” kataku. “Biarawati ini memiliki sebuah kemoceng yang sering digunakannya. Dari jenis kayu apakah gagang kemocengnya?”

Ia memikirkannya sangat lama, tetapi tidak mengingatnya. Itu hanyalah sebuah pertanyaan omong kosong yang kuciptakan langsung di tempat, sehingga sudah pasti ia tidak bisa menjawabnya.

Dengan ketenangan yang dibuat-buat, aku melanjutkan, “Karena kau tidak bisa menjawab itu, aku punya pertanyaan lain. Kau harus mendengarkannya dengan cermat dan mempertimbangkan apa yang kutanyakan dengan seutuhnya. Ada seorang wanita di istana kerajaan ini dengan tanda lahir berbentuk bulu phoenix di keningnya. Siapa namanya, kedudukannya, dan di istana mana ia tinggal?”

Ia merenung sejenak sebelum menjawab, “Guru, pertanyaan Anda mengenai kuil telah menyoroti ketidakpedulianku, tetapi pertanyaan Anda mengenai wanita dengan tanda lahir bulu phoenix dapat kujawab. Ia adalah Chen Gui Ren, yang tinggal di Aula Kuncup Teratai. Chen Gui Ren sesungguhnya tidak pernah benar-benar memiliki tanda lahir bulu phoenix ini di keningnya, tetapi, Desember yang lalu, ia terjatuh ke kolam teratai dan sakit parah.

“Pengobatannya tidak berguna, dan untuk sesaat, tampak ia tak akan berhasil melaluinya. Tetapi mendadak, ia sembuh. Semenjak itulah, ia memiliki tanda lahir bulu phoenix di keningnya. Beberapa Gui Ren lainnya meminta seorang Guru Tao untuk memeriksa tanda itu, dan ia mengatakan itu adalah sebuah tanda makhluk halus. Ayahku, Kaisar, tidak mempercayainya, tetapi ia telah menjaga jarak dengannya sejak saat itu.”

Aku benar. Feng Jiu datang mengejar Dong Hua. Aku terkesan karena si Guru Tao ini bisa mengetahui itu adalah sebuah tanda makhluk halus. Yuan Zhen menatapku risau.

“Tidak mudah untuk menempa perhatian serinci itu,” kataku sambil mengangguk.

“Kau mempunyai bakat langka dari pikiran yang teliti dan perhatian, yang merupakan fondasi dari latihan Tao. Tetapi kau harus menempa lebih banyak perhatian lagi. Kau boleh pergi sekarang. Istirahatlah dahulu dari kitab-kitabmu hari ini. Pergilah dan pikirkan tentang sikapmu terhadap pembelajaran Taoisme.”

Yuan Zhen berjalan pergi dengan sedih, kepalanya terkulai, sebuah pemandangan yang membuatku merasa buruk. Yuan Zhen tidak perlu lebih perhatian daripada yang sudah-sudah. Aku memperhatikannya, tersandung, dan kemudian memanggil seorang dayang istana dan memintanya membawaku ke Aula Kuncup Teratai, tempat Chen Gui Ren.

***

Sebagai keluarga Feng Jiu di Qing Qiu, kami memahami kalau ia berutang budi pada Dong Hua, dan sebagai bibi dan pamannya, kami memandang itu sebagai utang kami juga. Biarpun begitu, hari ini aku akan berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkan Feng Jiu untuk kembali ke Qing Qiu.

Kediaman tempatku menetap adalah aula yang megah, karena letaknya tidak terlalu jauh dari istana belakang Kaisar.

Aku bergegas ke sana tanpa berpikir untuk menuliskan surat memberitahukan kunjunganku, tetapi melihat seorang dayang istana sedang bekerja di aula utama, sebaliknya, aku melaporkan kunjunganku padanya. Tak lama setelah itu, seorang dayang membimbingku masuk ke dalam.

Ada sebuah paviliun di dalamnya, dimana ada seorang gadis berwajah bulat yang sedang memberi makan ikan. Selain dari bentuk bulu phoenix di keningnya, ia tampak biasa-biasa saja. Ini adalah wujud manusia Feng Jiu. Aku menghela napas.

Feng Jiu, satu-satunya cucu perempuan Klan Bai, yang begitu bersemangat. Sangat menyedihkan melihatnya berada di tempat terpencil, merendahkan dirinya dengan memberi makan ikan peliharaan Dong Hua.

Ia mendengar helaan napasku, dan mendongak dari ikannya.

“Feng Jiu, Gu Gu datang menemuimu,” ucapku, suaraku dipenuhi dengan kekecewaan dan frustasi.

Ia sudah berada di dunia manusia seorang diri selama setengah tahun sekarang dan jelas sekali merasa terkucilkan dan kesepian. Mendengarkanku memanggil namanya, ia merasa diliputi oleh kesedihan dan langsung berhambur ke dalam pelukanku.

Aku membuka lenganku lebar-lebar untuknya.

Memekik, ia bergegas melewatiku dan menuju ke arah dayang istana yang membawaku masuk, dan gadis inilah yang menerima pelukan eratnya.

Aku tidak yakin apakah harus terus membentangkan tanganku atau tidak.

Seluruh wajahnya mengerut panik.

Ia menangis dan menggelengkan kepalanya putus asa, berkata, “Tidak, Gu Gu, jangan bawa aku kembali bersamamu. Aku mencintainya, dan aku tidak bisa tanpa dirinya. Tidak ada seorang pun yang bisa memisahkan kami, tidak ada!”

Aku terlalu terkejut dengan reaksinya hingga aku mundur selangkah.

Ini tidak mungkin si rubah merah kecil dari klan kami, tentunya? Terkadang, Feng Jiu bisa jadi seorang gadis yang bodoh, tetapi, ia selalu tenang dan tidak pernah menangis dan ribut-ribut dengan cara seperti ini. Meskipun saat ia merasa kecewa atas perasaannya kepada Dong Hua, ia jarang memperlihatkannya, malahan memilih untuk menenggelamkan kepedihannya dengan anggur Zhe Yan.

Melihatnya berada di depanku sekarang, menempeli dayang istananya dan meratap ke langit, aku merasa begitu terkejut sampai-sampai aku tidak sanggup berbicara. Yang dapat kulakukan adalah menggelengkan kepalaku.

Melihatku menggelengkan kepalaku, hanya membuatnya menangis kian kencang.

Gu Gu ... kumohon berbelas kasihanlah. Kumohon jangan menghadang jalanku! Aku akan melakukan apa pun yang kau minta, tetapi tolong, jangan menghalangi apa tujuanku datang kemari!”

Dayang istana dalam dekapannya gemetaran seperti sehelai daun yang diterpa angin. Aku merasakan sudut bibirku berkedut. Feng Jiu mendadak berjongkok, mencengkeram bagian depan jubahnya.

Dayang istananya melompat di udara seolah ia tersengat dan berlari sembari menjerit, “Niang Niang muntah darah lagi! Kau, cepat pergi dan beritahu Kaisar! Kau, cepat pergi dan ambilkan saputangan! Kau, bergegaslah dan ambilkan baskom ...”

Aku menutupi mulutku untuk berdeham.

“Ayolah, tenang. Kalau kau terus memuntahkan darah, kau akan tersedak. Aku akan pergi sekarang jika itu akan membuatmu merasa lebih baik. Lihat, aku pergi sekarang.”

Aku menemukan si dayang istana yang membawaku kemari, berdiri di samping aula dengan mulutnya yang menganga, dan kami berdua cepat-cepat pergi.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar