Sabtu, 21 November 2020

CTF - Chapter 19

Consort of A Thousand Faces

Chapter 19 : Siapa yang Mengembalikan Posisi Tulangmu

"Pangeran Kekaisaran Ketiga, apabila Anda bersikeras berpikir demikian, hamba juga tidak bisa melakukan apa-apa soal itu," Su Xi-er menjawab acuh tak acuh, hormat terlihat jelas dalam kata-katanya.

Situ Li meliriknya sebelum mengalihkan pandangannya ke meja kayu, tangannya perlahan-lahan mengikuti dua kata terakhirnya.

"Pangeran Kekaisaran Ketiga, apakah Anda melihat wanita yang menyalakan api di pondok barusan ini?" Su Xi-er bertanya. Kapan ia tiba? Apakah sebelum atau sesudah aku menendang pintunya?

"Tampaknya, sangat mudah bagimu ketika kau mendobrak pintunya. Kemampuanmu cukup bagus. Apakah kau pernah berlatih sebelumnya?" Situ Li bisa mengetahui apa yang dimaksud olehnya, terang-terangan menyatakan bahwa ia tiba tepat ketika Su Xi-er menendang pintunya.

Su Xi-er hanya bisa berbohong. "Hamba melakukan pekerjaan berat, jadi tenagaku hanya sedikit lebih baik daripada kebanyakan dayang biasanya. Dengan seberapa paniknya aku ketika wanita itu membakar pondoknya, aku menggunakan seluruh tenagaku untuk menendang pintunya."

"Kurasa, itu penjelasan yang cukup masuk akal." Situ Li tidak menganggap urusan ini terlalu serius. Semenjak aku bertemu dengannya pertama kali, aku tahu kalau ia bukanlah orang biasa. Sementara, untuk apa yang membuatnya spesial, masih harus diamati.

"Masih ada dua karakter lagi yang terukir di atas mejanya." Alis Situ Li melengkung saat tangannya perlahan-lahan mengikuti garis kata-katanya.

Namun, kerusakan di mejanya terlalu parah hingga membuat kedua kata itu tidak terbaca.

Tatapan Su Xi-er terpaku di atas meja kayunya saat matanya mengikuti garis luar karakternya.

Meskipun ia juga tidak dapat membaca mereka, ia bisa tahu apakah mereka, berkat kain sutra yang ditemukannya sebelumnya.

Kedua kata ini adalah 'Xie Yun'.

Hubungan antara Liu Ye-er dan Commandery Prince Xie sudah pasti tidak sederhana. Sudah di luar batasan hubungan biasa yang terbentuk bersama seorang figur penguasa.

Di saat ini, sudut mulut Situ Li tiba-tiba terangkat naik dan ia mengangkat tangannya dari atas meja kayu. "Oh, jadi begitu."

Su Xi-er menatapnya. Sepertinya, ia juga sudah mengetahui apa dua kata itu.

Tetapi, bagaimana bisa ia baru mengetahuinya sekarang? Berdasarkan identitasnya, seharusnya ia menyadari hubungan di antara Liu Ye-er dan Commandery Prince Xie.

"Tidak seperti gayanya. Kalau tidak, mengapa ia masih bisa tetap hidup hingga sekarang?" Situ Li bergumam kecil. Setelahnya, ia menatap Su Xi-er.

'Ia' dan 'ia' yang disebutkan oleh Situ Li tidak jelas merujuk pada siapa pun, tetapi Su Xi-er mampu menduga samar kalau ia merujuk kepada Commandery Prince Xie dan Liu Ye-er.

"Ditindas secara kejam oleh orang lagi?" Ia menarik Su Xi-er ke sisinya.

Dengan Situ Li menariknya di tangan kirinya yang masih cedera, Su Xi-er harus mengigiti bibirnya untuk mencegahnya mengeluarkan suara.

Situ Li menyadari perubahan kecil di roman wajahnya dan cepat-cepat menatap ke tangan kirinya. Setelahnya, ia dengan cepat menggenggamnya dan mengelus pergelangan tangannya perlahan-lahan.

Ia mengelusnya dengan begitu serius. Ekspresi di mata Su Xi-er berubah dan ia cepat-cepat menarik tangannya.

"Siapa yang memperbaiki posisi tulangmu untukmu?" Situ Li memberinya tatapan bertanya, matanya dalam.

Cahaya bulannya menyeruak masuk melewati pintu ruangan dan menyinari wajahnya, melukiskannya dengan warna putih pucat sakit-sakitan. Dipasangkan dengan ekspresinya sekarang, ada perasaan menyeramkan darinya.

"Atau, mungkin, aku harus bertanya kepadamu, mengapa tulang di pergelangan tanganmu terkilir? Karena menggosoki pispot?" Situ Li mengambil satu langkah maju, menyebabkan jarak di antara mereka jadi sangat dekat.

Su Xi-er enggan dengan adanya seorang pria terlalu dekat dengannya, menyebabkannya mengambil satu langkah mundur. "Aku hanya tanpa sengaja membuatnya terkilir. Membuat tulangnya bergeser, dan aku memperbaiki posisinya kembali dengan benar."

Perkataannya membuat Situ Li tertawa kecil. "Itu beruntung. Ini, gunakan obat-obatan ini untuk dioleskan ke cederamu tiga kali sehari; kalau tidak, akan ada banyak rasa sakit yang menantimu." Lalu, ia mengamatinya dari atas ke bawah, menyebabkan Su Xi-er merasa sangat tidak nyaman.

"Sosokmu ini terlalu kurus. Makanlah lebih banyak untuk menutrisi dirimu. Jika ada sesuatu yang terjadi di masa depan dan kau harus menjalani hukuman pukulan papan, kau bahkan tidak akan bisa bertahan dengan sepuluh kali pukulan."

Su Xi-er mendongak untuk menatapnya. "Pangeran Kekaisaran Ketiga, berdasarkan apa yang Anda katakan, alasan untuk mengurus tubuhku adalah agar mengalami pukulan dari papan?"

"Apakah jumlah luka yang kau terima itu sedikit? Lenganmu dipenuhi bilur, bukan?"

Aku tidak memperlihatkan lenganku di hadapan orang asing, jadi bagaimana ia bisa mengatahui kalau lenganku diselimuti oleh bilur?

"Tidak peduli gadis mana pun, entah apakah ia membanggakan dan bangsawan, ataukan menyedihkan dan rendahan, akan memperhatikan tentang penampilannya. Wajahnya, lengan, pinggang, dan seluruh tubuhnya, dari atas ke bawah," Situ Li perlahan-lahan berkata sembari menatapnya.

"Lengan hamba memang dipenuhi oleh bilur. Agar tidak menderita cambukan lagi, hamba meminta agar Anda pergi secepat mungkin, Pangeran Kekaisaran Ketiga."

Bicara terus terang, ia sedang mengusir Situ Li. Su Xi-er tidak ingin bersamanya lebih lama lagi.

Jawabannya penuh dengan makna terpendam, ekspresi di matanya samar-samar memancingnya.

"Takutnya, aku harus mengecewakanmu. Bukan hanya aku tidak akan pergi, tetapi aku juga akan beristirahat di sini." Tepat setelahnya, Situ Li duduk di atas bangku kayu dan mengeluarkan sebuah tusuk rambut mutiara dari lengan bajunya.

Su Xi-er mengenali tusuk rambut mutiara ini. Perhiasan milik Permaisuri yang dimakzulkan.

Su Xi-er cukup bijaksana untuk mengetahui kalau Situ Li sedang mengingat-ingat tentang pemilik tusuk rambutnya dan ia tidak boleh mengganggugnya. Sebagai hasilnya, ia mengelap sebuah bangku dan bersiap-siap memindahkannya ke sudut ruangan.

Namun, sebelum ia melakukannya, Situ Li mengangkat tangannya untuk menghentikannya. "Duduk di sini."

Su Xi-er meliriknya dan menyadari kalau ekspresinya tenang. Tidak ada riak maupun gelombang emosi di matanya saat tatapannya tetap terfokus pada tusuk rambut mutiaranya.

"Aku menggeledah istana peristirahatan itu. Selain dari tusuk rambut mutiara ini, tidak ada perhiasan apa pun," Situ Li perlahan-lahan menceritakan kembali, tangan kanannya mulai mengusap tusuk rambut mutiara itu.

Su Xi-er paham. Istana peristirahatan yang disebutnya adalah tempat dimana Permasuri yang dimakzulkan tinggal.

Karena hanya tersisa sebuah tusuk rambut mutiara, pastinya mengindikasikan kalau Permaisuri yang dimakzulkan paling enggan berpisah dengan benda ini.

"Su Xi-er, tidurlah jika kau lelah. Karena aku di sini, insiden seperti seseorang membakar pondoknya tidak akan terjadi." Perhatian Situ Li tidak teralihkan dari tusuk rambut mutiara selagi ia berbicara dengannya.

Aku belum lama bertemu dengannya, tetapi ia memperlakukanku seperti ini? Tidak ada seorang pun yang memperlakukan seseorang dengan baik tanpa alasan. Apa yang sebenarnya ingin dilakukannya?

Su Xi-er mengamatinya secara diam-diam dan menyadari kalau ia sudah kembali tenggelam dalam pikirannya.

Ia pernah menyebut kalau mereka adalah sesama teman seperjalanan di jalur yang sama. Apakah keadaan kami sangat mirip?

Aku adalah dayang dari Istana Samping, sementara, tidak peduli seberapa tidak berguna dirinya, ia tetaplah seorang pangeran kekaisaran. Bagaimana mungkin situasi kami bisa sama?

Su Xi-er mengatupkan bibirnya. Walaupun berada di istana kekaisaran Bei Min, ia tidak mengerti orang-orang di sini.

Dengan kurangnya ia memahami situasi, terasa seolah ia tengah berjalan dalam kegelapan dimana ia hanya bisa meraba-raba dalam kebutaan dan menjelajah sendirian, hanya bergantung dengan kedua tangannya.

Ia harus sangat berhati-hati dan tidak menurunkan kewaspadaannya. Aku tidak boleh menanggung kepedihan dari kehidupanku yang sebelumnya lagi.

Aku akan membalaskan rasa sakit itu ratusan bahkan ribuan kali. Saat pikiran ini terlintas dalam benaknya, ekspresi di mata Su Xi-er berubah.

Pada akhirnya, ia mengelap debu di atas meja kayunya, meletakkan tangan kanannya, membiarkan kepalanya terletak di atasnya sebagai bantalan, dan memejamkan matanya.

Situ Li mengalihkan pandangannya dan menatap dari wajahnya, turun ke pipinya, lalu akhirnya ke pergelangan tangan kirinya.

Jenis cedera semacam ini sudah pasti bukanlah hasil dari membuatnya terkilir sendiri, tetapi seseorang secara paksa mematahkan dan melukainya.

Jangan-jangan, orang yang menyergap Pangeran Hao adalah dirinya? Pangeran Hao mematahkan pergelangan tangannya?

Wanita ini sangat berani, mencabuti rambut dari kepala seekor harimau. Apa yang lebih menarik adalah karena Pangeran Hao tidak mengetahui siapa pelakunya.

Saat ini, ada seorang dayang dari Istana Samping yang mengakui kalau ialah yang menyerang Pangeran Hao. Namun, setelah ia menyatakan itu, ia mati, tidak meninggalkan testimoni apa pun.

Terdapat perkembangan mendadak dari situasi ini. Orang yang menyerang Pangeran Hao seperti sebuah teka-teki, membuat orang penasaran, sekaligus ketakutan.

Tatapan Situ Li bergerak maju-mundur pada Su Xi-er tanpa emosi. Setelah memastikan ia terlelap, ia mengeluarkan sebuah botol porselen putih dari lengan bajunya dan menuangkan bubuk hijau.

Ini adalah obat berkualitas tinggi untuk terkilir. Seseorang akan sembuh setelah mengoleskannya selama tiga hari.

Ia menuangkan sedikit bubuknya di pergelangan tangan Su Xi-er. Setelah mengoleskannya merata, ia menyimpan botol porselen putihnya kembali ke dalam lengan bajunya.

Tidak jelas berapa lama waktu berlalu ketika Situ Li berdiri dan berjalan keluar dari rumah kayunya.

Di luar pondok, seorang pria berpakaian serba hitam membungkuk dengan hormat: "Yang Mulia."

"Awasi dia," Situ Li memerintahkannya tanpa ekspresi sebelum pergi.

Pria berbaju hitam pun menatap ke arah rumah kayu dengan ekspresi yang rumit.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar