Minggu, 15 November 2020

3L3W TMOPB - Chapter 6 Part 2

Ten Miles of Peach Blossoms

Chapter 6 Part 2


Tiga hari setelahnya, Xuan Nu memasuki Gunung Kun Lun, menaiki sebuah awan keabuan. Ia terkejut ketika melihatku. Dalam suratnya, kakak iparku menjelaskan kalau Xuan Nu tidak tahu kalau ia akan tinggal bersama teman main masa kecilnya, Bai Qian, hanya mengetahui aku adalah teman dewa yang berhubungan baik dengan mereka.

Xuan Nu menetap di Gunung Kun Lun. Ia terlihat semakin mirip denganku akhir-akhir ini.

“Aku tidak percaya ia bukan saudarimu!” kata Saudara Seperguruan Pertama. “Ketika kau bersamanya, hanya kelesuanmu saja yang bisa membedakan kalian.”

Sejujurnya, Xuan Nu pun agak putus asa, dan wajah cantiknya terlihat pucat. Aku menganggapnya sebagai keluarga dan sudah pasti ingin menghiburnya, dan jadilah kali berikutnya aku turun gunung untuk mengunjungi Li Jing, aku memutuskan untuk membawanya bersamaku.

Li Jing berdiri diam, tercengang memandangi Xuan Nu, pertama kali ia melihatnya. Setelah beberapa lama, barulah ia mendapatkan kembali ketenangannya.

“Darimana datangnya Si Yin versi wanita ini?” serunya, masih memandangi tak percaya.

Xuan Nu mulai terkikik.

Melihatnya akhirnya mulai tampak bahagia, aku merasa seolah beban berat telah diangkat, sejak saat itu, aku membawanya bersamaku pada Li Jing, kapanpun aku berkunjung.

***

Suatu hari, aku sedang berada di atas pohon kurma di halaman tengah, memetik kurma, berencana membawa mereka ke gua Li Jing dan memberikan itu padanya sebagai kudapan setelah matahari terbenam.

Saudara Seperguruan Pertama berjalan menghampiri, terlihat pahit dan berdiri di bawah pohon.

“Saat aku memukuli si homoseksual Klan Hantu yang datang untuk menculikmu, kau mengeluh kalau aku terlalu kasar, dan jadilah aku berhati-hati tidak memukulinya sampai mati,” katanya disela giginya yang begemelatuk. “Sekarang, aku harap aku melakukannya. Aku berhasil menghentikannya menculikmu, tetapi sekarang ia pergi dan menculik Xuan Nu ...”

Aku kehilangan peganganku dan terjatuh dari pohon. Aku berhasil mengangkat kepalaku dan berkata, “Saudara Seperguruan Pertama, bisakah kau mengulangi apa yang barusan kau katakan?”

Ia datang untuk membantuku bangun. “Aku sedang ada di kaki gunung saat aku melihatnya dan Xuan Nu berjalan-jalan bersama di kejauhan, berpegangan tangan. Dan mereka terlihat begitu akrab.”

Ia membantuku setengah jalan dan kemudian berhenti. “Tunggu sebentar.” Ia menggaruk dagunya. “Xuan Nu adalah dewi. Bagaimana caranya ia dan si homoseksual ini bisa berhubungan?”

Aku pergi secepat guntur, melemparkan tangannya dan melayang keluar dari pintu.

***

Qi lin api Li Jing sedang tertidur di luar guanya.

Aku melemparkan sebuah mantra untuk mengubah diriku menjadi seekor ngengat dan terbang lurus masuk ke dalam.

Tentu saja, di sana, di atas kursi malas marmer itu, aku bisa melihat garis besar dari pasangan yang sedang bergumul. Gadis di bawahnya yang memiliki wajah persis sepertiku sedang terengah-engah, sementara pria yang ada di atasnya menguraikan rambut hitam panjangnya dan sedang membisikkan, “Xuan Nu, oh, Xuan Nu.”

Dadaku terasa sedingin es. Aku tidak mampu lagi mempertahankan wujud ngengatku, dan saat embusan angin bertiup di koridor, aku terjatuh ke lantai, kembali dalam wujud manusiaku. Beruntungnya, aku berhasil berdiri mantap: aku tidak kehilangan seluruh sikap tenang Gunung Kun Lun-ku. Li Jing dan Xuan Nu memutar kepala mereka bersamana, menatapku panik.

Aku ingat berjalan menghampiri dengan sangat tenang, awalnya menampar Li Jing, dan setelahnya akan menampar Xuan Nu, tetapi Li Jing menggenggam tangaku sebelum aku berhasil melakukannya. Xuan Nu menutupi dirinya dengan selimut dan bersembunyi dalam pelukannya sementara wajah Li Jing berubah dari kehijauan, memutih. Kami saling bertatatapan untuk waktu yang lama. Akhirnya ia melepaskan tanganku.

“Si Yin, aku sudah mengecewakanmu,” katanya penuh derita. “Aku memang bukan seorang homoseksual.”

Aku merasa terlampau marah untuk melakukan apa pun selain tertawa.

“Enak sekali bagimu. Memutuskan apakah kau homoseksual atau tidak sesuai keinginanmu. Luar biasa. Lalu, bagaimana denganku?”

Ia terdiam sejenak sebelum berkata, “Konyol sekali bagiku, berpikir aku adalah seorang homoseksual.”

Pipi Xuan Nu berlinang air mata.

“Si Yin, kumohon, berikan Li Jing dan aku restumu,” isaknya. “Kami saling mencintai. Kau dan Li Jing sama-sama pria dan, dan, yah, itu ... um ... tidak pantas.”

Aku mendapatkan kembali cukup ketenangan untuk tertawa pahit.

“Jadi, apa yang pantas—membuang seseorang? Menggoda kekasih orang lain? Menghancurkan hubungan orang lain? Apakah ini adalah tingkah yang pantas?”

Ia memucat dan tak mengatakan apa pun.

Lelah secara fisik juga mental, aku mengibaskan lengan bajuku dan melepaskan mereka.

***

Rasa cinta pertamaku sudah benar-benar mengubahku. Menyadari bahwa akulah si bodoh yang sebenarnya memperkenalkan keduanya, membuatku lebih kacau lagi. Itu adalah rasa sakit dari kehilangan cinta, bercampur dengan rasa sakit dari ketidakadilan.

Semua hal yang berhubungan dengan Li Jing, semua hadiah-hadiah kecil tak berharga yang diberikannya kepadaku, sekarang terasa seperti benda yang menyiksa. Aku membakar semuanya, tetapi tak juga membawakan kelegaan. Menenggelamkan diriku dalam penderitaan jauh lebih efektif daripada membakar barang-barang, jadi aku menghabiskan tiga hari di gudang anggur Gunung Kun Lun, mabuk-mabukan.

Ketika aku tersadar, aku sudah berada dalam pelukan Guruku.

Mo Yuan duduk bersandar di sebuah guci arak besar, dengan satu kendi anggur di tangan kanannya, selagi ia menahanku dengan tangan kirinya. Ia mengernyit ketika ia melihatku terbangun.

“Kau minum terlalu banyak,” katanya lembut. “Akan lebih baik, keluarkan saja tangisannya. Sakit emosional membusuk dalam hati. Dan sayang sekali menyia-nyiakan semua anggur bagus ini.”

Akhirnya, dengan lenganku melingkar di sekeliling kakinya, aku mulai menangis, “Guru, akhirnya kau keluar dari pengasingan. Apakah itu artinya kau sudah lebih baik? Kau tidak terkena cedera jangka panjang ataupun komplikasi, kan?”

Ia menatapku dan tersenyum samar.

“Tidak apa-apa. Kau tidak perlu merebus tubuhmu untuk membuatkanku sup obat apa pun.”

Semua saudara seperguruanku semuanya mengira kalau aku jatuh hati pada Xuan Nu dan merasa resah dan hancur karena Li Jing telah merampasnya.

Cerita yang kubuat ini bukanlah yang terbaik, tetapi, Mo Yuan adalah satu-satunya yang berhasil melihatnya.

“Li Jing mungkin memiliki mata yang cemerlang, tetapi ia sungguh kekurangan pandangan,” bisiknya saat ia mengelus rambutku.

***

Setelah keluar dari pengasingan, Mo Yuan menerima sebuah undangan dari Dong Shen Xuan Ming.

Xuan Ming tinggal jauh di pedalaman Dataran Utara, dimana ia sendiri menangani Langit Utara sepanjang 200 mil. Perkumpulan Taoisme akan diadakan sekitar waktu ini, dan ia mengirimkan utusan ke Gunung Kun Lun, mengundang Mo Yuan untuk datang memberikan ceramahnya.

Sebagai putra kandung Ayah Semesta, Mo Yuan sangatlah dihormati, dan ketika para dewa dari Empat Lautan dan Delapan Dataran mengadakan perkumpulan Taoiseme, mereka pasti akan mengundangnya.

Mo Yuan melirik ke arah undangan di tangannya dan berkata, “Berceramah tentang dharma tidaklah semenyenangkan itu, tetapi kita bisa pergi dan mendaki pegunungan di sekitar tempat tinggal Xuan Ming. Kemasi barangmu, Xiao Shi Qi. Kau ikut denganku!”

Dipenuhi kebahagiaan, aku bergegas menuju kamarku untuk berkemas.

Saudara Seperguruan Pertama datang untuk mengantar kami.

“Guru biasanya tidak menerima undangan membosankan seperti ini,” katanya. “Jelas sekali, ia menyadari betapa menyedihkannya dirimu dan membawamu bersamanya untuk menghiburmu. Aku tahu kau sedang mengalami masa sulit belakangan ini, Xiao Shi Qi, tetapi Guru sangat sibuk dengan urusannya sendiri, dan mengabiskan waktu bersama denganmu, ia pasti sangat lelah. Kau adalah orang dewasa sekarang. Kau harus mulai bertingkah seperti orang dewasa dan menenangkan pikiran Guru. Kau harus belajar menjadi murid yang lebih berbakti.”

Aku mengangguk malu.

***

Kami menghabiskan 49 hari di Dataran Utara, kebanyakan benar-benar bebas dan tenang.

Saat Mo Yuan tidak berceramah, kami keluar untuk menjelajahi pegunungan yang luas. Saat waktunya Mo Yuan berada di panggung teratai itu, aku bergabung dengan para penonton, memakan kuaci dan tertidur.

Mo Yuan selalu merasa kalau latihan Taoisme adalah topik yang membosankan, tetapi ia tetap berhasil membicarakannya untuk waktu yang lama. Banyak makhluk abadi yang datang untuk berdebat dengannya tentang masalah seperti reinkarnasi, nirwana, dan hati manusia yang tidak bisa diprediski. Aku sangat bergembira melihat Mo Yuan selalu menang setiap saat.

Aku berhasil mengesampingkan perselingkuhan Li Jing, nyaris sepenuhnya di belakang pikiranku. Hanya ketika tengah malam saat semuanya senyap, aku masih sekali dua kali bermimpi buruk yang aneh.

Perkumpulan Taoisme Xuan Ming sukses besar. Ketika itu berakhir, Mo Yuan membawaku ke Dataran Utara selama beberapa hari sebelum kami mengemasi barang kami dan menuju kembali ke Gunung Kun Lun.

***

Segera setelah kembali, kami mendengar kabar bahwa Pangeran Kedua Klan Hantu telah menikah. Pesta pernikahannya sangat mewah, dan Klan Hantu merayakannya selama sembilan hari berturut-turut. Gunung Kun Lun kini bermusuhan dengan Istana Da Si Ming dan sudah pasti kami tidak diundang.

Satu-satunya surat yang kudapat adalah dari kakak iparku, menuliskan padaku betapa bahagianya ibu mereka mengenai pernikahan itu dan betapa beruntungnya Xuan Nu karena aku menjaganya. Aku bukanlah seseorang yang berpikiran sempit.

Li Jing mungkin mengkhianatiku, tetapi mungkin itu hanyalah cinta masa remaja. Beberapa tahun setelah ini, aku mungkin merasa lega dengan hasil ini dan dapat bertemu keduanya dan bersulang untuk kebahagiaan mereka.

Jika saja kejadian selanjutnya tidak terjadi.

***

Malam ketika Mo Yuan datang menyelamatkan Ling Yu dan diriku, ia membuat Qing Cang terluka parah.

Tiga hari setelah pernikahan Li Jing, akhirnya Qing Cang pulih, saat ia memberi perintah agar pasukannya melakukan pemberontakan. Ia bilang, itu merupakan pembalasan dendam atas penculikan istrinya. Ini bukanlah sebuah alasan yang terhormat, Qing Cang belum menikahi Ling Yu saat Mo Yuan membajak istananya, dan tidaklah berdasar untuk menyebut Ling Yu sebagai istrinya.

Tetapi, walaupun alasannya tidak masuk akal, Qing Cang berhasil meyakinkan ratusan ribu pasukan Klan hantu untuk melakukan pemberontakan. Untuk menunjukkan pemberontakannya terhadap Gunung Kun Lun, Qing Cang memilih seorang istri dari Klan Hantu untuk Li Jing dan mencambuk Xuan Nu yang baru saja menikah dan mengirimkannya kembali ke Gunung Kun Lun, bersimbah darah.

Saudara Seperguruan Pertama sangatlah berhati lembut. Ia membungkus Xuan Nu dengan sehelai selimut bersulam dan membawanya masuk ke dalam. Mo Yuan mencurigai kalau itu adalah jebakan, tetapi, apa yang dapat dilakukannya? Tidak ada seorang pun muridnya yang akan mempercayainya. Ia harus menutup mata dan menyaksikan saat Saudara Seperguruan Pertama melakukan kebaikannya.

Pasukan Klan Hantu berbaris di dalam jarak tiga puluh mil dari perbatasan antara wilayah kedua klan, dan Tian Jun mengirimkan delapan belas dewa untuk membujuk Mo Yuan agar bertarung melawan Qing Cang.

Akhirnya, Mo Yuan mengeluarkan setelan baju zirah perang kristal hitamnya, yang sudah tersimpan lama di bawah peti selama bertahun-tahun ini.

Ia menepis debunya dan dengan tenang berkata, “Karena Qing Cang menggunakanku sebagai alasan untuk berperang, dan aku adalah Dewa Perang, aku tidak punya pilihan lain selain berperang. Bawalah setelan baju perang ini, Xiao Shi Qi, dan periksa dengan teliti. Sudah begitu lama semenjak aku menggunakannya, dan mungkin saja sudah dikunyah oleh serangga.”

Si tua Tian Jun sangat senang. Ia mengirimkan seratus ribu pasukan langit untuk bertarung bersama dengan Mo Yuan dan menuangkan tiga gelas anggur di Gerbang Langit untuk mengantarkan kepergiannya. Sebagai tujuh belas murid Mo Yuan, kami berdiri dalam satu barisan, siap mengikuti perintahnya.

Itu adalah perang pertama yang pernah kualami.

Api tertembak ke atas langit, dan asap memenuhi udara selama 81 hari berturut-turut.

Mo Yuan adalah Dewa Perang yang tak terkalahkan, dan perang ini semestinya dengan mudah dimenangkan. Tetapi, saat pasukan Klan Hantu menghadang, Xuan Nu mencuri diagram taktik pasukan Langit dan menyelundupkannya kembali ke seberang perbatasan untuk diberikan kepada Li Jing.

Kalau saja kami tahu kalau pertunjukan istri yang dicampakkan oleh Xuan Nu adalah bagian dari strategi mereka, dan luka-lujanya hanyalah jebakan untuk memenangkan kepercayaan kami. Sayang sekali, Saudara Seperguruan Pertama merawat Xuan Nu, membawanya masuk, dan dengan melakukan itu, melepaskan mata-mata di Gunung Kun Lun.

Dibutuhkan banyak tenaga Mo Yuan untuk pulih dari ujian langitku, dan roh mulanya masih terluka parah. Mo Yuan menggunakan fakta bahwa Klan hantu masih belum sepenuhnya mengerti strategi perangnya dan memimpin para komandan pasukan Langit dalam serangan mendesak. Akhirnya, ia mengepung 30.000 pasukan yang terluka dari Klan Hantu di Sungai Ruo.

Selama pertarungan final, dua baris pasukan berjajar di sepanjang tepian Sungai Ruo, ribuan awan bergolak memenuhi angkasa. Sampai di titik itu, aku yakin kalau hasilnya sudah pasti: antara Klan Hantu menyerahkan surat penyerahan diri atau mereka akan dibinasakan. Aku tidak menyangka kalau Qing Cang akan membawa keluar Lonceng Dong Huang, sebuah senjata dengan kekuatan yang cukup untuk melenyapkan semua yang ada di antara langit dan bumi, senjata terkuat di seluruh jagad raya, juga yang paling menghancurkan.

Qing Cang tertawa. “Kami tidak akan menyerah! Tidak, selama aku masih Raja dari Klan Hantu. Antara Klan Hantu akan bangkit di atas Klan Langit atau aku akan mati membawa semua orang di Delapan Dataran bersamaku!”

Meskipun Lonceng Dong Hua adalah sebuah senjata dengan kekuatan untuk menghancurkan dunia, Mo Yuan adalah penciptanya, dan sudah pasti tahu bagaimana cara menaklukkannya.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar