Ten Miles of Peach Blossoms
Chapter 6 Part 2
Tiga hari
setelahnya, Xuan Nu memasuki Gunung Kun Lun, menaiki sebuah awan keabuan. Ia
terkejut ketika melihatku. Dalam suratnya, kakak iparku menjelaskan kalau Xuan
Nu tidak tahu kalau ia akan tinggal bersama teman main masa kecilnya, Bai Qian,
hanya mengetahui aku adalah teman dewa yang berhubungan baik dengan mereka.
Xuan Nu menetap
di Gunung Kun Lun. Ia terlihat semakin mirip denganku akhir-akhir ini.
“Aku tidak
percaya ia bukan saudarimu!” kata Saudara Seperguruan Pertama. “Ketika kau
bersamanya, hanya kelesuanmu saja yang bisa membedakan kalian.”
Sejujurnya,
Xuan Nu pun agak putus asa, dan wajah cantiknya terlihat pucat. Aku
menganggapnya sebagai keluarga dan sudah pasti ingin menghiburnya, dan jadilah
kali berikutnya aku turun gunung untuk mengunjungi Li Jing, aku memutuskan
untuk membawanya bersamaku.
Li Jing berdiri
diam, tercengang memandangi Xuan Nu, pertama kali ia melihatnya. Setelah
beberapa lama, barulah ia mendapatkan kembali ketenangannya.
“Darimana
datangnya Si Yin versi wanita ini?” serunya, masih memandangi tak percaya.
Xuan Nu mulai
terkikik.
Melihatnya
akhirnya mulai tampak bahagia, aku merasa seolah beban berat telah diangkat,
sejak saat itu, aku membawanya bersamaku pada Li Jing, kapanpun aku berkunjung.
***
Suatu hari, aku
sedang berada di atas pohon kurma di halaman tengah, memetik kurma, berencana
membawa mereka ke gua Li Jing dan memberikan itu padanya sebagai kudapan
setelah matahari terbenam.
Saudara
Seperguruan Pertama berjalan menghampiri, terlihat pahit dan berdiri di bawah
pohon.
“Saat aku
memukuli si homoseksual Klan Hantu yang datang untuk menculikmu, kau mengeluh
kalau aku terlalu kasar, dan jadilah aku berhati-hati tidak memukulinya sampai
mati,” katanya disela giginya yang begemelatuk. “Sekarang, aku harap aku
melakukannya. Aku berhasil menghentikannya menculikmu, tetapi sekarang ia pergi
dan menculik Xuan Nu ...”
Aku kehilangan
peganganku dan terjatuh dari pohon. Aku berhasil mengangkat kepalaku dan
berkata, “Saudara Seperguruan Pertama, bisakah kau mengulangi apa yang barusan
kau katakan?”
Ia datang untuk
membantuku bangun. “Aku sedang ada di kaki gunung saat aku melihatnya dan Xuan
Nu berjalan-jalan bersama di kejauhan, berpegangan tangan. Dan mereka terlihat
begitu akrab.”
Ia membantuku
setengah jalan dan kemudian berhenti. “Tunggu sebentar.” Ia menggaruk dagunya.
“Xuan Nu adalah dewi. Bagaimana caranya ia dan si homoseksual ini bisa
berhubungan?”
Aku pergi
secepat guntur, melemparkan tangannya dan melayang keluar dari pintu.
***
Qi
lin api Li Jing sedang tertidur di luar
guanya.
Aku melemparkan
sebuah mantra untuk mengubah diriku menjadi seekor ngengat dan terbang lurus
masuk ke dalam.
Tentu saja, di
sana, di atas kursi malas marmer itu, aku bisa melihat garis besar dari
pasangan yang sedang bergumul. Gadis di bawahnya yang memiliki wajah persis
sepertiku sedang terengah-engah, sementara pria yang ada di atasnya menguraikan
rambut hitam panjangnya dan sedang membisikkan, “Xuan Nu, oh, Xuan Nu.”
Dadaku terasa
sedingin es. Aku tidak mampu lagi mempertahankan wujud ngengatku, dan saat
embusan angin bertiup di koridor, aku terjatuh ke lantai, kembali dalam wujud
manusiaku. Beruntungnya, aku berhasil berdiri mantap: aku tidak kehilangan seluruh
sikap tenang Gunung Kun Lun-ku. Li Jing dan Xuan Nu memutar kepala mereka
bersamana, menatapku panik.
Aku ingat
berjalan menghampiri dengan sangat tenang, awalnya menampar Li Jing, dan
setelahnya akan menampar Xuan Nu, tetapi Li Jing menggenggam tangaku sebelum
aku berhasil melakukannya. Xuan Nu menutupi dirinya dengan selimut dan
bersembunyi dalam pelukannya sementara wajah Li Jing berubah dari kehijauan,
memutih. Kami saling bertatatapan untuk waktu yang lama. Akhirnya ia melepaskan
tanganku.
“Si Yin, aku
sudah mengecewakanmu,” katanya penuh derita. “Aku memang bukan seorang
homoseksual.”
Aku merasa
terlampau marah untuk melakukan apa pun selain tertawa.
“Enak sekali
bagimu. Memutuskan apakah kau homoseksual atau tidak sesuai keinginanmu. Luar
biasa. Lalu, bagaimana denganku?”
Ia terdiam
sejenak sebelum berkata, “Konyol sekali bagiku, berpikir aku adalah seorang
homoseksual.”
Pipi Xuan Nu berlinang
air mata.
“Si Yin,
kumohon, berikan Li Jing dan aku restumu,” isaknya. “Kami saling mencintai. Kau
dan Li Jing sama-sama pria dan, dan, yah, itu ... um ... tidak pantas.”
Aku mendapatkan
kembali cukup ketenangan untuk tertawa pahit.
“Jadi, apa yang
pantas—membuang seseorang? Menggoda kekasih orang lain? Menghancurkan hubungan
orang lain? Apakah ini adalah tingkah yang pantas?”
Ia memucat dan
tak mengatakan apa pun.
Lelah secara
fisik juga mental, aku mengibaskan lengan bajuku dan melepaskan mereka.
***
Rasa cinta
pertamaku sudah benar-benar mengubahku. Menyadari bahwa akulah si bodoh yang
sebenarnya memperkenalkan keduanya, membuatku lebih kacau lagi. Itu adalah rasa
sakit dari kehilangan cinta, bercampur dengan rasa sakit dari ketidakadilan.
Semua hal yang
berhubungan dengan Li Jing, semua hadiah-hadiah kecil tak berharga yang
diberikannya kepadaku, sekarang terasa seperti benda yang menyiksa. Aku
membakar semuanya, tetapi tak juga membawakan kelegaan. Menenggelamkan diriku
dalam penderitaan jauh lebih efektif daripada membakar barang-barang, jadi aku
menghabiskan tiga hari di gudang anggur Gunung Kun Lun, mabuk-mabukan.
Ketika aku
tersadar, aku sudah berada dalam pelukan Guruku.
Mo Yuan duduk
bersandar di sebuah guci arak besar, dengan satu kendi anggur di tangan
kanannya, selagi ia menahanku dengan tangan kirinya. Ia mengernyit ketika ia
melihatku terbangun.
“Kau minum
terlalu banyak,” katanya lembut. “Akan lebih baik, keluarkan saja tangisannya.
Sakit emosional membusuk dalam hati. Dan sayang sekali menyia-nyiakan semua
anggur bagus ini.”
Akhirnya,
dengan lenganku melingkar di sekeliling kakinya, aku mulai menangis, “Guru,
akhirnya kau keluar dari pengasingan. Apakah itu artinya kau sudah lebih baik?
Kau tidak terkena cedera jangka panjang ataupun komplikasi, kan?”
Ia menatapku
dan tersenyum samar.
“Tidak apa-apa.
Kau tidak perlu merebus tubuhmu untuk membuatkanku sup obat apa pun.”
Semua saudara
seperguruanku semuanya mengira kalau aku jatuh hati pada Xuan Nu dan merasa
resah dan hancur karena Li Jing telah merampasnya.
Cerita yang
kubuat ini bukanlah yang terbaik, tetapi, Mo Yuan adalah satu-satunya yang
berhasil melihatnya.
“Li Jing
mungkin memiliki mata yang cemerlang, tetapi ia sungguh kekurangan pandangan,”
bisiknya saat ia mengelus rambutku.
***
Setelah keluar
dari pengasingan, Mo Yuan menerima sebuah undangan dari Dong Shen Xuan Ming.
Xuan Ming
tinggal jauh di pedalaman Dataran Utara, dimana ia sendiri menangani Langit
Utara sepanjang 200 mil. Perkumpulan Taoisme akan diadakan sekitar waktu ini,
dan ia mengirimkan utusan ke Gunung Kun Lun, mengundang Mo Yuan untuk datang
memberikan ceramahnya.
Sebagai putra
kandung Ayah Semesta, Mo Yuan sangatlah dihormati, dan ketika para dewa dari
Empat Lautan dan Delapan Dataran mengadakan perkumpulan Taoiseme, mereka pasti
akan mengundangnya.
Mo Yuan melirik
ke arah undangan di tangannya dan berkata, “Berceramah tentang dharma tidaklah
semenyenangkan itu, tetapi kita bisa pergi dan mendaki pegunungan di sekitar
tempat tinggal Xuan Ming. Kemasi barangmu, Xiao Shi Qi. Kau ikut denganku!”
Dipenuhi
kebahagiaan, aku bergegas menuju kamarku untuk berkemas.
Saudara
Seperguruan Pertama datang untuk mengantar kami.
“Guru biasanya tidak
menerima undangan membosankan seperti ini,” katanya. “Jelas sekali, ia
menyadari betapa menyedihkannya dirimu dan membawamu bersamanya untuk
menghiburmu. Aku tahu kau sedang mengalami masa sulit belakangan ini, Xiao Shi
Qi, tetapi Guru sangat sibuk dengan urusannya sendiri, dan mengabiskan waktu
bersama denganmu, ia pasti sangat lelah. Kau adalah orang dewasa sekarang. Kau
harus mulai bertingkah seperti orang dewasa dan menenangkan pikiran Guru. Kau
harus belajar menjadi murid yang lebih berbakti.”
Aku mengangguk
malu.
***
Kami
menghabiskan 49 hari di Dataran Utara, kebanyakan benar-benar bebas dan tenang.
Saat Mo Yuan
tidak berceramah, kami keluar untuk menjelajahi pegunungan yang luas. Saat
waktunya Mo Yuan berada di panggung teratai itu, aku bergabung dengan para
penonton, memakan kuaci dan tertidur.
Mo Yuan selalu
merasa kalau latihan Taoisme adalah topik yang membosankan, tetapi ia tetap
berhasil membicarakannya untuk waktu yang lama. Banyak makhluk abadi yang
datang untuk berdebat dengannya tentang masalah seperti reinkarnasi, nirwana,
dan hati manusia yang tidak bisa diprediski. Aku sangat bergembira melihat Mo
Yuan selalu menang setiap saat.
Aku berhasil
mengesampingkan perselingkuhan Li Jing, nyaris sepenuhnya di belakang
pikiranku. Hanya ketika tengah malam saat semuanya senyap, aku masih sekali dua
kali bermimpi buruk yang aneh.
Perkumpulan
Taoisme Xuan Ming sukses besar. Ketika itu berakhir, Mo Yuan membawaku ke
Dataran Utara selama beberapa hari sebelum kami mengemasi barang kami dan
menuju kembali ke Gunung Kun Lun.
***
Segera setelah
kembali, kami mendengar kabar bahwa Pangeran Kedua Klan Hantu telah menikah. Pesta
pernikahannya sangat mewah, dan Klan Hantu merayakannya selama sembilan hari
berturut-turut. Gunung Kun Lun kini bermusuhan dengan Istana Da Si Ming dan
sudah pasti kami tidak diundang.
Satu-satunya
surat yang kudapat adalah dari kakak iparku, menuliskan padaku betapa
bahagianya ibu mereka mengenai pernikahan itu dan betapa beruntungnya Xuan Nu
karena aku menjaganya. Aku bukanlah seseorang yang berpikiran sempit.
Li Jing mungkin
mengkhianatiku, tetapi mungkin itu hanyalah cinta masa remaja. Beberapa tahun
setelah ini, aku mungkin merasa lega dengan hasil ini dan dapat bertemu
keduanya dan bersulang untuk kebahagiaan mereka.
Jika saja
kejadian selanjutnya tidak terjadi.
***
Malam ketika Mo
Yuan datang menyelamatkan Ling Yu dan diriku, ia membuat Qing Cang terluka
parah.
Tiga hari
setelah pernikahan Li Jing, akhirnya Qing Cang pulih, saat ia memberi perintah
agar pasukannya melakukan pemberontakan. Ia bilang, itu merupakan pembalasan
dendam atas penculikan istrinya. Ini bukanlah sebuah alasan yang terhormat,
Qing Cang belum menikahi Ling Yu saat Mo Yuan membajak istananya, dan tidaklah
berdasar untuk menyebut Ling Yu sebagai istrinya.
Tetapi,
walaupun alasannya tidak masuk akal, Qing Cang berhasil meyakinkan ratusan ribu
pasukan Klan hantu untuk melakukan pemberontakan. Untuk menunjukkan
pemberontakannya terhadap Gunung Kun Lun, Qing Cang memilih seorang istri dari
Klan Hantu untuk Li Jing dan mencambuk Xuan Nu yang baru saja menikah dan mengirimkannya
kembali ke Gunung Kun Lun, bersimbah darah.
Saudara
Seperguruan Pertama sangatlah berhati lembut. Ia membungkus Xuan Nu dengan
sehelai selimut bersulam dan membawanya masuk ke dalam. Mo Yuan mencurigai
kalau itu adalah jebakan, tetapi, apa yang dapat dilakukannya? Tidak ada
seorang pun muridnya yang akan mempercayainya. Ia harus menutup mata dan
menyaksikan saat Saudara Seperguruan Pertama melakukan kebaikannya.
Pasukan Klan
Hantu berbaris di dalam jarak tiga puluh mil dari perbatasan antara wilayah
kedua klan, dan Tian Jun mengirimkan delapan belas dewa untuk membujuk Mo Yuan
agar bertarung melawan Qing Cang.
Akhirnya, Mo
Yuan mengeluarkan setelan baju zirah perang kristal hitamnya, yang sudah tersimpan
lama di bawah peti selama bertahun-tahun ini.
Ia menepis
debunya dan dengan tenang berkata, “Karena Qing Cang menggunakanku sebagai
alasan untuk berperang, dan aku adalah Dewa Perang, aku tidak punya pilihan
lain selain berperang. Bawalah setelan baju perang ini, Xiao Shi Qi, dan
periksa dengan teliti. Sudah begitu lama semenjak aku menggunakannya, dan
mungkin saja sudah dikunyah oleh serangga.”
Si tua Tian Jun
sangat senang. Ia mengirimkan seratus ribu pasukan langit untuk bertarung bersama
dengan Mo Yuan dan menuangkan tiga gelas anggur di Gerbang Langit untuk
mengantarkan kepergiannya. Sebagai tujuh belas murid Mo Yuan, kami berdiri
dalam satu barisan, siap mengikuti perintahnya.
Itu adalah
perang pertama yang pernah kualami.
Api tertembak
ke atas langit, dan asap memenuhi udara selama 81 hari berturut-turut.
Mo Yuan adalah
Dewa Perang yang tak terkalahkan, dan perang ini semestinya dengan mudah
dimenangkan. Tetapi, saat pasukan Klan Hantu menghadang, Xuan Nu mencuri
diagram taktik pasukan Langit dan menyelundupkannya kembali ke seberang
perbatasan untuk diberikan kepada Li Jing.
Kalau saja kami
tahu kalau pertunjukan istri yang dicampakkan oleh Xuan Nu adalah bagian dari
strategi mereka, dan luka-lujanya hanyalah jebakan untuk memenangkan
kepercayaan kami. Sayang sekali, Saudara Seperguruan Pertama merawat Xuan Nu,
membawanya masuk, dan dengan melakukan itu, melepaskan mata-mata di Gunung Kun
Lun.
Dibutuhkan
banyak tenaga Mo Yuan untuk pulih dari ujian langitku, dan roh mulanya masih
terluka parah. Mo Yuan menggunakan fakta bahwa Klan hantu masih belum
sepenuhnya mengerti strategi perangnya dan memimpin para komandan pasukan
Langit dalam serangan mendesak. Akhirnya, ia mengepung 30.000 pasukan yang
terluka dari Klan Hantu di Sungai Ruo.
Selama
pertarungan final, dua baris pasukan berjajar di sepanjang tepian Sungai Ruo,
ribuan awan bergolak memenuhi angkasa. Sampai di titik itu, aku yakin kalau
hasilnya sudah pasti: antara Klan Hantu menyerahkan surat penyerahan diri atau
mereka akan dibinasakan. Aku tidak menyangka kalau Qing Cang akan membawa
keluar Lonceng Dong Huang, sebuah senjata dengan kekuatan yang cukup untuk
melenyapkan semua yang ada di antara langit dan bumi, senjata terkuat di
seluruh jagad raya, juga yang paling menghancurkan.
Qing Cang
tertawa. “Kami tidak akan menyerah! Tidak, selama aku masih Raja dari Klan
Hantu. Antara Klan Hantu akan bangkit di atas Klan Langit atau aku akan mati
membawa semua orang di Delapan Dataran bersamaku!”
Meskipun
Lonceng Dong Hua adalah sebuah senjata dengan kekuatan untuk menghancurkan
dunia, Mo Yuan adalah penciptanya, dan sudah pasti tahu bagaimana cara
menaklukkannya.
0 comments:
Posting Komentar