Sabtu, 07 November 2020

3L3W TPB 2 - Chapter 15 Part 4

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 2

Chapter 15 Part 4


Dua tahun berikutnya adalah rentang waktu yang baik. Chen Ye memindahkan beberapa pohon empat musim ke kediaman Mengchun. Di musim panas, separuhnya berbunga sementara separuhnya lagi berbuah.

Aranya berdiri di bawah pepohonan ini, melamun.

“Ada juga sebatang pohon empat musim di dalam sarang ular,” Aranya memberitahunya.

“Buah-buah ini adalah apa yang selalu kumakan ketika aku masih muda. Aku dengar kalau sarang ular itu dulunya tidak punya pohon ini, tetapi hanya dalam semalam, pohon itu berakar dan langsung berbuah. Langit pastinya mengasihaniku.”

Aranya terperangkap dalam miasma dari formasi ular. Tentu saja, ia tidak lagi mengingat kenangan itu. Tidak masalah, pikir Chen Ye. Seperti ini pun sudah cukup.

Setiap kali Aranya bertemu sesuatu, ia akan memindahkan ranjang rotan ke bawah bayangan teduh pohon empat musim di dalam sinar rembulan.

Suatu malam, tepat ketika Chen Ye keluar dari ruangan pembuatan cermin, di lapisan jauh sinar bulan layaknya es, ia melihat Aranya sedang berbaring di atas ranjang rotan, kelihatannya tertidur pulas. Kanopi besar dari pohon empat musim menimbulkan bayangan kecil di atas kepalanya. Sebuah buku puisi terselip di tangan Aranya.



Chen Ye suka memerhatikan sosok tidur Aranya. Wajah mimpinya yang tenang membuat Chen Ye langsung melupakan berbagai masalah dalam hatinya. Aranya masih tetap berada di sisinya.

Kelopak putih berceceran di atas ranjang rotan. Chen Ye membungkuk dan memperhatikan Aranya sekian lama, lalu memungut satu kelopak bunga dan meletakkanya di rambut Aranya.

Chen Ye mengelus pelipisnya, berhenti, kemudian meluncurkan jemarinta di sekitar alis, hidung, bibir Aranya. Pertama kali Chen Ye memberikan Aranya setangkai bunga pun di bawah pohon empat musim.

Seolah-olah Chen Ye sedang memenuhi janjinya melalui tindakan intim ini.

Kau masih memilikiku Aranya, memiliki diriku itu sudah cukup.

Beberapa saat kemudian, Chen Ye membungkuk untuk mencium kening Aranya. Ia tidak terbangun.

Dan lagi, takdir mulai berjalan ke arah yang salah di titik ini.

Dengan alasan meninjau kemajuan pembuatan cermin Chen Ye, Lady Qinghua datang ke kediaman Aranya untuk berbicara dengannya.

Di dalam ruangan pembuatan cermin, dandanan Qinghua yang seperti topeng pun terefleksikan di potongan cermin dua arah di tangan Chen Ye.

Qinghua berkata dalam suara rendah, “Satu hari Xiangli Que tetap di tahta, adalah satu hari lagi kau tidak dapat kembali ke Istana Qinan. Aku tidak tahu rencana macam apa yang kau punya, tetapi aku tahu kau tidak ingin terperangkap di sini. Kau selalu menghormati mendiang suamiku, dan aku tidak pernah sekalipun melupakan dendamnya. Mengapa kita tidak saling membantu mencapai tujuan kita? Jika Junuo mendapatkan tahta, aku berjanji atas namanya kalau Istana Kerajaan tidak akan pernah mengganggu Istana Suci.”

Menurut perkiraan Chen Ye sebelumnya, ia bisa saja memancing Xiangli Que untuk berperang dengan kuil jika ia bebas. Tetapi pada saat ini, Xiangli Que tak lagi seceroboh yang dulu.

Kebijakan Xiangli Que untuk menekan kuil itu layaknya erosi rayap. Kuli tampak baik-baik saja di permukaan, tetapi Chen Ye yakin kalau Xiangli Que His sudah banyak menggantikan kuil dari dalam.

Chen Ye bukannya tidak tahu apa-apa soal urusan luar selama dua tahun terakhir menjadi tahanan rumah. Ia telah menanti Qinghua datang mencarinya.

Ketika Chen Ye masih muda, Xize sering menasehatinya kalau Istana Qinan tidak pernah boleh terlibat dalam hal-hal yang dapat menjatuhkan jika mereka sanggup. Seperti itu, semuanya di bawah gaya mereka.

Chen Ye menduga, Xize sudah lama menduga kalau mereka akan terlibat dalam hal-hal yang dapat menjatuhkan suatu hari. Karena Xize tidak ingin berurusan dengan itu, ia menurunkan beban itu pada Chen Ye.

Dengan bantuan Qinghua, Xiangli Que pasti mati. Tujuan Qinghua adalah untuk membantu Junuo naik tahta, tetapi apakah Junuo yang mewarisi tahta ataukah Putra Mahkota Xiangli He yang mewarisi tahta, apa masalahnya bagi Chen Ye? Istana Qinan hanya perlu Xiangli Que untuk mati.

Qinghua mendatangi kediaman itu tiga kali, tampak lebih tulus setiap kalinya. Chen Ye lebih dulu merencanakannya dan memberikan Qinghua sebuah tas brokat. Menggunakan racun tidak pernah menjadi rencana yang cerdik, tetapi itu paling cocok dengan rencana Qinghua.

Xiangli Que memang sifatnya mencurigakan, jadi sebelum langkah terakhir itu, ada cukup banyak jalan memutar yang harus diambil Chen Ye. Jalan mana yang harus diambilnya di tiap belokan, apa yang harus dihindari, siapa yang dapat dimenangkannya di pemerintahan, siapa yang dapat mulai ia menangkan hatinya, apa yang akan terjadi jika beberapa hal berjalan mulus, apa yang mungkin terjadi jika tidak berjala dengan baik.

Chen Ye mengatur setumpuk kertas: seperti menghitung kepingan, setiap gerakan haruslah sepenuhnya tepat.

Walaupun Xiangli Que memanjakan Qinghua, ia umumnya dibatasi selayaknya burung dalam sangkar. Qinghua tidak benar-benar mengerti pemerintahan dan politik sebelumnya, tetapi Chen Ye lah yang telah menujukkan padanya jalan yang cerdas.

Dua hari sebelum Xiangli Que meninggal, Qinghua datang ke kediaman itu lagi. Chen Ye sedang menggambar bingkai cermin lapis itu di ruang pembuatan cermin. Jika semuanya berjalan lancar, mereka dapat membuat sebuah cendawan menyesuaikan itu.

Meskipun ia adalah bibi Chen Ye, Qinghua dengan hormat memanggilnya ‘Yang Mulia Chen Ye’ dan bernegosiasi dengannya perihal situasi Xiangli Que. Qinghua berjanji kalau Chen Ye akan disambut kembali di Istana Qinan segera setelah insiden ini.

Chen Ye memegangi kuas di tangannya dan fokus menatap perkamen. “Jika ini berjalan lancar, aku mengininkan Aranya.”

Qinghua dengan cepat mendongak. Chen Ye memberikan roman wajah yang acuh tak acuh.

“Aranya jelas telah banyak memaksakan banyak hal padaku, tentu saja aku harus membalas mereka semua padanya.” Chen Ye menengadah pada Qinghua, keningnya berkerut. “Ataukah menyakitkan bagimu karena biar bagaimanapun juga, Aranya adalah darah dagingmu?”

Qinghua terdiam beberapa saat. “Baiklah, setelah semuanya berakhir, Aranya akan jadi milikmu.”

Karena Chen Ye tidak akan menikahi Junuo, kekuasaan kuil juga tidak boleh jatuh ke tangan Junuo. Qinghua tidak akan membiarkannya jatuh ke tangan Aranya. Ini adalah alasan terbaik untuk membawa Aranya kembali dengan aman ke kuil.

Namun, kesalahan terbesar dalam hidup Chen Ye adalah meremehkan Qinghua.

***

Di malam tanggal 16 Juli, Xiangli Que meninggal dunia. Di tanggal 19 Juli, Chen Ye bergegas kembali ke kuil untuk memimpin upacara pemakaman Xiangli Que. Tak lebih dari tiga hari kemudian, datang sebuah pesan ke kuil mengatakan kalau Aranya telah membunuh sang raja dan telah ditangkap.

Pada saat itu, di dalam aula utama kuil, botol persembahan hitam tiba-tiba terlepas dari tangannya, pecah di tanah.

Qinghua tidak menepati janjinya. Di atas dan melampaui dugaan Chen Ye, Qinghua telah mempertimbangkan segalanya dengan seksama.

Apakah perasaannya terhadap Aranya suatu kepura-puraan atau kebenaran bukanlah sesuatu yang mungkin dapat diketahui oleh Qinghua.

Qinghua membuat langkah ini hanya berjaga-jaga jika akan datang suatu hari nanti, ketika, datang kesempatan, Chen Ye memiliki perasaan apapun untuk Aranya dan membantu Aranya mengancam posisi Junuo.

Qinghua hanya ingin membunuh Aranya. Qinghua tidak pernah menganggap dirinya sebagai seorang ibu. Bagaimana bisa Chen Ye melewatkan pemikiran ini?

Sekali, Qinghua datang ke kuil dan berbicara di depan Chen Ye seolah ia sedang mengutarakan kesulitan seorang ibu.

“Kebencianmu terhadap Aranya begitu mendalam, aku hanya bisa merasa sedih. Aranya bersalah karena memenjarakanmu, tetapi ia tetaplah darah dagingku. Aku tidak tahan melihatnya mengalami penderitaan. Dari apa yang kulihat, bahkan jikalau Aranya melakukan kesalahan besar, kematiannya masih tetap tidak akan melenyapkan kebencianmu, kan? Jika kau membantuku, apapun yang kau butuhkan di masa yang akan datang, kau hanya perlu mengatakannya padaku.”

Setelah mengatakan itu, terdapat ketajaman yang terlihat jelas saat Qinghua memperhatikan reaksi dalam mata Chen Ye.

Chen Ye mengernyit terlihat kecewa. Beberapa saat setelahnya, ia perlahan berkata, “Ada seorang pelajar wanita bernama Wen Tian di Akademi Kerajaan. Aku tidak yakin apakah kau kebetulan mengenalnya. Jika kau ingin menebusnya padaku kali ini, bisakah kau menjadikannya sebagai putri angkatmu? Saat aku tertindas, ia tidak memperlakukanku dengan buruk. Kami saling mempercayai dan mencintai. Aku ingin menjadikannya sebagai istriku.”

Senyum Qinghua perlahan muncul, akhirnya sedikit tenang. “Tentu saja.”

Qinghua mengizinkan Wen Tian untuk menemani Chen Ye di kuil. Ketika mereka bertemu kali ini, sebuah senyuman yang jarang muncul di wajah wanita yang biasanya tenang itu.

Wen Tian tiba-tiba berkata pada Chen Ye ketika tak ada seorangpun di sekitar mereka, “Aku tahu kau menikahiku karena rasa terima kasih, tetapi apakah kau tahu kalau orang yang paling berbudi padamu sebenarnya adalah Putri Kedua? Yang Mulia Aranya memperlakukanmu dengan sangat baik, bahkan aku dapat melihatnya. Kali ini, ia dirugikan dengan tidak adilnya tetapi kau hanya duduk santai di sini. Aku memang memiliki perasaan padamu, tetapi aku menyadari hari ini kau bukan lagi seseorang yang kucintai.”

Chen Ye tidak menjelaskan dirinya. Tepat di saat begini, Chen Ye tidak mempercayai siapapun kecuali dirinya sendiri. Wen Tian mendapatkan kekaguman Chen Ye jika ia mengatakan semua ucapan itu dari hatinya.

Akan tetapi, jika Wen Tian mengatakan mereka karena permintaan Qinghua untuk menguji dirinya, Chen Ye harus lebih waspada lagi.

Pada akhirnya, Qinghua mempercayai Chen Ye dan melonggarkan pengawasannya. Ditambah lagi, ada Wen Tian di sana.

Suatu hari, Chen Ye mengambil kesempatan dari perjalanan Wen Tian ke belakang gunung untiuk air langit dan pergi ke Gua Qingyi. Gua Qingyi adalah tempat dimana energi abadi berkumpul paling banyak di Gunung Qinan.

Selama dua tahun terakhir, Xize tinggal dalam isolasi di dalam gua ini.

Panah tak bersayap membawakan sepucuk surat terlipat melewati medan pelindung yang menyelimuti gua. Di dalam suratnya adalah kejadian yang berhubungan dengan penangkapan Aranya.

Tahun itu, Xize pergi menyepi dan membawa dua penyihir bersamanya untuk menjaga gua. Meskipun Chen Ye mempercayai Xize, ia tidak mempercayai kedua penyihir penjaga itu. chen Ye pun mengubah tulisan tangannya di dalam surat.

Kali ini, Chen Ye hanya bisa berharap kalau Xize akan melihat suratnya sendiri dan meninggalkan gua untuk menyelamatkan Aranya.

Dalam keadaan mendesak dibutuhkan ketenangan dan pertimbangan yang cermat. Jika Xize mampu menyelamatkan Aranya, dalam beberapa bulan, Chen Ye akan meninggalkan kuil dan bersatu kembali dengan Aranya.

Jika Xize tidak melihat surat ini, maka satu-satunya cara lain adalah untuk memindahkan eksekusi Aranya ke dalam kuil. Ketika itu, hanya setengah atau mungkin bahkan kurang, Chen Ye mungkin masih bisa punya beberapa kesempatan untuk melindungi Aranya untuk berhasil melarikan diri.

Qinghua telah memperhitungkan sampai cara seperti ini melawan Chen Ye. Jika Chen Ye bisa selamat, ia tidak akan membiarkan Qinghua mendapatkan keinginannya. Karena Qinghua sudah memutuskan untuk membunuh Aranya, Chen Ye akan memastikan untuk membuat Aranya mendapatkan tahta suatu hari nanti.

Di dunia yang luas ini, Chen Ye tidak pernah memiliki orang yang dicintainya; begitu pula dengan Aranya. Tidak peduli bagaimana semua orang berencana melawan mereka, selama mereka saling memiliki, itu sudah cukup.

Pada tanggal 1 Agustus, Aranya dibawa kabur. Itu juga merupakan hari dimana Xiangli He menuju medan perang. Ketika kabarnya sampai, Chen Ye sedang memimpin sebuah upacara pemberkatan untuk para tentara di Teras Lingshu.

Belakangan ini, ada begitu banyak hal yang tak sesuai dengan jalurnya, tetapi untungnya, satu hal akhirnya berjalan sesuai dengan relnya. Chen Ye benar dengan mempercayai Xize.

Setelah Aranya dibawa kabur, Chen Ye diawasi dengan lebih ketat. Qinghua masih tetap mencurigainya. Tetapi beruntungnya Aranya baik-baik saja. Keselamatan Aranya sudah cukup.

Walaupun Chen Ye berada di kuil selama peperangan dengan Klan Burung Hantu, ia mengetahui satu dua hal kapan saja laporan perang tiba. Tetapi dari beberapa hal yang diketahui Chen Ye, tidak ada satupun termasuk kenyataan bahwa orang yang bertanggung jawab dalam tenda komandan di Si’xing adalah Aranya, bukan Xiangli He.

Pada tanggal 6 Agustus, tentara terdorong mundur hingga ke selatan Si’xing oleh Klan Burung Hantu dan kehilangan 30.000 pasukan.

Chen Ye berjalan-jalan di sekitar kuil dan melihat di taman empat musim, beberapa buah yang berjatuhan telah digerogoti oleh burung, memperlihatkan beberapa biji kecoklatan. Chen Ye mengumpulkan biji-biji ini dan menyimpan mereka.

Pada tanggal 8 Agustus, Aranya menggunakan formasi setengah melingkar untuk menghentikan musuh, memblokade Klan Burung Hantu di belakang sungai tanpa ada jalan untuk bergerak.

Chen Ye membersihkan sebidang tanah di halaman, menaburkan benihnya di alam terbuka, kemudian mengairinya secara teratur dengan air langit. Di hari berikutnya, benih itu telah tumbuh menjadi pepohonan muda yang gagah.

Pada tanggal 14 Agustus, Klan Burung Hantu menghancurkan formsi setengah melingkar. Aranya terpaksa menggunakan sihir Kebangkitan Jiwa dan membakar Si’xing dengan api suci.

Chen Ye menggantikan tanah untuk penyemaiannya. Tunas hijau mulai tumbuh dalam beberapa hari terakhir. Di sana bahkan mekar bunga yang agak kecil. Chen Ye menggunakan sihir untuk mengawetkannya, berpikir pada diri sendiri kalau bunga itu cocok untuk Aranya.

Pada tanggal 17 Agustus, Aranya mati di medan perang. Jiwanya berubah menjadi abu, hancur di Si’xing.

Chen Ye tetap berada di taman; pohon empat musimnya begitu lebat penuh dengan cabang. Ia mengambil sebuah gunting dan memangkas beberapa bunganya, berpikir untuk menyimpan mereka sehingga Aranya dapat meletakkanya di dalam sebuah vas bunga untuk dikagumi nantinya.

Rumor menyebar mengatakan Xiangli He meninggal dalam medan perang dan Aranya telah dieksekusi karena melakukan pelanggaran hukum berat. Bahkan putri kesayangan Xiangli Que, Changdi, jadi gila setelah mendengar kabar kematian ayahnya.

Di dalam keluarga besar kerajaan, hanya tersisa Junuo. Di tanggal 19 Agustus, Junuo yang diasingkan pun disambut kembali ke Ibukota untuk naik tahta.

Pada tanggal 20 Agustus, Junuo secara pribadi mengunjungi kuil untuk meminta doa Chen Ye.

Setelah upacaranya selesai, Junuo mengundang Chen Ye untuk berjalan-jalan di taman teratai.

Di wajah gadis sederhana namun mandiri di masa lalu sekarang penuh dengan perubahan. Menatap ke kejauhan ke dalam air di kolam teratai, Junuo akhirnya berkata, “Aku hidup dua tahun dalam pengasingan. Meskipun terdapat beberapa kesulitan, aku merasa benar-benar hidup selama masa dua tahun itu. Aku bertemu dengan banyak orang, dan aku akhirnya memahami beberapa hal tertentu. Di antara kami bertiga, sebenarnya Aranya-lah yang benar-benar memiliki pengasuhan yang bagus. Tumbuh besar, aku sangat membencinya, hanya karena aku sangat iri dengan kehidupannya yang tak tekekang. Saat Aranya baru saja lahir, aku ingat aku benar-benar sangat menyayanginya.”

Chen Ye tidak tahu apa tujuan Junuo mengatakan ini, dan tidak membalas.

“Ada begitu banyak hal yang tidak diberitahukan ibu padaku,” Junuo berkata sedetik kemudian, “tetapi aku tahu jauh dalam hatiku. Aku pikir tidak mungkin kalau Aranya yang membunuh sang raja.”

Junuo menatap balik Chen Ye: “Sepupu, ibuku terkadang membuatku takut.”

Qinghua menjalani seluruh kehidupannya demi putri tertuanya. Harimau betina yang berbahaya tidak memakan anak-anaknya sendiri, tetapi Qinghua tidak peduli. Ia menggunakan darah dari putri-putrinya yang lebih muda untuk mengangkat Junuo menaiki tahta. Tetapi pada akhirnya, Junuo tidak merasakan satu ons pun rasa terima kasih. Melainkan, Junuo merasa takut pada Qinghua. Ini adalah ganjarannya.

Chen Ye menjawab enteng, “Apa yang kau takutkan bukanlah dirinya, tetapi kekuasaan yang dimilikinya. Sekarang kau adalah ratunya, ibumu tidak seharusnya ikut campur dalam urusan negara lagi.”

0 comments:

Posting Komentar