Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 2
Chapter 11 Part 3
Fengjiu menganga selama sekian waktu dan tercengang selama beberapa waktu lagi. Setelah menyadari apa yang telah dilakukannya, ia akhirnya menjadi segan.
Xize mengangkat tangannya ke rangkaian bunga di atas kepala Fengjiu. Ia melangkah menjauh untuk menghindari sentuhannya, membuat tangan Xize mengambang di udara.
Pada saat ini, sebuah bunga kaktus malam jatuh ke atas jemari Xize, cahayanya terpecah layaknya ombak kecil di telapak tangannya.
Bayangan Fengjiu berbicara dalam gelap, “Aku ... aku ..."
Lama waktu berlalu tetapi Fengjiu tidak mampu berkata hal lainnya.
Setelah itu, tidak mendengar Xize berbicara, Fengjiu berkata dengan rasa malu juga kebingungan, “Aku tidak tahu apa yang sedang kulakukan. Aku sangat bahagia malam ini, layaknya ketika aku masih kecil ketika tidak ada rasa khawatir ataupun kesedihan. Sejujurnya, untuk sejenak, aku telah merasakan berbagai macam perasaan bahagia.”
Xize menatap Fengjiu.
“Kenapa kau tidak bahagia lagi?”
Fengjiu menahan rasa malunya dan berjuang keras berpura-pura tenang.
“Kau sudah banyak membantuku belakangan ini. Aku pikir hubungan kita bisa dianggap sebagai persahabatan. Mungkin aku sudah melakukan sesuatu yang membuatmu salah paham, tetapi aku tidak bermaksud melakukannya. Bahkan, meskipun jika kita menikah di atas kertas, itu bukan sesuatu yang kita berdua inginkan. Mari kita berteman, bagaimana menurutmu?”
“Dan menurutmu ini lebih baik?”
Xize berkata dengan suara yang lembut.
“Lalu, siapa yang barusan ini kau pikirkan?”
Siapa yang sedang dipikirkannya? Tentu saja Fengjiu tidak sedang memikirkan siapa pun. Ia hanya merasa bahwa ia pasti sudah kerasukan karena mencoba untuk memamerkan hal semacam itu.
Fengjiu menggelengkan kepalanya seperti drum mainan dan berkata, “Aku tidak sedang memikirkan siapa pun. Jangan menuduhku.”
Berharap Xize mau melupakan apa yang baru saja terjadi, Fengjiu menambahkan, “Aku dengar, baik jika tidak memiliki keinginan dan ilusi. Aku tidak pernah begitu sebelumnya, dan aku tidak ingin menjadi demikian sekarang. Aku tidak ingin memiliki harapan ataupun mimpi palsu, maupun menjadi mimpi ataupun harapan seseorang. Apa kau mengerti apa yang kukatakan?”
Xize diam-diam mempelajari Fengjiu. Selagi ia mengucapkan kata-kata ini, Xize tidak dapat mendeteksi kepolosan yang sama yang ada ketika mereka sedang berlari di tengah kelopak bunga kaktus tadi.
Ekspresi Fengjiu sekarang mengandung kehati-hatian yang langka. Seperti yang diduga, masih terlalu cepat.
Terkadang, Xize merasa kalau Fengjiu sangat cerdas, tetapi ia juga sangat tidak peka, dan terkadang ia tidak peka juga cerdas dalam waktu bersamaan. Untuk membuat Fengjiu menurunkan kewaspadaannya, tampaknya pertama-tama, Xize hanya dapat melakukan apa yang diinginkan Fengjiu.
Mata Xize tetap menatap Fengjiu sekian lama.
Kemudian ia berkata, “Itu hanyalah sisa racun yang belum sepenuhnya menghilang. Apa yang sedang kau pikirkan?”
Fengjiu kebingungan.
Ketika Xize menciumnya beberapa saat yang lalu, Fengjiu mengira kalau ia sedang terkena racun atau Xize menyukainya. Ia tidak mengira kalau Xize akan begitu sial hingga bisa terkena racun dua kali, jadi ia kira pastilah kasus kedua. Ia bahkan balas menciumnya. Ia jelas tidak sedang dalam akal sehatnya.
Fengjiu telah mengumpulkan keberaniannya, berpikir kalau ia akan mengambil selangkah mundur apabila Xize mengungkapkan perasaan dengan martabatnya yang utuh. Ia tidak menyangka ternyata itu karena sisa racun. Mungkin Fengjiu pun terkena racun itu darinya juga, dan semua ini dikarenakan oleh racun.
Karena Xize menanyakan apa yang sedang dipikirkannya, Xize pastilah mendengar dari perkataannya bahwa Fengjiu mengira Xize menyukainya.
Xize pastinya menyiratkan bahwa Fengjiu berpikir berlebihan. Ia memang berpikir terlalu berlebihan.
Dengan dugaannya ini, wajah Fengjiu langsung bersemu malu dan ia pun tertawa kering: “Oh, jadi itu karena sisa racun. Aku ... aku adalah orang yang waspada, jadi terkadang mudah bagiku untuk berpikir berlebihan. Jangan menertawakanku hahahahaha. Tetapi racun ini sangat keras. Sudah lebih dari sepuluh hari tetapi kau masih terkena sisa racun. Tidakkah ini mengkhawatirkan?”
Xize menatap Fengjiu sejenak dalam diam, lalu mencocokkan perkataan: “Bisa ular itu mungkin keras, tetapi tidak perlu terlalu dikhawatirkan.”
Fengjiu bersandar di tembok, sejenak tidak tahu apalagi yang harus dikatakannya. Xize tidak lagi berbicara; auranya menebal dengan kecanggungan.
“Kau pastinya merasa tidak nyaman ketika racunnya kambuh?” Fengjiu akhirnya berkata.
Xize membalas tenang, “Mm, aku hanya bertahan dengan kesabaran.”
Fengjiu membiarkan sebuah ‘oh’ terlepas sebelum akhirnya gang itu jadi hening kembali. Dalam keheningan ini, teringat akan sebuah pertanyaan.
Fengjiu ingin menahan diri tetapi tidak berhasil dan berakhir bertanya, “Jika kau hanya bertahan dengan kesabaran, lalu mengapa ... mengapa kau tidak mencoba menahannya barusan ini?”
“Tidak baik bagi seseorang untuk menahan diri terlalu banyak,” Xize menjawab terus terang.
“Kau bilang kita akan menjadi teman. Jika kita adalah teman, kau tidak perlu memikirkan hal kecil seperti ini, kan?”
Fengjiu tidak tahu mengapa ia merasa sedikit kesal, tetapi perkataan Xize masuk akal. Terlebih lagi, jika ia marah sekarang, hanya akan menunjukkan kalau kemurahatiannya terlalu dangkal.
Fengjiu terus tertawa dan berkata, “Tentu saja aku tidak mempermasalahkannya, tetapi kau sudah menahannya begitu lama ...”
Xize menatap bosan padanya.
“Karena aku telah menahannya sekian lama, ketika aku tidak perlu bertahan lagi, ya, aku tidak melakukannya.”
Tanpa menunggu Fengjiu menjawab, Xize mencengkeram dadanya dan mengerutkan kening seolah ia sedang kesakitan.
“Lukanya tampaknya terbuka lagi ketika kita berlarian barusan ini. Agak sakit. Ayo kembali.”
Sepuluh hari dari sisa racun dan luka yang masih belum sembuh, tetapi Xize bilang itu tidak perlu dikhawatirkan. Dasar pembohong.
Fengjiu cenderung cemas akan orang lain. Pada poin ini, ia terlalu malu hingga melupakan segalanya. Hanya ada satu hal dalam benak Fengjiu. Ia melangkah maju dan memegangi Xize.
“Lukamu tampaknya masih belum sembuh total. Jika saja aku mengetahui soal ini, aku tidak akan mengajakmu keluar. Ayo kembali. Aku akan panggilkan seseorang untuk merawatmu.”
Fengjiu dengan cemas membantu Xize, tidak menyadari senyum yang terbentuk di bibirnya.
Chacha masih berada di Kuil Qinan. Pengganti mudanya tampak cukup cerdas, tetapi tidak sebaik Chacha dalam beberapa hal tertentu karena usianya yang masih muda, sebagai contoh, masalah dimana Xize akan tidur malam ini.
Jika ini adalah Chacha, Fengjiu menduga ... ia akan meletakkan bantal porselen lainnya di ranjang Fengjiu ketika tiada seorang pun di sekitar.
Malahan, pelayan pengganti muda ini sedikit lebih waspada.
Ia bertanya tepat mengenai pendapat Fengjiu, “Yang Mulia, apakah akan lebih baik menyiapkan Yang Mulia Xize untuk tinggal di kamar tamu seperti biasa? Anda telah mempersiapkan baik sayap timur dan barat untuk beliau ... tetapi hamba tidak yakin apakah Yang Mulia Xize lebih menyukai bagian timur ataukah barat?”
Saat ini, Xize sedang berbaring malas-malasan di ranjang Fengjiu. Ahli obat baru saja tiba untuk memeriksa lukanya.
Sungguh sudah tidak ada luka lagi, tetapi tanpa diduga, Fengjiu sampai memanggilkan seorang tabib di tengah malam. Melihat kalau sihir tipuan menyangkut darah tidak dapat membohongi makhluk abadi, Xize pun melukai dirinya sendiri di area dada.
Beristirahatnya Xize saat ini sesungguhnya sah-sah saja.
Fengjiu menguap dan bertanya pada Xize, “Sudah larut malam. Apakah kau ingin tinggal di sayap timur atau barat?”
Dada Xize terperban, matanya terpejam.
Ia menjawab tanpa menengadah, “Aku rasa aku tidak bisa bergerak. Mungkin aku harus tidur di sini malam ini.”
Fengjiu berjuang mempertahankan matanya tetap terbuka, menguap dan berkata, “Baiklah kalau begitu. Kau bisa tidur di sini malam ini, aku akan pergi ke kamar timur untuk beristirahat. Ah, aku harus meninggalkan seorang pelayan di sini untuk menungguimu. Jika terjadi sesuatu, kirim dia untuk memberitahuku.”
Xize masih tidak bergerak.
“Bagaimana bisa seorang pelayan sejeli seorang teman?”
Ia menurunkan suaranya seolah sedang meragukan Fengjiu: “Aku kira kau bilang kalau kita adalah teman baik?”
Kepala Fengjiu terasa gatal. Teman baik. Fengjiu memang mengatakan ini. Tetapi ketika ia mengatakan perkataan itu, ia memikirkan Pendekar Xiao Yan.
Xiao Yan juga adalah teman dekatnya yang sering minum dan berbagi cerita dengannya. Meskipun Xiao Yan tidak begitu berpendidikan, ia sudah berusaha jadi lebih terpelajar.
Tetapi teman baik yang ini, Xize? Ia malah lebih mirip bos Fengjiu.
Fengjiu menggaruk kepalanya tak berdaya dan berkata mengalah, “Baiklah, tetapi jika racunnya kambuh lagi malam ini, kau harus menahannya.”
Kemudian Fengjiu menunjuk ke arah layar enam panel dan menyuruh si pelayan muda: “Letakkan sebuah dipan kecil di balik layar untukku.”
Fengjiu memang selalu berhati lembut; insting keibuannya juga selalu mudah dipancing. Malam ini, ia dipenuhi dengan cinta keibuannya. Bahkan tanpa diminta oleh Xize pun, ia mungkin saja akan tetap di sini untuk menjaganya.
Sayangnya, Xize tanpa sengaja telah menciumnya. Ciuman ini membuat hati keibuan Fengjiu mendadak jatuh ke kedalam jurang es.
Retrospeksi Xize benar. Satu langkah yang diambilnya itu memang terlalu cepat. Beruntungnya, ketika pikiran Xize kembali, ia berhasil menyelamatkan separuh dari langkah itu.
Sementara ini Xize beristirahat di kediaman Fengjiu selama beberapa hari berikutnya. Kapan saja ia ingin pergi untuk sesuatu, gejala dari luka Xize tampaknya muncul lagi. Sebagai seorang teman baik, ia tentu saja tidak dapat melakukan apa-apa selain menjaganya setiap saat.
Beruntung sekali, menjaga Xize tidaklah terlalu membosankan. Fengjiu bahkan mendapatkan lebih banyak pengetahuan ketika ia bersama Xize.
Sebagai contohnya: minum teh.
Fengjiu selalu mengira kalau penyeduhan teh dengan menggunakan cangkir hitam kaca dengan gaya Donghua sudah cukup istimewa.
Sekarang melihat Xize, Fengjiu menyadari kalau perhatian semacam itu bahkan tidaklah istimewa.
Suasana meminum teh terletak pada delapan kata: “Persatuan langit dan bumi, gunakan bahan-bahan lokal.”
Sudah memasuki musim panas atau hampir sampai pada masa itu. Beberapa bunga teratai bermekaran di kediaman Fengjiu.
Xize menyuruhnya untuk mencari beberapa bunga teratai yang mekar dan meletakkan teh kasar di dalam mereka. Setelah semalaman, daun teh itu akan tercampur dengan aroma teratai.
Lalu di hari berikunya, mereka dapat mencelupkan teh ini menggunakan mata air pegunungan. Bahkan jikalau mereka sedang meminumnya dari sebuah cangkir besar, rasanya akan tetap seluar biasa naturalnya, tetap menjadi pengalaman yang menyenangkan.
Contoh lainnya: taman yang berbunga.
Semua yang diketahui Fengjiu adalah mematahkan beberapa ranting dan menyatukan mereka ke dalam sebuah vas bunga. Ia belum pernah mendengar tentang meletakkan mereka di dalam sebuah mangkuk sebelumnya.
Di sisi lain, Xize terlalu santai, ia menemukan sebuah mangkuk besar untuk diubahnya menjadi penanam dan mengisinya dengan lanau (endapan lumpur).
Xize kemudian memilih beberapa ranting di antara tanaman yang ada di taman dan menanam mereka ke dalam pasir. Selanjutnya, ia menghias pengaturan bunga itu dengan batu Lingbi dan mencampurkannya jarang-jarang dengan kuncup bunga di antaranya, menghasilkan sebuah miniatur pemandangan yang indah. Terkadang, Xize menggunakan sisa ranting bunga untuk membuatnya menjadi kupu-kupu atau kelinci untuk Fengjiu.
Mereka juga kadang kala bermain catur. Tidak perlu dikatakan lagi, Fengjiu bukanlah tandingan Xize; tetapi ia tidak mengalahkan Fengjiu setiap saat. Dari waktu ke waktu, Xize juga membiarkannya memenangkan satu atau dua permainan. Meskipun begitu, Xize melakukannya dengan kepandaian yang membuatnya terlihat menyenangkan dan logis, dan tidak pernah meninggalkan bekasnya.
Ketika Fengjiu tidak bisa tidur, Xize akan membacakan cerita untuknya dari balik layar. Suara beratnya dan angin sepoi-sepoi dengan cepat membawa Fengjiu memasuki alam mimpi.
Seringkali di saat begini, Fengjiu berpikir pada dirinya sendiri, menemukan seorang teman yang berpendidikan bukanlah hal yang mudah. Kalau dibayangkan, jika Xiao Yan yang membacakan cerita untuknya, Fengjiu yakin Xiao Yan tidak akan bisa mengenali separuh dari kata-kata yang terdapat di dalam buku dan akan berhenti untuk bertanya dulu padanya. Xiao Yan hanya akan membuatnya lebih stres lagi.
Semakin mereka menghabiskan waktu bersama, semakin yakinlah Fengjiu kalau Xize merupakan seorang yang luar biasa. Dengan Xize di sampingnya, waktu tampaknya berlalu begitu cepat; ia tidak menyadari waktu lagi.
***
Hari itu, Fengjiu berusaha dan secara pribadi pergi ke dapur untuk menyiapkan obat Xize. Di seberang koridor terdapat sekelompok bambu muda, di belakangnya ada dua pelayan wanita sedang bercakap-cakap.
Bisikan mereka secara tidak sengaja melayang masuk ke telinga Fengjiu: “Aku bertaruh Yang Mulia Xize sebenarnya sangat perhatian terhadap Putri kita. Aku dengar kalau hujan kelopak bunga di kota kemarin malam saat Festival Gadis diciptakan oleh Yang Mulia Xize. Pastinya itu membuat Yang Mulia Aranya terharu. Semenjak itu, Putri dan Yang Mulia Xize telah mengurung diri mereka dari pagi hingga malam hari selama enam hari penuh. Hei, mungkin kediaman kita akan segera menyambut seorang pangeran kecil.
"Katakan, haruskah kita mulai menyiapkan beberapa pakaian bayi? Ketika hari itu datang, kita akan meminta kakak Chacha untuk membawakan mereka pada pangeran kecil. Aku merasa begitu gembira hanya dengan memikirkan pangeran kecil kita mengenakan pakaian kecil buatan kita selagi berlarian mengejar kupu-kupu di halaman. Tindakan Yang Mulia Xize harus lebih cepat lagi, ah.”
Fengjiu terpeleset dan nyaris terjatuh ke dalam kolam di sampingnya, tetapi berhasil berpegangan pada pagar, terima kasih berkat kecekatannya. Setelah mendengarkan komentar ini, ia baru menyadari kalau ia telah tinggal bersama Xize selama enam hari.
Fengjiu tidak pernah menjadi seseorang yang duduk diam, karena itulah ia sungguh terkejut menyadari bahwa ia dapat tinggal di dalam kamar sempit selama enam hari selama ini ...
Fengjiu juga mendengarkan perkataan para pelayan yang bilang kalau Xize menaruh perhatian yang mendalam padanya. Mereka bahkan menanti keduanya untuk melahirkan seorang pangeran kecil di balik pintu tertutup.
Fengjiu tidak tahu apakah ia harus tertawa atau menangis. Sudut bibirnya berkedut sepanjang jalannya ke dapur.
Ketika Fengjiu membawakan obat kembali ke kamar, ia berniat untuk menceritakan kisah menarik ini pada Xize, tetapi ia tidak menemukannya di dalam kamar terang dan luas itu. Hanya terdapat sebuah catatan di atas meja panjang dekat dengan jendela.
Tulisan tangan di atas catatan itu cepat dan ringan, dan cukup mengagumkan. Kata-katanya menyampaikan bahwa Xize harus melakukan sebuah perjalanan dan akan kembali entah hari ini atau esok hari. Apa yang dikerjakan olehnya, Xize tidak mengatakannya.
0 comments:
Posting Komentar