Minggu, 15 November 2020

3L3W TMOPB - Chapter 5 Part 2

Ten Miles of Peach Blossoms

Chapter 5 Part 2


Suatu malam, aku bermimpi, Ling Yu berakhir dengan menikahi Raja Iblis, menjadikannya seorang Ratu, sementara aku dipaksa menikahi saudari Li Jing, Putri Ruo Ge.

Li Jing dengan lembut meraih tanganku di mimpi itu dan menujuk ke arah Ling Yu, berkata, “Si Yin, kau boleh menyapa Ibunda Ratumu.”

Ling Yu menggenggam tanganku dan meletakkannya di atas perutnya, sebuah cahaya keemasan bersinar di atas kepalanya.

“Dalam beberapa bulan, Ibunda Ratu akan mempunyai seorang bayi. Ia akan jadi adikmu, Si Yin. Apakah kau senang?”

Wajahku kaku, dan aku tertawa canggung. “Sangat senang,” kataku.

Aku terbangun dan menyadari pakaianku basah kuyup oleh keringat. Aku baru saja akan bangun dari ranjang untuk meneguk air dingin guna menenangkan syarafku, saat, menarik gorden ranjang, aku melihat Li Jing berdiri diam di ranjangku, mengenakan jubah putih, mengamatiku dengan mata berbinarnya.

Aku terkejut melihat wajahnya. Sekitar tengah malam, dan mekipun bulan di luar jendela tidak begitu terang, menghasilkan cukup cahaya untuk menyinari kamar kecilku. Aku berbaring di lantai, memberitahu diriku sendiri, tidak seaneh itu. Tidak seaneh itu. Mungkin ia tidak bisa tidur dan datang mencariku karena bosan.

Ia berjongkok dan bergumam tak jelas pada dirinya sendiri selama beberapa saat sebelum akhirnya berkata, “Si Yin, aku punya rahasia yang ingin kubagi denganmu. Apakah kau mau mendengarnya?”

Apabila aku tidak mengizinkannya mengurangi bebannya, aku tidak akan menghormati persaudaraan kami.

Jadi aku mengangguk tak antusias dan berkata enggan, “Ya, silakan.”

“Aku menyukaimu, Si Yin, dan aku ingin tidur denganmu,” katanya malu-malu.

Aku baru saja memanjat naik dari lantai, tetapi mendengarkan ini begitu mengejutkanku sampai aku kembali terjatuh ke bawah.

Li Jing selalu tampak tidak menyetujui orientasi seksual ayahnya dan sejauh yang kuketahui, selalu mengincar gadis. Wanita-wanita yang disimpannya di kamar tidurnya semua wanita cantik berdada besar, berpinggang ramping, dan berkaki jenjang. Aku memiliki tubuh pria, dan walaupun wajahku sama seperti biasanya, dadaku benar-benar rata.

Ia menduga, dengan aku mendengarkan pernyataan cintanya sama dengan menyetujuinya, dan jadilah ia menghampiriku dan mencoba merobek pakaianku. Aku mati-matian menjaga kerah bajuku.

“Kau sudah setuju, Si Yin. Untuk apa kau berlagak malu?” ucapnya marah.

Aku masih terlalu terkejut untuk bicara, bagaimana mungkin aku menyetujuinya? Pertama kali ia melihatku, ia mencoba menarik bajuku, dan kurang dari sepuluh hari setelahnya, ia kembali melakukannya.

Memutuskan sudah cukup, aku memukulnya, dan ia terjatuh. Aku terkejut dengan kekuatanku sendiri. Aku memukulnya di titik yang lemah di belakang kepalanya, dan beruntungnya ia pingsan. Ia jatuh dengan keras, menimpa perutku, dan aku bisa mencium aroma alkohol menguar dari dirinya.

Aku bertanya-tanya apakah semua ini hanya karena itu, kegilaan yang terlahir akibat mabuk. Berpikir kalau pastilah dingin di atas lantai, aku mengangkat selimutnya dan menyelimutinya longgar di sekitarnya, menggelindingkannya dan mendorongnya ke ujung ranjang, sebelum merangkak kembali ke atas kasurku dan kembali tidur.

***

Pagi-pagi sekali esok harinya, aku membuka mataku dan melihatnya tergulung menyedihkan di sisi ranjangku.

“Bagaimana aku bisa tidur di sini?” tanyanya, mengernyit dan mengusap lehernya.

Pikiranku berpacu saat aku mencoba memikirkan cara terbaik untuk menanggapinya.

“Semalam kau mabuk,” aku mulai perlahan. “Kau datang ke kamarku di tengah malam, memberitahuku kau menyukaiku dan kau ingin tidur denganku.”

Ia sedang menggaruk kepalanya, dan mendengar ini, ia menghentikan tangannya di udara dan menjadi kaku sementara awalnya wajahnya berubah kehijauan, lalu memutih.

“Aku ... aku, aku, aku tidak mungkin ...,” gagapnya. “Tidak mungkin aku homoseksual. Jika, jika, jika aku memang homoseksual, bagaimana ... bagaimana aku menjelaskan pada saudariku kalau kau akan menjadi istriku?”

“Kau bukan homoseksual,” aku memberitahunya, menarik baju di sekitarku, sebuah tindakan yang tidak kusangka akan memprovokasikan kekacauan.

Ia menunjuk dengan jari bergetar kepadaku. “Lihat dirimu ... kau takut kalau aku akan mengambil keuntungan, kan!”

Aku tercengang. “Yah, kau memang mencoba merobek pakaianku semalam,” aku memberitahunya masam.

***

Aku tidak melihat Li Jing selama beberapa hari setelah ini. Sebelumnya, ia selalu menempeliku nyaris hampir setiap hari, tetapi setelah insiden itu, bahkan tidak sedikit pun.

Meskipun ia kurang ajar, Li Jing membawakan anggur yang enak, dan menonton sabung ayam dan adu jangkrik memang menghibur. Setelah beberapa hari tidak berjumpa dengannya, aku mulai merindukannya.

Selama masa ini, Putri Rou Ge mengunjungiku untuk berjalan-jalan di taman, dan menyebut soal kakaknya sambil lalu. Aku mengetahui kalau Li Jing menghabiskan malamnya bersama dengan wanita-wanita cantik, melakukan hal tak bermoral dan bersenang-senang.

Putri Rou Ge bersifat manis dan perhatian.

“Apakah kau dan kakakku sedang bertengkar?” tanyanya penuh perhatian. “Biasanya kalian seerat pencuri. Aku tidak pernah melihat kalian berdua terpisah.”

Aku mengusap bagian belakang kepalaku dan merenungi kembali persahabatanku dengan Li Jing, menyadari bahwa selain dari gerakan mabuk yang dilakukannya padaku malam itu, kami berdua memang selalu sangat akur.

Tetapi, itu membuatku berpikir tentang pepatah yang mengatakan istri seperti tangan dan kaki sementara saudara seperti pakaian. Selagi ia menghabiskan malam bersama tangan dan kaki ini, aku adalah pakaian yang tak dibutuhkan yang dapat disingkirkan.

Memiliki seorang wanita cantik di pelukanmu itu romantis. Memiliki seorang teman yang  mengintai bagaikan seekor macan di sisimu dan memandangi wanita cantik dalam pelukanmu tidaklah romantis.

Meskipun aku bukanlah seorang pria, dan tidak tertarik terhadap istri-istrinya, Li Jing tidak mengetahui itu, dan sudah jelas ia akan menjaga jarak dariku. Menjadi seorang pria tidaklah mudah, dan terlebih lagi menjadi seorang pria dengan banyak istri; aku merasakannya.

Rou Ge memandangiku gelisah, menanti tanggapanku. Tampaknya bukan sebuah penjelasan yang pantas diberikan kepada seorang gadis, dan setelah beberapa saat yang canggung, aku terpikirkan beberapa alasan acak yang berputar-putar.

***

Segera, tibalah bulan Februari.

Istana Da Si Ming telah didekorasi untuk pernikahan, dan makanannya meningkat pesat.

Menerima suratku jelas menenangkan Ling Yu, dan ia berhasil tetap tenang. Akan tetapi, rencana untuk mengeluarkannya dari istana adalah rahasia besar, dan aku tidak menyebutkannya dalam suratku. Saat pernikahannya mendekat, tentu saja ia mulai panik. Di satu pagi, ia mencoba mengigit lidah, meracuni, dan menggantung dirinya sendiri.

Aku mondar-mandir di kamarku, penasaran, haruskah untuk pergi dan menemui Li Jing untuk mendiskusikan ini dengannya, melihat apakah kami bisa menjalankan rencana kami sehari lebih cepat.

Tetapi saat aku sampai di kamar tidur Li Jing, dua pelayan istana menghentikanku dan memberitahuku kalau Pangeran sedang tidak ada. Rupanya, ia sedang pergi keluar berburu bersama beberapa istrinya. Aku meninggalkan sebuah pesan untuknya ketika ia kembali, mengatakan kalau Si Yin punya permainan baru yang menarik dan tidak sabar ingin memainkan itu dengannya.

***

Aku duduk di kamarku, dengan lesu mengupas kuaci di antara gigiku.

Pada akhirnya, bukan Li Jing yang datang ke kamarku, tetapi Guru Mo Yuan.

Ada satu sosok yang terbungkus dalam selimut di bawah lengannya, sudah jelas adalah Kakak ke-9, Ling Yu, yang beruntungnya tidak berhasil dalam percobaan bunuh dirinya.

Mo Yuan melepaskan Ling Yu dan menghampiri untuk memelukku, melingkarkan lengannya erat di sekitar pinggangku. Kami tetap seperti itu untuk waktu yang lama sebelum pada akhirnya ia melepaskanku.

“Tampaknya kau tidak terlalu buruk, Xiao Shi Qi. Ling Yu kehilangan banyak berat badannya, tetapi kelihatannya kau malah menambah berat badan. Semua hal dipertimbangkan, akan tampak seolah kita tidak banyak menderita di sini.”

Aku menyeringai malu-malu dan mengulurkan segenggam kuaci, berkata, “Guru, makanlah kuacinya.”

Pelarian kami malam itu sangat mulus.

Mempertimbangkan persahabatan antara para dewa dan iblis, Mo Yuan berharap tidak sampai harus bertarung. Rencananya adalah menyelinap ke dalam Istana Da Si Ming dan mencuri Ling Yu serta diriku kembali tanpa perlu menarik banyak perhatian. Dengan begini, ia membiarkan Raja Iblis mempertahankan sedikit martabatnya.

Tetapi si Pangeran Iblis terlalu bodoh untuk menghargai ini, dan ia memindahkan pasukannya ke depan gerbang istana untuk menghadang jalan keluar kami. Mo Yuan tidak punya pilihan lain selain bertarung, dan semuanya meningkat jadi pertarungan berdarah.

Ling Yu tidak sadarkan diri sepanjang waktu dan tidak menyaksikan pertumpahan darahnya. Tetapi, aku menyaksikan semuanya—darah dan tengkorak yang pecah dan daging yang terkoyak. Mengerikan sekali.

Mo Yuan tidak pernah kalah dalam sebuah pertempuran selama hidupnya, tak terkecuali yang ini. Ia melompati gerbang istana dengan Ling Yu dan diriku dalam pelukannya.

Aku menoleh, dan yang dapat kulihat adalah Qing Cang dengan tombak delapan cabangnya, berdiri di lautan darah, matanya begitu penuh akan amarah, terlihat seolah mereka bisa saja meledak dari lubangnya.

Aku tidak melihat Li Jing selama itu.

Mo Yuan membawa Ling Yu dan diriku menjauh dari Istana Da Si Ming. Kami terbang menjelajahi malam, akhirnya tiba di belakang Gunung Kun Lun. Ling Yu masih tidak sadarkan diri, dan Mo Yuan dan diriku tidak mengatakan apa-apa satu sama lain sepanjang perjalanan.

Aku akan mengingat malam itu untuk selama-lamanya, meskipun aku tidak berharap untuk mengingatnya.

***

Setelah membawa kami kembali ke Gunung Kun Lun, Mo Yuan menyerahkan Ling Yu pada Kakak ke-4 dan bergegas denganku menuju kamar alkimianya. Ia membuatku tak sadar dengan sebelah lengan dan mengunciku di dalam kamar alkimianya.

Aku siuman, penasaran apakah Mo Yuan sedang menghukumku, mengeluarkanku dengan peringatan karena kegagalanku menjaga Ling Yu dengan baik. Aku penasaran apakah ia menyalahkanku atas trauma emosional yang dialami murid malangnya dan juga kerusakan fisiknya.

Akan tetapi, mendengarkan ledakan guntur yang keras, aku menyadari kalau ujian langitku telah tiba. Mo Yuan pasti mengurungku di sini agar aku dapat bersembunyi dan melarikan diri.

Aku terlahir sebagai seorang makhluk abadi, tetapi tumbuh melalui peringkat membutuhkan kerja keras dan pengembangan keterampilan. Meningkatkan dirimu dari seorang makhluk abadi biasa menjadi dewa atau dewi, dan setelah dewa atau dewi, menjadi seorang Dewa atau Dewi Agung, membutuhkan antara 70.000-140.000 tahun, dan mengharuskan dirimu mengalami dua ujian langit.

Jika kau berhasil, kau akan hidup selama dan seluas langit, tetapi jika kau tidak berhasil, hidupmu akan berakhir begitu saja.

Aku sudah menjadi murid Mo Yuan selama 20.000 tahun pada saat itu dan sedang menantikan ujian langit untuk menimpaku kapan saja, dimana saja dan dalam bentuk atau wujud apa pun. Kalau aku berlatih sihir, melalui ujian langit seperti ini tidak akan menjadi sebuah masalah.

Namun, aku selalu membenci deduksi sihir dan merasa naskah-naskah membosankan sangatlah membosankan. Tiap kali Mo Yuan mengajarkan kelas ini, aku akan menggunakannya sebagai alasan untuk tidur. Sekalipun sudah bertahun-tahun aku belajar, yang kupelajari hanyalah memberitahu ramalan kepada manusia, dan ini saja, aku masih salah setengahnya.

Aku tahu dengan pasti bahwa aku belum melakukan penempaan energi spiritual yang cukup. Menghadapi ujian langit dengan hal ini sama saja dengan mencoba mendapatkan telur bebek dari perut ayam: sama sekali tidak mungkin.

Beruntungnya, aku menghabiskan 70.000 tahun terakhir merasa bebas dan tak terkekang, dan apabila jiwaku akan terbang dan rohku melayang, aku tidak akan merasakan penyesalan. Aku sudah menduga kalau ujian langitku akan terjadi di suatu saat di tahun depan, tetapi aku tidak benar-benar menganggap realita dengan sangat serius.

Aku menghabiskan beberapa waktu terkurung di dalam kamar alkimia sebelum akhirnya mendadak tersadar: Apabila aku bersembunyi di dalam sini, siapa yang akan dicari oleh ujian langitku untuk menggantikanku? Ujian langit sepenuhnya berbeda dari ujian dunia fana yang sekalinya mereka turun, seseorang harus menghadapi mereka, meskipun itu bukanlah orang yang ditujunya.

Suara ledakan gunturnya membantu menjernihkan kepalaku, dan aku mencoba segala cara yang kubisa untuk keluar dari sini, semua tidak berguna. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku dipaksa mengakui bahwa 20.000 tahun terakhir belajar benar-benar membuang-buang waktu.

***

Hari berikutnya, Guru datang dan membukakan pintu kamarnya.

“Xiao Shi Qi, aku berdiri di depan kamar ini semalam dan dihantam oleh tiga sambaran petirmu. Kau harus belajar lebih baik mulai sekarang dan meningkatkan keterampilanmu. Jika kau berharap ingin menjadi seorang Dewa, kau tidak bisa hanya mengharapkan Guru untuk terus menghadapi ujian langit untukmu. Bukan begitu cara kerjanya.”

Mo Yuan sudah menahan derita dari ujian langitku untukku, dan sebelum aku merangkak keluar dari kamar, ia sudah pergi memasuki pemulihan tertutup. Aku berlutut di depan guanya selama tiga hari, menangis tersedu-sedu dan meratap, penuh kesedihan dan penyesalan.

“Guru, apakah kau terluka sangat parah? Apakah lukamu sudah lebih baik?” tanyaku. “Murid tidak bergunamu sudah menyusahkanmu. Tolong, jangan sampai sakit. Apabila Guru sakit, aku akan merebus tubuhku menjadi sup obat dan memberikannya padamu untuk menutrisi dirimu.”

Tidak pernah dalam hidupku, aku menangis begitu saja dan penuh penderitaan.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar