Sabtu, 07 November 2020

3L3W TPB 2 - Chapter 13 Part 1

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 2

Chapter 13 Part 1

Fengjiu bermimpi malam itu. Di dalam mimpinya, awan tebal menutupi langit saat angin menyapu lapangan terbuka. Ada kebakaran yang meluas, dan asap gelap tersebar di udara. Sungai mengalir melintasi lapangan; di tepiannya berdiri sosok yang berkelip-kelip.

Fengjiu bisa mengetahui kalau orang yang sedang berdiri di pinggir sungai mengenakan pakaian merah dari atas ke bawah. Meskipun tidak melihat penampilannya dengan baik, Fengjiu tahu itu adalah Aranya.

Dengan begitu banyak pertanyaan berlarian di dalam benaknya, Fengjiu menginjak rerumputan kering itu, ingin mendekat. Tetapi untuk beberapa alasan, ia tidak dapat mendekati Aranya.

Ketika Fengjiu melihat bayangan merah itu mencelupkan diri ke dalam asap tebal, ia pun memanggil: “Kenapa kau ingin membunuh dirimu sendiri? Apa yang telah terjadi sampai kau harus mati bahkan dengan mengambil risiko menghancurkan jiwamu?”

Tawa wanita itu melayang menuju Fengjiu bersamaan dengan angin. 

Dengan sikap acuh tak acuh seperti yang disebutkan oleh Su Moye, Aranya berkata, “Benar, sebenarnya kenapa?”

Kebakaran itu mendadak melebar dan melompat hingga ke kaki Fengjiu layaknya seekor monster.

Terkejut, Fengjiu terbang ke udara. Tubuhnya menjadi berangin dan kemudian ia terbangun.

***

Pada pagi harinya, Fengjiu bertanya-tanya apakah mungkin ini adalah sebuah mimpi berisi ramalan, tetapi ia tidak dapat menduga apa yang membayanginya.

Chacha, yang kembali bersama Mo Shao kemarin, sekarang sedang mengangkat roknya selagi ia berlari masuk untuk mengingatkan Fengjiu bahwa Mo Shao akan kembali ke Istana Suci.

Semalam, ketika Chacha membersihkan ruang baca, ia melihat sekantong toffee rubah dengan catatan yang mengatakan itu untuk Mo Shao. Ia bertanya apakah Fengjiu masih berniat untuk memberikannya pada Mo Shao.

Fengjiu mengetuk keningnya. Beruntung, Chacha ada di sana untuk mengingatkannya. Ia pergi ke ruang baca untuk mencari toffee rubah, kemudian dengan riang pergi menemui Mo Shao.

Setelah tidur nyenyak, Su Moye akhirnya terlihat seperti manusia hari ini, nyaris kembali seperti wujud gagahnya yang biasa.

Fengjiu dengan sopan melemparkan kantong toffee di depannya. Su Moye tersedak tehnya. 

“Aku juga kebagian?”

“Tentu saja,” Fengjiu berkata murah hati, “bahkan tukang sapuku saja kebagian. Akan tidak masuk akal jika tidak menyisakan sedikit untukmu.”

Lalu Fengjiu memberitahunya seolah sedang membanggakan diri: “Sudah pasti, bagianmu lebih besar dari milik mereka. Aku juga menambahkan lebih banyak bubuk gula di toffee milikmu. Yang kuberikan pada Chen Ye juga mirip dengan milikmu. Aku dengar, Chen Ye memberikan toffee itu pada para pelayan mudanya, dan mereka semua berpikir kalau toffee ini cukup enak.”

Ekspresi Su Moye terus berubah dan akhirnya terhenti pada wajah baik kasihan dan tak berdaya. 

Ia menerima toffeenya dan berkata pada Fengjiu, “Apakah kau menyebutkan ini pada Xize?”

“Apa aku perlu memberitahunya soal ini?” Fengjiu bertanya dengan pandangan aneh.

Wajah Mo Shao menjadi lebih kasihan dan tak berdaya. 

Erm, lebih baik tidak memberitahu Xize. Ingat, jangan mengatakan apa pun juga nantinya. Itu akan lebih baik bagimu.”

Mo Shao sungguh membuat Fengjiu kebingungan. 

“Kenapa tidak?”

Karena aku masih ingin hidup dua tahun lagi, Mo Shao berpikir pada dirinya sendiri. 

Tetapi ia hanya berkata pada Fengjiu dengan berhati-hati, “Oh, kerena dengan identitasmu sekarang, kurang pantas untuk membuatkan permen secara personal dan menghadiahkannya untuk pelayanmu dan gurumu. Di masa lalu, Aranya juga tidak melakukan hal semacam ini. Jika kau memberitahu Xize, kau hanya akan membuatnya curiga dan memperumit masalah.”

“Oh, begitu,” Fengjiu mendadak sadar. 

“Aku tidak memikirkan masalah ini dengan hati-hati. Masih tetap kaulah yang mempertimbangkan segala halnya dengan saksama.”

Pada poin ini, karena Xize telah disebutkan beberapa kali, Fengjiu mendadak teringat akan hal lainnya. 

Ia berkata pada Su Moye, “Aku tiba-tiba teringat sesuatu. Ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu. Karena aku seekor binatang yang tinggal di daratan, aku tidak begitu familier dengan kehidupan laut. Tetapi semenjak kau berasal dari lautan, kau mungkin mengetahui ini. Apa obat penawar untuk racun dari darah ular air?”

Sudah lebih dari sepuluh hari semenjak racun ular air itu meresap ke dalam tubuh Xize, tetapi masih juga belum terobati. Para apoteker Biyiniao memang hanyalah dewa daratan. Mereka tidak punya pengetahuan soal ini dan tidak dapat benar-benar mendiagnosa racun ini. Meskipun bukan racun yang sangat serius menurut Xize, Fengjiu tetap sedikit khawatir.

Su Moye kebingungan. 

“Darah ular air? Darah ular air tidak beracun. Sebenarnya, darahnya adalah tonik yang sangat langka. Racun-racun biasa dapat disembuhkan sekalinya mereka terkena darah ular air. Untuk beberapa racun tertentu yang terlalu kuat dikarenakan terdiri dari beberapa jenis racun, para apoteker biasanya akan menggunakan darah ular air sebagai pertolongan pertama yang dapat menyembuhkan, setelahnya, menarik sisa racunnya akan lebih mudah. Siapa yang memberitahumu kalau darah ular air itu beracun?”

Fengjiu menatap Su Moye tergagap. 

“Tetapi ... tetapi katanya, ia terkena racun dari darah ular air. Karena itulah ia bertindak seperti itu ... karena racunnya, dan itu di luar kendalinya.”

Su Moye menuangkan segelas teh lagi untuk dirinya sendiri, menaikkan sebelah alisnya dan berkata, “Siapa pun yang mengatakan ini pastinya telah membohongimu.”

Cangkir teh baru saja menempel di bibirnya ketika Su Moye mendadak terhenti dan berbalik untuk melihat ke arah Fengjiu. 

“Kau bilang ia ‘bertindak seperti itu’. ‘Bertindak seperti itu’ yang bagaimana yang sedang kau bicarakan?”

Fengjiu tidak mengatakan apa-apa.

Sementara, Su Moye bertanya padanya, “Dia tidak mengambil keuntungan darimu, kan?”

Wajah Fengjiu berubah dari putih dan kemudian berubah merah muda. Semburat merah muda itu mendalam tiap detiknya dan sekarang telah berubah kemerahan.

Bibir Su Moye berkedut. Ia sudah bisa menebak siapa orang ini.

Dijun.

Su Moye sungguh meminum cendawan berdarah hari ini. Sebetulnya, ia telah menegak cendawan berdarah semenjak ia menerima kepercayaan Liansong dan bertemu Dijun di tempat ini.

Gaya berpacaran Dijun sungguh terlalu cerdik, membuat orang harus memaafkannya karena tidak benar-benar memahaminya. Walaupun demikian, Su Moye tahu pasti apa konsekuensinya jika Dijun tahu ia telah menghancurkan rencana Dijun.

Fengjiu duduk di atas sebuah kursi dari kayu pohon pir melawan cahaya matahari, terlihat kebingungan. Su Moye tidak tahu pasti apa yang sedang dipikirkan Fengjiu.

Su Moye berdeham, mencoba memperbaiki situasi berlawanan dengan hati nuraninya. 

“Sejujurnya, bahkan jikalau darah seekor ular air adalah sebuah penawar bagi banyak jenis racun, racun cinta bukanlah salah satunya. Jika racun cinta telah mengkontaminasi darah ular air itu ...”

Fengjiu menopang dagu di atas tangannya. Rona kemerahan di wajahnya telah sedikit menyebar. 

“Apakah kau bermaksud mengatakan kalau ular air itu mungkin telah teracuni dengan racun cinta dan kemudian berubah mengkontaminasi yang lain? Tetapi kalau misalnya aku terkena racun cinta, kau lalu menyentuh darahku, bukankah kau juga akan tertular racun itu? Di mana di dunia ini ada racun cinta semacam itu? Mo Shao, kau tidak sungguh berpikir kalau aku akan semudah itu ditipu, kan?”

Su Moye memberikan tawa kosong. Ia sudah hampir bisa melihat Dijun meletakkan pedang Canghe di lehernya. 

Pada akhirnya, Su Moye menghela napas dan berkata pada Fengjiu, “Kau pernah bilang padaku kalau kau ingin bertemu dengan orang yang lebih baik, seseorang yang akan menyelamatkanmu di saat kau dalam bahaya, seseorang yang tidak akan meninggalkanmu begitu saja setelah menyelamatkanmu, seseorang yang akan menghiburmu saat kau sedang kesakitan. Pernahkah kau berpikir, kalau mungkin saja orang yang membohongimu adalah orang yang selama ini kau cari?”

Fengjiu tercengang selama beberapa waktu. 

“Memang benar aku senang ketika aku bersamanya, tetapi ...”

“Sejujurnya, aku bisa menebak siapa orang itu. Tidakkah kau berpikir ada masanya ketika hobi serta kepribadiannya mirip dengan Donghua Dijun?”

Tidak menunggu jawaban Fengjiu, Mo Shao melanjutkan: “Aku rasa bukannya kau tidak menyukainya, kau hanya merasa kalau kau sedang mengubahnya menjadi bayangan Donghua Dijun. Sudah sering kali kau mengatakan akan melepaskannya, tetapi pada kenyataannya kau masih belum bisa. Itu yang sedang kau pikirkan, bukan?”

Sejujurnya, pidato Su Moye kebanyakan adalah omong kosong. Bahkan saat ia tahu apa yang ia katakan adalah menggelikan, Su Moye mencoba menuntun Fengjiu menyadari rasionalisasi yang menyimpang ini. Jika Fengjiu dapat memikirkan perkataannya sekali, ia pasti akan memikirkan mereka lebih dari dua kali. Sekalinya Fengjiu memikirkan soal perkataannya beberapa kali, ia bahkan mungkin akan percaya kalau ia sebenarnya menyukai Xize.

Di titik ini, hanya ini satu-satunya cara Su Moye dapat membantu Dijun memperbaiki situasi.

Fengjiu jadi terdiam sesaat. Di waktu itu, Su Moye meminum beberapa cangkir teh. Ia percaya kalau Fengjiu diam demi mengumpulkan tenaga, bersiap untuk mengunyahnya. Su Moye yang menyebabkannya sendiri. Ia menanti omelan Fengjiu.

Sekian lama, Fengjiu akhirnya berbicara dalam suara rendah: “Hmm, mungkin kau benar.”

Cangkir teh setengah penuh milik Su Moye tumpah mengenai kerahnya selagi ia terkejut menatap Fengjiu.

Fengjiu kembali terdiam selama beberapa saat sebelum ia berkata pada Su Moye, “Semua yang kau katakan hari ini adalah nasihat bagus yang telah menyadarkanku. Apakah kau masih punya hal lain untuk menasihatiku?”

Perasaan yang nyata menyelimuti Su Moye, tetapi suaranya tetap tenang: “Oh, tidak ada. Hanya ini: jika kau sungguh menyukainya, jangan paksakan dirimu. Mungkin itu dikarenakan tipe pria yang kau sukai, dan kebetulan saja Dijun dan dirinya adalah tipe yang demikian.”

***

Setelah Mo Shao pergi, Fengjiu duduk di kamarnya agak lama. Dalam waktu sepintas ia berbicara dengan Mo Shao barusan ini, Fengjiu syok, marah, bingung, kemudian mendapatkan pemahaman.

Empat suasana hati yang berbeda semua mendadak mengelilinginya sampai otak Fengjiu terasa pusing.

Fengjiu syok karena Xize membohonginya, ia marah karena Xize ternyata membohonginya, ia bingung kenapa Xize membohonginya, dan ia menyadari kalau Xize membohonginya mungkin karena Xize menyukainya.

Ketika Fengjiu mendadak menyadari ini, ia hanya mampu tersentak pada awalnya. Akan tetapi, saat bibinya, Bai Qian mengajarinya soal ramalan dulu, ada perkataan yang bilang, bagi mereka yang tidak memiliki bakat ini harus menggunakan teknik menebak jika ingin berhasil lulus dari kelas.

Pertama-tama, Fengjiu harus mengecualikan segala kemungkinan. Kemungkinan terakhir yang tersisa, bahkan jika itu tampaknya tidak mungkin, juga tampaknya adalah yang sebenarnya. Inilah rahasia kesuksesan dalam ramalan.

Walaupun Xize pernah menyangkal apakah ia menyukainya atau tidak, Fengjiu juga dapat dianggap sebagai orang yang berpengalaman dalam percintaan. Pandangan Fengjiu sudah pasti tidak lagi bodoh.

Fengjiu tahu kalau sekalinya seseorang jatuh cinta, ia akan mengorbankan segalanya seperti paman iparnya, Yehua. Ia juga berani melakukan apa pun seperti temannya, Xiao Yan. Atau, ia dapat membantah dengan keras kepala tentang semuanya, yang, ditakutkan Fengjiu, persis seperti tipe Xize.

Awalnya, Fengjiu tidak mengerti apa perasaannya terhadap Xize. Di antara semua temannya, Xize tak diragukan lagi merupakan yang paling berpengetahuan dan paling berselera. Wajar jika Fengjiu memiliki kesan yang baik terhadap Xize.

Kalau tidak, Xize tidak akan mengambil keuntungan darinya bahkan dengan menggunakan alasan racun ular. Dulu, saat adik serigala abu-abu tanpa sengaja memukul wajah Fengjiu dan meninggalkan bekas gigi di pipinya ketika sedang bermain salah satu permainan mereka, Fengjiu memukulinya begitu brutal sampai ia takut berbicara dengan Fengjiu selama tiga bulan.

Tetapi, jika Fengjiu bilang ia menyukai Xize, maka kenapa ia begitu ketakutan ketika ia berpikir kalau Xize menyukainya? Fengjiu tidak dapat menemukan jawabannya sampai perkataan Su Moye melayang masuk ke dalam telinganya hari ini.

Seolah satu lubang telah digali di kepalanya, seberkas cahaya merembes masuk ke dalam pikiran Fengjiu. Meskipun sakit, itu memberinya kejelasan.

Mo Shao memang adalah Mo Shao. Satu kalimatnya menyapu masuk ke dalam benak Fengjiu seperti angin sepoi-sepoi dan membuyarkan kabut kecil yang masih tersisa.

Benar, Xize terasa familier, karena ia tipe yang sama dengan Donghua Dijun.

Meskipun demikian, perasaan Fengjiu untuk Xize tidak berasal dari Donghua Dijun, tetapi lebih karena Xize merupakan tipe yang disukainya. Dan kebetulan saja mereka berdua adalah tipe itu.

Perkataan Mo Shao benar-benar masuk akal. Xize adalah pria yang dicari Fengjiu.

Sekarang setelah Fengjiu merenungkannya, utang apa yang masih dibawanya?

Ye Qingti adalah yang terpenting. Setelah berpisah jalan dengan Xize ketika duel melawan ular berakhir di Rawa Shui’yue, Fengjiu menemukan sebuah kantong dengan buah Saha di lengan jubahnya. Inilah saat ketika Fengjiu menyadari kalau wadah ini merupakan tubuh aslinya.

Dengan buah Saha yang tersembunyi dengan aman, ia dapat menggunakannya untuk menghidupkan Ye Qingti kembali setelah ia keluar dari Lembah Fanyin. Saat itu, utangnya pada Ye Qingti dapat terbayarkan, dan janjinya untuk berkabung demi Ye Qingti pun dapat dihapuskan.

Lalu ... nama Donghua melayang masuk pikiran Fengjiu. Ia membeku sesaat. Dijun sungguh telah memberikan Fengjiu begitu banyak berkah. Tentu saja, Dijun juga telah membuat Fengjiu mengalami banyak penderitaan. Tetapi Dijun dan Jiheng sekarang sudah jadi pasangan. Dijun tak lagi ada hubungannya dengannya. 

Dalam beberapa tahun, jika Dijun mengingatnya, Fengjiu tampaknya hanya akan jadi seorang teman kecil menghibur dalam ingatannya.

Setelah memikirkan segalanya, Fengjiu menyadari ia tak lagi membawa utang maupun rasa terima kasih. Karena sudah begitu, semenjak Langit telah mengirimkan seseorang dari atas sana, kenapa tidak cepat-cepat memegangnya?

Pria ini, Xize, tak lebih dari seekor bebek mati dengan tabiat yang keras kepala. Fengjiu bahkan telah mencoba Donghua Dijun yang begitu sulit, bisa seberapa sulit untuk Xize? 

Berpikir demikian, Fengjiu dengan tenang meminum secangkir teh, mendadak merasa cukup percaya diri ...

0 comments:

Posting Komentar