Senin, 09 November 2020

CTF - Chapter 3

Consort of A Thousand Faces

Chapter 3 : Terlahir Kembali


"Su Xi-er, bangun! Jangan membuang waktu dan berpura-pura tidur!" Suara pedas seorang wanita menakuti burung-burung yang ada di atas pepohonan. Saat ia melihat si jalang kecil ini masih belum terbangun, wanita itu segera mengambil seember air dan mengosongkannya ke atas tubuh kecil mungil wanita yang ada di atas tanah.

Mu Tao, wanita yang mengguyurkan airnya, mengenakan pakaian istana berwarna kuning kasar. Rambutnya digulung dengan sebuah tusuk rambut kayu, dan cara berpakaiannya sangat sederhana.

Splash! Tubuh kecil mungil wanita itu basah kuyup. Alis rampingnya tertaut erat dan tangannya tanpa sadar berkedut beberapa kali.

"Aku tahu kau berpura-pura! Lihat saja kalau kau berani berpura-pura!" Mu Tao berjongkok dan menangkap telinga si wanita kecil mungil, dengan kasar menariknya.

Ning Ru Lan baru saja mendapatkan kembali kesadarannya, saat ia merasa telinganya dicengkeram erat oleh seseorang. Rasa sakit di seluruh tubuhnya membuatnya mengernyitkan alisnya kuat. Teriakan tak henti dari Mu Tao hanya memperburuk ketidaknyamanannya.

Ketika ia membuka matanya, pandangannya dipenuhi oleh seorang wanita dengan wajah bulat besar dan mata yang sangat kecil. Saat ia menyipitkan matanya, nyaris tidak bisa terlihat dengan jelas.

"Akhirnya kau bangun. Kalau kau berpura-pura pingsan lagi, aku akan memukulimu sampai mati!"

Ning Ru Lan kebingungan saat ia memandangi sekelilingnya. Wanita ini mengenakan pakaian istana yang kasar. Ini berarti kalau aku saat ini berada di dalam sebuah istana kekaisaran.

Tetapi, bukankah aku sudah mati? Mengapa aku datang kemari? Dimanakah istana kekaisaran ini?

"Su Xi-er, lanjutkan menggosok pispot itu. Kalau kau berlaku tak pantas lagi, aku akan melaporkannya pada Dayang Senior Zhao. Kau baru saja dipukuli dengan papan beberapa hari yang lalu. Apakah kau sudah lupa?" Mu Tao terus mengumpat saat ia mencaci maki. Sial sekali aku. Aku benar-benar dikirim untuk mengawasi Su Xi-er. Wanita ini sudah menyinggung Dayang Istana Senior Zhao. Tidak ada seorang pun yang berani mendekatinya.

(T/N: Saya akan menggunakan sebutan ini untuk para pelayan wanita istana yang lebih tua dan senior di dalam istana. Mereka biasanya adalah dayang-dayang istana berusia lebih tua dan memiliki posisi yang lebih tinggi daripada rata-rata dayang istana lainnya. Beberapa dari mereka mungkin juga adalah ibu inang/ibu susu/pengasuh.)

Su Xi-er? Mengapa ia memanggilku begitu? Ning Ru Lan mengernyitkan alisnya. Lalu, ia memeriksa tubuhnya sendiri.

Tubuh ini kelewat mungil, kurus dan lemah sampai-sampai ia tidak punya tenaga untuk berbicara. Ia menyibak lengan bajunya dan menemukan kalau lengannya dilingkari dengan bekas kemerahan karena dicambuk.

Jantung Ning Ru Lan tiba-tiba berdebar. Secercah sinar mendadak berkedip dalam benaknya saat berbagai adegan melintas satu per satu di benaknya.

Istana Kekaisaran Bei Min. Tahun ketiga periode Jia Qing. Pemilik tubuh ini adalah Su Xi-er, seorang dayang istana di istana bagian samping. Ia seringkali ditindas oleh yang lainnya.

"Oh! Jadi, kau bukannya berpura-pura pingsan, tetapi berpura-pura jadi bodoh, benar begitu?"

Aliran kenangannya terhenti dengan pekikan nyaring wanita itu. Tampaknya, ia hanya akan mengambil sedikit bagian dari ingatan ini.

Ketika ia melihat wanita itu baru saja akan menangkap telinganya lagi, Ning Ru Lan segera mencoba menangkisnya dengan satu tangan, yang mana gagal dengan perawakannya yang rapuh. Oleh sebab itu, ia hanya bisa membiarkan wanita itu menggenggam pergelangan tangannya.

"Membangkang?! Aku lihat kau sudah lelah untuk hidup. Istana kekaisaran Bei Min tidak akan menoleransi seorang wanita sepertimu. Kau akan dibunuh cepat atau lambat!"

Ia sedang berada di istana kekaisaran Bei Min dan hidup di dalam tubuh yang bukanlah miliknya. Sementara Ning Ru Lan tidak mempercayai hal-hal gaib, situasi sekarang ini benar-benar terlalu aneh untuk dijelaskan.

"Apakah otakmu sudah jadi konyol? Apakah kau tidak mendengarku memanggilmu? Su Xi-er?"

"Aku tidak konyol." Ia menarik napas dalam dan berdiri.

Ning Ru Lan di kehidupan yang lalu sudah menjadi masa lalu. Di kehidupan ini, aku harus hidup dengan baik dalam tubuh Su Xi-er!

"Cepat pergi dan bekerja!" Mu Tao melihatnya curiga. Akhirnya, ia menunjuk ke arah pispot-pispot di samping sumur.

"Aku harus menyelesaikan menggosok bersih semua pispot ini?" Su Xi-er melirik sekilas ke samping sumurnya. Ada begitu banyak pispot dan langitnya pun menjadi gelap. Terlebih lagi, pakaiannya basah kuyup.

"Apakah kau sedang beromong kosong? Tugasmu sekarang adalah untuk menggosok pispot-pispot itu sampai mereka tak bernoda."

Roman wajah Su Xi-er tampak tenang. Pemilik sesungguhnya tubuhini menjalani kehidupan yang mengerikan. Ia adalah seorang dayang istana yang menggosok pispot di Istana Samping, entah bagaimana berhasil sampai di titik dimana bahkan dayang lain di posisi yang sama pun memandang remeh dan menindasnya.

(T/N: Istana Samping, bagian dari harem kekaisaran dan tempat dimana para dayang istana tinggal.)

"Cepatlah kembali bekerja! Apakah kau tidak mendengarkan apa yang kukatakan!"

Teriakannya terdengar lagi. Su Xi-er mendongakkan kepalanya dan memandanginya acuh tak acuh. Saat Mu Tao menerima tatapan semacam itu, ia tidak mampu menahan kepanikan di hatinya. Mengapa aku merasa kalau Su Xi-er menjadi aneh setelah terbangun? Ia selalu menerima penghinaan tanpa perlawanan sebelumnya, tetapi tatapan yang diberikannya padaku barusan ini penuh hawa dingin. Su Xi-er yang dulu tidak akan memiliki ekspresi semacam ini di matanya sama sekali!

"Aku akan menggosoknya sampai bersih. Dimana aku harus meletakkan mereka saat aku sudah selesai?" Su Xi-er berjongkok, mengambil sebuah sikat dan mulai menggosok.

"Letakkan pispot-pispot itu di dalam kamar yang ada di sebelah barat daya Istana Samping. Dayang-dayang dari berbagai istana akan datang untuk mengambilnya. Sumur ini ada di bagian paling timur istana. Setelah kau selesai menggosoknya, pergi dan tidurlah."

Su Xi-er menengadahkan kepalanya untuk menatapnya. Langsung tidur tanpa makan apa pun?

Mu Tao tidak tahu mengapa, tetapi ketika Su Xi-er memandanginya dengan tingkah seperti itu, ia merasa seolah dirinya terpaku di tempat. Ia begitu gugup sampai-sampai ia hampir menggigil.

"Dimana tempatku tidur? Dimana tempat untuk makan?" Matanya agak menyipit kala ia memandangi Mu Tao diam-diam.

Mu Tao menelan ludahnya. Apakah Su Xi-er kerasukan? Ekspresi dalam matanya begitu dingin hingga terlihat seakan ia bisa melihat menembus segalanya.

"Dimana?"

Suara sedingin es memasuki telinganya, menyebabkan betis Mu Tao menegang. "Kamar tempatmu tidur berada di belakang Istana Samping. Kamar ketiga, ranjang ketiga. Sementara untuk makanan, akan siap dalam dua jam dari sekarang. Tidak akan menunggu, jika kau muncul terlambat, tidak akan ada yang tersisa."

Hanya ketika ia selesai menjelaskan, barulah Mu Tao menyadari bahwa ia melakukan hal yang bodoh. Meskipun mereka berdua adalah dayang dari Istana Samping, Dayang Senior Zhao sudah mengirimnya untuk mengawasi Su Xi-er. Su Xi-er lah yang seharusnya mendengarkanku!

"Siapa yang mengizinkanmu menggunakan nada seperti itu untuk berbicara denganku?" Mu Tao sangat marah. Ia baru saja akan mengulurkan tangannya lagi untuk menangkapnya.

"Jika kau terus bicara di sini, aku tidak akan bisa menggosok pispotnya lagi. Kalau aku tidak bisa menyelesaikannya, apakah Dayang Senior Zhao akan melepaskanmu?"

Ucapannya membuat Mu Tao menurunkan tangannya yang terangkat. Apa yang dikatakannya benar. Jika pispot-pispot ini tidak digosok, Dayang Senior Zhao juga tidak akan melepaskannya. Su Xi-er kurang ajar! Sejak kapan ia jadi begitu pandai bicara! Kebencian muncul dalam hati Mu Tao tetapi ia tidak bisa melakukan apa pun. Lupakan saja. Aku hanya akan duduk di batu di samping dan melihat Su Xi-er menggosoknya.

Su Xi-er tidak memperhatikan Mu Tao. Terlalu banyak hal yang terjadi dan ia membutuhkan waktu untuk merasionalisasikan mereka. Meskipun situasinya sekarang ini tidaklah penuh harapan, paling tidak, Langit memberikannya sebuah kesempatan.

Hidup sekali lagi di kehidupan ini, aku bukan lagi Ning Ru Lan. Aku sudah terlalu ceroboh dalam kehidupanku sebelumnya. Bahkan, walaupun aku memiliki sarana yang tangguh, aku masih tetap ditusuk dari belakang oleh orang yang paling kupercayai. Panah Penembus Jantung dan kematian Lü Liu seperti cap yang membakar otaknya. Ia tidak mampu melupakan mereka.

Sementara mengamatinya dari samping, Mu Tao merasa kalau ada sesuatu yang tidak beres. Watak Su Xi-er terlalu aneh. Aku bisa melihat dendam di sepasang mata itu. Aku harus melaporkannya pada Dayang Senior Zhao. Dengan pemikiran semacam itu di benaknya, ia dengan cepat berlari ke depan.

Su Xi-er tidak menghiraukannya dan terus menggosok pispotnya . Saat ia pada akhirnya sudah melalui hampir setengah pispotnya, pakaian basahnya pun sudah tertiup kering oleh angin. Tepat saat ini, ia mendengar para wanita berdiskusi.

"Lihatlah Su Xi-er. Wajahnya lebih baik ketimbang He Xiang Yu, tetapi sekarang, sebaliknya, bukannya menyapu jalur istana, ia malah menggosok pispot."

"Ia dan He Xiang Yu adalah saudari dekat, tetapi lihatlah perbedaan di antara keduanya. Pangeran Hao menyukai He Xiang Yu dan membawanya masuk ke Istana Kecantikan."

"He Xiang Yu melesat dalam kehormatan, tetapi tidak datang untuk menolong Su Xi-er. Sepertinya, hanya begitu saja persahabatan di antara mereka. Usaha Su Xi-er dalam menanggung kesalahan untuk He Xiang Yu di masa lalu semuanya sia-sia."

Tidak satu pun kata dari diskusi itu yang terlewat oleh telinga Su Xi-er. Pangeran Hao? Apakah ia adalah putra angkat Keluarga Pei, Pei Qian Hao? Aku pernah mendengar tentang pria ini di Nan Zhao sebelumnya. Pria ini tak berperasaan dan haus darah. Ia juga suka mengumpulkan wanita cantik. Wanita mana pun yang disukainya akan dibawa masuk ke dalam Istana Kecantikan. Rumornya, ada 72 selir di dalam Istana Kecantikan.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar