Selasa, 17 November 2020

CTF - Chapter 7

Consort of A Thousand Faces

Chapter 7 : Menendang Pangeran Ini

Tanpa mempedulikan rasa sakitnya, He Xiang Yu segera mengangkat tangannya untuk menyentuh wajahnya. Di Istana Kecantikan, penampilan lebih penting dari apa pun. Jika ada sebuah bekas luka tertinggal di wajahnya, tamatlah riwayatnya.

Ketika ia melihat darah di tangannya, mata He Xiang Yu melebar dan ia melotot lurus ke arah Su Xi-er.

"Kau benar-benar menggores wajahku! Aku pastikan kau akan menanggung akibatnya!" Ia mengangkat tangannya, menginstruksikan dayang-dayang untuk menangkap Su Xi-er.

Karena sekarang ada 'bukti' tak terbantahkan, Dayang Senior Zhao tidak melakukan apa pun untuk mencegah dayang-dayang menangkapi Su Xi-er dan sepertinya ia hanya akan menonton dari sela-sela.

Namun, tidak ada seorang pun menduga, meski kenyataannya beberapa dayang mengelilingi Su Xi-er, mereka tetap saja tidak mampu menangkapnya setelah berulang kali berusaha keras sekian lama.

"Tidak berguna!" He Xiang Yu tidak mampu menahan amarahnya. Ia ingin memerintahkan penjaga kekaisaran tetapi tidak punya kuasa. Pangeran Hao hanya mengirimkan beberapa dayang untuk menungguinya.

"He Xiang Yu, mengapa kau begitu yakin kalau akulah yang menggores wajahmu?" Su Xi-er menghentikan langkahnya dan menatap He Xiang Yu dengan eskpresi tak gentar. Seolah ia sedang menonton seorang badut memainkan kelakarnya.

(T/N : Ungkapan ini juga merujuk pada orang-orang biadab dan tercela yang dengan sengaja menyebabkan masalah.)

"Tidak mungkin aku menggunakan sebuah tusuk rambut untuk menggores wajahku sendiri, bukan?"

Su Xi-er terkekeh. "Belum tentu. Barusan ini, semua orang menyaksikan kalau kaulah yang menarik tusuk rambut itu dari sanggul rambutmu dan berlari ke arahku. Namun, tidak berjalan sesuai keinginanmu dan sebaliknya, kau malah terkena petasanmu sendiri."

Beberapa kalimat sederhana itu menyebabkan He Xiang Yu benar-benar kehabisan kata-kata, hanya mampu memelototinya tak berdaya.

"Jangan berniat jahat kepada orang lain. Mungkin, setelah bermain api sekian lama, dirimu sendiri jadi terbakar." Senyum di wajah Su Xi-er semakin dalam. Dayang-dayang yang berdiri di sekitar mereka mau tak mau membelalakkan mata mereka.

Apakah ia ... masih Su Xi-er?

Di kejauhan, He Ying menyaksikan adegan ini dan menyipitkan matanya. Su Xi-er ini secantik bunga,  pandai bicara, dan tidak panik saat ia menghadapi masalah. Orang seperti ini, antara ia harus tetap tinggal di Istana Samping selamanya ... atau disingkirkan secepat mungkin.

Dayang Senior Zhao bermata tajam, menyadari kehadiran He Ying. Ia cepat-cepat memanggil, "Nona He, mengapa Anda kembali ke Istana Samping?"

He Ying tersenyum saat ia berjalan menghampiri, tatapannya mendarat pada He Xiang Yu.

"Ibu Suri memanggilmu ke Istana Kedamaian Penuh Kasih. Segera ikut aku ke sana."

Segera setelah He Xiang Yu mendengar kalau Ibu Suri memanggilnya untuk bertemu, tanpa sadar, ia menjadi gugup. Aku tidak pernah berinteraksi dengan Ibu Suri. Mengapa aku dipanggil ke Istana Kedamaian Penuh Kasih?

"Cepat ikuti aku, dan seka darah di wajahmu." He Ying mengeluarkan sehelai saputangan dan meletakkannya di atas tangan He Xiang Yu tanpa memperhatikannya sama sekali.

Selama ia adalah kepala dayang Ibu Suri, semua dayang senior yang bertugas di istana mana pun harus memperlakukannya dengan hormat.

Bahkan, menteri pun harus menunjukkan kesopanan ketika mereka bertemu dengan He Ying.

He Xiang Yu menerima saputangannya dan menyeka noda darah di wajahnya. Hatinya dipenuhi dengan api kemarahan. Ia datang ke Istana Samping untuk memamerkan keagungan dan kebangsawanannya. Sekarang karena Su Xi-er dan He Ying mengacaukannya, apa lagi hal mempesona yang dapat dibicarakan?

"Dayang Senior Zhao, dayang ini tidak tahu tempatnya. Kau harus lebih mendisiplinkannya." Saat ia berbicara, tatapannya jatuh ke arah Su Xi-er.

"Dayang senior ini pasti akan mendisiplinkannya dengan benar. Su Xi-er, hukumanmu adalah untuk menyapu seluruh Istana Samping! Cuci semua pispotnya di malam hari, dan kau tidak diizinkan untuk tidur." Dayang Senior Zhao menghukumnya dengan suara keras dan menunjuk ke belakang.

Su Xi-er tidak mengatakan apa-apa. Ia mengangguk ringan dan pergi. Posisiku sekarang ini sangatlah rendah. Tidak masalah jika aku berurusan dengan He Xiang Yu dan Dayang Senior Zhao, tetapi jika aku menantang He Ying secara langsung, tidak akan ada hasil yang baik.

"Dayang Senior Zhao, dayang ini, kau tidak bisa membiarkannya." Sebelum He Ying pergi, ia menundukkan kepalanya dan berbisik kepada Dayang Senior Zhao.

Saat Dayang Senior Zhao menatap sosok kurus-kering Su Xi-er yang menghilang, ia mulai merenung. Bahkan He Ying bisa melihat bahaya terpendamnya. Sepertinya Istana Kekaisaran Bei Min bisa berubah karena dirinya.

Jika aku tidak membiarkannya, hidup di masa depan akan seperti air yang stagnan. Jika aku membiarkannya, artinya tidak mematuhi He Ying.

***

Su Xi-er langsung berjalan menuju area dimana sapu diletakkan. Ia tidak melewatkan tatapan penuh makna yang diberikan Nona He padanya sebelum terakhir pergi. Tampaknya aku harus ekstra berhati-hati di masa yang akan datang.

Saat ia menyapu, semua dayang di Istana Samping menghindarinya, takut kalau mereka akan terinfeksi oleh kesialannya jika mereka dekat-dekat dengannya.

Ia menepisnya dengan tawa. Setelah ia selesai menyapu area ini, ia berpindah ke area lainnya. Segera, tanpa disadarinya, malam sudah tiba. Di samping itu, ia tidak merasa lapar maupun ia menyadari kalau ia sudah tidak lagi berada di perbatasan Istana Samping.

Saat ia mengangkat kepalanya untuk menatap bulan bundar di langit malam, tepian matanya tiba-tiba saja menjadi lembap. Dulu, ia sering kali mengagumi bulannya bersama Lü Liu. Pada saat itu, Lü Liu sering menggodanya, "Putri Pertama, Anda begitu dingin pada orang lain. Hamba penasaran, bagaimana Jenderal Yun memenangkan Anda?"

Jenderal Yun ... Yun Ruo Feng. Ia memikirkan tentang panah yang melayang di udara. Panah itu yang benar-benar menyebabkannya hancur berkeping-keping.

Su Xi-er mengepalkan tangannya erat-erat. Dendam yang luar biasa muncul di matanya.

Ia tenggelam dalam kenangannya sampai ia tidak menyadari langkah kaki yang perlahan-lahan mendekatinya.

"Dari istana mana?" Suara serak seorang pria terdengar.

Su Xi-er kaget. Ia langsung mengumpulkan kembali pikirannya dan berbalik. Saat ia melihat pria di hadapannya dengan jelas, ia tersentak lagi.

Pria itu membiarkan rambut panjangnya terurai, mengenakan jubah hitam dengan desain tenunan ular di atasnya. Mata phoenix panjang dan menyempitnya sedalam sumur tak berdasar. Ada aroma anggur padanya, dan beberapa noda anggur di bibirnya menyala di bawah cahaya. Dengan jubahnya yang agak terbuka, samar-samar memperlihatkan kulit kencangnya.

Mata phoenix, mata yang sudut luarnya condong ke atas, mirip seperti ini.


"Dari istana mana?" ulangnya. Matanya agak menyipit selagi dipenuhi bahaya.

Melihat pakaiannya, pria ini mungkin seseorang yang kaya dan dihormati; tetapi ia juga berpenampilan seperti seorang putra hedonistik dari orang tua bangsawan. Siapa sebenarnya dia?

"Kau tidak berbicara. Apa kau bisu?" Ia terkekeh dengan suara yang dalam. Di saat bersamaan, ia hampir saja mencubiti dagunya.

Ia benar-benar seorang putra hedonistik dari keluarga kaya-raya, minum-minum di tengah malam dan keluar untuk menggoda dayang istana.

Su Xi-er segera mengambil selangkah mundur dan menatapnya dingin.

"Kau memiliki sifat keras kepala yang tak terduga. Pangeran ini menyukainya." Ia berjalan mendekatinya. Aroma anggurnya menguar dari seluruh tubuhnya bercampur dalam angin sepoi-sepoi malam hari dan melayang masuk ke dalam hidungnya.

Pangeran ini? Tampaknya, ia adalah pangeran bodoh dan tidak kompeten di Bei Min.

"Cobalah mundur selangkah lagi." Suara dalam dan rendahnya dipenuhi intimidasi.

Meskipun Su Xi-er tidak mengutarakan sepatah kata pun hingga sekarang, kalimatnya menyebabkan kenangan menyeruak masuk dengan kerasnya seperti banjir besar.

Malam itu, Yun Ruo Feng menghimpitnya di batang pohon dan mengatakan padanya "Cobalah mundur selangkah lagi." Lalu, ia menciumnya. Meskipun tidak ada apa pun yang terjadi pada keduanya setelah itu, ia masih mengingat ciuman itu.

Su Xi-er tidak tahu kapan pria di hadapannya sudah memaksanya ke batang pohon. Tepat di saat ia menundukkan kepalanya dan ingin menciumnya, ia segera terbangun dengan terkejut.

Ia meletakkan tangannya di atas dada pria itu dan mengeluarkan tenaganya, sepasang matanya dipenuhi aura dingin.

"Apakah kau percaya kalau Pangeran ini akan menginginkanmu di sini hari ini?" Nada suaranya mengolok-olok.

"Aku tidak menginginkanmu," Su Xi-er dengan entengnya menjawab.

"Di dunia ini, tidak ada apa pun yang tidak bisa kudapatkan jika aku menginginkannya." Terlebih lagi, hanya seorang wanita.

Perkataannya penuh arogansi. Wataknya saja sudah cukup untuk membuat Su Xi-er kesal.

Su Xi-er agak merendahkan kepalanya dan melirik sekilas tempat terlemah di tubuh seorang pria. Ia mabuk, jadi pastinya tidak sewaspada biasanya. Terlebih lagi, sekarang malam hari. Selama aku bergegas kabur, ia pasti tidak akan mengenali siapa diriku.

Dengan pemikiran semacam itu, ia segera mendongakkan kepalanya. Dingin di matanya tidak lagi muncul, tergantikan dengan ekspresi yang menawan.

Ketika ia melihat wajah lembut dan halusnya, mata pria itu menyipit.

Su Xi-er mengambil kesempatan itu, mengangkat kaki kanannya dan menendang tempat itu. Setelahnya, ia langsung berbalik untuk kabur.

Ia masih belum begitu jauh sebelum kerah bajunya ditarik oleh seseorang dari belakang.

"Kau ingin pergi setelah menendang Pangeran ini di tempat itu?" Ia mengeluarkan tenaga di lengannya dan melemparkannya ke atas tanah dengan keras.


Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar