Sabtu, 21 November 2020

CTF - Chapter 13

Consort of A Thousand Faces

Chapter 13 : Tak Ada Seorang pun yang Berani Menyentuhmu

"Terima kasih." Su Xi-er berterima kasih padanya saat ia memberikan tusuk rambut itu padanya, mundur selangkah untuk mengamatinya dengan teliti.

Kulitnya halus sampai dimana agak tidak normal. Mata sipit dan memanjangnya sedikit miring ke atas. Tidak ada kilauan di matanya sama sekali dan mereka tenang tanpa adanya riak emosi. Siapa sebenarnya orang ini? Ia tiba-tiba muncul, menyelamatkanku, kemudian meminta tusuk rambutnya dariku.

"Kau berasal dari istana mana?" Pria itu duduk di atas sebuah bangku di samping, pandangannya menyapu makan malam di atas meja.

"Hamba berasal dari Istana Samping."

"Mengapa seorang dayang dari Istana Samping ada di sini?" Pria itu berbicara perlahan-lahan dengan aura acuh tak acuh.

"Pangeran Hao sedang menyelidiki masalah seorang dayang yang melakukan serangan diam-diam padanya di hutan sebelah Istana Samping. Hamba, dan yang satunya lagi yang telah terbunuh, dibawa kemari sebagai tersangka."

Perkataannya menyebabkan pria itu tertawa kecil. "Aku paham, jadi seperti itu. Pangeran Hao yang hebat sebenarnya terkena serangan diam-diam oleh seorang wanita. Itu adalah masalah yang aneh."

"Apakah Anda tahu siapa pria berbaju hitam barusan?" Su Xi-er mengangkat kepalanya untuk menatapnya. Dengan bagaimana ia dan pria berbaju hitam tadi seimbang dalam pertarungan, tampaknya paling tidak, dari ekspresinya, mereka adalah kenalan.

"Aku tidak pernah tahu ada seseorang seperti itu di istana kekaisaran."

Jawaban pria ini menyebabkan Su Xi-er kecewa. Ia juga tidak tahu siapa pria berbaju hitam itu.

"Kau masih berencana tetap di sini? Apakah kau tidak takut dengan hantu Permaisuri terdahulu?"

Su Xi-er tersenyum samar. Bicara tentang hantu, tubuhku sudah lama lenyap. Bukankah yang mendiami tubuh ini adalah satu jiwa? Akan tetapi, dari penampilan pria ini, sudah pasti ia berhubungan dengan Permaisuri terdahulu. Ketika ia masih Ning Ru Lan, ia pernah mendengar bahwa Permaisuri terdahulu Bei Min melahirkan seorang putra yang mendapat peringkat ketiga di antara para saudaranya.

Mungkinkah, pria di hadapanku ini adalah satu-satunya anak Permaisuri terdahulu? Wajahnya sangat pucat. Apakah ia sakit?

"Kau adalah satu-satunya orang yang berani memandangiku seperti ini. Kenapa? Apakah kau tidak takut?"

Su Xi-er menggelengkan kepalanya. "Anda menyelamatkanku, jadi kenapa aku harus takut pada Anda?"

"Menarik." Pria itu lalu bangkit dari bangkunya dan dengan santai berjalan di aulanya, berhenti dari waktu ke waktu untuk menyentuh barang-barang lama.

Saat ia berjalan-jalan, Su Xi-er menyadari sebuah liontin yang tergantung di pinggangnya. Tiga kata tertulis di atasnya. Di bagian atas adalah 'Situ' sementara di bawahnya adalah 'tiga'. 'Situ' adalah nama keluarga kekaisaran Bei Min. Tiga, berarti ia peringkat ketiga di antara para saudaranya.

Pria ini adalah putra Permaisuri terdahulu!

Ibu Suri muda mendominasi harem kekaisaran sementara Keluarga Pei dan Keluarga Xie mengendalikan urusan kerajaan. Secara umum, pangeran kekaisaran seharusnya di usir jauh. Mengapa pria ini muncul di istana kekaisaran?

"Karena aku menyelamatkanmu, ambil sehelai kain dan bersihkanlah debu-debu di sini."

Su Xi-er mengangguk. Pangeran Kekaisaran Ketiga merindukan Ibunda Permaisurinya. Ia memahami perasaan itu.

"Siapa namamu?"

Su Xi-er memegangi sehelai kain di tangannya dan mengelap debunya selagi ia menjawab, "Hamba bernama Su Xi-er."

"Su Xi-er. Dayang dari Istana Samping ..." Ia bergumam pada diri sendiri. Setelahnya, ia menatap bulan di luar jendela.

Malamnya benar-benar sunyi sekarang, dengan angin yang tak lagi berembus. Yang ada untuk memberikan cahaya adalah bulan yang bersinar dengan terangnya.

"Su Xi-er, tidak peduli dimanapun dirimu, selama kau berada di istana kekaisaran, kau hanya punya satu akhir—kematian. Apa kau tidak takut?"

Ketika berhadapan dengan pertanyaan dadakannya, Su Xi-er jadi bengong sekian detik. Kematian. Apakah aku takut? Aku seseorang yang pernah mati sekali. Hanya saja, dibandingkan dengan kehidupanku sebelumnya, aku jauh lebih menghargai yang ini.

"Barusan, saat kau dan pria berbaju hitam saling berhadapan, aku yakin kalau aku menangkap sejejak kesengitan di matamu. Meskipun begitu, sejak itu, kau berubah dengan penampilan yang lemah lembut," pria itu melanjutkan.

"Sudah pasti hamba takut mati. Alasan aku sengit barusan ini adalah karena aku menyadari, aku tidak punya waktu yang lama untuk hidup. Saat seseorang berada di ambang kematian, mereka akan selalu sedikit berbeda." Su Xi-er menundukkan kepalanya dan perlahan-lahan memberikan alasan.

"Selalu agak berbeda ..." Suaranya menghilang. Pada akhirnya, ekspresinya menjauh, seolah ia tenggelam dalam kenangannya.

"Pangeran Kekaisaran Ketiga, hamba sudah selesai mengelapnya."

Ekspresi Situ Li berubah. "Bagaimana kau mengetahui identitasku?"

Su Xi-er menunjuk liontin yang tergantung dari pinggangnya. "Ada kata-kata yang terukir di atasnya."

Liontin ini adalah pemberian Ayahanda Kaisar kepadaku. Ada kata-kata di atasnya yang diukir sendiri oleh Ayahanda Kaisar. Dulu, Ayahanda Kaisar sangat memanjakanku, dan menyayangi Ibunda Permaisuri.

"Pangeran Kekaisaran Ketiga, Anda baru saja kembali ke istana kekaisaran, jadi Pangeran Hao secara istimewa menyiapkan sebuah perjamuan untuk menghibur Anda. Mengapa Anda sampai kemari?" Suara menarik dan lembut seorang wanita pun terdengar.

Su Xi-er mengenali suara ini segera setelah ia mendengarnya. Suara ini ... He Ying! Selain itu, Pangeran Hao pergi barusan ini karena ada sebuah perjamuan di istana.

"Aku tidak menyangka bahwa hubungan Ibu Suri dengan Pangeran Hao sudah meningkat. Pangeran Hao yang mengadakan perjamuannya, tetapi kepala dayang Ibu Suri-lah yang datang menyampaikannya padaku." Perkataan Situ Li ringan, tetapi ekspresi He Ying berubah.

"Ibu Suri dan Pangeran Hao adalah kakak-beradik. Hubungan mereka tentu saja bukanlah sesuatu yang dapat dibandingkan dengan yang lainnya. Pangeran Kekaisaran Ketiga, Anda harus segera mengikuti hamba dan menuju ke sana. Tidak akan baik apabila Pangeran Hao jadi tidak sabaran karena menunggu."

Situ Li melambaikan tangannya. "Tidak perlu terburu-buru. Pangeran ini masih ada hal yang belum selesai kutangani."

Lalu ia pun berbalik dan menatap Su Xi-er. "Kembalilah ke Istana Samping sekarang. Mulai sekarang, tidak ada seorang pun yang akan menyentuhmu selama aku berada di Istana Kekaisaran."

Su Xi-er bingung. Mengapa ia menolongku?

"Jangan berterima kasih padaku. Kita hanyalah teman seperjalanan di jalan yang sama."

Selagi Su Xi-er memperhatikan sosoknya yang akan pergi, ia menjadi lebih keheranan lagi. Apa maksudnya? Mengapa ia dan aku adalah teman seperjalanan di jalan yang sama? Dalam hal apakah kami miripnya?

Su Xi-er melihatnya berbicara beberapa patah kata pada He Ying. Setelah itu, He Ying melemparkan pandangan berisi makna tersembunyi sebelum keduanya pergi.

Aku bisa kembali ke Istana Samping sekarang? Dapatkah kekuasaan Pangeran Kekaisaran Ketiga dibandingkan dengan Pangeran Hao?

"Dayang dari Istana Samping. Urusan ini sudah diselidiki dengan jelas. Kau boleh pergi sekarang." Dayang yang sebelumnya mengirimkan makan malam untuknya muncul di pintu dan memberitahunya dengan kencang.

Su Xi-er tidak memikirkan lebih jauh tentang Pangeran Kekaisaran Ketiga dan Pangeran Hao, sebaliknya, cepat-cepat berjalan keluar dari ruangan itu.

Dayang itu berjalan di depannya dan memimpin jalannya kembali ke Istana Samping.

"Kau tidak memakan makan malam yang diberikan padamu. Apakah kau menunggu kembali ke Istana Samping untuk memakan roti kukus baumu?" Setelah tiba di gerbang Istana Samping, dayang itu berbicara dengan meremehkan selagi ia mengirimkan sebuah pandangan kotor ke arahnya.

"Aku sudah merepotkanmu mengantarkanku pulang ke Istana Samping. Dayang Senior Zhao paling suka menghibur orang. Bagaimana kalau kau masuk bersamaku?" Su Xi-er membawa sebuah senyuman di matanya dan berbicara dengan nada lembut.

"Pah! Aku tidak akan pergi. Aku menerima perintah dari Pengawal Kekaisaran Wu!" Saat dayang ini menyebutkan Pengawal Kekaisaran Wu, wajahnya memerah penuh kebahagiaan.

Ketika Su Xi-er melihat bagaimana tingkah dayang itu, ia hanya merasa bahwa orang ini terlalu muda dan tidak dewasa. Di istana kekaisaran, hal yang paling tabu adalah memperlihatkan identitas dari majikannya sendiri. Jelas sekali kalau dayang ini memiliki pemikiran semacam itu, belum lagi menghitung fakta kalau mulut kerasnya tidak bisa berhenti bicara seperti sebuah terompet.

"Su Xi-er!" Beberapa dayang kebetulan lewat sembari membawa baskom-baskom kayu. Ketika mereka melihat Su Xi-er berdiri di pintu masuk istana, tanpa sadar mulut mereka menganga.

Ia kembali, tetapi Mu Tao tidak. Mungkinkah orang yang melakukan serangan diam-diam pada Pangeran Hao adalah Mu Tao?

"Dasar sekelompok dayang yang tidak sopan."

Semua orang mendengar kalimat ini dan mengalihkan pandangan mereka pada dayang di sebelah Su Xi-er. Siapa pula dayang yang mengenakan seragam istana berwarna cyan ini? Ia benar-benar mencaci mereka secara langsung. Meskipun kami adalah dayang dari Istana Samping, wanita yang mengenakan pakaian cyan ini juga hanyalah seorang dayang.

Su Xi-er menajawab sembari tersenyum, "Ia adalah bawahan Pengawal Kekaisaran Wu."

Penjelasan acuh tak acuhnya menyebabkan beberapa dayang malah jadi ketakutan. "Jangan bilang padaku kalau ia adalah ... Nona Qing?"

Su Xi-er menyadari ekspresi mereka bahkan lebih hormat lagi daripada ketika mereka bertemu dengan He Xiang Yu. Wanita ini bukanlah seorang dayang biasa? Ia juga punya sebutan seperti He Ying?

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar