Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 2
Chapter 10
Dengan luka ditangannya yang semakin membaik, Fengjiu dapat mulai memindahkan pot dan panci hari itu. Menurut perhitungannya, Xize Shenjun seharusnya sudah kembali ke Istana Qinan.
Di Rawa Shui’yue, Fengjiu pernah menyombongkan diri pada Xize bahwa ia paling hebat dalam membuat toffee. Dulu di Qingqiu, satu hal yang paling dibanggakan olehnya adalah kemampuan memasaknya.
Sayang sekali, Fengjiu tidak dapat memamerkan kemampuannya karena tangannya yang terluka. Tidak dapat menggunakan tangannya sehari lagi membuatnya tidak tahan.
Tepat ketika tabib melepaskan perbannya, Fengjiu bergegas menuju dapur layaknya angin puyuh. Tetapi, bentuk toffee seperti apa yang harus dibuat oleh Fengjiu?
Siapa pun di dunia ini yang mengetahui segalanya tentang segala sesuatu akan memilih rubah sebagai hewan favorit mereka. Dalam hati Fengjiu, ia berasumsi kalau Xize juga seorang yang berpengetahuan.
Di saat bersamaan, Fengjiu sangat percaya diri akan wujud rubah aslinya. Untuk itulah, ia membuatkan cetakan berbentuk rubah berdasarkan wujud rubah aslinya.
Fengjiu menunggu gulanya menjadi karamel, kemudian menuangkan sirup itu ke dalam cektakan selagi ia menyenandungkan sebuah lagu anak-anak. Setelah dingin, itu menjadi sebuah toffee rubah kecil yang menyenangkan. Setiap toffee rubah diberikan batang kecil agar dapat dimakan dengan mudah.
Fengjiu membuat sepuluh rubah, membungkus mereka dengan rapi, kemudian menambahkan mereka pada surat yang dituliskannya beberapa hari lalu, meminta Xize membantu dalam kebohongannya.
Fengjiu meminta Chacha dengan cepat membawakan mereka ke Istana Qinan dan menyerahkannya langsung pada Xize.
“Dibandingkan dengan toffee, suratnya sedikit lebih penting. Jika kau menemui masalah, kau boleh mengabaikan toffeenya untuk melindungi suratnya.”
Fengjiu memperhatikan tatapan Chacha. Terlihat sedikit ragu, kemudian tersentak. Ada kenyamanan, tetapi juga secercah kebahagiaan.
Fengjiu mendengar pelayan kecil yang pergi bersama Chacha membuka mulutnya untuk bertanya kebingungan: “Kenapa suratnya sedikit lebih penting?”
Chacha telah mencapai pintu masuk melengkung itu ketika ia menurunkan suaranya untuk menjawab.
Fengjiu tidak dapat menangkap apa yang dikatakan Chacha; tampaknya begini: “Ini adalah pertama kalinya Yang Mulia menuliskan surat semacam ini untuk Yang Mulia Xize, tentu saja surat ini lebih penting.”
Fengjiu menggaruk kepalanya dan lanjut menjatuhkan diri ke atas ranjangnya. ‘Surat semacam ini.’ Apa jenis surat yang dimaksud dengan ‘surat semacam ini’?
Chacha hanyalah seorang pelayan kecil di istana tetapi ia jauh lebih berpengalaman dari Fengjiu, bahkan mengetahui jenis surat macam apa itu. Namun, apa jenis surat itu sebenarnya?
***
Su Moye datang di jam Ayam (5-7 sore). Ia tampak tergesa saat memberitahu Fengjiu bahwa Xize memanggilnya untuk urusan penting dan ia harus melakukan perjalanan ke Istana Qinan.
Su Moye dapat menduga, Fengjiu belum mulai menuliskan surat Aranya kepada Chen Ye, jadi selama beberapa hari ini, ia sudah menuliskan semuanya untuk Fengjiu.
Yang harus dilakukan Fengjiu hanyalah mengirimkan sepucuk surat setiap beberapa hari ke Kediaman Mengchun.
Fengjiu memang belum mulai menuliskan surat-surat itu. Diam-diam ia menghela napasnya, Mo Shao memang sungguh penyemangat sehatinya.
Meski demikian, Fengjiu merasa sedikit aneh dan bertanya-tanya bagaimana Xize dapat menyuruh Su Moye, ketika di luar lembah ini, Su Moye merupakan seorang guru yang bahkan Shangjun pun harus menghormatinya.
Namun, kebahagiaan melihat surat-surat ini sementara menghalau keraguannya.
Dalam masa kecilnya, hal yang paling dibenci Fengjiu adalah kelas Buddha, berikutnya adalah tugas menulis dari gurunya. Karena ia begitu mulia kali ini, Mo Shao telah membuat dirinya luar biasa tak tertandingi dalam hatinya.
Fengjiu hampir melompat sepanjang jalan mengantar Mo Shao keluar dari Kediaman Putri. Mengambil kesempatan dari terbitnya bulan di atas pohon willow, ia meminta pelayannya untuk mengantarkan surat pertama ke Kediaman Mengchun.
Selama makan malam, Fengjiu meminum semangkuk bubur dan separuh kue. Selagi ia baru saja akan beristirahat, seorang pelayan muda berjalan terhuyung memasuki rumahnya. Ia menangis tersedu-sedu seraya berkata bahwa masalah besar tengah terjadi di Kediaman Mengchun.
Fengjiu terkejut. Masalah besar apa yang terjadi hingga membuat anak pandai ini begitu ketakutan? Si pelayan mengelus benjol di keningnya dan berteriak terengah-engah.
Bagaimana mungkin ada penindasan di kediamannya? Siapa saja yang melakukan kejahatan ini benar-benar tidak memberi muka pada Fengjiu.
Fengjiu menggenggam tangan pelayan itu dan menyatukan alisnya marah, “Ayo pergi, kakak akan membantumu.”
***
Di dalam Kediamana Mengchun, semuanya telah berkumpul di dalam kamar Chen Ye. Sebuah medan perang kacau balau tampaknya memang berasal dari dalam jika dilihat dari bayangan di jendela.
Fengjiu merenung. Akan lebih baik untuk bertindak kejam dengan alasan, ataukah menjadi lembut penuh perhatian untuk contoh disiplin pelayan ini? Kebanyakan rasa kesalnya sudah menghilang di sepanjang jalannya kemari, dan setelah berpikir sebentar lagi, Fengjiu merasa ia harus sedikit lembut.
Fengjiu baru saja menginjakkan kaki masuk ke dalam pintu dengan wajah lembutnya ketika sebuah cangkir porselen melayang ke arah wajahnya dan mengenai keningnya.
Cangkir itu mendarat di tanah dan membuat ruangan penuh orang itu terkejut. Pelayan rumah tuanya langsung menjatuhkan kepalanya ke tanah dan memohon pengampunan selagi ia mengelap keringat di keningnya.
“Hamba tidak, tidak tahu kalau Yang Mulia akan datang. Pelayan ... Pelayan Anda ini ...”
Fengjiu dengan tenang mengelap sup di wajahnya menggunakan lengan jubahnya dan memotong perkataannya, “Apa yang terjadi?”
Sudah melalui pelatihan, para pelayan dengan lincah tanpa bersuara mendatangi Fengjiu, menyerahkan handuk padanya, beberapa lagi mengelap pecahannya.
Si penjaga rumah tua gemetaran selagi menjawab, “Yang Mulia Chen Ye sedikit mabuk malam ini. Hamba tidak dapat pergi untuk melaporkannya pada Anda dan takut Anda akan khawatir jika tidak mendengar kabar dari hamba. Jadi hamba menyuruh pelayan untuk mengabari Anda. Hamba tidak mengira kalau itu akan membuat Anda khawatir, hamba sangat tidak pantas dimaafkan ...”
Fengjiu hanya melihat Chen Ye berbaring di atas ranjang sekarang.
Beberapa pelayan mengelilingi ranjang itu. Satunya duduk di lantai dan tampaknya sudah berada di sana sebelum Fengjiu masuk; satunya sedang membersihkan pecahan di lantai; satu lagi membawakan semangkuk ramuan baru untuk Chen Ye.
Ternyata Chen ye sedang mabuk. Dan mabuk itu sesepele biji wijen.
Tetapi sekarang Fengjiu adalah Aranya.
Aranya jatuh cinta pada Chen Ye. Satu kernyitan dari Chen Ye menyebabkan kecemasan dan membuat Aranya dengan perhatian menuliskan surat untuk menyemangatinya dan menghapus kernyitannya. Mabuknya Chen Ye sudah pasti sebuah masalah besar.
Si penjaga rumah dengan perhatian mengamati ekspresi Fengjiu dan sementara berkata, “Karena Yang Mulia Chen Ye mabuk, suasana hatinya tidaklah stabil. Yang Mulia, jika Anda tetap berada di sini, Anda pasti akan terluka atau merasa kesulitan. Sudah cukup dengan hamba yang menungguinya di dalam. Mungkin Anda harus kembali ke kamar untuk beristirahat.”
Fengjiu dengan hati-hati menilai situasi di depan matanya. Jika ia adalah Aranya, ia akan berada di sampingnya penuh kecemasan.
Berpikir demikian, Fengjiu segera menaikkan suara penuh kecemasannya dan menjawab, “Bagaimana bisa aku melakukan itu? Aku datang kemari untuk mengunjunginya, tapi ia begitu mabuk sekarang, bagaimana bisa aku tenang jika aku tidak menjaganya?”
Perkataan ini baru saja meninggalkan mulutnya ketika, tanpa menunggu yang lainnya bereaksi, ialah yang pertama merasakan sesak di dalam dadanya dan cepat-cepat mengusapnya.
Pelayannya tampak mengerti setelah mendengarkan apa yang dikatakan Fengjiu.
Ia bangkit dan membantu Fengjiu duduk di kursi terdekat, lalu menenangkan Fengjiu, “Meskipun Yang Mulia Chen Ye sedang mabuk, ia sangat diam. Hanya saja, ia tidak membiarkan kami memberinya sup penawar mabuk. Karena kami mencoba mendekat, segala perabotan porselen langsung dipecahkan di tempat. Hamba bertanya-tanya sudah berapa banyak yang rusak sekarang.”
Di sela perkataanya, prang, mangkuk porselen lain telah pecah. Dua pelayan wanita dan satu pelayan pria berjongkok di hadapan ranjang Chen Ye; seseorang yang terlatih dengan baik mengkhususkan dirinya untuk membersihkan pecahan mangkuk, yang terlatih lainnya menyerahkan mangkuk ramuan lain pada Chen Ye, dan pelayan dengan fisik yang kuat datang untuk menghentikan Chen Ye membalikkan mangkuk itu lagi.
Saat ini, karena Aranya sendiri menyukai dan memanjakan Chen Ye, Fengjiu mendadak berkata, “Jika ia ingin menghancurkannya, biarkan ia menghancurkannya. Untuk apa kalian menghentikannya?”
Pelayan itu segera menarik tangannya. Di wajah si penjaga rumah terdapat raut kesedihan dan duka.
“Yang Mulia mungkin tidak tahu, perabotan porselen yang dihancurkan oleh Yang Mulia Chen Ye semuanya kualitas terbaik yang diberikan Istana Kerajaan. Mangkuk yang baru saja dipecahkan seharga paling tidak sepuluh mutiara malam.”
Hati Fengjiu mendadak berdarah, tetapi karena ia harus memperlihatkan bahwa ia memanjakan Chen Ye, ia berbohong melalui gigi-giginya, “Haha, pantas saja suara pecahannya terdengar menyenangkan.”
Si pelayan menatap Fengjiu, tampaknya ia telah memahami lebih banyak lagi.
Seorang pelayan wanita yang khusus merawat luka lebam Fengjiu dengan sebuah handuk.
Tiba-tiba saja, Chen Ye yang sedang berbaring di atas ranjang membuka mulutnya untuk berkata, “Suruh mereka semua untuk pergi.”
Fengjiu menyipitkan matanya. Apakah ini berarti Chen Ye sadar?
Para pelayan semuanya berbalik untuk menatap Fengjiu. Di bawah tatapan ini, ia dengan hebatnya melemparkan handuknya ke atas lantai dan berjalan tergesa menghampiri ranjang Chen Ye.
Penuh omong kosong, Fengjiu bertanya cemas, “Apa kau sudah merasa lebih baik?”
Si pelayan tua membubarkan pelayan-pelayan ke aula luar, lalu berjaga sendirian di luar di sekitar sudut, kalau-kalau Fengjiu ingin memerintahkannya sesuatu.
Chen Ye membuka matanya untuk melihat Fengjiu. Ini merupakan kali pertama Fengjiu melihat seseorang dapat benar-benar mabuk hingga memucat. Chen Ye terdengar sadar ketika ia berbicara, tetapi matanya penuh dengan kekaburan. Fengjiu menduga, Chen Ye pastilah sangat mabuk.
Chen Ye menatap Fengjiu cukup lama hingga akhirnya berkata, “Aku tahu tempat ini tidak akan sama seperti di masa lalu, dan akan ada banyak hal yang berubah. Tetapi, selama tubuhnya ada di sini, tidak masalah seberapa banyak mereka berubah. Yang terbaik adalah mengubah segalanya, sebenarnya, agar aku tidak ...”
Tanpa menyelesaikan kalimatnya, Chen Ye tampaknya berusaha keras menahan sesuatu.
Ada penderitaan besar dalam suaranya: “Tetapi, sebuah cangkang hanyalah cangkang. Bagaimana bisa sebuah cangkang menuliskan surat ini? Tidak, lebih baik juga untuk tidak memiliki surat ini, lebih baik ...”
Chen Ye mengambil tangan Fengjiu, kemudian melepaskannya seolah ia kehabisan tenaga.
“Kau bukan dia. Kau tidak mungkin dia.”
“Kau bukan dia,” Chen Ye berkata lagi tak lama kemudian.
Fengjiu tersentak selagi ia bertanya kembali dengan suara dalam, “Siapa yang kau katakan aku bukan dia?”
Chen Ye menatap kanopi ranjang tetapi tidak menjawab pertanyaan Fengjiu. Roman wajahnya begitu tampan, begitu dingin, dan begitu kebingungan.
“Aku pernah mengatakan padanya,” Chen Ye memulai parau, “bahwa dari begitu banyak kemungkinan di antara kami: orang asing, musuh, musuh bebuyutan, dan lainnya, tidak mungkin ada apresiasi mutual? Dia pun tertawa. Katakan padaku, apa maksudnya dengan tertawa?”
Fengjiu terdiam tanpa kata selama beberapa saat.
“Mungkin ia berpikir kata-katamu agak keren?”
Chen Ye mengabaikan komentar Fengjiu. Sebaliknya, ia menatap Fengjiu intens. Di dalam mata kebingungan Chen Ye muncul rasa sakit yang ditahan.
Pada akhirnya, Chen Ye tersenyum, “Kau bilang, kau mungkin saja menggodaku, atau kau mungkin sungguh menyukaiku, tetapi yang terakhir merupakan apa yang benar-benar ada di dalam pikiranmu, aku benar kan?”
Dalam kesakitannya, kadang kala ada seberkas kebahagiaan, seolah dalam keputusasaan yang senyap mendadak mekar sekuntum manjusaka putih.
Fengjiu akhirnya paham mengapa Aranya jatuh hati pada Chen Ye. Yang Mulia Archmage memang sangatlah tampan.
Untuk beberapa saat Fengjiu diam, tidak tahu bagaimana harus menjawabnya.
Kemudian akhirnya ia berkata, “Erm, oke.”
Chen Ye sudah pasti tidak tahu apa yang sedang dibicarakan Fengjiu; ia sendiri tidak tahu. Fengjiu baru saja mengingat cerita lama Su Moye, jantungnya berdebar, otaknya kacau. Ketika ia melihat Chen Ye menjeda sejenak kemudian terlihat seolah ia akan mengatakan sesuatu yang lainnya, Fengjiu merasa sedikit kesal dan memukul Chen Ye hingga tak sadarkan diri.
Hening.
Fengjiu baru saja akan memproses alasan dibalik pikirannya ketika ia tanpa sengaja menengadah dan melihat pelayan tuanya membungkuk di pintu menatapnya balik dengan terkejut.
Fengjiu mendadak menyadari kalau ia telah melakukan pemukulan itu terlalu tiba-tiba.
Saat Fengjiu melihat Chen Ye berbaring tak sadarkan diri di ranjang, ia menarik napas dan dengan cepat mengontrol kerusakan: “Ia tidak mau minum sup penawar mabuknya dan tidak mau tetap diam. Bukankah itu akan membuatnya lebih tidak nyaman? Memukulnya merupakan jalan terakhir, tetapi memang memberi hasil yang bagus. Sayangnya, luka itu miliknya, tetapi rasa sakit itu milikku. Selagi aku menatapnya detik ini, hatiku berdenyut kesakitan.”
Tampang terkejut si pelayan tua langsung berubah jadi perhatian dan simpati.
Sementara ia mencoba menghibur Fengjiu, “Yang Mulia ...”
Fengjiu mencengkeram dadanya dan memotongnya, “Rasa sakit ini terkadang merembes masuk, terkadang masuk dengan kasarnya. Saat ini, mirip dengan jarum berduri menusuk masuk ke hatiku inci demi inci, ahh, sakit sekali! Aku akan kembali dulu dan menunggu rasa sakit ini reda. Tolong urus sisanya untukku, semuanya!”
Fengjiu mencengkeram dadanya selagi ia berbicara, kemudian mundur ke pintu.
Di antara alis si pelayan tua muncul sebuah perasaan tersentuh yang mendalam.
Ia berkata sekaligus dengan loyalitas, “Pelayan Anda akan melayani Yang Mulia Chen Ye dengan sebaik mungkin demi berbagi beban Yang Mulia Aranya.”
Setelah sampai di pintu, Fengjiu menarik napas lega dan menaikkan tangannya untuk mengelap keringat di keningnya. Berakting juga membutuhkan teknik; beruntung sekali ia tidak kehilangan ketenangannya dalam situasi ini, terima kasih berkat pengalamannya yang dulu.
Suatu hari ketika Su Moye minum lebih banyak dari biasanya, ia mendesah pada Fengjiu sebaris atau dua baris dan berpendapat bahwa ini adalah misteri yang membingungkan.
Bagaimana mungkin ada dua orang tak saling berhubungan, terhubung bersama dengan satu cara yang jika ia bahagia maka kau pun bahagia, jika ia bersedih, maka kau pun akan sedih. Di titik ini, hati Fengjiu dipenuhi dengan emosi.
Apanya yang sulit dalam memahami soal ini? Fengjiu dan Chen Ye, sebagai contohnya, sampai di titik ini.
Tak peduli bagaimana pun, mereka selalu memiliki koneksi kecil. Jika Chen Ye bahagia, ia tidak akan datang untuk mengganggu Fengjiu, dan ia pun akan sangat senang.
Tetapi jika Chen Ye sedih ia akan datang menyiksa Fengjiu, maka ia pun akan jadi sedih.
Fengjiu mendesah, lalu melihat kembali ke arah kamar Chen Ye yang ramai. Mengingat perkataan murahannya pada si penjaga rumah, Fengjiu merinding dan dengan cepat melarikan diri.
Sekarang berbaring di kamarnya, Fengjiu membalikkan sebuah cangkir teh kecil dalam telapak tangannya.
Fengjiu mengetahui kalau Su Moye punya kecurigaan tentang pembuat dunia ini, tetapi mereka berdua tidak pernah melihat jejak terlihat yang ditinggalkan oleh siapa pun hingga keadaan mabuk Chen Ye malam ini.
Hal yang disebut alkohol ini memanglah tidak ada baiknya.
Jika memang Chen Ye lah yang menciptakan dunia ini, ia pasti menciptakannya agar dapat bersama dengan Aranya lagi. Tetapi jika memang itu masalahnya, mengapa ia bertindak acuh tak acuh pada Fengjiu semenjak ia datang kemari?
Bagian ini tidak masuk akal bagi Fengjiu. Chen Ye bahkan mengatakan hal aneh seperti ia tidak mungkin Aranya, atau bahwa ia hanyalah cangkang dan sebagainya.
Mo Shao pernah berkata, pencipta dunia ini tidaklah begitu kuat. Siapa saja yang jatuh ke dalam tempat ini akan digantikan oleh yang asli, tetapi secara logika, hanya orang-orang itu sendiri yang akan tahu.
Bahkan si pencipta pun seharusnya tidak tahu soal ini. Dengan kata lain, Chen Ye tidak mungkin mengetahui kalau ia sebenarnya Bai Fengjiu, bukannya Aranya.
Tetapi Chen Ye tetap bersikeras Fengjiu hanyalah cangkang. Atau mungkin ... karena Chen Ye menciptakan Aranya yang lain tetapi tidak dapat membodohi dirinya sendiri bahwa ia nyata, karena itulah ia mengatakan kalau Fengjiu hanyalah sebuah cangkang?
Lampu api menimbulkan suara dentur. Seberkas ingatan berkabut mendadak berkilat dalam pikirannya.
Malam setelah Chen Ye menyelamatkannya dari Kurungan Jiuqu, Fengjiu pernah mendengarkan kata-kata ini dalam masa sadar tak sadarnya.
Meskipun Fengjiu tidak dapat mengingat banyak, mereka tampaknya meninggalkan impresi demikian: “Aku akan membangkitkanmu. Aku akan membawamu kembali.”
Saat ini, Fengjiu berpikir mungkin ini memang terdengar sedikit mirip dengan Chen Ye.
Selagi Fengjiu memikirkan ini, ia menyadari kepalanya mulai sakit. Terlebih lagi, seseorang tidak boleh berpikir terlalu banyak di malam hari, kalau tidak akan sulit tidur. Ia meletakkan cangkirnya dan memutuskan untuk memikirkan masalah ini setelah ia bangun tidur saja.
***
Fengjiu tertidur hingga subuh dini hari. Pelayan tuanya sedang menunggu di luar ketika ia terbangun. Ia memberikan Fengjiu semangkuk sup sembari memberitahunya kalau Chen Ye telah tersadar dan sangat terharu ketika ia mendengar putri datang mengunjunginya sendiri kemarin malam.
Andaikata putri pasti merasa terganggu, Chen Ye memerintahkan koki untuk membuatkan sup ini dan meminta si pelayan untuk membawakannya pada Fengjiu. Ia dapat melihat Chen Ye sebenarnya cukup perhatian terhadap sang putri.
Saat si pelayan tua mengutarakan perkataan ini, matanya berkilauan dengan air mata bahagia. Sementara pelayan itu menangis, Fengjiu meminum sup itu dan berpikir ini memang cukup menyegarkan.
Fengjiu memakan separuh mangkuk bubur lagi untuk sarapan, lalu setelah membersihkan diri, merasa mungkin ada masalah serius yang perlu dipikirkannya hari ini. Masalah ini tampaknya berhubungan dengan Chen Ye semalam.
Fengjiu menghabiskan setengah harian untuk berpikir tetapi tidak dapat mengingat apa yang dikatakan oleh Chen Ye, ataupun mengingat apa yang ingin dipikirkannya.
Setelah terdiam beberapa lama, Fengjiu berpikir, karena ia tidak ingat, mungkin saja itu tidak masalah atau ia sedang bingung dan salah mengingat, dan tidak mempedulikannya lagi.
Su Moye dipanggil oleh Xize.
Chacha sedang pergi mengantarkan toffee rubah untuk Xize.
Dan Xize?
Fengjiu bertaruh kalau Xize juga sedang duduk-duduk di sekitaran istana saat ini.
Mungkin mereka bertiga sedang berkumpul di meja kecil untuk menikmati toffee dan teh, bersenang-senang dan bermain.
Fengjiu merasa sedikit muram, dan kesepian di saat bersamaan.
Ia menghabiskan kesuraman dan hari yang sepi ini di dapur untuk membuat lebih banyak toffee rubah.
Fengjiu membuatkan dua untuk dirinya sendiri dan dua untuk setiap pelayannya, menyimpan lima buah untuk Su Moye, dan masih tersisa lima lagi. Setelah berpikir sebentar, Fengjiu mengingat Chen Ye yang telah mengiriminya sup pagi ini dan perlu membalasnya.
Menjadi seseorang yang memahami tata krama pertukaran, Fengjiu membungkus sisa toffee rubahnya ke dalam sebuah kantong kemudian memerintahkan pelayannya untuk membawakan bungkusan itu bersamaan dengan surat kedua kepada Chen Ye.
0 comments:
Posting Komentar