Minggu, 15 November 2020

3L3W TMOPB - Chapter 9 Part 2

Ten Miles of Peach Blossoms

Chapter 9 Part 2


Yuan Zhen terlahir di keluarga kerajaan Song sebagai Song Yuan Zhen. Saat ia berusia dua belas tahun, ia terpilih sebagai pewaris takhta. Ia beruntung dan tidak pernah menginginkan apa pun, tetapi pada usia delapan belas tahun, ia dengan cepat mendekati malapetakanya.

Ibu manusia Yuan Zhen adalah wanita yang aneh. Ia adalah satu-satunya putri dari pengajar Kaisar dan telah dikirim masuk istana saat berusia lima belas tahun untuk menjadi selir terhormat Kaisar, sebuah posisi yang terhormat dan menonjol.

Setelah melahirkan Yuan Zhen, ia memutuskan ia ingin menjadi seorang biarawati, dan tak ada yang mampu dilakukan Kaisar untuk menghalanginya. Dengan enggan, Kaisar mencarikannya sebuah pegunungan terpencil di belakang ibu kota, dibangunlah sebuah kuil Tao untuknya, dimana Kaisar meninggalkannya untuk mengabdikan diri sepenuhnya dengan ilmu keagamaan.

Ketika ia menjadi seorang biarawati, putranya biasanya akan diadopsi oleh Permaisuri dan terus dibesarkan di dalam istana.

Akan tetapi, ibu Yuan Zhen luar biasa keras kepala, dan menyatakan ia lebih baik mati sebelum menyerahkan putranya. Ia membawa Yuan Zhen untuk tinggal di kuil Tao bersama dengannya sampai ia berusia enam belas tahun, setelahnya ia dikirimkan kembali ke istana, ditemani seorang biarwati Tao, tetapi si biarawati ini juga adalah gadis pelayan yang bekerja pada Raja Laut Utara, ayah sebenarnya Yuan Zhen, Sang Ji, yang mengirimkannya turun ke dunia manusia untuk menjaga putranya.

Saat aku turun ke dunia manusia untuk melindungi Yuan Zhen dan menolongnya melewati malapetakanya, aku akan menggantikan guru Taonya ini.

Aku melihat Shao Xin keluar dan setelahnya mulai membuat sebuah rencana.

Awalnya, aku harus pergi ke Raja Kutub Selatan untuk menemui Si Ming Xing Jun dan melihat apakah aku bisa menarik beberapa jaringnya. Aku perlu mencari tahu hari dan jam yang pasti malapetaka yang akan menimpanya dan bagaimana itu akan terjadi.

Malapetaka Yuan Zhen adalah malapetaka manusia. Tidak seperti ujian langit yang harus dilalui para dewa-dewi, yang dalam satu gerakan, harus dilakukan, malapetaka manusia ini bisa dengan mudah dibelokkan.

Aku tidak dekat dengan Raja Kutub Selatan dan tidak pernah bertatap muka dengan Si Ming Xing Jun yang bekerja untuknya. Aku membuat keputusan yang tergesa untuk pergi ke sana, mengetahui bahwa tidak ada jaminan mereka akan mengabulkan permintaanku.

“Si Ming Xing Jun memiliki watak yang aneh, bahkan Tian Jun pun akan sulit meletakkan tangan di atas buku nasibnya untuk melihatnya,” Ye Hua memberitahuku saat ia memilah dokumennya. “Aku rasa kau tidak akan cukup beruntung pergi ke sana tanpa adanya pemberitahuan lebih dulu.”

Aku menatapnya, mengerutkan kening.

Ia menjeda, menyesap tehnya, dan berkata, “Sebenarnya, aku punya sebuah cara, hanya saja ...” Ia memberi ekspresi yang baik dan serius. “Apabila aku membantumu mendapatkan buku nasibnya, kau harus berjanji satu hal padaku,” katanya sembari tersenyum.

Aku mendongak penuh harap.

“Kau harus mengizinkanku menyegel sihirmu ketika kau berada di dunia manusia,” katanya tenang. “Menurutmu apa yang akan kukatakan? Mengubah isi dari buku nasib bertentangan dengan peraturan makhluk abadi. Meskipun Tian Jun menutup sebelah mata, segala sihir yang kau gunakan untuk mengubah nasib, bisa menjadi berbalik membuatmu menderita karenanya.

“Pemahamanmu tentang hal ini mungkin lebih baik dariku. Mendapatkan efek terbalik lebih dari satu atau dua kali sangatlah serius, meskipun dirimu adalah seorang Dewi Agung. Bagaimana jika efek terbalik itu muncul ketika aku akan mewarisi Takhta Langit dan kau akan menjadi Tian Hou?”

Di hari mereka menerima Takhta Langit, Tian Jun dan Tian Hou harus menahan 81 ledakan api dan sembilan ledakan guntur. Hanya setelah inilah mereka diizinkan memimpin Empat Lautan dan Delapan Dataran. Memang selalu beginilah caranya.

Konsekuensi dari efek terbalik dari sihirmu sendiri di saat seperti ini akan jadi sangat parah. Aku mempertimbangkan efeknya, dan menyadari yang dikatakannya masuk akal, aku memberi izin padanya.

Setelah menyetujuinya, sesuatu yang lain muncul padaku.

“Tetapi, kita bahkan belum menikah,” kataku. “Kalau kau akan segera mewarisi Takhta Langit, bagaimanapun juga, aku tidak akan mewarisinya bersamamu. Kita harus menikah sebelum aku bisa menjadi Tian Hou.”

Ia meletakkan cangkir tehnya dan memandangiku, lalu tiba-tiba saja tertawa.

“Apakah kau kecewa padaku karena tidak menyinggung soal pernikahan lebih awal?”

Mendengarnya tertawa seperti itu menyebabkan setetes keringat dingin jatuh dari keningku dan menuruni wajahku. Aku tertawa canggung.

“Bukan begitu. Aku tidak bermaksud seperti itu.”

***

Ye Hua terbiasa menangani ratusan urusan mendesak yang butuh perhatiannya, dan di pagi berikutnya ia mempersembahkan padaku buku nasib milik Si Ming Xing Jun. Setelah ia memberitahuku betapa berharga dan diidamkannya buku ini, hal yang paling kuharapkan adalah salinan tertulis dari buku aslinya, meskipun Si Ming memang berutang pada Ye Hua. Aku tidak membayangkan kalau ia akan membawakanku buku aslinya.

Ye Hua menyerahkan padaku buku itu sembari menghela napas.

Aku membalik ke nasib Yuan Zhen dan menghela napas juga.

Betapa berbelit-belitnya, naik dan turun, campuran nasib ini.

Menurut buku nasibnya, di antara kelahirannya dan ulang tahun kedelapan belasnya, hidup Yuan Zhen sangat damai. Kesialannya mulai di tanggal satu bulan Juni di tahun kedelapan belasnya.

Tanggal satu Juni adalah hari Festival Vedic Dharma, dan Kaisar mengadakan perjalanan ke Sungai Su Yu untuk merayakannya bersama para pejabatnya. Ia memimpin giringan para bangsawan dan selir-selir terhormatnya, termasuk Yuan Zhen juga.

Saat tengah hari, sebuah perahu kecil mengapung dengan anggunnya di tengah Sungai Su Yu dengan seorang wanita cantik di dalamnya, fiturnya yang indah dan halus itu setengah terhalang oleh kipas bundar.

Di tengah adegan sedap dipandang dan menyenangkan ini, seekor burung Peng raksasa mendadak menukik ke bawah dari atas langit, dan mengambil perahu kecil itu dengan cakarnya, menarik dan mencengkeramnya. Perahunya terbalik, dan wanita cantiknya memucat ketakutan saat ia tercebur ke dalam air.

Yuan Zhen tinggal di sebuah kuil Tao seumur hidupnya dan sangat baik hati. Sebagai seorang perenang handal, ia langsung melompat ke dalam sungai mengejar si wanita cantik ini dan menyelamatkannya dari tenggelam.

Mata mereka beradu dalam air yang berkilauan, dan mereka jatuh cinta. Sayangnya, bukan hanya Yuan Zhen yang kehilangan hatinya untuk wanita ini. Kecantikannya menyihir semua orang yang ada di sana, termasuk ayah Yuan Zhen, sang Kaisar, yang juga langsung jatuh cinta padanya. Kaisar membungkus si wanita cantik yang basah kuyup ini dengan sehelai selimut, dan membawanya kembali ke istana bersamanya.

Yuan Zhen merasa sedih dan marah, namun ia berhasil menyembunyikan kesedihannya. Tanggal 10 Juni merupakan Festival Hantu, sebuah waktu ketika para pejabat setempat memohon pengampunan atas segala dosa-dosa mereka.

Malam itu, Yuan Zhen jadi begitu mabuknya sampai ia kehilangan kendali, dan berakhir dengan melakukan hubungan intim dengan si wanita cantik, yang kini adalah selir ayahnya.

Kelakuan tidak senonoh yang tak berhasil diperbuatnya di kehidupan abadinya, dimainkan dengan sukses di kehidupan manusianya.

Meskipun kelakuannya tidak senonoh, Yuan Zhen sebenarnya adalah anak yang sangat berbakti, dan terbangun oleh cahaya dingin siang hari di hari berikutnya, mengingat malam penuh kesenangan yang dilakukan dengan selir ayahnya sendiri, rasa bersalah menghantamnya dengan begitu keras, dan ia pun sakit parah.

Sembilan bulan kemudian, barulah ia bisa meninggalkan ranjangnya. Segera setelah ia bisa terbangun, ia diberitahu kalau si wanita cantik ini sudah melahirkan seorang putra, dan menyadari kalau itu bisa saja putranya, sakitnya kembali dengan kekuatan dua kali lipat.

Si wanita cantik ini berharap untuk memunculkan kembali perselingkuhan mereka, tetapi Yuan Zhen merasakan rasa bersalah mendalam hingga api cinta dalam dadanya berubah dingin. Yuan Zhen tersadar apa yang telah dilakukannya dan mengakhiri hubungan mereka.

Lebih dari satu dekade berlalu. Putra si wanita cantik ini sudah bertumbuh jadi seorang pria. Ketika Kaisar sakit-sakitan dan sekarat, putranya ini datang menemui Yuan Zhen dan menantangnya demi takhta.

Perebutan demi takhta pun terjadi, dan Yuan Zhen, pria yang sangat berbeda dari dirinya dulu, membunuh putra si wanita cantik dengan pedangnya sendiri. Saat si wanita cantik mendengar kabar tentang putranya, ia menggantung dirinya, meninggalkan sebuah catatan memberitahu Yuan Zhen bahwa anak lelaki yang dibunuhnya bukanlah putra Kaisar, melainkan putra Yuan Zhen sendiri.

Yuan Zhen berpikir untuk menggorok lehernya sendiri, tetapi ia merupakan satu-satunya pewaris pria terakhir dari dinasti ini dan tidak punya pilihan lain selain tetap hidup. Ia duduk di atas takhtanya, dadanya dipenuhi dengan kesedihan tak tertahankan. Ia hidup bersama kepedihan ini sampai ia berusia enam puluh tahun dan akhirnya dapat berbaring untuk istirahat selamanya.

***

Si wanita cantik yang jatuh ke dalam danau ini sudah jelas adalah ujian kehidupan manusia Yuan Zhen.

Aku membaca semua halaman di buku itu yang terkait dengan nasib Yuan Zhen sebanyak tujuh atau delapan kali. Semuanya tampak diatur dengan mulus, kecuali penampakan dari burung Peng raksasa itu. Apakah burung Peng benar-benar ada di dunia manusia?

Ye Hua meletakkan dokumen yang telah dibacanya di bawah pemberat kertas dan dengan santai menyesap tehnya.

“Burung Peng raksasa ini dipinjam dari Buddha di Langit Barat.” Ia menjeda, dan menghela napas. “Si Ming kelihatannya benar-benar serius melakukannya untuk anak ini. Paman keduaku, Sang Ji, pastilah punya percekcokan dengannya selama bertahun-tahun.”

Aku mulai gemetaran. Aku tidak pernah membayangkan kalau Si Ming adalah seseorang yang menyimpan dendam. Menciptakan drama sehebat ini tidak membawa prestasi yang berarti. Jika aku menabrakkan jalanku ke tengah-tengahnya, mengubah nasib dari salah satu karakternya dan mengacaukan semuanya, siapa yang bisa menjamin ia tidak akan mulai membenciku juga?

Ye Hua mengambil bukunya kembali, melirikku, dan tersenyum.

“Apa yang kau cemaskan? Ia masih berutang besar padaku.”

Aku memikirkan segalanya dengan hati-hati sebelum pergi dan beralasan kalau cara termudah untuk membantu Yuan Zhen menghindari ujiannya adalah dengan meyakinkan dirinya untuk berpura-pura sakit di tanggal satu Juni dan ketinggalan perjalanan ke Sungai Su Yu. Kalau begitu, tidak ada sihir yang diperlukan, dan jika ada tanda-tanda bahaya, aku bisa saja bersembunyi.

Meskipun jika aku tidak berhasil bersembunyi dan terkena cakarannya, tidak akan separah dengan kerusakan akibat efek terbalik dari sihir. Aku menerima saran Ye Hua dan membiarkannya menyegel semua persediaan sihir abadiku.

***

Aku turun ke dunia manusia, dimana aku bertemu dengan dayangnya yang dikirimkan Sang Ji di sana untuk menjaga Yuan Zhen. Jika aku akan menggantikannya dan menjadi guru Tao kedua Yuan Zhen, hal pertama yang harus kulakukan adalah memenangkan hati ibunya.

Si dayang Laut Utara ini melakukan pekerjaan yang baik dengan melindungi Yuan Zhen dan memastikan keselamatannya sampai di tahap ini. Ibu Yuan Zhen benar-benar mengagumi si guru pertamanya; perkataan serta tindakannya semua luar biasa hormat, memperlakukannya seolah ia memang adalah seseorang dari dunia yang tinggi.

Si dayang ini membawaku untuk menemui ibu Yuan Zhen. Menggerakkan tangannya ke atas dan ke bawah, ia berkata, “Setiap perjamuan pasti akan berkahir, dan hubungan duniawiku dengan Yang Mulia Yuan Zhen akhirnya sampai di ujung jalan. Akan tetapi, aku bukanlah seseorang yang pergi begitu saja. Beruntungnya, seorang teman, Guru Tao yang sudah menjelajahi dunia belum lama ini kebetulan mampir di tanah suci kita dan jadi mencintai tempat ini.

“Aku memintanya untuk menjaga dan melindungi Yang Mulia, menggantikanku. Guru ini telah menghabiskan ratusan tahun menyendiri di kuilnya. Fakta bahwa nasib membawanya keluar dari kuil dan mengizinkannya bertemu Yuan Zhen, memberikan mereka kesempatan untuk menjadi seorang guru dan murid, adalah sebuah kesempatan yang langka bagi Yang Mulia ...”

Datang dengan rekomendasi setinggi itu, ibu Yuan Zhen memelukku sepenuh hatinya dan langsung memanggil Yuan Zhen dan menyuruhnya memanggilku sebagai guru barunya.

Saat makhluk abadi bereinkarnasi menjadi manusia, biasanya mereka mempertahankan sebuah elemen dari sikap abadi mereka. Yuan Zhen pun demikian. Meskipun ia baru berusia delapan belas tahun, ia sudah memiliki sikap elegan dan anggun dari seorang dewa.

Ia membungkuk anggun di hadapanku, dan sebelum kami melakukan upacara penerimaan murid, ia sudah memanggilku Guru. Aku menatapnya dari atas ke bawah dan mengangguk puas.

“Tampaknya kau memiliki fondasi keabadian yang baik. Aku akan dengan senang hati menerimamu sebagai muridku.”

Ibu Yuan Zhen sangat gembira.

Aku menemani Yuan Zhen kembali ke Istana Timur, dimana para kasimnya bertanggung jawab menempatkanku di sebuah kediaman yang tenang. Tiba-tiba saja, aku tersadar kalau aku sudah berhasil menyusupkan diriku masuk dalam sebuah drama besar rancangan Si Ming Xing Jun dari Jiu Chong Tian.

Aku mendengarkan beberapa dayang bergosip di dalam istana Yuan Zhen hari berikutnya. Mereka membicarakan tentang betapa gembiranya sang Kaisar kemarin pagi saat ia mendengar biarawati Tao yang berada di sisi putranya akhirnya pergi.

Saat siang hari ia mengetahui kalau ia digantikan dengan biarawati Tao lainnya, ia jadi marah besar. Ia menghabiskan sepanjang malam dengan suasana hati yang kesal, dan pagi ini ia masih bergolak dan melampiaskannya pada para pejabat yang tak bersalah.

Amarah sang Kaisar dapat dimengerti. Garis keturunannya sangat lemah, dan meskipun bekerja keras untuk memperbaiki ini, Yuan Zhen tetaplah putra satu-satunya.

Ia ingin putranya membantu dalam urusan nasional dan berkontribusi pada kerajaan, tetapi sebaliknya, para biarawati Tao ini tiba silih berganti mengajarinya bagaimana caranya hidup dalam pengasingan.

Kaisar tidak mengatahui bahwa baik guru lama Yuan Zhen atau pun diriku, merekrut Yuan Zhen sebagai murid adalah demi membantunya menempa energi spiritual yang dibutuhkan untuk menjadi seorang dewa; bagaiamana pun juga, Yuan Zhen adalah seorang dewa yang diturunkan, dan tidak memerlukan latihan penempaan spiritual.

Sang Kaisar tidak tahu tujuanku sebenaranya dan tidak dalam keadaan mendesak untuk bertemu denganku. Aku menghabiskan sepanjang minggu di istana bahkan tanpa bertatap muka dengannya.

Yuan Zhen membuat kemajuan yang baik sebagai seorang murid. Tampaknya ia ingin memanfaatkanku dan muncul setiap harinya dengan setumpuk naskah Tao di tangannya dan menempeliku dengan pertanyaan-pertanyaan sulit.

Buku-buku dengan teori mendalam itu membuatku sakit kepala parah, dan setiap kali kami mendiskusikannya, itu menghabiskan tiga tahun dari cadangan penempaan energi spiritualku.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar