Sabtu, 21 November 2020

CTF - Chapter 8

Consort of A Thousand Faces

Chapter 8 : Menendang Pangeran Ini

Su Xi-er merasakan rasa sakit yang tajam di punggungnya sebelum seluruh tubuhnya menjadi lemas. Sebelum ia bisa bangun, tubuh tinggi pria itu sudah menjulang di hadapannya.

Baru saja terlempar ke tanah, Su Xi-er masih berjuang keras mendapatkan kekuatannya, apalagi sanggup menahan berat tubuh seorang pria yang tampaknya akan menekannya. Ia mengangkat kepalanya dan mengerutkan bibirnya, matanya sedingin es.

Daripada menekan tubuhnya, pria itu malah menopang dirinya di atas tanah dengan satu tangan dan menggunakan yang satunya untuk mengangkat dagunya.

"Dengan sifat pemarah sepertimu, suatu keajaiban karena kau masih bisa bertahan hidup di istana ini."

Su Xi-er menyentakkan kepalanya bebas sebelum memelototinya lagi, tangannya yang terkepal erat menggali masuk ke dalam tanah. Meskipun orang ini mabuk, kewaspadaannya masih tetap tinggi. Bagaimana aku bisa kabur?

Saat ia sedang merenung, pria itu melepaskan bajunya dan tampak seakan ia akan langsung melakukannya di tempat itu.

Ekspresi di mata Su Xi-er berubah. Tangannya kebetulan merasakan sebongkah batu dengan tepian yang berbeda. Tidak bisa membuang waktu lagi. Ia segera mengangkat batunya dan menghantamkannya ke kepala pria itu.

Clang! Batunya jatuh ke tanah. Ia cepat-cepat mencengkeram pergelangan tangannya dan dengan paksa memutarnya ke arah luar. Kerchak! Tulangnya terkilir.

Ia hampir saja menangis kesakitan. Tubuh ini lemah, dan tidak mampu menahan rasa sakit seperti ini.

"Wanita yang tidak menginginkan nyawanya, meskipun Pangeran ini mabuk, jangan pernah bermimpi untuk melarikan diri!" Sudut mulut pria itu terangkat dan matanya agak menyipit. Di bawah cahaya bulan, ia kelihatan jahat dan mengerikan.

Angin semilir menggoyang dedaunan pepohonan dan menyebabkan jubah tak terikatnya terbang ke atas, memperlihatkan kulit kencang dan kuatnya. Tidak ada lemak berlebih di pinggang dan perutnya. Diperindah oleh cahaya terang bulan, ia tampak indah hingga menyebabkan orang berhenti bernapas.

Siapa yang menyangka kalau seorang pria dengan penampilan seperti ini sebenarnya adalah orang yang tak berguna?

Napas panasnya cukup dekat untuk terasa di leher Su Xi-er. Segera setelah itu, bibir hangat dan lembap yang membawa aroma kuat dari anggur mendarat di atas bibirnya. Saat bibir itu bergerak maju-mundur di bibirnya, kehangatan dan kelembutannya terasa familer tetapi juga terasa asing.

Dalam sekejap, senyum lembut Yun Ruo Feng menerobos benaknya. Beberapa detik kemudian, ia melihat adegan di malam itu lagi. Obor yang menerangi langit. Panah Penembus Jantung mendesing. Kematian tragis Lü Liu.

Seperti ada sebongkah batu besar di hatinya, menekannya hingga ia tidak mampu menarik napasnya. Api amarahnya yang terakumulasi melonjak dengan hebatnya.

Tepat saat pria itu menundukkan kepalanya lagi untuk menciumnya, ia mendadak membuka mulutnya dan mengigit bibir pria itu dengan ganas. Darah segar mengalir keluar dan mewarnai bibir mereka.

Ia mengernyitkan alisnya dan matanya tampak dalam.

Su Xi-er mengambil kesempatan ini untuk mengangkat tangannya dengan cekatan dan menargetkan sebuah serangan kejam di lehernya. Di bagian belakang leher, titik akupuntur dan tulang belakang terhubung. Selama ia tepat dan memanfaatkan kekuatan yang cukup, ia akan pingsan.

Dengan itu, ia sudah menghabiskan seluruh tenaganya dalam serangan ini.

Ketika ia melihat pria di depannya masih memandanginya, jantungnya berdegup kencang. Aku sering menggunakan gerakan ini untuk menghadapi musuh dan selalu berhasil. Tetapi mengapa dengan pria ini, tidak berhasil lagi?

"Kau ini ... tidak mau nyawamu ..." Suaranya jadi semakin pelan. Pada akhirnya, ia merosot ke depan dengan kepalanya terbaring di ceruk lehernya, tak sadarkan diri.

Su Xi-er mengembuskan napas lega. Ia mendorong kepalanya menjauh dan bangun. Ia harus cepat-cepat mengobati pergelangan tangannya yang terkilir dan mengoleskan obat.

Ia tahu bagaimana caranya memperbaiki patah tulang, tetapi dimana ia bisa menemukan obat itu di Istana Samping?

Ia memungut sapunya dan menggertakkan giginya saat ia dengan paksa memutarkan pergelangan tangannya ke arah dalam. Ditemani dengan rasa yang sakit parah, tulangnya sudah kembali ke posisi awalnya. Ia cepat-cepat berjalan kembali ke Istana Samping setelah ia selesai. Alasan aku bertemu pria itu adalah karena area yang kusapu barusan ini di belakang perbatasan Istana Samping.

Selagi ia sedang merenung, ia melihat Mu Tao berjalan menghampiri.

"Kau meninggalkan Istana Samping barusan ini. Mungkinkah kau pergi keluar untuk bertemu dengan seorang pria?" Nada suara Mu Tao sengit dan ia terus saja mengelus tusuk rambut yang dianugerahkan oleh He Xiang Yu.

"Kau tidak ingat pelajaranmu sebelumnya? Kau masih ingin mencuci pispot malam ini?" Su Xi-er langsung berjalan ke depan dan tidak lagi meladeninya.

Mu Tao tertawa terbahak-bahak. Tangannya kebetulan dengan gesit menangkap pergelangan tangan Su Xi-er yang terkilir yang baru saja ia perbaiki posisinya, menyebabkan pergelangan tangannya berdenyut sakit.

Sebelum Mu Tao dapat bicara, Su Xi-er langsung menginjakkan tumitnya di atas kaki Mu Tao tanpa berpikir dua kali, menyebabkan yang diinjak pun menjerit kesakitan.

Su Xi-er memberengut. "Jika kau berteriak lagi, kau akan menarik Dayang Senior Zhao kemari. Saat itu, yang sial adalah dirimu sendiri."

"Omong kosong! Jelas-jelas kau yang meninggalkan Istana Samping. Kenapa aku yang akan dihukum?"

"Kalau kau tidak mempercayaiku, silakan teriak saja." Su Xi-er menaikkan alisnya, nada suaranya mengancam.

Mu Tao ketakutan sampai terdiam. Ia hanya bisa menggertakkan giginya saat Su Xi-er menghilang di kejauhan. Hmph! Tunggu dan lihat saja! Kau diam-diam pergi dengan berpura-pura menyapu Istana Samping. Akan kupastikan kau akan menanggung akibatnya!

Ketika ia teringat akan menggosok pispot, Su Xi-er menghela napas. Dayang Senior Zhao adalah orang yang bertanggung jawab di Istana Samping. Aku belum bisa mengecewakannya. Kurasa, aku harus sengaja membuat mata kakiku terkilir dan memintanya memberikanku obat.

Dengan hal itu dalam pikirannya, Su Xi-er segera berjalan ke arah dimana ia mencuci pispot. Ia baru saja mulai ketika ia menyadari rerumputan yang tak begitu jauh letakknya.

Ia memandanginya dan merasa senang. Itu adalah tanaman obatnya! Sesungguhnya, itu paling cocok untuk jatuh dan terkilir!

Su Xi-er segera mencabutinya. Ia menggunakan jarinya untuk mematahkannya dan mengoleskannya di pergelangan tangannya. Olesan menyegarkan itu menyebar di sekitar pergelangan tangannya dan terasa sangat nyaman.

Dengan tanaman obat ini, aku bisa sembuh paling lama dalam lima hari. Aku tidak menyangka akan bertemu dengan tanaman obat sehebat ini di sini!

Tugasnya mencuci pispot menghabiskan sepanjang malamnya. Di saat ia selesai meletakkan pispot di kabin kayu Istana Samping, sudah waktunya untuk sarapan.

"Ia benar-benar cocok untuk mencuci pispot. Ia sungguh bisa berhasil tepat waktu untuk sarapan." Dayang lain memandangnya menghina, hingga mengitarinya saat mereka membawa mangkuk mereka.

"Ia benar-benar bau. Ayo, jauh-jauh darinya." Setelah dayang lain melihat Su Xi-er, ia juga segera membawa mangkuknya ke meja lain.

Dalam sekejap, tidak ada seorang pun di meja itu. Su Xi-er tertawa diam-diam. Aku mendapatkan seluruh mejanya.

Sarapan sangat sederhana. Terdiri dari semangkuk bubur beras putih, satu roti kukus, dan sepiring kecil lobak kering.

Roti kukus atau mantou.

Tumisan lobak kering.

Di kehidupan lalunya, perang menelurkan kerusuhan sipil dan serangan asing memaksanya kelaparan selama setengah bulan. Dibandingkan itu, kesulitan di Istana Samping tidak berarti banyak.

Saat ia sedang makan, seorang dayang berlari terengah-engah dan berpura-pura misterius.

"Tebak. Kabar apa yang kudengar?"

Banyak dayang menatapnya berturut-turut, kebingungan tertulis di wajah mereka.

"Karena kalian semua bersemangat untuk mengetahuinya, akan kuberitahu. He Xiang Yu dipanggil ke Istana Kedamaian Penuh Kasih. Ia membuat Ibu Suri geram, dan dihukum dengan dua puluh kali pukulan dengan papan!" Saat ia mengabarkan berita ini pada mereka, ia menggesturkan angka dua puluh dengan tangannya.

"He Xiang Yu adalah selir kesayangan Pangeran Hao. Dengan hukuman seperti ini, bahkan walaupun ia tidak mati, paling tidak ia bisa jadi lumpuh. Apa yang dikatakan Pangeran Hao?"

Dayang itu mengangkat bahunya. "Memangnya kenapa kalau ia adalah selir kesayangan. Ia bahkan bukanlah Wang Fei Pangeran Hao. Keberadaan Pangeran Hao saja tidak diketahui sampai sekarang!"

(T/N: Wang Fei : istri resmi seorang pangeran. Atau kalau dibandingin mah, sekarang istri pertama, istri paling tua.)

Ekspresi Su Xi-er tidak berubah dan melanjutkan makannya. Seorang selir pada akhirnya hanyalah seorang selir. Ia tidak akan bisa memanjat naik ke langit. Mungkin memang ada hubungan yang tidak pantas, hubungan jubah-dan-belati di antara Ibu Suri dan Pangeran Hao. Karena He Xiang Yu sedang dalam sorotan sekarang, mengapa Ibu Suri tidak menjadikannya sebagai target serangan pertamanya?

Begitu ia memprovokasi Ibu Suri, meskipun Pangeran Hao mendukungnya, tetap akan sangat berbahaya bagi He Xiang Yu, belum lagi karena Pangeran Hao tidak menganggapnya serius sama sekali.

"Hei, Su Xi-er, apakah kau senang sekarang? Saudari dekatmu tertimpa musibah semacam ini." Dayang itu mendadak mengalihkan topik percakapannya pada Su Xi-er.

Su Xi-er tidak mendongak maupun merespon. Ia hanya terus menyantap sarapannya diam-diam.

"Jangan bertanya lagi padanya. Sudah pasti ia senang. Akan tetapi, walaupun He Xiang Yu jatuh, paling tidak, ia pernah mencicipi kejayaan satu kali. Setidaknya, ia pernah melayani Pangeran Hao dan berada di atas ranjang pria tampan nomor satu di Bei Min. Ia bahkan bisa mengenangnya sebelum ia mati."

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar