Minggu, 29 November 2020

CTF - Chapter 21

Consort of A Thousand Faces

Chapter 21 : Lancang

"Nona Qing, hamba memahami statusku. Aku tidak akan mencoba menjalin koneksi dengan pria berkuasa untuk meningkatkan status sosialku." Su Xi-er menyatakan perlahan.

Apa yang dikatakannya adalah benar. Selalu mencari koneksi untuk memanjati tangga sosial hanya akan menambah kegelisahan seseorang. Hanya dengan bergantung pada diri sendirilah, baru aku bisa menggenggam segalanya di tanganku. Itu adalah yang paling aman.

"Tampaknya kau cukup bijaksana. Selama kau bisa mencapai ini, aku tidak akan mempersulit dirimu. Kau tidak perlu tinggal di sini lagi. Kembalilah ke kamarmu untuk beristirahat." Nona Qing mendengus. Setelahnya, ia berjalan menuju ke lemari di dalam ruangan.

Su Xi-er melihat kalau ia membuka pintu lemarinya dan mulai mencari sesuatu, persis seperti Situ Li.

Apakah ia sedang mencari kain sutra tenunnya? Hanya ada satu daun dan kata 'Yun' tersulam di atasnya.

"Cepatlah kembali. Untuk apa kau melihatku!" Nona Qing menatap lurus ke arahnya, tatapannya dipenuhi dengan penghinaan.

"Nona Qing, silakan Anda mencarinya. Hamba akan kembali sekarang." Su Xi-er cepat-cepat bersiap keluar dari ruangan.

Ia baru saja mengambil beberapa langkah ketika ia mendengarkan teriakan dari belakang. "Siapa bilang aku sedang mencari sesuatu? Perhatikan apa yang keluar dari mulutmu. Kalau tidak, aku akan membuatmu menerima akibatnya!"

Su Xi-er berbalik dan agak tersenyum. "Jadi, Anda sebenarnya tidak sedang mencari sesuatu. Tampaknya, Anda cukup menyukai tempat ini, Nona Qing. Bagaimana kalau Anda beristirahat di sini?" Ia segera berjalan menjauh setelahnya, tak lagi memperhatikan Nona Qing.

Nona Qing mewakili Pangeran Hao. Benda yang dicarinya kemungkinan adalah kain sutra tenun itu, dan Situ Li pun mencarinya.

Sehelai kain sutra tenun ini sudah pasti tidak sesederhana kelihatannya di permukaan. Sekarang, karena benda ini berada di tanganku, aku harus menyimpannya baik-baik. Mungkin saja bisa berguna di masa yang akan datang.

Di perjalanannya kembali ke kamarnya, Su Xi-er melihat beberapa dayang dari Istana Samping memberikannya ekspresi ketakutan saat mereka melihatnya.

"Ya Tuhan! Ia benar-benar punya keberuntungan besar karena bertahan hidup. Pergi ke rumah kayu di sudut barat laut, tetapi kembali dalam keadaan baik-baik saja."

"Tepat sekali. Dayang lainnya yang pergi ke sana semuanya mati tanpa pengecualian. Ini sangat tidak bisa dibayangkan!"

Dalam ketakjuban mereka, para dayang memperhatikan Su Xi-er berjalan menjauh. Setiap dayang merasa bahwa Istana Samping mulai berbeda. Mungkin, kejadian besar akan terjadi di masa yang akan datang.

Saat ia baru saja akan sampai di kamarnya, Su Xi-er melihat Dayang Senior Zhao. Dengan semua dayang yang berada di sekeliling mereka pada siang hari, Su Xi-er tetap harus bersandiwara. Oleh karenanya, ia membungkuk hormat. "Dayang Senior Zhao."

Dayang Senior Zhao mendengus dingin dan memelankan suaranya, "Jangan berpura-pura di hadapanku setelah terlihat sangat kejam selagi melontarkan ancaman! Kau bukan lagi seekor domba penurut di mataku. Sekarang ini, aku tidak berani menyuruh-nyuruhmu lagi."

"Hamba hanyalah seseorang yang menggosok pispot," Su Xi-er menjawab acuh tak acuh.

Aura dingin mengisi mata Dayang Senior Zhao. Tanpa mengatakan apa pun lagi, ia melambaikan lengannya dan pergi.

Memperhatikan sosok Dayang Senior Zhao yang pergi, menghilang di kejauhan, ekspresi di mata Su Xi-er sedikit berubah. Aku harus menyingkirkannya secepat mungkin.

Hong Li berdiri jauh dari mereka. Setelah ia melihat Dayang Senior Zhao pergi, ia cepat-cepat berjalan ke samping Su Xi-er dan menepuknya. Ia memelankan suaranya, "Su Xi-er, Dayang Senior Zhao mulai mengucilkanku. Ia tidak mengizinkanku melayaninya dalam hal makanan serta kebutuhan sehari-harinya, sebaliknya, menyuruhku untuk mengawasimu."

"Maka, kau harus mengawasiku dengan benar. Bantu aku, sampaikan beberapa kata padanya." Setelahnya, ia berjalan masuk ke dalam kamar.

Hong Li segera mengikutinya. Ia benar-benar berada di pihak Su Xi-er sekarang. Entah apakah aku bisa meninggalkan Istana Samping, aku akan mempertaruhkannya semua pada orang ini.

Keduanya baru saja tiba di depan pintu masuk kamar ketika Su Xi-er langsung merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Ada seseorang di dalam!

Hong Li tidak merasakan ada yang salah, dan keheranan mengapa Su Xi-er tidak membuka pintunya.

"Hong Li, aku ingin beristirahat dengan baik. Aku masih harus mencuci semua pispot malam ini." Su Xi-er berpura-pura sangat kelelahan, menyebabkan Hong Li langsung cemas.

"Kau tidak boleh tumbang. Kita berada di perahu yang sama sekarang."

"Aku tahu. Kembalilah dulu."

Hong Li mengangguk dan berbalik pergi.

Su Xi-er melihat kalau abu putih di depan pintu kamarnya sudah terinjak. Meskipun ia tidak memiliki seluruh kamar untuk dirinya sendiri, ketiga dayang lainnya kebanyakan tinggal di dalam kamar pada malam hari. Ia, di lain pihak, harus menggosok pispotnya di malam hari, menghasilkan jam tidurnya berbeda dari mereka semua.

Ada peraturan di Istana Samping. Selama jam kerja, semua dayang tidak boleh kembali ke kamar mereka untuk beristirahat kecuali ada keadaan tertentu.

Oleh karenanya, ia selalu menyebarkan abu putih di depan pintu kamarnya jika ia keluar di siang hari. Karena abunya terinjak oleh seseorang, seseorang pastilah masuk ke dalam.

Terlebih lagi, jejak kakinya sangat besar. Orang yang masuk ke dalam pastilah seorang pria!

Semua orang di Istana Samping adalah wanita. Darimana datangnya pria ini?!

Su Xi-er membuka pintunya dengan hati-hati. 

Krek

Pintu kamarnya terbuka.

Segera, ia terpaksa berbalik demi menghindari mutiara putih yang melayang tepat ke arah keningnya.

Mutiaranya mendarat di atas lantai, berkilauan dengan kemilau menyilaukan di bawah cahaya matahari. Hanya dengan penampilannya saja, Su Xi-er bisa tahu kalau proyektil yang menyerangnya itu bernilai besar.

"Kalau kau menyukainya, aku akan menganugerahkan mutiaranya padamu." Suara dalam dan rendah seorang pria terdengar, suaranya yang sombong, penuh penindasan.

Hati Su Xi-er mengigil. Orang yang ada di kamarku adalah Pangeran Hao!

Ia membungkuk untuk memungut mutiaranya dan menutup pintu kamarnya. "Hamba tidak dapat menerimanya. Terima kasih banyak atas niat baik Anda, Pangeran Hao."

Pei Qian Hao mengangkat sudut bibirnya. "Kau mempertaruhkan nyawamu untuk menukarnya, jadi itu milikmu."

Kalau ia tidak berhasil mengelaknya barusan ini, mutiara ini akan mengenai tepat di tengah-tengah keningnya. Dengan seberapa kuatnya tenaga yang digunakannya untuk melemparkan mutiara ini, mungkin saja bisa meretakkan tengkoraknya.

"Pangeran Hao, apakah hamba melakukan suatu kesalahan? Mengapa Anda ingin membunuh hamba?" Su Xi-er mengangkat kepalanya untuk menatapnya. Selagi etikanya sempurna, suaranya mengandung keprihatinan dan keengganan.

"Apakah Pangeran ini butuh sebuah alasan ketika melakukan sesuatu?" Pei Qian Hao meliriknya. Tatapannya mulai berkeliaran di sekitar interior ruangan.

"Kamar kecil, biasa, dan sederhana ini terlalu sempit untuk empat dayang di dalamnya. Masih bisa diterima jika kau tinggal sendirian di dalamnya," ia mulai bergumam pada dirinya sendiri. Perkataannya membuat Su Xi-er jadi sangat kebingungan.

Mengapa hal itu membuatnya peduli, tentang dimana aku tinggal? Ia bahkan menggunakan mutiara untuk merenggut nyawaku barusan ini.

"Mutiara ini dibawa dari Kerajaan Xi Liu. Jual saja itu dan kau tidak perlu lagi mencemaskan tentang uang untuk seumur hidupmu." Setelah Pei Qian Hao memeriksa seluruh ruangan, tatapannya jatuh ke atas mutiara yang diletakkannya di atas meja.

"Hamba adalah seorang dayang yang menggosok pispot, dan tidak akan ada gunanya memiliki mutiara seberharga ini. Pangeran Hao, di Istana Kecantikan Anda, ada begitu banyak selir ..." Pei Qian Hao menyelanya.

"Kau ingin Pangeran ini menganugerahkannya pada mereka?" Pei Qian Hao tersenyum mencemooh. "Mereka semua adalah wanita-wanita rendahan. Mereka tidak pantas menerimanya."

Jantung Su Xi-er berdebar kencang selama sesaat. Wanita-wanita itu tidak pantas, tetapi atas dasar apakah aku pantas mendapatkannya?

"Apa hubunganmu dengan Pangeran Kekaisaran Ketiga?" Pei Qian Hao berjalan mendekatinya. Tangannya mencubiti dagunya dan mengangkatnya.

Ketika ia melihat Su Xi-er dalam jarak dekat begini, ia tidak punya pilihan selain mengakui kalau Su Xi-er sangat cantik. Dengan begitu banyaknya wanita cantik tak tertandingi yang pernah dilihatnya, ia sudah lama mengembangkan resistensi terhadap daya pikat semacam ini. Namun, Su Xi-er masih membuat matanya berbinar.

Ia tidak tahu bagaimana mendeskripsikan sepasang mata itu. Su Xi-er tidak tua, tetapi sepasang matanya membuatnya merasa kalau ia sudah mengalami banyak hal.

"Hamba selalu berada di Istana Samping dan tidak pernah meninggalkannya. Bagaimana mungkin aku mengenal Pangeran Kekaisaran Ketiga?"

"Kalau begitu, kenapa ia memihakmu dan melindungimu? Ia bukanlah seseorang yang menyukai wanita cantik."

Su Xi-er benar-benar ingin menjawabnya dengan, "Apakah menurutmu semua orang sepertimu? Membawa wanita-wanita cantik masuk ke dalam Istana Kecantikan kapan pun kau bertemu salah satunya?"

Namun, ia tidak akan mengucapkan itu secara lantang. Menantang Pangeran Hao secara langsung sekarang ini sama saja dengan mencari mati.

"Hamba tidak berani membuat dugaan mengenai pikiran Pangeran Kekaisaran. Pangeran Hao, Anda bisa langsung pergi dan menanyakannya pada Pangeran Kekaisaran Ketiga."

Mata Pei Qian Hao menjadi tenang dan dalam layaknya kolam yang tak berdasar, juga dipenuhi bahaya.

"Lancang!" Ia mencubiti dagunya dengan kuat dan memaksa Su Xi-er hingga ke sisi meja. Tanpa sengaja, ia meletakkan mutiara itu ke dalam alur kecil yang berlekuk di dinding.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar