Sabtu, 21 November 2020

CTF - Chapter 12

Consort of A Thousand Faces

Chapter 12 : Serahkan

Panah Penembus Jantung. Aku tidak menyangka, orang selain Yun Ruo Feng akan mengetahui gerakan ini. Ia belum lama terlahir kembali, sebelum diingatkan lagi akan kekuatan luar biasa dan tak berperasaan dari Panah Penembus Jantung.

Suara Pei Qian Hao dingin dan kuat. "Karena kau sudah ada di sini, kenapa tidak menunjukkan dirimu? Ia hanya seorang dayang dari Istana Samping, tetapi ia sampai membuatmu mengeluarkan Panah Penembus Jantung?"

Su Xi-er mengepalkan tangannya selama beberapa saat sebelum menenangkan diri. Jika Mu Tao tidak mengucapkan kalimat itu, apakah ia masih hidup? Ini berarti, orang itu sebenarnya ingin membunuh dayang yang berada di hutan sebelah Istana Samping dan terkait dengan Pangeran Hao!

Mu Tao menjadi kambing hitamnya ...

"Su Xi-er, apa kau masih baik-baik saja?" Ketika ia melihat keningnya dibasahi oleh keringat dingin, Pei Qian Hao mengerutkan alisnya.

"Siapa yang membunuh Mu Tao?" Suara Su Xi-er benar-benar bergetar saat ini. Kali ini, ia tidak berpura-pura.

"Aku tidak tahu."

Su Xi-er kaget. "Mu Tao mati karena kalimat itu."

"Su Xi-er ..." Pei Qian Hao mendadak menurunkan volume suaranya. Kemudian, ia melanjutkan, "Apakah orang yang ada di hutan adalah dirimu?"

"Hamba hanya ingin menjalani seumur hidup hamba dengan aman dan selamat. Aku tidak akan terlalu banyak memikirkan hal lainnya. Selain itu, dengan figur seperti hamba, sudah pasti tidak akan sanggup menyerang Anda." Su Xi-er menundukkan kepalanya dan tampak merasa sangat diperlakukan tidak adil.

"Benarkah?" Pei Qian Hao menaikkan intonasinya saat ia menjawab, wajahnya penuh pertanyaan.

Su Xi-er menggertakkan giginya. Kalau aku mengakuinya, orang yang bersembunyi di kegelapan akan membunuhku dengan sebuah panah.

Masih ada begitu banyak hal yang belum kucapai. Aku tidak tahu bagaimana keadaan Istana Kekaisaran Nan Zhao juga Lian Chen sekarang. Aku tidak boleh mati!

"Pangeran Hao, hamba hanya ingin terus hidup dengan hidupku ini." Ia menengadahkan kepalanya. Pinggiran matanya penuh dengan air mata, ia tampak sangat menyedihkan.

Penampilan ini mampu menarik hati sanubari pria mana pun.

"Sesorang akan mengirimkan makan malam untukmu nanti." Pei Qian Hao mengirimnya masuk ke dalam kamar.

Sementara untuk orang yang bersembunyi di kegelapan, sudah pasti ia akan mengurusnya.

Su Xi-er duduk saat pintu kamarnya tertutup, kesunyian yang memekakkan telinga sebagai satu-satunya latar dalam pikirannya. Meskipun intuisinya mengatakan bahwa ia sudah berada dalam masalah besar, ia bahkan tidak mengetahui siapa yang menyerangnya.

Terhenti di sini, ia tidak bisa menahan diri selain menjadi kesal. Jika aku tidak berjalan ke tempat yang salah semalam, aku tidak akan tanpa sengaja bertemu Pangeran Hao, dan aku tidak akan terkena banyak masalah merepotkan sekarang.

Sialan Pangeran Hao, kenapa kau pergi ke hutan di sebelah Istana Samping tanpa alasan!

Kerchak! Pintunya terbuka dan seorang dayang masuk membawakan makan malam. Matanya dipenuhi kebencian saat ia bergumam tanpa henti, "Masih menyuruhku untuk melayani seseorang yang sudah mau mati."

Su Xi-er memperhatikan dayang itu meletakkan makan malamnya dan sengaja bertanya, "Siapa yang akan mati?"

Dayang itu mendengus dingin. "Tentu saja kau. Dayang lainnya yang datang bersamamu baru saja dibuang mayatnya. Kau pun akan segera mengikutinya. Orang-orang yang datang kemari tidak berumur panjang."

"Bisakah kau memberitahuku, tempat apa ini?" Istana ini sangat dekat dengan Istana Dingin. Meskipun sekarang ini bobrok, ia bisa menduga dari desain interiornya kalau pemilik sebelumnya pastilah memiliki status tertentu.

"Setelah Permaisuri terdahulu dimakzulkan, ia tinggal di sini. Setelah itu ..." Suara dayang itu tanpa sadar menjadi ketakutan. "Ia bunuh diri dengan menggantung dirinya dari sebatang tiang langit-langit. Saat langit menjadi gelap, kau mungkin bahkan bisa melihat hantu Permaisuri terdahulu." Dayang itu tertawa kering sebelum ia berbalik dan pergi.

Tempat di mana Permaisuri terdahulu, istri pertama Kaisar Shin Min, tinggal setelah dimakzulkan ... mengurungnya di sini benar-benar "sangat lancang". Mungkin jika aku mengutarakannya dengan cara lain, Pangeran Hao-lah yang memiliki kekuasaan luar biasa.

Ia memilah-milah pikirannya dan menuliskan dua kata di atas meja dengan jarinya—'Pei' dan 'Xie'.

Saat ini, Bei Min dikendalikan baik oleh Keluarga Pei dan Keluarga Xie. Kepala Keluarga Pei adalah Pangeran Hao dan Ibu Suri, sementara Commandery Prince Xie adalah perwakilan Keluarga Xie.

Berapa banyak pangeran kekaisaran yang ada di Bei Min? Jangan bilang padaku kalau pangeran-pangeran kekaisaran ini mengabaikan saja ketika kekuasaan kekaisaran dirampas?

Alis Su Xi-er bertautan. Tangannya perlahan-lahan mengetuk bagian atas meja.

"Sebenarnya, kau adalah seorang gadis yang cantik. Sayang sekali karena kau akan segera mati." Suara dalam, rendah, dan seram seorang pria tiba-tiba saja terdengar.

Su Xi-er berhenti mengetuk mejanya saat matanya menyipit. Ia tidak mendengarkan satu pun suara, ataupun melihat orangnya.

"Temanmu baru saja mati, dan segera, kau yang berikutnya. Karena aku merasa kau cantik, aku akan mengizinkanmu untuk memilih cara matinya." Tepat setelah kata-kata ini diutarakan, seorang pria yang sepenuhnya dikaburkan oleh penutup kepala dan jubah hitam pun memasuki ruangan.

Su Xi-er berdiri dan menjawab tenang, "Kau akan menyetujui apa pun cara kematian yang kupilih? Apakah kau sungguh-sungguh dengan ucapanmu?"

"Tentu saja."

"Baiklah, kalau begitu. Aku memilih untuk mati karena usia tua."

Pria berjubah hitam itu tercengang selama beberapa waktu. Setelahnya, ia tertawa terbahak-bahak. "Kau ... wanita ini. Bukan hanya kau cantik, tetapi kau juga menarik. Aku selalu sungguh-sungguh dengan apa yang kukatakan, tetapi kau tidak bisa menyalahkanku karena kau tidak memainkan kartumu dengan cara biasa dan membuat sebuah pilihan yang benar."

Ia mengangkat tangannya dan sebuah serpihan kayu bakar yang tajam diarahkan ke hatinya.

Su Xi-er mengelak lincah. "Kau bisa menggunakan Panah Penembus Jantung."

"Cantik, kau memang berpengalaman dan berpengetahuan. Teknik panahanku bahkan jauh lebih hebat daripada Yun Ruo Feng dari Nan Zhao."

Akan tetapi, perempuan ini benar-benar mengelak darinya!

"Kau ingin membunuhku, sudah pasti karena ada seseorang yang menyuruhmu. Siapa? Aku tidak ingin mati tanpa mengetahui alasan jelasnya."

Ia mengatakan ini sepenuhnya dengan tujuan untuk mengulur waktu. Aku harus tetap hidup!

"Kau merusak pemandangan. Alasan ini cukup." Pria itu lalu berteriak dan menerkamnya dengan tangan yang mengarah untuk mencengkeram lehernya dengan kuat dalam satu gerakan.

Su Xi-er beruntung karena berhasil merasakan sebuah tusuk rambut di laci dari meja panjang tersebut, dan baru saja akan menggunakan senjata pembunuhnya saat ia mendengar jeritan pedih pria itu.

Ketika ia menatapnya lagi, ia melihat pundak pria itu terluka, pria lainnya, mengenakan jubah putih berdiri di belakangnya.

Pria itu berdiri di bawah sinar bulan dengan rambutnya yang dibiarkan terurai. Rambutnya yang tak terikat sikapnya yang tenang menyatu, memberinya aura seorang bangsawan.

"Hehe, jadi kau." Suara pria yang berpakaian hitam itu dalam dan rendah. Ia melirik Su Xi-er sesaat sebelum segera menghilang, dalamnya kemampuan pria itu masih tidak diketahui.

Selagi Su Xi-er memandangi pria yang berjalan ke arahnya, ekspresinya agak termangu. Auranya sangat mirip dengan Yun Ruo Feng.

Hanya saja, pria ini tidak segagah Yun Ruo Feng.

"Serahkan." Pria yang berdiri di hadapannya berkata acuh tak acuh.

Serahkan? Kebingungan tertulis di wajah Su Xi-er.

"Tusuk rambut yang ada di tanganmu."

"Ini milikmu?" Tepat setelah ia mengajukan pertanyaan itu, Su Xi-er menyadari kalau ia sudah mengatakan sesuatu yang salah.

Ini adalah tempat dimana Permaisuri terdahulu tinggal. Menemukan tusuk rambut ini di laci, bagaimana bisa benda ini milik orang ini? Apakah ia mempunyai hubungan dengan Permaisuri terdahulu?

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar