Sabtu, 07 November 2020

3L3W TPB 2 - Chapter 11 Part 1

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 2

Chapter 11 Part 1

Fengjiu pergi tidur lebih awal dan berpakaian lengkap ketika malam turun. Ia punya firasat kalau Chen Ye mungkin akan menyiksa dirinya sendiri lagi malam ini, dan karena itulah ia menunggu si pelayan tua kembali membawa berita dengan cemas.

Setelah menunggu selama setengah jam dan tidak melihat wajah ataupun mendengarkan suara si pelayan tua, kecemasan Fengjiu jadi meningkat dan langsung beranjak dari ranjangnya untuk mengenakan alas kakinya dengan tujuan diam-diam menyelinap ke Kediaman Mengchun untuk mengintip.

Fengjiu menghela napas pada dirinya sendiri bahwa ia terlalu berdedikasi. Bahkan Aranya saja mungkin tidak akan secemas ini saat itu selayak dirinya sekarang.

Selagi menghela napas, Fengjiu mendadak mendengarkan kicauan burung melayang masuk dari luar jendela. Rumahnya tidak memelihara burung, jadi betapa tidak biasanya mendengarkan burung bernyanyi di sini.

Fengjiu mendorong pintunya dan melirik keluar. Ia tidak menyangka ia akan pernah dibuat setercengang ini.

Karena Aranya selalu menyukai sesuatu yang alami, setiap pemandangan dan objek yang terdapat di dalam kediaman itu sederhana dan simpel. Bahkan halaman ini tampak biasa saja.

Tempat paling spesial mungkin adalah sebuah pohon tua biasa yang terletak di tengah halaman dengan akar memanjat saling terjalin. Ketika matahari meninggi, itu merupakan sebuah tempat paling ideal untuk menikmati angin sepoi-sepoi.

Tetapi saat ini, ketika rembulan yang terang menyinari di atas langit, Fengjiu melihat banyak rangkaian bunga bundar sambung-menyambung menjadikannya lautan Fuling mengambang.

Burung-burung bercahaya, jenis yang tidak dikenali Fengjiu berterbangan keluar-masuk dalam lautan bunga di tengah angin. Di atas tanah terdapat karpet dari bunga seputih salju. Melayang sedikit di atas karpet ini adalah kaktus yang mekar malam hari berwarna sedikit kebiruan. Mereka terlihat seperti lentera kecil yang melayang di udara.

Si dewa berjubah ungu berdiri malas di bawah pohon berbunga. Di dalam mulutnya terdapat separuh dari toffee rubah. Kepalanya tertunduk selagi ia mengotak-atik sebuah rangkaian bunga di tangannya.

Ketika ia menyadari Fengjiu sedang membuka pintu, Xize menatapnya sesaat kemudian mengangkat rangkaian bunga bundar itu ke arah Fengjiu dan berkata, “Kemarilah.”

Fengjiu tidak bergerak selama beberapa waktu. Beberapa ekor burung dengan pandainya mengambil rangkaian bunga dari tangan Xize kemudian terbang dan meletakkanya di atas kepala Fengjiu.

Rangkaian bunga itu merupakan lingkaran dari ranting zen dihiasi dengan bunga-bunga kecil berwarna putih dan biru. Tampak benar-benar cocok di kepala Fengjiu.

Fengjiu tetap bersandar di pintu, membeku. Begitu banyak pikiran melintas ke dalam benaknya. Salah satunya adalah apa yang sering dibanggakan oleh Zheyan dan itu adalah Sepuluh Mil Kebun Persiknya; sekarang tampaknya selain menghasilkan sepuluh mil buah persik, kebun persik Zheyan jadi kalah indah dibandingkan dengan lautan bunga ini.

Pikiran lainnya adalah bahwa Istana Qinan letaknya cukup jauh, tetapi Xize sedang berada di halaman kediamannya saat ini, berarti ia kembali kemari terburu-buru. Haruskah Fengjiu mengundangnya masuk ke dalam untuk meminum secangkir teh hangat?

Pikiran lainnya adalah, bahwa menurut sejarah, para dewa kuno membuatkan rangkaian bunga untuk kekasih mereka sebagai sebuah tanda cinta. Xize bahkan berbuat sejauh ini hingga mengirimkannya seuntai rangkaian bunga sebagai ganti toffee rubah dari Fengjiu, menunjukkan bahwa entah Xize yang terlalu sungkan ataukah ia tidak pernah membaca buku sejarah ...

Di dalam kicauan burung, selagi benak Fengjiu bekerja keras dipenuhi dengan berbagai macam pikiran, Xize tetap berdiri malas-malasan di bawah pohon yang berbunga. 

“Kemarilah, aku akan membawamu ke Festival Gadis.”

Kata-kata itu melayang masuk dan tampaknya membawa sebuah kekuatan tak terlihat bersama mereka.

Ketika Fengjiu mendatangi Xize, gaunnya menyapu karpet dari bunga itu dan memberikan efek berkilauan selagi bunga-bunga itu berterbangan di sekitar mata kakinya.

Fengjiu berjalan kesana-kemari dan menendangi lebih banyak kelopak bunga, menerangi bahkan lebih banyak bintik-bintik cahaya. Kawanan burung yang berada di tempat itu pun mengepak dengan gembira.

Fengjiu menendang dengan riang dan berkata pada Xize dengan gembira, “Jarang sekali kau membuat tempat ini jadi begitu indah, ayo tetap berada di sini untuk bermain sebentar. Bisakah kita tidak pergi ...”

Sebelum Fengjiu dapat menyelesaikannya, pinggangnya telah tertangkap. Kata ‘keluar’ baru saja akan mendarat ketika keduanya tampak telah berdiri di dalam pasar malam Ibu kota.

Di angkasa terdapat bintang-bintang berkilauan, di atas tanah terdapat lentera bercahaya. Fuling dan bunga-bunga kaktus bergantung di udara selagi di bawahnya terdapat seruan suara.

Fengjiu memperhatikan kelopak bunga yang bertebaran di angkasa dalam kekagumannya. 

“Apakah kau ... menyelimuti seluruh Ibu kota dengan ilusi ini?”

Tepat saat itu, dua gadis muda keluar untuk berjalan-jalan melewati mereka dan meninggalkan perkataannya, “Aku bertaruh, pasti ada dewa yang sedang dalam suasana hati yang baik malam ini. Ia pasti menciptakan ilusi cantik ini selama Festival Gadis untuk menyenangkan hati kekasihnya. Tepat waktu sekali kita dapat menyaksikannya. Dewa itu begitu memanjakannya, kekasihnya pastilah seorang gadis yang beruntung ...”

Si Fengjiu yang beruntung sedang membungkuk untuk mengejar Xize memasuki pasar malam. Ia tidak dapat benar-benar menangkap apa yang dibicarakan oleh para gadis muda barusan.

Namun, dalam pengejarannya, Fengjiu tidak lupa mengatakan, “Bahkan meskipun tidak membutuhkan sihir yang kuat untuk menciptakan ilusi ini, pasti melelahkan untuk menggunakannya di sepanjang jarak jauh begini. Lihatlah dirimu, kau terluka begitu parah belum lama ini, tetapi kau tidak tahu cara memikirkan kebaikan dirimu sendiri sama sekali. 

"Aku benar-benar tidak mengerti kenapa kau akan melakukan sesuatu yang begitu sembrono. Ah, tapi bagaimana mungkin kau bisa tahu? Aku saja melupakan soal luka di tubuhmu ketika berada di halaman kebun barusan ini.”

Xize terlihat seolah Fengjiu sedang menanyakan sebuah pertanyaan menggelikan. 

“Bukankah kedua gadis itu baru saja mengatakannya? Aku sedang dalam suasana hati yang baik malam ini.”

Fengjiu sangat bingung. 

“Aku belum pernah melihatmu dalam suasana hati sebaik ini. Kenapa kau merasa begitu bahagia hari ini?”

Xize menunjuk toffee rubah yang telah kehilangan bentuknya: “Kau memberiku ini.”

Fengjiu merasa tenggorokannya menyempit.

Fengjiu memperhatikan toffee rubah itu dalam diam, kemudian dalam diam pula menatap ke arah Xize dan pada akhirnya berkata, “Apakah kau sebahagia itu hanya karena aku memberikanmu beberapa toffee rubah?”

Suara Xize terdengar lembut ketika ia mengiyakannya. Pandangan matanya dalam ketika menatap Fengjiu. 

“Dirimu yang memberikanku toffee rubah membuatku begitu bahagia. Apakah kau tahu mengapa aku kembali untuk menemanimu pergi ke Festival Gadis? Mengapa aku membuatkan ilusi yang kau sukai?”

Di saat Xize mengiyakan, hati rubah Fengjiu telah meleleh menjadi kubangan air. Ketika ia mendengarkan perkataan Xize, kubangan air ini sudah nyaris menguap jadi buih. Sungguh pemuda yang menyedihkan.

Xize tidak memiliki orang tua dan tidak menerima kasih sayang semasa mudanya. Fengjiu hanya memberikannya beberapa toffee rubah yang tidak penting tetapi Xize sudah sebegini bahagianya.

Betapa pemuda yang pandai bersyukur juga. Begitu banyak orang yang diberikan Fengjiu toffee rubahnya, namun hanya Xize yang membalasnya dengan cara setulus ini. Jika orang lain membalas dua kali lipat untuk sebuah budi kecil, Xize membalasnya tiga kali lipat.

Fengjiu memberikan Xize tatapan mengerti. 

Suaranya mengandung kasih dan perhatian: “Aku tahu. Aku tahu semuanya.”

Setelah hening selama beberapa lama, Xize berkata, “Aku rasa kau tidak mengerti.”

Fengjiu menatap Xize simpati. Di dunia zaman sekarang, sentimen Xize akan pembalasan budi sungguh sangatlah langka. Pastinya tidak mudah bagi Xize untuk dapat menemukan jiwa yang serupa.

Xize pastinya orang yang sangat kesepian. Karena ada begitu banyak orang yang tidak memahaminya, ketika ia bertemu dengan seseorang seperti Fengjiu, Xize tidak dapat langsung menerimanya. Tidak ada alasan untuk memaksa Xize.

Semakin Fengjiu melihat Xize, semakin hatinya perlahan diambil alih oleh gelombang rasa kasih sayang keibuan. Sayang sekali Fengjiu tidak dapat kembali ke masa kecil Xize dan bereinkarnasi sebagai ibunya untuk merawat Xize.

Fengjiu hanya bisa menghibur sambil menepuk bahunya: “Kalau kau bilang aku tidak mengerti, maka aku tidak mengerti. Kita akan ikuti apa pun yang kau katakan.”

Fengjiu melihat tangan Xize. 

“Tak ada lagi yang tersisa selain batang dari toffee rubahnya, apakah kau sudah menghabiskan sembilan yang lainnya? Kau suka memakan ini? Aku tidak membawa lebih banyak lagi denganku, tetapi seharusnya ada beberapa kue di pasar malam, aku akan membelikanmu dua kotak. Haruskah aku membuatkanmu lagi saat kita pulang ke rumah? Atau aku bisa membuatkanmu sesuatu yang lain. Ini bukan satu-satunya hal yang aku tahu cara membuatnya.”

Xize memperhatikan Fengjiu dalam waktu lama kemudian berkata lembut, “Aku bukan pemilih. Aku akan memakan apa pun yang kau buatkan.”

Xize lalu menambahkan, “Aku senang kau sangat peduli padaku.”

Fengjiu nyaris saja meneteskan air mata. Perkataan yang diucapkan Xize begitu intim. Ia tahu orang kesepian lainnya, tetapi tak seorang pun yang selembut dan sepenuh perhatian seperti Xize. Ini membuat Xize jadi tampak semakin penting baginya.

Fengjiu mempelajari wajahnya dan berpikir kalau Xize pastilah seorang anak yang bijaksana dan menggemaskan. Bagaimana bisa ia tumbuh begitu besar tanpa orang tua yang membesarkannya? Seberapa banyak kesedihan yang ia terima?

Sangat disayangkan, Fengjiu tidak dapat membelikan segala sesuatu yang tidak diketahui Xize semasa kecilnya sekarang juga dan menunjukkan padanya bagaimana caranya bersenang-senang.

Dipenuhi dengan kasih sayang dan perhatian, Fengjiu menggenggam lengan jubah Xize dan berkata dengan murah hati, “Ayo, aku akan membawamu bersenang-senang.”

***

‘Festival Gadis’ berarti sebuah perayaan untuk para gadis muda. Makhluk abadi di luar Lembah Fanyin tidak mengetahui festival ini, tetapi dua ratus tahun yang lalu, Fengjiu merupakan pengunjung tetap dunia manusia.

Sudah pasti ia memiliki beberapa pengetahuan dan mengenali kalau Festival Qiqiao di tanggal 7 Juli di dunia manusia juga entah bagaimana cukup mirip dengan ini.

(T/N : Qiqiao Festival – juga dikenal sebagai Qixi Festival dan Valentine-nya Cina, hari dimana si penggembala sapi dan gadis penenun bertemu kembali di atas jembatan murai.)

Namun, tentu saja, festival-festival di dunia abadi ini jauh lebih menarik. Contohnya, di setiap lentera yang tergantung di sepanjang jalan berlukiskan binatang bertanda baik yang dapat berbicara dan bergerak.

Bahkan jikalau itu hanya sebuah lentera bunga, suara angin meniup ladang bunga juga dapat terdengar ketika seseorang mencondongkan diri mendekatinya. 

Atau sebagai contohnya, patung-patung kecil dari kios tanah liat pun terdiri dari berbagai macam bentuk binatang yang aneh. Si pemuda penjual adonan patung-patung kecil itu mengambil sisa tanah liat dan membentuk sebuah harpa. Kemudian ia menempelkan harpa itu ke sebuah batang dan meletakkannya bersamaan dengan patung berwarna-warni lainnya. Harpa itu terbuat dari tanah liat, tetapi itu dapat membuat musik.

Fengjiu merasa kalau itu menarik dan melihatnya selama beberapa saat lagi ketika ia mendengar Xize bertanya padanya dari atas, “Apakah kau menyukai harpa ini?”

Saat Fengjiu mendengarkan cara bertanya Xize, tanpa sadar ia memikirkan sepupunya, A Li. A Li merupakan seorang anak yang sangat bijaksana. Ia tidak pernah jujur tentang apa yang diinginkannya.

Sebagai contohnya, ketika Fengjiu membawa A Li pergi ke dunia manusia, ia menatap telur mata sapi dengan mata besar berairnya dan meremas pakaiannya selagi ia bertanya malu-malu pada Fengjiu, “Kakak Fengjiu, apakah kau ingin pancake wijen?”

Lalu Fengjiu tahu kalau A Li sesungguhnya menginginkan pancake wijen.

Pertanyaan Xize saat ini sama persis dengan milik A Li.

Pemuda yang berhadapan dengan Xize berkata sangat persuasif, “Tuan, Anda memang memiliki mata yang tajam. Walaupun reputasiku sebagai seorang pembuat patung kecil hanyalah omongan belaka, sesungguhnya aku paling jago dalam membentuk harpa. Banyak pria di kota berlangganan di kiosku untuk membelikan harpa tanah liat untuk kekasih mereka. Ini adalah sisa satu-satunya hari ini, jika Anda menginginkannya, aku akan ...”

Ia belum selesai saat Fengjiu melemparkan daun emas ke atas permukaan kios. 

“Baguslah, aku akan ambil ini. Segera bungkuskan untukku!”

Si pemuda megatupkan rahangnya yang menganga dan tergagap, “Akankah ... akankah nona muda ini yang membelinya? Bukankah biasanya para pria yang membelikannya untuk para gadis?”

Xize belum sempat bereaksi saat Fengjiu telah mengambil patung tanah liat itu dan meletakkannya di dalam genggaman tangannya; suara Fengjiu penuh cinta: “Kau tidak pernah bermain dengan patung tanah liat semasa kecil, kan? Ini terbuat dari tepung beras, tetapi tidak dapat dimakan. Letakkan itu di samping tempat tidurmu dan itu dapat bermain selama beberapa hari. Jika kau menginginkan sesuatu yang dapat dimakan, ada toko sugar painting di depan sana, aku akan membelikanmu beberapa.”

Fengjiu bertanya penuh harap, “Apakah kau menyukai harpa ini?”

Xize menatap Fengjiu kesulitan selama beberapa saat, kemudian dengan tepat menjawab, “ ... Iya.”

Merasa puas, Fengjiu berbalik pada si pemuda yang tercengang dan berkata dengan murah hati, “Ia sangat menyukai benda yang kau buat. Kerja yang bagus, simpan saja kembaliannya, itu sebagai tanda terima kasihku atas kemampuan kerajinan tanganmu.”

Pria pembuat patung itu bengong, menarik tangannya yang terisi tael perak selagi ia memperhatikan sosok Fengjiu yang menjauh dalam kekaguman, menggumamkan sebuah pujian, “Wanita yang luar biasa.”

Fengjiu membelikan Xize dua sugar painting naga bernapas api dan dua kotak kue seperti yang dijanjikannya.

(T/N: Sugar painting – sebuah kesenian rakyat yang dapat dimakan, menggunakan cairan gula untuk menggambar patung.)

Di sepanjang perjalanan, Xize bertanya pada Fengjiu apakah ia menginginkan bola bulu Biyiniao, topeng rubah cypress yang dapat menaikkan alisnya, dan bagua lock yang dapat bersenandung jika diletakkan bersamaan dengan tidak benar.

(T/N : Bagua locks – juga dikenal sebagai Kongming locks yang merupakan teka-teki kayu saling terkait, dikatakan ditemukan oleh Zhuge Liang.)

Fengjiu membeli semuanya; sebuah bola bulu, topeng, dan bagua lock untuk Xize. Setelah membelinya, ia tak pernah gagal untuk bertanya dengan gembira pada Xize apakah ia menyukai mereka atau tidak. Tidak perlu dikatakan lagi, Xize hanya mampu menjawab ia menyukainya.

Sekalinya Fengjiu mendengar Xize menyukai mereka semua, ia hanya bisa merasa senang, menghadiahkan para penjual yang menjual suvenir-suvenir itu. Dompetnya kosong selama sisa jalan-jalan malam, tetapi ia sangat puas.

Tiga atau empat anak-anak kecil bertopeng berlarian di depan mereka. Salah satu anak yang lebih tinggi melompat dan meraih kaktus malam yang bercahaya. Seolah mereka memiliki perasaan, bunga-bunga itu melayang pergi. Anak-anak itu tercengang sejenak, lalu tertawa kecil dan berlarian.

Fengjiu mendadak teringat akan masa kecilnya yang nakal. 

Ia berbalik dan berkata ceria pada Xize, “Aku mirip dengan mereka. Dulu, aku suka sekali berlari kesana kemari di jalanan.”

Memang ada begitu banyak hal menarik dalam masa kecil Fengjiu. Ia menceritakannya penuh gairah pada Xize selagi mereka berjalan.

“Aku punya seorang teman sekelas saat itu; ia adalah seekor serigala abu-abu. Pernah, aku tidak mengizinkannya mencontek pekerjaan rumahku. Jadi, selagi aku tidur siang di kelas, ia membuat bulu rubah di tubuhku ... erm, ia membuat semua bulu burungku jadi hitam.”

0 comments:

Posting Komentar