Minggu, 08 November 2020

3L3W TPB 2 - Chapter 20 Part 1

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 2

Chapter 20 Part 1


Donghua tidak pernah muncul di hari pernikahan.

Sembilan hari kemudian, ia masih belum juga muncul.

Apa yang dilakukannya, apa yang dikatakannya, saat Fengjiu mengingat-ingatnya sekarang, ia merasa kesannya terhadap sembilan hari itu masih sangat amat kabur.

Ia hanya ingat itu memanglah hari yang indah di tanggal 4 Maret. Sinar mataharinya terasa lebih hangat, dan Laut Biru menjadi kelihatan lebih indah, seperti itu, semua orang yang datang ke perjamuan pun mengungkapkan kekaguman mereka.

Meskipun itu hanyalah sebuah resepsi pernikahan tambahan, itu sangatlah penting, baik bagi Zhonglin dan ibunya. Kecuali janji di hadapan Langit dan Bumi, semua ritual rumit lainnya telah dipersiapkan.

Setelah Fengjiu berpakaian, ibunya membahas aturan ritual secara sungguh-sungguh dengannya. Ia merasa sedikit terganggu, tetapi Fengjiu juga sangat penasaran dan penuh harap.

Para makhluk abadi dari seluruh penjuru dunia tiba lebih awal untuk perjamuan itu. Bahkan si tukang pura-pura Tianjun saja datang tepat waktu. Namun, sampai waktu yang ditentukan berdetak lebih dekat, Donghua masih belum terlihat dimana pun.

Fengjiu akhirnya panik.

Ia mengingat Dijun bilang bahwa ia akan tiba belakangan di malam sebelum ia pergi, tetapi Dijun tidak mengatakan secara jelas kapan sebenarnya ‘belakangan’ itu. Mungkin, Dijun tidak dapat kembali tepat di waktu yang telah ditentukan, pikirnya.

Fengjiu tiba-tiba saja merasa sedikit kosong. Tetapi, setelah mempertimbangkan lebih jauh, ia malah terkesan agak picik. Walaupun pernikahan ini sangatlah penting, Xiao Yan bilang hidup Jiheng dalam bahaya.

Dijun bilang bahwa ia hanya akan datang untuk menengoknya, tetapi berdiri di samping tempat Jiheng terbaring sakit, ia mungkin merasa sedikit kasihan dan memutuskan untuk tinggal sedikit lebih lama agar ia dapat memenuhi permintaan terakhirnya.

Tak peduli apa pun, menghormati yang sudah mati adalah hal benar yang harus dilakukan. Jadi, Dijun tidak akan kembali tepat waktu. Bukan masalah besar. Fengjiu tidak seharusnya bertengkar dengan orang yang sekarat.

Di saat ia sedang memikirkan segalanya, Zhonglin buru-buru berjalan masuk. Pelayan paling kompeten dari Istana Taichen tidak terlihat sangat baik.

Zhonglin memalingkan pandangannya dan memberitahunya, “Hamba masih belum melihat Dijun dimana pun. Beliau pasti terhadang oleh urusan yang mendesak. Maafkan kelancangan hamba untuk bertanya, jikalau Dijun tidak datang hari ini, apakah menurut Yang Mulia kita harus melepaskan semua ritualnya dan membuat ini jadi perjamuan yang biasa saja?”

Saran Zhonglin ini sudah mempertimbangkan soal kehormatan Fengjiu.

Tertulis di undangan bahwa ini merupakan sebuah resepsi pernikahan, tetapi beruntungnya tidak ada seorang pun yang benar-benar mengetahui akan seperti apa resepsi ini nantinya. Membuatnya menjadi sebuah perjamuan biasa bukan hal yang buruk juga.

Perjamuan hanyalah alasan bagi para makhluk abadi untuk berkumpul dan bergembira. Tidak akan jadi masalah kalau Dijun tidak muncul.

Bagaimanapun juga, para tetua semuanya tahu bahwa Dijun tidak pernah menyukai pesta-pesta semacam ini. Sebelum pensiun menyendiri, tidak jarang baginya untuk tidak menghadiri pesta perayaannya sendiri.

Namun, kalau semuanya berjalan sesuai dengan yang telah diatur oleh Zhonglin dan ibunya, perjamuan ini akan termasuk sebuah pernikahan. Ketidakhadiran Dijun akan membuat Fengjiu, sebagai seorang Ratu, jadi terhina.

Fengjiu sangat bersyukur kepada Zhonglin atas pertimbangannya untuk dirinya.

Memerhatikan ekspresinya, Zhonglin meragu sejenak sebelum berkata: “Resepsi ini sangatlah penting bagi Dijun. Jika beliau tidak bisa datang hari ini, itu pasti dikarenakan keadaan darurat. Dijun tidak akan pernah mengabaikan Anda. Aku berani mengatakan itu karena, semenjak Yang Mulia memercayakan perjamuan ini untuk kuurus, ia meyakini bahwa tidak peduli apa pun yang terjadi, aku akan berada di sini untuk melindungi Anda.”

Fengjiu tersenyum dan menjawab, “Kau benar.”

Setelah jam keberuntungannya berlalu, Fengjiu merasa seolah ia terbebaskan. Biarpun ia sudah menduga kalau Dijun tidak akan bisa kembali tepat waktu, ia masih tetap berharap. Ia sudah menanti Dijun dengan gigih selama dua ribu tahun, untuk menjadi ratunya. Tentu saja Fengjiu merasa gembira.

Ia tidak begitu memedulikan tradisi ini seperti pengantin wanita lainnya. Tetapi tetap saja, ia hanya akan menikah sekali seumur hidupnya, dan jadilah Fengjiu hanya bisa berharap agar ini menjadi sempurna.

Selama jam yang ditentukan belum tiba, ia tidak mampu melepaskan harapan rahasia itu. Fengjiu sedikit kecewa, tetapi ia telah mendapatkan kembali ketenangannya sejak itu.

Di balik beranda, percakapan yang ceria terdengar berdering samar di luar dari dalam. Fengjiu menajamkan telinganya dan mendengarkan sejenak, merasa pastinya sangat meriah di dalam aula utama.

Ia penasaran mengapa dirinya merasa sedikit kesepian ketika suasana begitu meriah. Ia menuangkan secangkir teh hitam untuk dirinya sendiri dan meyesapnya sedikit.

Di tengah acara makan malam, ibu dan neneknya tiba-tiba saja muncul di luar ruangannya. Dewi Tetua Fumi dengan cemas duduk di depannya. 

“Jiu-er, katakan padaku yang sejujurnya. Mengapa Dijun tidak datang ketika di hari penting seperti ini? Apakah kau dan dia ....”

Fengjiu terus menyesap tehnya dan kemudian memberikan neneknya seulas senyum menenangkan.

“Dijun punya urusan medesak untuk ditangani. Sebelum ia pergi, ia telah memberitahu padaku bahwa ia tidak akan bisa kembali tepat waktu, Zhonglin Xianguan akan mengurus semuanya. Nenek, bukankah Zhonglin sudah mengurus semuanya dengan sangat baik?”

Tentu saja Dijun tidak pernah memberitahunya hal semacam itu, tetapi jika ia memberitahu ibu juga neneknya soal kenyataannya, ia tahu mereka tidak akan menyukainya.

Akhirnya, nenek dan ibunya pun tenang. Para tamu minum-minum sepuas hati mereka di pesta itu. Mereka yang masih sadar mengucapkan salam perpisahan di hari yang sama.

Beberapa dari mereka yang terlalu mabuk menginap di kamar tamu di dalam istana batu dan semuanya pergi secara bertahap di hari berikutnya. Laut Biru suci kembali ke masa gersangnya.

Keluarga Bai tinggal di sana selama dua hari, kemudian juga kembali ke Qingqiu. Hanya Fengjiu dan Zhonglin tetap di tempat ini.

Sebenarnya, Fengjiu merasa sedikit kesal. Pada dua hari pertama, ia hanya bisa bertanya-tanya dari waktu ke waktu mengapa Dijun terlambat selama ini.

Bahkan jikalaupun Dijun sedang memenuhi permintaan terakhir Jiheng, tidak perlu sampai selama ini. Kalau ia benar-benar mengasihani Jiheng dan ingin tetap berada di sisinya sedikit lebih lama, mengapa Dijun tidak mengirimkan seseorang untuk memberitahunya?

Di tengah malam hari ketiga, Fengjiu mendadak terbangun dari sebuah mimpi buruk. Sejujurnya, ia tidak dapat mengingat apa pun yang dilihatnya. Ia hanya tiba-tiba saja berpikir mengenai kenyataan bahwa ia belum menerima kabar apa-apa dari Dijun selama beberapa hari. 

Apakah terjadi sesuatu padanya?

Wajah Fengjiu jadi memucat saat ia dengan tergesa memanggil Zhonglin di tengah malam dan mengutarakan secara tergagap mengenai kecemasannya pada Zhonglin.

Meskipun ia tahu Dijun pergi untuk menemui Jiheng, ia lupa bertanya malam itu dimana Jiheng berada. Fengjiu jadi merasa makin gugup tiap detiknya, dan bersikeras mendesak Zhonglin untuk meninggalkan Laut Biru bersamanya malam itu juga.

Satu menuju barat daya untuk mencari Xiao Yan, yang lainnya ke barat laut untuk mencari kakak lelaki Jiheng, Pangeran Xuyang.

Tiga hari setelahnya, keduanya bertemu kembali di Laut Biru. Dikarenakan hari-hari menempuh perjalanan, keduanya terlihat agak lelah termakan cuaca.

***

Ketika Fengjiu tiba di wilayah Klan Iblis Biru dengan alasan untuk berkunjung, seorang iblis utusan yang agak tenang dan sungguh-sungguh mengernyit kepadanya sambil menghela napas dalam dan mengatakan bahwa tuan mereka belum kembali ke klan selama hampir setahun.

Mereka juga tidak tahu harus pergi mencarinya kemana. Jika dan kapan kalau Fengjiu melihatnya, ia meminta Fengjiu untuk memberitahunya agar kembali sesegera mungkin. Klan Iblis Biru pasti akan sangat berterima kasih padanya karena menyampaikan pesan ini.

Ketika Zhonglin bertemu dengan Klan Iblis Merah, Pangeran Xuyang memberitahu padanya tiga ratus tahun yang lalu saat adik perempuannya kawin lari dengan pengawalnya, Minsu, Klan Iblis Merah telah mengusirnya. Sejak itu, Jiheng tak lagi terkait dengan Klan Iblis Merah. Dimana dirinya sekarang adalah sesuatu yang tak dapat mereka tawarkan jawabannya.

Sama sekali tidak ada petunjuk dimana keberadaan Dijun saat ini. Zhonglin dengan cepat menangkap Fengjiu selagi ia tersandung dan hampir terjatuh. Dalam keadaan linglungnya, Fengjiu melihat sebuah awan keberuntungan melayang menuju ke arah mereka.

Di paling depan adalah kakek-nenek kandung Fengjiu. Diikuti di belakang mereka adalah orang tuanya. Mata kakeknya tampak dipenuhi dengan amarah. Ketika kakeknya melihatnya, kemarahannya tampaknya juga mengandung sedikit jejak kasihan.

Pada akhirnya, kakeknya bertanya pada Fengjiu, “Dimana tepatnya suamimu berada saat ini?”

Fengjiu berusaha menenangkan dirinya dan membalas, “Ia punya urusan mendesak ....”

Bai Zhi Dijun menginterupsinya dalam kemarahan: “Jadi membuatmu kecewa di hari pernikahanmu demi berhubungan terlarang dengan Jiheng dari Klan Iblis Merah adalah sebuah urusan mendesak?”

Memang benar bahwa Fengjiu sudah kebingungan beberapa hari belakangan ini. Tetapi ia pikir bahwa, semenjak mereka adalah suami dan istri, ia harus memercayai Donghua tanpa syarat.

Secara naluriah, Fengjiu membelanya: “Apa maksudmu, Kakek? Aku juga tahu soal ini. Hidup Jiheng dalam bahaya. Dijun hanya pergi menemuinya untuk terakhir kalinya karena kasihan. Sebagai dewa-dewi, kita harus mempunyai belas kasihan untuk orang yang sekarat, bukan?”

Bai Zhi Dijun mencemooh.

“Menemuinya untuk terakhir kalinya? Lalu mengapa aku mendengar kalau ia membawa Jiheng dan menerobos masuk ke dalam Istana Danling milik Klan Iblis Merah dengan penuh percaya diri pagi ini? Ia memihak Jiheng di hadapan wajah Pangeran Xuyang dan bahkan menukarkan Cermin Miaohua dari Langit ke-7 untuk memaksa Klan Iblis Merah menyambut kembali putri terasingkan mereka? Aku mendengar, saat Jiheng sedang terbaring lemah di lengan Dijun, sama sekali tidak ada tanda-tanda dirinya terancam fatal!”

Sebuah boom meledak di kepala Fengjiu.

Bai Zhi Dijun menggelengkan kepalanya selagi ia menghela napas.

“Beruntungnya, Klan Iblis sudah menekan berita ini, jadi tidak, banyak yang mengetahui masalah ini. Kalau tidak, sekalinya ini menyebar ke seluruh alam, dimana lagi keluarga Bai akan menaruh mukaa kita?!”

Ia melihat ke arah Fengjiu. 

“Muka sebenarnya bukanlah hal yang paling penting. Yang terpenting adalah, bagaimana bisa aku menoleransi penindasan Donghua terhadapmu?”

Fengjiu jadi benar-benar pucat. 

Pada akhirnya, ia berkata pada kakeknya, “Aku ingin mendengarkan penjelasan Dijun lebih dulu.”

Bai Zhi Dijun ingin meneruskan, tetapi istrinya menghentikannya dan dengan lembut menghibur Fengjiu, “Kembalilah ke Qingqiu bersama dengan kami untuk beristirahat sementara waktu ini. Jika Donghua tulus, ia akan datang ke Qingqiu untuk mencarimu.”

Fengjiu berjalan ke sebelah neneknya seperti orang yang tidur sambil berjalan, kemudian berbalik kepada Zhonglin, masih seperti orang yang tidur sambil berjalan dan berkata padanya dengan suara rapuh, “Butuh waktu satu hari untuk pergi dari Laut Biru ke Klan Iblis Merah, dan sehari lagi dari Klan Iblis Merah ke Qingqiu. Beritahu Dijun aku akan menunggunya selama dua hari.”

Sekarang karena seluruh klan Bai sudah datang untuk membawa Fengjiu pergi, Zhonglin tahu ia tidak akan bisa menghentikan mereka. Ia tidak punya pilihan lain selain dengan lemah menyetujuinya.

***

Fengjiu menghabiskan waktu dua hari di Qingqiu itu dalam kelinglungan konstan. Kebanyakan, ia hanya duduk di kamarnya, bengong. Ayahnya mendesah dan bergumam pada ibunya bahwa ia tidak sanggup melihat Fengjiu menjadi begitu pendiam.

Meskipun Fengjiu selalu membuatnya jengkel kapan saja ia melompat-lompat dengan caranya yang begitu hidup, pada saat ini, ayahnya benar-benar merindukan penampilan Fengjiu yang dulu. Respon ibunya hanyalah mengusap air matanya.

Bukan maksud Fengjiu untuk membuat orang tuanya cemas. Ia hanya sedang menanti sebuah jawaban. Sebelum ia mendapatkan jawabannya, semuanya sungguh melelahkannya.

Dalam Mimpi Aranya dan di Laut Biru, ia merasakan bahwa perlakuan Dijun terhadapnya tidak tampak seperti kepura-puraan. 

Tetapi mengapa Dijun belum datang untuk mencarinya? 

Apakah Dijun tidak mengkhawatirkannya? 

Fengjiu memikirkan soal ini tetapi tidak sanggup untuk benar-benar menebaknya.

Fengjiu berpikir dan terus berpikir sampai kepalanya sakit seolah ada sebuah paku yang menembus masuk ke dalam tengkoraknya dengan serangan menyakitkan. Setiap kali rasa sakitnya menghilang, sedikit fragmen aneh muncul di kedalaman pikirannya.

Sebagai contohnya, ia mengingat ketika ia jatuh dalam Mimpi Aranya, Dijun datang menyelamatkannya. Setelah ia mendapatkan kembali kesadarannya, Dijun mengatakan begitu banyak hal manis untuk menghiburnya.

Dijun bilang padanya bahwa itu semua adalah kesalahannya, karena ia tidak mengenali Fengjiu ketika ia masih berupa bayi rubah dan membiarkan Fengjiu menerima segala kepedihan itu.

Fengjiu menangis menanyakan padanya kenapa ia menukarkan buah Saha miliknya. Dijun dengan sabar menghapus air matanya dan dengan terus terang mengakui itu karena Fengjiu mengatakan ia akan menggunakan buah Saha itu jadi kue untuk Xiao Yan, oleh sebab itulah Dijun jadi cemburu pada Xiao Yan.

Ketika Fengjiu mengungkit soal Jiheng, Dijun mengernyit menjawabnya. 

“Mengapa kau berpikir seperti ini? Ia dan aku tidak ada hubungannya satu sama lain.”

Fengjiu memercayai ucapannya dan bahkan memaafkan Dijun.

Namun, fragmen yang datang dan pergi dalam kepalanya adalah hutan Shuiyue Bailu, sebuah tempat tidur besar, Fengjiu memberitahu Dijun mungkin mereka tidak ditakdirkan bersama, bahwa itulah mengapa berpisah adalah hal yang lebih baik.

Dijun tampak termenung selagi ia memberitahu Fengjiu, “Tidak ada ‘itulah mengapa’. Sebenarnya, kita sudah menikah. Karena Xiao Bai, bukankah kau menyukaiku?”

Jelas sekali, dalam impresi Fengjiu, ia selalu mengetahui Xize adalah Dijun dalam Mimpi Aranya. 

Tetapi terkadang, ketika potongan ingatannya muncul di permukaan, Su Moye akan menasihatinya, “Jika kau memang menyukainya, maka jangan paksakan dirimu. Mungkin, ia hanya sesuai dengan tipemu, dan kebetulan saja, Dijun dan dirinya keduanya begitu.”

Siapa ‘dia’? 

Jika Xize, bukankah ia sudah tahu mereka adalah orang yang sama?

Fengjiu tidak dapat mengingat ketika Dijun mengucapkan kata-kata ini kepadanya, dan bahkan mengingat lebih sedikit lagi saat Su Moye memberikan pencerahan pada pikirannya.

Saat ia memaksakan dirinya untuk mengingat, Fengjiu hanya merasakan migrain yang serasa membelah kepalanya atas usahanya. Hanya ketika ia memegangi kepalanya saja barulah ia merasakan sedikit lebih baik.

Ketika ibunya melihat cara Fengjiu bergelung di atas ranjang dan memegangi kepalanya kesakitan, ia pun bergegas keluar panik untuk mengundang Dewa Agung Zheyan dari Sepuluh Mil Kebun Persik.

Akan tetapi, itu sudah pagi di hari ketiga. Dua hari yang diberikannya pada Donghua sudah lama berlalu. Setelah dua hari menunggu tidak keruan, akhirnya Fengjiu mendapatkan jawabannya. 

Donghua tidak datang. 

Zhonglin tidak datang.

Kepalanya berdenyut menyakitkan luar biasa.

***

Cuacanya hangat di luar sana. Dewa Agung Zheyan menginjak sinar matahari itu selagi ia memasuki Gua Rubah.

Zheyan memeriksa nadinya, kemudian mengulurkan tangannya untuk memeriksa jiwa Fengjiu. Saat ia menarik tangannya, matanya tampak sedikit terpengaruh. Ia berdeham dan meminta ibu Fengjiu untuk membawakannya manisan ginseng.

Hanya saat tersisa mereka berdua di dalamnya, ia berkata, “Seseorang telah mengubah ingatanmu, apakah kau tahu?”

Untuk sesaat, ia tidak begitu mengerti. Fengjiu menggelengkan kepalanya linglung.

0 comments:

Posting Komentar