Sabtu, 07 November 2020

3L3W TPB 2 - Chapter 15 Part 2

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 2

Chapter 15 Part 2


Ibu Chen Ye menikahi saudara lelaki Qinghua, dan jadilah Qinghua sebagai bibinya. Segera setelahnya, Qinghua melahirkan Junuo.

Karena Chen Ye sering mengunjungi istana, Qinghua sering meninggalkan bayinya dijaga oleh  Chen Ye.

Saat Chen Ye berusia sepuluh tahun, ia pergi ke pegunungan untuk pelatihannya dan selama dua tahun tidak menginjakkan kakinya di istana kerajaan.

Di saat Chen Ye kembali, Junuo memberitahu padanya kalau ibunya telah melahirkan lagi seorang bayi perempuan lebih dari setahun yang lalu. Adik perempuannya begitu menyenangkan untuk dipeluk dan imut, tetapi ibunya melemparkan adiknya itu ke dalam sarang ular.

Beruntungnya, keempat piton itu tidak memakan si bayi. Mereka bahkan menangkapkan tikus-tikus dan menggigiti leher tikus itu untuk memberi makan darahnya pada si bayi.

Hanya terdapat satu sarang ular di Istana Kerajaan; itu ada di Mata Air Jieyou. Mengapa Chen Ye ingin melihat anak yang dibicarakan oleh Junuo, ia sendiri tidak begitu yakin.

Malam itu, bulannya berwarna perak dingin. 

Chen Ye menginjakkan kaki pada sinar rembulan dan baru saja akan memasuki taman ketika ia mendengarkan beberapa dayang istana berbisik di balik rumpun bambu.

Mereka mengatakan, anak yang berada di sarang ular sering kali merangkak keluar di sekitar jam ini, tetapi entah mengapa mereka tidak mendengar suara apa pun malam ini. Mungkinkah anak itu jatuh sakit?

Haruskah mereka melaporkan hal ini pada sang ratu?

Mereka saling lempar tugas untuk melaporkan hal ini pada ratu, tetapi takut pada amukan sang ratu, tak seorang pun yang berani mengajukan diri.

Ketika ratu melemparkan anak ini ke dalam sarang ular, mereka menduga, ratu tak menginginkan bayi itu untuk hidup. Jika anak ini sakit, ini persis dengan apa yang diharapkan ratu.

Mereka hanya akan mendapatkan hal buruk pada diri mereka sendiri jika mereka pergi dan melaporkannya pada ratu. Yang paling baik adalah berpura-pura tidak tahu. Seperti ini, mereka bergosip sebentar kemudian membubarkan diri.

Chen Ye menghampiri sarang ular. Keempat pilar batunya berdiri tegak, di belakang mereka, menuju tepi formasi, ada seorang bayi tengkurap gemetaran di tanah. Saat itu bulan purnama tanggal 15, jam ekstrim penuh aura yin.

Keempat ular piton pergi untuk menyerap esensi bulan dan tidak punya waktu untuk merawat si bayi. Chen Ye mengindari membuat para piton itu sadar dan dengan hati-hati mengangkat dirinya hingga ke tepi formasi, nyaris menjangkau si bayi.

Di bawah sinar rembulan, Chen Ye melihat seorang bayi yang sedang menggenggam seekor tikus mati di dadanya, tangannya penuh dengan darah.

Ia adalah sepupu Chen Ye. Juga sepupunya, Junuo yang terlahir dengan sendok perak di mulutnya. Meski demikian, anak ini, berpakaian usang dan hidup dengan kotor di dalam sarang ular, satu-satunya sumber makanannya adalah darah tikus.

Bayi itu terbaring menggigil di atas tanah sesaat. Ia menangis ketika akhirnya tidak mampu menahannya lagi. Seolah seseorang menekan suaranya, tangisannya lirih dan lemah. Begitu menyakitkan, tangisan tanpa suara, namun menyambar Chen Ye tepat dalam hatinya.

Chen Ye tidak tahu bayi ini menderita sakit apa. Ia juga tidak tahu obat apa yang dibutuhkan bayi ini. Namun, tidak ada yang lebih efektif di Lembah Fanyin selain darah Archmage.

Kalau ini, Chen Ye tahu.

Dikarenakan oleh barikade medan pelindung di sarang ular, Chen Ye tidak dapat masuk lebih dalam ke dalam formasi itu untuk membawa si bayi keluar.

Yang dapat dilakukannya hanyalah menggigit jarinya sendiri dan mengarahkan tangannya ke dalam medan pelindung menuju bibir bayi itu. Beberapa tetes darah mengalir turun sampai bayi itu akhirnya mempunyai cukup tenaga untuk meraih tangannya dan mulai menyedotnya.

Bayi ini nafsu makannya besar. Selain itu, ia juga tidak tahu kalau darah Chen Ye hanyalah obat untuk menyembuhkan sakitnya. Malahan, bayi itu memperlakukannya seolah itu adalah sumber nutrisinya dan menyedotnya sampai ia merasa kenyang seolah itu adalah darah tikus, sebelum akhirnya bayi itu melepaskan tangan Chen Ye.

Darah Chen Ye-lah yang menyelamatkan nyawa bayi itu. Sekarang, darahnya menjelajah dalam tubuh bayi itu. Chen Ye belum pernah menggunakan darahnya sendiri untuk menyelamatkan nyawa seseorang. Hal itu membuat bayi ini terasa istimewa bagi Chen Ye.

Chen Ye mengelap wajah bayi ini dengan lengan jubahnya dan melihat roman wajah bayi itu dengan lebih jelas. Junuo bilang kalau adik perempuannya sangat senang dipeluk dan imut. Memang benar-benar senang dipeluk dan imut.

Chen Ye tidak percaya Lady Qinghua bisa begitu tak berperasaan.

Si bayi yang kekenyangan diam-diam menatap Chen Ye dengan mata besarnya yang jernih. Chen Ye mengelus keningnya dan tersenyum. Si bayi yang pintar pun meniru tampang Chen Ye, sebuah senyuman melengkung dari mulut kecilnya.

Chen Ye menepuk-nepuk bayi itu dengan lembut dan membujuknya untuk tidur. Bayi itu memerhatikan Chen Ye dengan mata lebar selama beberapa saat sebelum akhirnya terlelap. Ketika jam pekat yin telah berlalu, piton-piton penjaga pun kembali.

Sejak saat itu, Chen Ye secara berkala menemukan kesempatan untuk pergi diam-diam menemui bayi itu kapan saja ia datang ke istana. Meskipun demikian, hanya pada malam yang pekat dengan yin di tanggal 15 saja Chen Ye baru bisa mendekati formasi ular.

Chen Ye kemudian mengetahui dari Xize kalau darah dari sang raja dapat membuat para piton itu mengantuk hingga tertidur.

Dengan menggunakan upacara penyembahan sebagai alasan, Chen Ye berhasil mendapatkan sedikit dari darah Shangjun. Dengan metode ini, Chen Ye akhirnya dapat memasuki formasi ular.

Pernah satu kali, Chen Ye mencoba melihat apakah ia dapat membawa bayi ini keluar bersamanya, tetapi entah mengapa, saat tangan lembut bayi itu baru saja menyentuh medan pelindung, ular-ular penjaga pun mendadak terbangun.

Jika bukan dikarenakan refleksnya yang cepat, Chen Ye pasti sudah remuk di dalam salah satu perut ular piton itu. Ia pun akhirnya sadar kalau ia hanyalah seorang anak berusia sepuluh tahunan.

Meskipun menjadi penerus Archmage, Chen Ye masih sangat tidak berdaya. Chen Ye merasa kasihan pada sepupunya ini dan secara diam-diam merawatnya selama lima tahun.

Chen Ye membawakannya makanan ketika anak perempuan kecil itu lapar, Chen Ye membuatkan pakaian hangat dari kulit ulat piton yang mengelupas ketika ia merasa kedinginan, dan tidak pernah sekali pun meninggalkan jejak perawatannya pada si anak kecil.

Lima tahun berlalu tanpa seorang pun mengetahuinya, membebaskannya dari berbagai kesialan yang mungkin dihadapinya.

Anak perempuan ini dilemparkan ke dalam sarang ular tepat setelah ia dilahirkan, jadi ia tidak punya nama. Anak ini bukan seekor ular; ia adalah seorang putri dari Klan Biyiniao. Ia harus memiliki sebuah nama.

Semenjak kedua orang tuanya tidak mau menamainya, Chen Ye sungguh berharap ia dapat menamainya. Ia menamai anak perempuan itu, Aranya, berarti tentram.

(T/N: Aranya secara teknis merupakan bahasa Sanskrit dari hutan belantara, mungkin dapat dihubungkan dengan ketenangan dan kesunyian karena kesendirian diasosiasikan dengan hutan belantara.)

Chen Ye menuliskan ‘Aranya’ di atas telapak tangannya dan perlahan membacakan dengan keras untuknya.

“Aranya, ini adalah namamu. Di masa depan, ketika aku mengucapkan kata ini, aku sedang memanggil namamu.”

Si anak yang cerdas itu mengikuti dan menulis di tanah dengan tangannya, begitu menghibur Chen Ye.

Chen Ye menggunakan sihir untuk menggoreskan ketiga suku kata itu di atas tangan Aranya, kemudian dengan lembut memberitahunya untuk menulis sesuai dengan itu.

Si anak kecil yang polos itu bergelantung di lengan jubah Chen Ye dan mengejapkan matanya, berjuang keras berkata, “Ye .... Ye .... Ran.”

Chen Ye melembutkan suaranya: “Benar, aku adalah Chen Ye, sepupumu. Kau adalah Aranya, Xiangli Aranya.”

Semenjak dahulu kala, semua penerus Archmage harus pergi melaksanakan retret pertapaan di usia kelima belas sebagai bentuk pelatihan panjang; pelatihan ini berlangsung selama dua puluh tahun.

Setelah melengkapi pelatihan ini, ia akan menjadi kepala Archmage. Chen Ye tidak begitu mempedulikannya ketika ia masih muda. Hati dan pikirannya telah menanti retret pertapaan itu sejak lama.

Sekarang karena Chen Ye merawat Aranya, satu hari ia bisa mengulurnya, berarti satu hari yang bisa dilalui bersama Aranya. Tetapi akhirnya, ini merupakan tanggung jawab yang tak bisa dihindari Chen Ye.

Chen Ye khawatir kalau tidak ada seorang pun yang akan menjaga Aranya setelah ia pergi dan kalau Aranya akan mengulangi kesalahan dengan minum darah tikus lagi. Malam kepergian Chen Ye, ia menanamkan sebatang pohon buah empat musim di dalam sarang ular untuk Aranya dan membawa turun air langit dari Istana Suci untuk mengairinya.

Dalam sekejap mata, tanaman itu tumbuh dan berbuah. Chen Ye memetik satu dan memberikannya pada Aranya, mengajari Aranya bahwa mulai dari sekarang, jika ia lapar ia harus makan ini, jika ia haus, maka Aranya harus minum air dari Mata Air Jieyou, Aranya tidak boleh hidup dengan makan tikus lagi.

Tahun itu, Aranya telah berusia lima tahun. Aranya terlahir seindah giok dan salju, tetapi karena kabut beracun dari formasi ular, Aranya tidak bisa benar-benar mengingat sesuatu, maupun berbicara.

Meskipun begitu, Aranya tampaknya tahu kalau ini adalah perpisahan. Ia menggenggam jubah Chen Ye dan tidak mau terlelap.

Chen Ye memperhatikan Aranya sekian lama, kemudian akhirnya berkata, “Kau masih begitu kecil. Aku bertaruh kau akan melupakanku di saat aku kembali.”

Si anak kecil berasumsi kalau Chen Ye sedang memintanya melakukan sesuatu dan mengangguk separuh mengerti. Chen Ye membelai pinggirannya. Di bawah sinar bulan, bunga empat musim pun berkibar turun bersamaan dengan angin. Salah satunya jatuh ke bahu Aranya.

Chen Ye memungutnya dan menyelipkannya di belakang telinga Aranya. 

Ia mengelusnya, lalu berhenti, menghadap pada si anak kecil dan berjanji, “Aku akan kembali. Ketika aku menjadi Archmage, aku pasti bisa membawamu keluar dari sini.”

Chen Ye terhenti dan menarik anak kecil itu ke dalam dekapannya. 

“Akulah satu-satunya keluargamu, Aranya. Mereka tidak menginginkanmu, tetapi kau masih memiliki diriku.”

Ketika Chen Ye pergi malam itu, si anak kecil mendadak terbangun dari mimpinya dan menangis keras. Tetapi Chen Ye tidak menoleh ke belakang, membiarkan tangisan Aranya perlahan menghilang di belakangnya.

***

Dua puluh tahun terasa bagaikan seumur hidup. Chen Ye kembali ke Istana di malam tanggal lima belas. Shangjun mengadakan perjamuan menyambut Chen Ye.

Gelisah ingin melihat anak itu, Chen Ye mendapatkan kabar mengenai Aranya. Itu adalah tamu spesial mereka, pangeran kedua dari Laut Barat, telah menerobos masuk ke dalam formasi ular piton.

Shangjun memimpin pejabat perjamuannya dan segera menuju Mata Air Jieyou. Chen Ye pun segera mengikuti di belakang.

Menginjakkan kaki lagi di sini, semuanya jadi porak-poranda. Terutama dalam mata Chen Ye, terdapat awan seperti kapas di angkasa dimana ada seorang gadis kecil dibawa dalam dekapan seorang pria berpakaian serba putih.

Gaun dari kulit ularnya tertutupi di bawah jubah luaran si pria.

Ketika jubah putih itu terangkat oleh angin, rambut hitam panjangnya menjuntai keluar, memperlihatkan sesosok wajah yang luar biasa halus. Dua puluh tahun tak berjumpa dengan Aranya, anak itu telah tumbuh besar.

Air jernih di Mata Air Jieyou bergolak. Ular-ular itu terus-menerus menatap sembari mendesis. Melodi dari seruling yasper melayang lembut di udara. Gadis kecil itu melebarkan sayap untuk pertama kalinya di dalam dekapan si pria berjubah putih.

Tidak ada seorang pun di keluarga kerajaan yang memiliki sayap seputih dan semurni milik Aranya. Bulu seputih salju melayang turun dan mendarat di atas jari Chen Ye yang tak terjangkau.

Di atas awan, si pria berjubah putih melihat ke bawah, ke lengan anak kecil itu, dan mendadak berkata, “Aranya, sebuah kata yang sangat bermakna. Karena kau tidak memiliki sebuah nama, apa yang lebih baik ketimbang menggunakan Aranya?”

Chen Ye melihat tatapan Aranya pada si pria berjubah putih dalam kebingungan, sebentar-sebentar mengucapkan, “A ... ran ... ya?”

Si pria berjubah putih tersenyum berkata, “Sangat bagus, Aranya. Aku adalah Su Moye, Su Moye dari Laut Barat.”

Aku adalah Chen Ye, sepupumu. Kau adalah Aranya, Xiangli Aranya.

Pangeran kedua membawa Aranya melayang di udara. Ia mengangguk pada Shangjun, di wajahnya terdapat sebuah senyuman. 

“Di Laut Barat, jika kami ingin membesarkan seorang anak yang baik, kami sering membiarkannya menjalani pengalaman kehidupan jauh dari rumah. Aku menduga bahwa Yang Mulia ingin mengasah Putri Kedua dan karena itulah meninggalkannya dalam formasi ini. 

"Hanya saja, aku cukup menyukai anak ini. Aku ingin menjadikannya sebagai muridku dan membawanya bersamaku agar aku dapat mengajarinya. Akankah Anda berbaik hati untuk mengabulkan permintaanku ini, Yang Mulia?”

Perkataan terhormatnya begitu cerdas. Ekspresi Shangjun terlihat rumit, tetapi akhirnya ia mengalah.

Chen Ye melihat si pangeran kedua membelai kening anak itu dan berbisik padanya, “Mulai sekarang, kau tidak perlu tinggal di sini lagi. Apakah kau senang dapat ikut bersamaku?”

Aranya dengan lembut menganggukkan kepalanya, seulas senyuman polos melengkung di bibirnya. Aranya tersenyum dengan cara yang pernah diajarkan Chen Ye semasa ia masih kecil.

Seperti yang diduga, Aranya telah melupakan Chen Ye, namun masih ada jejak yang ditinggalkannya pada Aranya.

Setelah dua puluh tahun berlatih, Chen Ye akhirnya memiliki cukup kekuatan untuk menyelamatkan Aranya dari ular-ular piton ini. Tetapi ia masih belum berkuasa. Bahkan jika ia menyelamatkan Aranya, hal yang dapat mereka lakukan adalah pergi bersembunyi.

Dibandingkan dengan perlindungan yang dapat diberikan Chen Ye, yang diberikan oleh Pangeran kedua Laut Barat masih lebih baik.

Di saat musik penangkal ularnya berhenti, seekor piton mendadak menaikkan taringnya ke atas langit. Jarum khusus yang dibuat untuk mengatasi ular-ular piton ini pun melayang dari ujung jari Chen Ye.

Serangan ganas ular piton itu berhasil dihentikan saat ular itu jatuh dengan keras di atas tanah.

Chen Ye memasukkan kembali tangannya ke dalam lengan jubahnya tanpa ekspresi, dan memanfaatkan kericuhan dari para pejabat, diam-diam meninggalkan Mata Air Jieyou.

Aranya terlahir dengan takdir yang buruk, pikir Chen Ye. Sekarang takdirnya akhirnya membaik. Ini merupakan hal yang bagus.

Selama dua puluh tahun latihan yang berat, selama musim-musim dari kehidupan membosankan di pegunungan, Chen Ye sering memikirkan Aranya.

Chen Ye merupakan seorang Archmage yang telah disahkan sebelumnya. Ibunya menganggap kelahirannya sebagai sebuah kehormatan dan tidak pernah menganggap Chen Ye sebagai putranya.

Karena ibunya lebih mengagungkannya ketimbang mencintainya, Chen Ye tidak pernah merasakan perasaan dicintai.

Chen Ye pernah mengatakan pada Aranya bahwa ia adalah satu-satunya keluarganya, tetapi Aranya juga adalah satu-satunya keluarga Chen Ye.

0 comments:

Posting Komentar