Minggu, 08 November 2020

3L3W TPB 2 - Chapter 20 Part 2

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 2

Chapter 20 Part 2


Zheyan menghela napas, “Di dunia ini, mereka yang mampu mengubah ingatan seseorang menggunakan obat-obatan hanya ada beberapa dan sangat langka. Menurut perkiraan kasarku, seharusnya hanya ada Donghua, Moyuan, Buddha, dan aku. Moyuan dan aku, ditambah lagi dengan Buddha, tidak memiliki alasan untuk mengubah ingatanmu. Setidak patuhnya diriku pun, sesuatu sekotor ini ....”

Zheyan mengangkat matanya untuk melihat Fengjiu. Di dalamnya terdapat rasa kasihan yang sama yang terlihat samar seperti yang pernah ditunjukkan kakeknya tiga hari yang lalu di Laut Biru.

Zheyan mengeluarkan sebuah pil dari dalam lengan jubahnya. 

“Minum dulu ini. Aku pasti akan segera membuatkan satu lagi yang akan mengembalikan ingatanmu.”

Fengjiu dengan kaku memegangi pil itu berlawanan dengan sinar matahari yang bersinar dari ambang jendela dan bertanya pelan, “Pil ini tidak mengembalikan ingatanku? Lalu kenapa aku harus meminumnya?”

Zheyan sudah menginjakkan satu kaki keluar ambang pintu di saat ia mendengar Fengjiu. 

Ia berbalik dan mendesah, “Aku mendengar tentangmu dan Donghua dari pamanmu. Aku bahkan tidak yakin apakah hal ini baik atau tidak untukmu di saat ini.”

Ia tampak kesulitan untuk memutuskan sebelum akhirnya berkata, “Itu adalah obat penguat janin. Kau sedang mengandung.”

Ruangan itu tenggelam dalam keheningan untuk sesaat. Pil bersinar itu menggelinding ke atas tanah. Zheyan memungutnya, pelan-pelan mendekati Fengjiu, meletakkannya kembali ke dalam tangannya, dan akhirnya membelai rambutnya.

Fengjiu tidak menitikkan setetes pun air mata selama sembilan hari terakhir. Ia akhirnya menangis tersedu di saat ini. Mereka tumpah dari matanya, menuruni pipinya, tetapi tidak ada suara maupun ekspresi.

Hanya suaranya saja yang agak terguncang selagi Fengjiu bertanya samar, “Paman, katakan padaku, bagaimana bisa ia menipuku?”

Fengjiu mengulang samar pada dirinya sendiri, “Bagaimana bisa ia menipuku?”

Fengjiu tidak suka menangis, tetapi kapan pun ia menangis, orang lain hanya bisa mengasihaninya. Ekspresinya tenang; hanya air matanya mengalir deras seperti waduk yang bocor, mengalir turun dan membasahi gaun merahnya dengan noda air yang mirip dengan bunga Fuling bermekaran.

Sembilan hari ini terlalu lama.

***

Zheyan mengirimkan pil yang sudah selesai itu di hari berikutnya. Ketika ingatan aslinya kembali, suasana hati Fengjiu tidak terpengaruh separah yang ia kira. Mungkin itu karena ia terlalu lelah.

Fengjiu akhirnya ingat. Pada kenyataannya, Dijun tidak pernah memberitahu padanya kenapa ia menukarkan buah Saha Fengjiu. Pada saat itu, Jiheng memintanya dan Dijun memberikannya.

Dijun bilang, ia dan Jiheng tidak punya hubungan satu sama lain, tetapi Fengjiu dengan jelas melihat perlakuan spesial Dijun untuk Jiheng.

Fengjiu akhirnya memiliki cukup waktu untuk memikirkan hal-hal ini sekarang.

Dijun memang mencintainya, tetapi itu bukan berarti Dijun tidak mencintai Jiheng.

Dijun seharusnya adalah seorang dewa yang paling tidak memikirkan hal duniawi dari seluruh Langit sampai Bumi. 

Pada akhirnya, apakah Fengjiu atau Jiheng yang menarik Dijun masuk ke dalam dunia yang kusut ini?

Ketika ia jatuh ke dalam mimpi Aranya, Fengjiu berada di ambang kematian, dan Dijun memilihnya. Sekarang karena Jiheng di ambang kematian, Dijun memilih Jiheng. 

Akhirnya, siapakah yang buta oleh perasaannya sendiri?

Fengjiu menganggap Dijun paham bahwa ia telah bersalah padanya dengan memilih Jiheng. Itulah sebabnya, mengapa Dijun terlalu malu untuk datang ke Qingqiu untuk mencarinya.

Ia dan Dijun telah melalui jalan yang sangat panjang. Ia mengejar bayangan Dijun di sepertengahan jalannya dengan sangat menyedihkan. Beruntungnya, dengan belas kasih Langit, Fengjiu akhirnya mampu menyusul Dijun di babak kedua.

Sedari awal, ialah yang ingin memiliki Dijun, jadi tidak peduli seberapa lelahnya pengejaran itu, Fengjiu kelihatannya tidak keberatan.

Percintaan ini begitu sulit didapatkan sampai ia selalu yakin bahwa ia harus sangat menghargainya. Sebenarnya, Fengjiu pun kecewa dengan fakta bahwa Dijun melewatkan pesta pernikahan mereka, tetapi ia pikir, ia masih bisa berpura-pura seolah ia tidak terganggu oleh hal itu.

Saat kakeknya mengatakan bahwa Donghua dan Jiheng berselingkuh, pikirannya mendadak jadi kosong. Namun, meskipun pikirannya kosong, ia masih ingin memercayai Dijun.

Paling tidak, Fengjiu ingin mendengarkannya secara langsung dari Dijun. Ia sudah berusaha sekuat tenaga. Ia pikir, ia sudah memberikan Dijun cukup banyak waktu.

Jika saja Dijun kemari, Fengjiu akan memercayainya tidak peduli apa pun yang ia katakan.

Namun, orang yang jatuh cinta lebih dulu, selalu adalah yang rendah hati. Selanjutnya, Fengjiu harus menjalani jalan ini sendirian.

Fengjiu terlalu lelah. 

Ia tidak ingin memiliki Dijun lagi.

***

Tidaklah mudah untuk hidup sebagai makhluk abadi, dikarenakan jalan panjang di depan mereka bisa jadi sangat kesepian.

Agar hari-hari mereka tidak berlalu begitu saja, makhluk abadi perlu mencari hobi untuk menghabiskan waktu.

Sebagai contohnya, kecintaan Taishang Laojun pada farmakologi, kecintaan Nanji Xianwen pada permainan catur, dan kecintaan Dewi Agung Bai Qian untuk membaca novel, semuanya dikarenakan alasan ini.

Karena mereka masih belum menemukan sebuah hobi, bergosip sudah pasti menjadi pekerjaan penting bagi dewa-dewi muda yang baru-baru ini mendapatkan keabadian.

Entah apakah seseorang itu yang menggunjing ataukah menjadi pendengar, tokoh utama dalam gosip ini haruslah seseorang yang diketahui oleh kedua belah pihak. Dengan begitu, akan tetap menarik bagi mereka berdua.

Dewa pertama yang dengan senang hati ditemui dewa-dewi muda ini setelah naik ke Langit tentu saja adalah Tuan Shaoyang dari Kediaman Donghua, Donghua Dijun di Langit ke-13.

Secara kebetulan, skandal terbesar di dunia dewa selama dua ratus tahun terakhir ada hubungannya dengan Dijun yang kehilangan pengantin wanita mudanya.

Seperti rumor yang beredar, istri Dijun mempunyai karakter yang layak meskipun masih muda. Ia adalah keponakan dari Dewi Agung Bai Qian, Putri Mahkota Jiuchongtian, dan cucu Bai Zhi Dijun dari Qingqiu.

Terlebih lagi, ia mewarisi takhta Qingqiu semenjak empat ratus tahun yang lalu. Selama upacara Bingcang dua ratus tahun lalu, ia telah menyegel pedang Hexu di dalam puncak Tangting dengan melewati labirin seratus pendekar berpedang sementara matanya ditutupi oleh sehelai selendang merah.

Rahmatnya telah mencuri hati semua orang hari itu. Di antara wanita cantik di dunia, ia hanya berperingkat kedua di bawah bibinya, Bai Qian.

Setelah mendengarkan rumor ini, semua orang ingin menemui pengantin Dijun. Mereka bahkan lebih penasaran lagi mengapa Dijun kehilangan dirinya.

Akan tetapi, mereka hanya bisa membicarakan urusan pribadi Dijun secara rahasia; tidak semua orang mampu menanggung konsekuensi karena ikut campur dalam urusan yang bukan miliknya.

Tidak seorang pun yang berani mencari tahu. Mereka hanya samar-samar mendengar bahwa, setelah pengantinnya menghilang, hubungan antara Qingqiu dan Istana Taichen tampaknya menegang.

Dijun, yang kehilangan istrinya, menjungkirbalikkan dunia mencarinya selama dua ratus tahun ini. Sebaliknya, keluarga Bai yang kehilangan anak mereka malah anehnya tidak melakukan apa pun.

Dewi Agung Bai Qian sangat mudah diajak bicara. Saat Siming Xingjun bertanya padanya sembari minum teh, ia mengelus kipasnya terkejut.

“Hilang? Gadis dari keluarga kami selalu meninggalkan rumah untuk mendapatkan pengalaman, itu saja. Aku tidak pernah mendengar soal rumor ini sebelumnya. Siapa yang memulai rumor ini? Yang benar saja, paling tidak sebarkan sesuatu yang benar!”

Siming Xingjun meragu sebelum dengan hormat bertanya lagi, “Kalau begitu, dapatkah Anda memberitahu hamba dimana Yang Mulia Fengjiu pergi untuk berlatih ini?”

Dewi Agung Bai Qiang tertawa selagi ia melebarkan kipasnya. 

“Anak-anak keluarga Bai dibesarkan tanpa batasan. Aku takut aku sungguh tidak punya sebuah jawaban untukmu.”

Siming Xingjun membeku selama beberapa saat, kemudian berkata, “Hamba merasa tenang selama hamba tahu Yang Mulia Fengjiu baik-baik saja.”

***

Karakter muda namun menonjol dalam gosip ini, Yang Mulia Fengjiu, sedang berjongkok di atas puncak bukit di dunia manusia untuk memotong beberapa ubi jalar saat ini.

Belakangan ini, putranya, Bai Gungun, makan terlalu banyak daging dan terkena sedikit gangguan pencernaan. Tabib tua di kaki bukit memberikan resep untuk gangguan pencernaan padanya.

Ia bilang, Fengjiu bisa merebus beberapa ubi jalar dengan bubur nasi atau memanggang hawberry dengan gula merah untuk merawat pencernaan anak-anak.

Bai Gungun tidak begitu menyukai manis, jadi Fenjiu memutuskan untuk tidak memanggang hawberry dengan gula merah. Sebentar lagi, ia akan turun gunung membeli garam, untuk membuatkannya bubur asin. Bai Gungun menyukai makanan asin.

Mengenai menghilangnya Fengjiu, Dewi Agung Bai Qian tidak benar-benar berbohong pada Siming saat ia mengatakan Fengjiu pergi untuk berlatih.

Zaman dahulu kala, terdapat satu mata pelajaran penting di Akademi Shuizhaoze yang dibuka oleh Fuzhen bagi beberapa klan untuk dipelajari, dan itu adalah untuk mendapatkan pengalaman di dunia manusia.

Ada jutaan dunia dalam Trichiliocosm. Menetap satu tahun di setiap dunia paling tidak akan membutuhkan waktu satu juta tahun. Beruntungnya, Fushen cukup baik hanya memilih secara acak seratus ribu dunia manusia untuk murid-muridnya guna mendapatkan pengalaman.

Sesuai yang dikatakan legenda, murid-murid yang memiliki kesempatan untuk mencari pengalaman di dunia termasuk penguasa dunia di masa depan, Donghua Dijun, Dewa Perang Klan Langit, Dewa Agung Moyuan, Dewi leluhur Klan Iblis, Ratu Shaowan, phoenix pertama dunia, Dewa Agung Zheyan, begitu pula kakek-nenek kandung Fengjiu.

Bisa dilihat bahwa semua murid-murid yang pernah pergi ke dunia manusia untuk mendapatkan pengalaman menjadi sukses, dan sangat amat sukses dalam hal itu.

Dulu, saat Fengjiu mengambil alih posisi penguasa di Wilayah Timur, ayahnya, Bai Yi sebenarnya berpandangan dangkal, yang diinginkannya adalah untuk menemukan seorang menantu pria yang mampu membantu Fengjiu.

Mengenai hal ini, ia tidak akan sebijaksana kakek Fengjiu, Bai Zhi. Bai Zhi Dijun sudah bertujuan untuk membawa Fengjiu ke dunia manusia setelah upacara Bingcang. Lagipula, Fengjiu adalah seorang Ratu.

Martabat apa yang dapat dipertahankannya apabila bergantung pada suaminya? Fengjiu harus memiliki kemampuannya sendiri. Saat ia memberitahu cucu perempuannya soal rencananya, secara mengejutkan, Fengjiu dengan segera menyetujuinya.

Walaupun begitu, ada beberapa hal yang muncul semenjak upacara Bingcang.

Bermurah hati, Bai Zhi Dijun sudah memikirkan untuk membiarkan cucu perempuannya beristirahat selama beberapa tahun sebelum mengirimkannya ke dunia manusia.

Tanpa diduga, Fengjiu belum juga beristirahat selama beberapa hari sebelum ia mengemasi barangnya dan mengucapkan salam perpisahan.

Melihat betapa bercita-citanya cucu perempuannya, Bai Zhi Dijun tentu saja menyetujuinya. Sebelum Fengjiu pergi, Bai Zhi memberikannya sebuah amplop dengan perkamen di dalamnya dan memberitahunya kalau separuh setnya ada pada bibinya, Bai Qian.

Karena Fengjiu seorang diri di luar sana, jika ada sesuatu yang mendesak, ia diperlukan untuk melihat keluarganya, Fengjiu dapat menulis di atas perkamen ini dan bibinya akan bisa membaca suratnya.

Sebelum pergi ke dunia manusia, Fengjiu mampir ke Neraka untuk menemui temannya, Xie Guchou. Ia tinggal di sana selama tiga hari dan menggunakan buah Saha untuk menciptakan satu tubuh untuk Ye Qingti, dengan lancar meletakkan jiwanya ke dalam cangkang makhluk abadi itu.

Ye Qingti dapat dibangkitkan dalam waktu tiga bulan, tetapi Fengjiu tidak dapat menunggu sampai saat kembalinya. Ia meminta Xie Guchou menjaga Ye Qingti untuknya.

Setelah Ye Qingti bangkit, Fengjiu meminta Xie Guchou mengajarinya beberapa latihan ilmu abadi untuk menyingkirkan energi kegelapannya. Setelah tiga ratus tahun saat penempaan dirinya berakhir dan sebelum ia naik ke Langit, Fengjiu akan mampir lagi untuk membantu membawanya ke Kolam Giok di Jiuchongtian untuk membersihkan debu duniawinya dan bergabung dengan dunia para dewa.

Bagi mereka yang naik ke Langit, pertama-tama membutuhkan bantuan takdir. Kemudian, mereka juga harus datang ke Kolam Giok untuk membersihkan segala kekotoran mereka.

Ritual ini harus dilakukan oleh orang yang menciptakan cangkang dewanya. Ini merupakan aturan tertulis di registri makhluk abadi.

Setelah mengatur semuanya, Fengjiu membawa Bai Gungun yang masih berada di dalam rahimnya, membangun rumah di dunia manusia.

Di dunia manusia yang pertama, Fengjiu melahirkan Bai Gungun. Setelahnya, ia berpindah ke dunia manusia yang berbeda setiap tiga tahun sekali.

Walaupun mantra sihir dapat dengan mudah menjadi bumerang di dunia manusia dan karenanya, Fengjiu dilarang menggunakan sihirnya, untungnya ia cukup cerdas dan pandai dalam berpedang, dan jadilah ia bernasib cukup baik hidup di antara para manusia.

Dalam dua ratus tahun, Fengjiu sudah membuka restoran di kota, menjalankan toko buku di kota, mempunyai toko serba ada di pasar, dan membangun kedai teh di pinggir kota.

Terkadang, ia adalah penjaga toko, kadang kala ia adalah pembantu. Fengjiu mendapatkan banyak uang dari gadis-gadis di rumah bordil di Rumah Yihong dan mendapatkan penghasilan dari meramal para gadis di sekitar kuil lokal.

Setelah hampir sepuluh tempat, rasanya ia benar-benar menempa diri di dunia manusia. Fengjiu terus menempa diri seperti itu sampai ia merasa kalau ia telah melihat semua cara yang dapat dilihatnya di dunia ini.

Merasa sudah cukup banyak melihat bagaimana cara kerja dunia, Fengjiu pindah ke dunia manusia ini setahun sebelumnya ketika ia tidak mau terus larut dalam kemewahan dan keglamoran lagi.

Berniat untuk mengubah seleranya dan mencoba tinggal di tempat sederhana yang terpencil, Fengjiu membawa putranya, Bai Gungun ke ngarai gunung ini.

Ngarai miskin yang kelihatan kumuh ini memang sebenarnya sangat miskin. Meski demikian, tempat ini punya nama menakjubkan yang disebut dengan ngarai Naga Tersembunyi.

Di dalam ngarai Naga Tersembunyi terdapat desa Naga Tersembunyi. Tentu saja, desa Naga Tersembunyi juga sangatlah miskin, tetapi kabar baiknya adalah bahwa itu desa yang cukup luas dengan hampir dua puluh rumah tangga.

Bahkan meski mereka sangatlah miskin, jika mereka menjatahkannya, dua puluh rumah ini masih bisa menghasilkan satu ubi jalar setiap harinya untuk membayar seorang guru sekolah.

Si guru sekolah ini adalah seorang pelajar miskin yang sudah berulang kali gagal dalam ujian kerajaan. Ketika ia menua, ia menyadari bahwa ia memang tidak ditakdirkan untuk menjadi seorang pejabat di kehidupan ini.

Di usia ke-60, ia pulang ke rumah untuk mengajar sebagai mata pencahariannya. Sekolah pribadinya yang bobrok ada di pinggiran desa, terletak jauh dari sana dan menghadap ke dua pondok jerami yang telah dipersiapkan Fengjiu di sisi bukit.

Bai Gungun pergi meninggalkan rumah setiap harinya ketika matahari terbit dan tidak kembali sampai matahari tenggelam. Ia menyandang sebuah karung kecil yang dijahitkan ibunya untuknya, menyeberangi separuh bukit dari pondok jeraminya menuju pondok jerami gurunya untuk sekolah.

Bai Gungun sudah hampir berusia seratus sembilan puluh tujuh tahun ini, tetapi ia tidak ada bedanya dari balita anak-anak dunia manusia. Ia masih sekecil sebutir kacang.

Kalaupun ada perbedaanya, itu hanyalah kacang ini sedikit lebih bulat dan imut daripada kacang-kacang kecil dunia manusia. Ditambah lagi, Bai Gungun terlahir dengan rambut perak, dan jadilah ia tampak sedikit istimewa ketimbang yang lainnya.

0 comments:

Posting Komentar